Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014
PENGALAMAN MAHASISWA TINGKAT III TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DI AKBID KHOLISATUR RAHMI BINJAI
TAHUN 2014
TRISNING ARUM KUSTINI 135102004
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai
Tahun 2014 ABSTRAK
Trisning Arum Kustini
Latar Belakang : Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Kondisi ini bila dibiarkan dampaknya akan mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi diskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara. Waktu penelitian mulai bulan Oktober 2013 – Juni 2014.
Hasil : Variabel penelitian ini ditemukan 8 kategori pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome yaitu meliputi pemahaman tentang premenstrual
syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga,
waktu mengalami, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya preventif. Saran : Dari hasil penelitian ini, peneliti menganjurkan agar tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesehatan reproduksi, khususnya
premenstrual syndrome.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapakan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah yang diberi judul Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2014 ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Jitasari Tarigan Sibero, SST, SPd., M.Kes, selaku Direktris Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai, yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.
(5)
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga peneliti dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi peneliti semangat dan motivasi.
Peneliti menyadari begitu banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini baik dari segi isi dan bahasa. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti harapkan demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat limpahan anugerah dari Allah SWT.
Peneliti Medan, Juni 2014
NIM : 135102004 Trisning Arum Kustini
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 5
B. Premenstrual Syndrome ... 5
1. Pengertian Premenstrual Syndrome ... 5
2. Penyebab Premenstrual Syndrome ... 6
3. Gejala Klinis ... 8
4. Tipe Premenstrual Syndrome ... 9
5. Faktor Risiko Premenstrual Syndrome ... 12
6. Penatalaksanaan Premenstrual Syndrome ... 13
7. Upaya Prefentif ... 17
C. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Tempat Penelitian ... 23
D. Waktu Penelitian ... 23
E. Etika Penelitian ... 24
F. Alat Pengumpulan Data ... 25
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 26
H. Analisis Data ... 27
I. Tingkat Keabsahan Data ... 27
1. Credibility ... 27
2. Transferbility ... 28
3. Dependability ... 29
4. Confirmability ... 29
J. Kerangka Pikir Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan ... 31
(7)
B. Pengalaman Mahasiswa Tentang Premenstrual Syndrome ... 32
1. Pemahaman Tentang Premenstrual Syndrom... 32
2. Gejala Klinis Premenstrual Syndrome ... 33
3. Sumber Informasi ... 34
4. Riwayat Keluarga ... 35
5. Waktu Mengalami ... 36
6. Dampak Premenstrual Syndrome ... 37
7. Penatalaksanaan ... 39
8. Upaya Preventif ... 40
C. Pembahasan ... 42
1. Interpretasi dan Hasil Diskusi ... 42
2. Keterbatasan Penelitian ... 53
3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
1. Tenaga Kesehatan ... 54
2. Pendidikan ... 54
3. Peneliti Lanjutan ... 54
DAFTARPUSTAKA ... 56 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 : Lembar persetujuan menjadi partisipan penelitian Lampiran 3 : Kuesioner data demografi
Lampiran 4 : Panduan wawancara
Lampiran 5 : Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 : Surat balasan izin penelitian dari AKBID Kholissatu Rahmi Binjai Lampiran 7 : Daftar riwayat hidup
(10)
Pengalaman Mahasiswa Tingkat III Tentang Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai
Tahun 2014 ABSTRAK
Trisning Arum Kustini
Latar Belakang : Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Kondisi ini bila dibiarkan dampaknya akan mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi diskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara. Waktu penelitian mulai bulan Oktober 2013 – Juni 2014.
Hasil : Variabel penelitian ini ditemukan 8 kategori pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome yaitu meliputi pemahaman tentang premenstrual
syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga,
waktu mengalami, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya preventif. Saran : Dari hasil penelitian ini, peneliti menganjurkan agar tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesehatan reproduksi, khususnya
premenstrual syndrome.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Premenstrual syndrome merupakan suatu kondisi medis umum yang terkait dengan
siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam – macam, mulai dari gejala fisik, psikis, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Sekitar 90 % perempuan mengalami satu atau lebih gejala premenstrual syndrome. Gejala
premenstrual syndrome sendiri sudah dikenal lama, bahkan sejak zaman Hippocrates pada 370 SM. (Laila, 2011)
Sakit perut, cepat tersinggung, dan mudah marah tanpa alasan adalah hal yang sering dirasakan oleh beberapa perempuan pada hari – hari menjelang menstruasi. Hal ini sering dianggap biasa oleh masyarakat. Namun jika kondisi ini dibiarkan dampaknya akan mengganggu aktivitas sehari - hari, mengganggu hubungan orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri. Menurut Elvira (2010) bila kondisi tersebut berlangsung selama tiga kali siklus haid berturut – turut, bisa jadi itu merupakan gejala premenstrual syndrome.
Jika premenstrual syndrome maka akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang akan disebut dengan Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Gejala dari PPMD antara lain merasa hidup tiada harapan, merendahkan diri sendiri, sulit makan, ingin tidur terus, cemas terus – menerus, dan sering marah tanpa alasan yang jelas selama beberapa hari. Jika perempuan mengalami lima gejala menjelang haid selama 12 bulan berturut – turut, maka perempuan itu dikatakan mengalami PPMD. Baik premenstrual syndrome
maupun PPMD, keduanya merupakan kondisi yang tidak normal, sehingga harus segera diobati karena dapat berdampak negatif pada aktivitas sehari – hari. (Laila, 2011)
(12)
Menurut Borenstein (2004) dalam Suparman (2012) melaporkan penurunan produktivitas 436 penderita premenstrual syndrome yang sangat bermakna dibandingkan kontrol, yang dikaitkan dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas emosi, serta menurunnya kemampuan koordinasi. Data yang diperoleh menunjukkan lebih tinggi nya angka tidak masuk kerja selama lebih dari 5 hari kerja perbulan, berkurangnya produktivitas kerja selam 50 %, serta lebih tigginya kejadian terganggunya hubungan interpersonal dan aktivitas sosial, pekerjaan atau sekolah pada kelompok penderita premenstrual syndrome yang diteliti.
Di Asia Pasifik, 63% penderita premenstrual syndrome tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa premenstrual syndrome dan PMDD adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani. Padahal jika menyempatkan diri untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan, maka dapat mengetahui tingkat keparahan penyakit premenstrual
syndrome, dan memperoleh perawatan yang paling sesuai dengan kondisi tersebut
(Proverawati & Misaroh, 2009). Dari penelitian di Asia Pasifik pula, diketahui bahwa di Jepang, premenstrual syndrome dialami oleh 34 % populasi perempuan dewasa, sedangkan PPMD dialami oleh 0,7 % populasi perempuan dewasa. Di Hong Kong, premenstrual
syndrome dialami oleh 17 % populasi perempuan dewasa, sedankan PPMD dialami oleh
1,0 % populasi perempuan dewasa. Di Pakistan premenstrual syndrome dialami oleh 13 % populasi perempuan dewasa, sedangkan PPMD dialami oleh 5 % populasi perempuan dewasa. Di Australia premenstrual syndrome dialami oleh 43 % populasi perempuan dewasa, sedangkan PPMD dialami oleh 9 % populasi perempuan dewasa. Di Indonesia belum dilakukan penelitian tentang hal ini (Elvira, 2010).
Penyebab terjadinya sindrom sebelum haid ini belum diketahui secara pasti. Namun penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor – faktor sosial, budaya, biologis, dan masalah psikis emosional. Premenstrual syndrome sering terjadi
(13)
pada perempuan usia subur dengan jumlah 70 – 90 %. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada perempuan yang berusia 20 – 40 tahun (Anurogo & Wulandari. 2011).
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk dapat meneliti bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai .
B.Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam KTI ini adalah bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Partisipan
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi partisipan agar lebih mengenal tanda dan gejala premenstrual syndrome.
2. Bagi Penelitian Kebidanan
Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai premenstrual syndrome.
(14)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hai ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dilakukan di masa lalu ( Notoadmodjo, 2010).
Ada tiga aspek mendasar pengalaman manusia yang harus diperhatikan yaitu : 1)apa yang mereka lakukan, 2)apa yang mereka ketehui, 3)benda – benda apa saja yang mereka buat dan gunakan dalam kehidupan mereka. Data pengalaman individu ialah bahan keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian (Bungin, 2012).
B. Premenstrual Syndrome
1. Pengertian Premenstrual Syndrome
Premenstrual syndrome merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada
wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi (Suryono & Sejati).
Premenstrual syndrome adalah berbagai gejala fisik, psikologis, dan emosional
yang terkait dengan perubahan hormonal karena siklus menstruasi (Proverawati & Misaroh).
(15)
2. Penyebab Premenstrual Syndrome
Penyebab terjadinya premenstrual syndrome belum diketahui secara pasti. Namun penyebab yang paling sering ditemukan berhubungan dengan faktor – faktor sosial, budaya, biologis dan masalah psikis emosional. Selain itu, premenstrual syndrome sering berhubungan dengan naik turunnya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus haid (Anurogo & Wulandari, 2011).
Penyebab dari premenstrual syndrome antara lain: a. Penyebab Hormonal
Hormon – hormon steroid seks (estrogen dan progesteron) bukan sebagai penyebab munculnya premenstrual syndrome, namun fluktuasi kadar sepanjang siklus haidlah sebagai pemicu (Suparman, 2012).
Selain itu menurut Saryono dan Sejati (2009) terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron yakni kadar hormon estrogen sangat berlebih dan melampaui batas normal sedangkan kadar progesteron menurun. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan genetik pada sensivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Selain faktor hormonal, premenstrual syndrome berhubungan dengan gangguan perasaan faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. b. Faktor Genetik
Premenstrual syndrome lebih rentan diderita oleh wanita dengan riwayat
premenstrual syndrome seperti pada anggota keluarga lainnya seperti ibu kandung atau saudara kandung (Suparman, 2010). Selain itu pada kembaran satu telur (monozigot) insidensi premenstrual syndrome dua kali lebih tinggi daripada kembar dua telur (Saryono & Sejati, 2009).
(16)
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkontribusi terhadap premenstrual syndrome antara lain kepribadian dan dukungan orang – orang terdekat. Individu akan rentan beradaptasi dengan premenstrual syndrome dan tidak mudah menerima saran dan terapi (Elvira, 2010). Menurut penelitian Siregar (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan premenstrual syndrome. Faktor stres sangat besar pegaruhnya terhadap premenstrual syndrome. Gejala – gejala premenstrual
syndrome akan semakin menghebat jika seorang wanita terus – menerus mengalami
tekanan (Saryono dan Sejati, 2009). d. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap pengaturan pola makan juga memegang peranan penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap gejala – gejala premenstrual syndrome. Makanan terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi cairan, dan membut tubuh bengkak. Terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan minuman–minuman berkafein dapat mengganggu suasana hati dan melemahkan tenaga. Rendahnya kadar vitamin dan mineral dapat menyebabkan gejala – gejala dari premenstrual syndrome
semakin memburuk (Saryono & Sejati, 2009)
Hasil penelitian premenstrual syndrome pada dua dekade terakhir menyimpulkan bahwa etiologi premenstrual syndrome sebenarnya tidak tunggal, melainkan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks (Suparman, 2012).
(17)
3. Gejala Klinis
Gejala – gejala yang muncul satu atau dua minggu sebelum periode haid dan mereda dalam waktu satu minggu sejak kemunculannya. Gejala ini cukup berat sehingga dapat mengganggu kehidupan keseharian (Datta, 2011).
Berbagai kepustaaan telah mendokumentasi lebih dari 150 gejala fisik, psikis, dan perilaku yang dapat dirangkum dalam premenstrual syndrome,namun keluhan – keluhan yang paling sering dan sangat dikeluhkan sebagian besar penderitanya menurut Suparman (2012) diantaranya :
a. Keluhan dan / atau gejala fisik: nyeri kepala, nyeri dan pembengkakan payudara, nyeri punggung, nyeri sendi dan otot, mual, perut kembung, peningkatan berat badan, maupun berbagai derajat edema ekstremitas
b. Keluhan psikis: depresi, kecemasan, kelelahan atau merasa kehilangan tenaga, kebingungan, menjadi pelupa, perasaan mudah tersinggung, kemarahan yang muncul tanpa provokasi yang adekuat, sering menangis, kehilangan daya konsentrasi, dan merasa kehilangan harga diri
c. Gangguan perilaku: perasaan lelah, insomnia, berkurangnya hasrat seksual, keinginan berlebihan makan / minum sesuatu, serta penarikan diri secara sosial. Menurut Elvira (2010) tanda - tanda premenstrual syndrome amatlah banyak lebih kurang terdapat 200 gejala namun yang paling menonjol terdiri atas 3 (tiga) gejala, yaitu mudah tersinggung (irritable), tegang dan merasa tidak nyaman atau tidak bahagia (dysphoria). Adapun gejala – gejala premenstrual syndrome mencakup :
a. Gejala fisik terdiri atas : 1)payudara membengkak dan terasa nyeri, 2)perut membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit atau diare, 3)nyeri kepala dan migren, 4)membengkaknya tangan dan kaki, 5)bertambahnya berat
(18)
badan, 6)otot menjadi kaku dan nyeri, 7) sendi – sendi kaku dan nyeri, 8)mual dan muntah
b. Gejala emosi dan perilaku : 1)depresi, 2)cemas dan serangan panik, 3)sulit tidur, 4) perubahan minat dan gairah seksual, 5)mudah tersinggung, 6)bermusuhan dan marah yang meledak – ledak, 7)meningkatnya selera makan terhadap makanan – makanan tertentu (terutama garam dan gula), 8)meningkat dan menurunnya mood.
9)sulit konsentrasi, 10)merasa lemah dan lelah. 4. Tipe premenstrual syndrome
Dalam Saryono & Sejati (2009) terdapat beberapa macam tipe dan gejala
premenstrual syndrome. Dr. Guy E. Abraham , ahli kandungan dan kebidanan dari
Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi premenstrual syndrome menurut gejalanya yakni premenstrual syndrome tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan
premenstrual syndrome termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60 %, premenstrual
syndrome tipe C sebanyak 40 %, dan premenstrual syndrome tipe D sebanyak 20 %.
Kadang – kadang seorang wanita mengalami kombinasi gejala, misalnya tipe A dan D secara bersamaan, dan setiap tipe memiliki gejalanya sendiri – sendiri. Tipe – tipe
premenstrual syndrome antara lain:
a. Premenstrual Syndrome Tipe A
Premenstrual syndrome tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, rasa tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat belum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan pada penderita premenstrual syndrome bisa jadi kekurangan vitamin B dan
(19)
magnesium. Penderita premenstrual syndrome A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. Premenstrual Syndrome Tipe H
Premenstrual syndrome tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum menstruasi. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe premenstrual syndrome lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membantu minum sehari – hari.
c. Premenstrual Syndrome Tipe C
Premenstrual syndrome tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis – manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau kurangnya magnesium.
d. Premenstrual Syndrome Tipe D
Premenstrual syndrom tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata – kata (verbalisasi), bahkan kadang – kadang muncul rasa ingin bunuh diri
(20)
atau mencoba bunuh diri. Biasanya premenstrual syndrome tipe D berlangsung bersamaan dengan premenstrual syndrome tipe A, hanya sekitar 3 % dari seluruh tipe premenstrual syndrome benar – benar murni tipe D. Premenstrual syndrome
tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteronnya. Kombinasi premenstrual syndrome tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino, tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekuranagan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan premenstrual syndrome tipe D yang bersamaan dengan tipe A.
5. Faktor Risiko Premenstrual Syndrome
Wanita – wanita yang berisiko tinggi terkena atau mengalami premenstrual syndrome antara lain :
a. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga sangat mempengaruhi seorang wanita terkena premenstrual
syndrome. Beberapa penelitian menemukan bahwa kejadian premenstrual
syndrome adalah dua kali lebih tinggi antar kembar identik dibandingkan dengan kembar dua telur (Saryono & Sejati, 2009). Premenstrual syndrome lebih rentan diderita oleh wanita dengan riwayat premenstrual syndrome pada anggota keluarga lainnya (Suparman, 2010).
b. Stres
Premenstrual syndrome lebih rentan dialami oleh populasi wanita yang mengalami stres (Suparman, 2010). Faktor stres akan memperberat gangguan premenstrual
(21)
masalah (Saryono & Sejati, 2009). Menurut penelitian Siregar (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres terhadap premenstrual syndrome.
c. Diet
Faktor kebiasaan makanan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala premenstrual syndrome. Kekurangn zat – zat gizi seperti vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, serta asam lemak linoleat (Saryono & Sejati, 2009).
d. Olahraga
Menurut penelitian Nashruna, Maryatun dan Wulandari (2012) terdapat hubungan antara aktivitas fisik seperti olahraga terhadap kejadian premenstrual syndrome
yang menunjukkan wanita yang rutin melakukan olahraga jumlah yang mengalami
premenstrual syndrome lebih sedikit dibandingkan dengan wanita yang tidak rutin melakukan olahraga. Kurangnya olahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya premenstrual syndrome. Hal ini menunjukan bahwa olahraga memiliki hubungan dengan premenstrual syndrome.
e. Obesitas
Menurut Puspitoran et, al (2007) dalam hasil penelitian milik Nasruha menyatakan bahwa kadar serotonin di otak yang berperan dalam timbulnya premenstrual
syndrome akan menurun bila indeks massa tubuh semakin tinggi sehingga muncul
gejala premenstrual syndrome. Hasil penelitian Nasruha, Maryam dan Wulandari (2012) menyebutkan bahwa wanita dengan obesitas lebih banyak mengalami
(22)
6. Penatalaksaaan Premenstrual Syndrome
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani premenstrual syndrome
antara lain : a. Terapi obat
1) Menggunakan Analgesik
Pengobatan premenstrual syndrome dapat menggunakan analgesik (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi nyeri, dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara (Elvira, 2010). Analgesik yang digunakan biasanya asam mefenamat dengan dosis 500 mg diberikan 3 kali sehari (Saryono dan Sejati, 2009).
2) Menggunakan Anti Depresi
Obat anti depresi seperti selective seretonin reuptake inhibitor (SSRIs) dapat digunakan sertiap hari selama 14 hari sebelum menstruasi. SSRIs membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi otak (neurotransmiter), misalnya serotonin. Selain itu anti depresi non SSRI juga dapat digunakan untuk pengobatan premenstrual syndrome (Elvira, 2010). Efek samping dari SSRIs yaitu sulit tidur, mengantuk, lelah, sakit kepala, gemetar, gugup dan disfungsi seksual. Anti depresi yang digunakan dengan dosis yang paling rendah karena dapat memperkecil efek samping , seperti fluoxetine dengan dosis 20 – 60 mg per hari (Saryono dan Sejati, 2009).
3) Vitamin B6
Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembetukan neurotransmiter, yang akan mempengaruhi sistem endokrin otak agar menjadi lebih baik (Elvira, 2010). Dosis yang diberikan sebanyak 50 – 100 mg per hari (Suparman, 2012).
(23)
4) Menggunakan Kontrasepsi Oral
Pil KB kombinasi estrogen dan progesteron bisa membantu mengurangi naik turun kadar estrogen dan progesteron (Saryono dan Sejati, 2009). Menurut Graham dan Sherwin (1992) dalam Suparman (2012) menyatakan bahwa pil KB kombinasi yang mengandung etinil estradiol 35 µg dan nerotrindon 0,5 mg dan 1 mg mampu mengurangi nyeri dan pembengkakan payudara.
5) Diuretik
Obat ini bisa meningkatkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sodium dan air dalam urine, sehingga jumlah cairan dalam tubuh berkurang. Obat diuretika semacam spironolakton digunakan untuk mengurangi penahanan cairan dan perut kembung (Saryono dan Sejati, 2009). Menurut Vellacott (1987) dan Wang (1995) dalam Suparman (2012) untuk mengurangi keluhan retensi cairan diberikan spironolakton dosis 100 mg per hari.
b. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan suatu pengobatan yan diberikan dengan cara – cara psikologik. Untuk premenstrual syndrome dapat diberikan berupa terapi relaksasi, terapi kognitif perilaku dan psikoterapi dinamik (Elvira, 2010)
Terapi relaksasi dapat mengurangi tekanan dan gejala – gejala pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome (Saryono dan Sejati, 2009). Prinsipnya adalah melatih pernapasan (menarik napas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugestikan pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai (Elvira, 2010)
Terapi kognitif dilakukan dengan mengajarkan penderita premenstrual syndrome
untuk menganalisis pola pemikiran yang negatif dan cara memandang berbagai peristiwa dalam kehidupan secara lebih adaktif (Suparman, 2012) Pada psikoterapi
(24)
dinamik, individu diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan hanya sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya individu lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih bamyak mendengar, kecuali pada individu yang benar – benar pendiam, maka dokter yang akan lebih aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan atau bahkan bertahun- tahun. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta kesabaran kedua belah pihak (Elvira, 2010).
c. Perubahan Gaya Hidup 1) Olahraga
Upayakan olahraga aerobik selama 30 menit selama 4-6 kali seminggu. Hal ini akan meningkatkan kesehatan seorang perempuan secara umum, kesehatan jantung dan pembuluh darahnya, otot-otot, serta membantu meredakan ketegangan saraf dan kecemasanya. Selain itu olahraga dapat mengurangi penimbunan cairan dan berat badan serta dapat meningkatkan rasa percaya diri (Elvira, 2010). Olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan sehat, berlari, bersepeda, atau berenang (Saryono dan Sejati, 2009).
2) Modifikasi Diet
Lakukan juga modifikasi pada pola makan dengan langkah- langkah sebagai berikut : a) kurangi kafein untuk membantu mengurangi rasa tertekan, mudah tersinggung dan gelisah. Untuk hal ini upayakan mengkonsumsi makanan alami yang sehat, b) kurangi konsumsi garam untuk mengurangi kembung (bukan hanya garam yang ada dalam makanan sehari – hari, namun juga pada makananan kemasan), c) konsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat yang terdapat dalam makanan seperti roti gandum, pasta, sereal, buah dan sayur, d) sertakan sumber protein pada tiap menu makanan, e) konsumsi
(25)
makanan yang kaya vitamin dan mineral atau konsumsi suplemen vitamin dan mineral, f) kurangi konsumsi gula dan lemak dalam diet untuk membantu meningkatkan energi dan menstabilkan mood, g) kuranagi atau hentikan konsumsi alkohol (Elvira, 2010).
7. Upaya Preventif
Menurut Saryono dan Sejati (2009) usaha preventif dari premenstrual syndrome
antara lain :
a. Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari – hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein dan dan berhenti merokok merupakan alternatif yang baik untuk dilakukan. Memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi stres berperan juga dalam terapi premenstrual syndrome.
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekat ,baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari, apabila pasangan atau teman dapat mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi ketidakstabilan wanita tersebut, sehingga memilih waktu lain untuk mendiskusikan masalah yang kontrofersial tersebut. Grup konseling dengan psikiater juga dapat diterapkan.
b. Pola Diet
Jenis makanan yang direkomendasikan bagi penderita premenstrual syndrome
bervariasi pada setiap wanita., dan karena wanita yang mengalami premenstrual
(26)
darah tinggi, pengaturan dan penilaian khusus perlu diprioritaskan untuk membuat suatu rekomendasi makanan.
Penurunan asupan gula, garam, dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia (sulit tidur). Sodium sudah direkomendasikan untuk mengurangi bengkak, cairan otak , dan perut kembung. Pembatasan kafein direkomendasikan oleh karena asosiasi antara kafein dan sifat lekas marah dan kesulitan untuk tidur. Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Ada suatu teori yaitu gejala umum premenstrual syndrome seperti peningkatan untuk mengkonsumsi karbohidrat disebabkan karena kadar serotonin yang rendah. Teori ini adalah saat kadar serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke seluruh tubuh untuk makan karbohidrat, dimana untuk merangsang produksi serotonin dari yang alami dengan asam amino building block. Pada kasus ini wanita ingin mengetahui mengapa nafsu makan mereka menjadi tidak sangat terkontrol dan semangat hilang selama premenstrual syndrome, semua faktor sekuat kekuatan senyawa kimia otak dan produksi hormon mempengaruhi tingkah laku dan nafsu makan secara psikis. Pola makan yang teratur dan mengurangi komposisi lemak dapat menjaga berat badan . Karena berat badan yang berlebih dapat meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome.
Vitamin B6 dengan dosis tidak lebih 100 mg per hari dapat memperbaiki gejala – gejala premenstrual syndrome secara menyeluruh. Suplemen vitamin E adalah suatu perawatan yang dikenal untuk mastalgia. Vitamin E untuk perawatan potensial premenstrual syndrome dikarenakan efek antioksidannya berpotensi
(27)
sangat menguntungkan. Kalsium Karbonat disuatu dosis dari 1200 mg per hari selama tiga siklus menstruasi menimbulkan perbaikan gejala pada wanita – wanita dengan premenstrual syndrome dalam mengurangi pembengkakan. Magnesium dengan dosis tidak lebih dari 400 mg per hari sangat membantu dalam mengurangi cairan dan bengkak.
Untuk mengurangi terjadinya penumpukan cairan, sebisa mungkin mengurangi konsumsi garam dalam makanan. Garam bisa menyerap air dan hal ini dapat meningkatkan pembengkakan.
c. Olahraga
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga seperti berenang dan berjalan kaki. Tarikan nafas dalam dan relaksasi juga bisa meringankan rasa tidak nyaman. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami
premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
Agar aktivitas tetap berjalan meskipun dalam kondisi premenstrual syndrome
maka hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan keluhan adalah : a) Hindari kafein yang terdapat pada berbagai minuman ringan dan hindari alkohol yang berlebihan. b)Lakukan pola diet yang sehat (rendah garam, lemak, tinggi protein, dan vitamin serta mineral). Perbanyak karbohidrat kompleks, sayur – sayuran dan buah – buahan. c) Terapi farmakologi untuk mengatasi rasa nyeri yang luar biasa. d) Lakukan senam aerobik secara teratur. e) Usahakan tidur yang cukup, gunakan jadwal secara teratur.
(28)
C.Penelitian Kualitatif Fenomenologi
Bogdan dan Taylor dalam Basrowi (2008) menyatakan bahwa kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang – orang yang dapat di amati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yng mereka alami dalam kehidupan sehari – hari. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organsasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Moleong, 2010)
Pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Fenomenologi merupakan cabang disiplin ilmu filosofi dan psikologi yang berfokus pada pengalaman manusia (Polit & Hungler, 1999). Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman – pengalaman subjektif manusia dan interpretasi – interpretasi dunia. Fenomenologi diartikan sebagai : 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal: 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Sebagai bidang filsfat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana pembagian antara subjek (ego) dengan objek (dunia) muncul, dan bagaimana sesuatu didunia ini diklasifikasikan. Istilah “fenomenologi“ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui (Moleong, 2010)
Penelitian yang berlandaskan fenomenologi melihat objek penelitian dalam satu konteks naturalnya (Idrus, 2009). Berdasarkan Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan – kaitannya terhadap orang – orang yang berada dalam situasi – situasi tertentu. Para fenomenolog percaya bahwa pada makhluk
(29)
hidup tersedia pelbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain dan bahwa pengertian pengalamanlah yang membentuk kenyataan (Moleong, 2010).
Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah berupa kata – kata, gambar, dan bukan angka – angka. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif karena proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan – kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti – responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan – keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu altar lainnya. Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan – hubungan. Dan analisis demikian dapat memperhitungkan nilai – nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik (Moleong, 2010).
(30)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi diskriptif yang menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman – pengalaman subjektif manusia dan interpretasi – interpretasi dunia (Moleong, 2010). Desain ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
B.Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial (Sugiyono, 2010). Untuk penelitian kualitatif, jumlah subjek yang menjadi informan/partisipan biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Bahkan Menurut Polit dan Hungler (1999) penelitian kualitatif fenomenologi menggunakan sampel sebanyak 10 orang atau bisa kurang dari jumlah tersebut. Sampel dalam penelitian disebut dengan narasumber, partisipan, atau informan (Sugiyono, 2010). Jumlah partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang.
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa penentuan partisipan dianggap telah memadai apabila telah sampai ke taraf “ redudency “ atau jenuh. Artinya bila ditanyai oleh partisipan yang lain, kapan dan dimana pun maka jawaban akan tetap sama (Idrus , 2009). Untuk menentukan informan ini peneliti harus memiliki kriteria tertentu yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang menjadi subjek penelitiannya. Inilah mengapa dalam penelitian kualitatif meggunakan teknik purposive sebagai cara
(31)
untuk menentukan subjek penelitiannya (Idrus, 2009). Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono). Adapun kriteria partisipan yag diambil adalah sebagai berikut :
1. Yang berumur lebih dari 20 tahun
2. Yang mengalami premenstrual syndrome.
C.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di asrama putri Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai. Pemilihan tempat ini dikarenakan belum ada yang pernah melakukan penelitian ini sebelumnya.Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III AKBID Kholisatur Rahmi Binjai.
D.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai minggu ketiga bulan Oktober 2013 sampai bulan Juni 2014. Diawali dengan pengajuan judul hingga sidang proposal yang berlangsung dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014. Setelah proposal dinyatakan lulus uji kelayakan oleh pihak dosen penguji , peneliti mengurus surat izin penelitian dan melakukan pilot study terhadap partisipan yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian disusun transkip wawncara dari hasil pilot study tersebut dan dikonsulkan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui apakah sudah layak melakukan wawancara.
Waktu pengumpulan data dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan April 2014. Transkip hasil pengumpulan data kemudian dianalisis oleh dosen pembimbing selama satu bulan. Dan dilanjutkan dengan laporan hasil penelitian.
(32)
E.Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti berpegang teguh pada etika penelitian, yaitu dengan langsung ke lapangan dan berinteraksi kepada mahasiswa. Sebelumnya, peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik. Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan kepada pihak pendidikan. Setelah mendapatkan persetujuan , peneliti mengajukan surat permohonan izin meneliti kepada Pendidikan Akademi Kebidanan Kholissatur Rahmi Binjai. Kemudian peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian kepada pihak Pendidikan Akademi Kholissatur Rahmi Binjai. Setelah itu peneliti menemui partisipan, dan membagikan surat permohonan persetujuan sebagai partisipan dan mejelaskan tentang maksud dan tujuan peneliti yaitu untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome. Setelah partisipan berkenan, maka peneliti memberikn surat persetujuan sebagai partisipan (informed concent), dan partisipan diminta untuk menandatanganinya. Jika partisian tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa partisipan dan akan menghormati hak nya tersebut.
Selain itu, peneliti menjelaskan bahwa tidak akan ada dampak yang akan mengganggu partissipan, peneliti tetap menjaga kerahasiaan identitas partisipan, dengan cara tidak mencantumkan nama partisispan pada lembar pengumpulan data (kuesioner dan demografi). Peneliti hanya meggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan akan tetap terjamin dan informasi yang didapat hanya digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sepenuhnya. Peneliti juga akan menghargai setiap jawaban – jawaban yang diberikan partisipan dan tidak akan menyalahkan jawaban yang tidak sesuai.
Setelah selesai dilakukan sidang proposal, peneliti melakukan pengajuan untuk mempublikasikan hasil proposal, peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua
(33)
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk dapat membuat suatu simpulan, diperlukan serangkaian data yang mendukung yang membutuhkan proses pengumpulan data dari subjek yang tepat. Langkah awal dalam proses pengumpulan data ini adalah menyiapkan alat yang tepat (Idrus, 2009). Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utamanya, karena peneliti mampu menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan data sekaligus. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata, tetapi kita perlu merasakan, menyelami berdasarkan pengetahuan (Sugiyono, 2010). Selain itu alat yang digunakan antara lain buku catatan dan tape recorder.
Dalam pendekatan fenomenologi, cara utama untuk mendapatkan data adalah dengan wawancara secara mendalam (indepth interview atau indepth conversation) (Polit & Hungler, 1999). Wawancara yang dilakukan akan selalu terjalin kontak pribadi, sehingga pewawancara harus memahami situasi dan kondisi dalam memilih waktu dan tempat dalam melakukan wawancara. Bila tidak, maka akan menghasilkan data yang tidak valid dan tidak akurat. Bila responden telah ditentukan, maka sebelum wawancara sebaiknya pewawancara minta waktu terlebih dahulu untuk kesediaan waktu dan tempat untuk melakukan wawancara ini. Dengan demikian suasana wawancara akan terjalin lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid (Sugiyono,2010).
Untuk mendapatkan data demografi partisipan, peneliti menggunakan kuisioner data demografi untuk mengetahui identitas secara umum yang berisi umur, agama dan suku. Selain itu peneliti juga membuat panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan.
(34)
G.Prosedur Pengumpulan Data
Pada awalnya peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui mahasiswa dan jumlah mahasiswa. Diawali dengan membuat surat pengajuan melakukan survei awal di pendidikan Akademi Kebidan Kholissatur Rahmi Binjai. Setelah mendapatkan izin, peserta melakukan survei awal di pendidikan tersebut.
Setelah melakukan pengumpulan data dari survei awal dan mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU, maka peneliti mulai melakukan pendekatan kepada partisipan.
Pada penelitian ini peneliti mengadakan pilot study yaitu dengan mewawancarai satu orang partisipan dan memperlihatkannya kepada pembimbing guna mengetahui proses wawancara, panduan wawancara, probing atau pertanyaan pendalaman yaitu mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam dalam wawancara dan melakukan penelitian.
Peneliti melakukan pendekatan kepada partisipan. Peneliti merasa tidak ada jarak antara peneliti dengan orang yang diteliti sehingga memperoleh informasi yang banyak.Ini dikarenakan partisipan telah memiliki kepercayaan kepada peneliti. Untuk setiap partisipan peneliti melakukan pendekatan dengan melakukan kunjungan di kamar asrama partisipan dan melakukan wawancara. Dicapailah suatu kesepakatan tentang waktu dan tepat unuk melakukan wawancara.
Setelah cukup dekat, peneliti melanjutkan wawancara. Peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder / telepon genggam). Setelah selesai mewawancarai peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara, setelah selesai melakukan wawancara tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian melakukan analisis data. Peneliti mengidentifikasi hasil wawancara yang telah diperoleh. Pengumpulan data selesai karena saturasi data telah diperoleh peneliti.
(35)
H.Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan – bahan lain sehinga dapat dipahami. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Bila data tersebut terkumpul secara berulang – ulang maka hipotesis diterima dan berkembang menjadi teori. (Sugiyono, 2010).
Tahap pertama diawali dengan melakukan pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan reduksi data yaitu bagian kegiatan analisis sehingga pilihan – pilihan data yang dikode, dibuang, pola- pola yang meringkas data tersebut dan cerita yang berkembang (Idrus, 2009). Proses berikutnya adalah display data, yaitu penyajian data yang dimaknai oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Idrus (2009) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tahap terakhir adalah tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan kesimpulan dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung.
I. Tingkat Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah credibility, depenability, dan confirmability .
1. Credibility
Tingkat kepercayaan credibility pada hasil penelitian dilakukan dengan melakukan
prolonged engagement. Hal ini dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada
(36)
melakukan pendekatan ini sebanyak 2 – 3 kali (lama tiap kunjungan berkisar 20–30 menit) di asrama putri AKBID Kholisatur Rahmi Binjai.
Setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti melakukan membercheck, yaitu proses pemeriksaan data yang diperoleh peneliti kepada partisipan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang di berikan partisipan (Sugiyono, 2010). Menurut Moleong (1994) dalam Idrus (2009) untuk pembuktian validitas data ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh partisipan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, kemudian peneliti datang ke partisipan dan menyampaikan temuan penelitian kepada partisipan. Setelah data disepakati, peneliti meminta partisipan menandatangani supaya lebih otentik, dan juga sebagai bukti bahwa membercheck
sudah dilakukan. 2. Transferbility
Transferbility merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas ekskternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiono, 2010).
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya (Sugiono, 2010). Karena keterbatasan waktu penelitian, peneliti tidak dapat memenuhi aspek ini.
(37)
3. Dependability
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara auditor adalah dengan mengetahui bagaimana peneliti melakukan penelitian, menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kasimpulan. Sehingga peneliti membuat catatan yang berisi kegiatan peneliti selam proses penelitian . Dimulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke lapangan, wawancara, analisis data, pengujian keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.
Menurut Faisal (1990) dalam Sugiyono (2010), jika peneliti tidak mempunyai dan dapat menunjukkan “ jejak aktivitas lapangannya “ maka dependabilitas penelitian patut diragukan.
4. Confirmability
Disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila disepakati banyak orang. Artinya bila peneliti menyesuaikan hasil penelitianya dengan data yang dikumpulkan, lalu dicantumkan dalam dalam laporan lapangan. Kemudian hasil penelitian diperiksa oleh ahli.
Dalam uji kualitatif, menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmabily.
(38)
J. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti membuat kerangka pikiran penelitian seagai berikut:
Mahasiswa
Premenstrual syndrome
Dampak premenstrual syndrome : a. Berkurangnya produktivitas kerja b. Terganggunya hubungan
interpersonal dan aktivitas sosial c. Terganggunya kegiatan sekolah
Penyebab:
a. Faktor Hormonal b. Faktor Kimiawi c. Faktor Genetik d. Faktor Psikis e. Faktor Gaya Hidup Gejala :
a. Keluhan Fisik b. Keluhan Psikis c. Gangguan
Perilaku Penatalaksanaan :
a. Terapi Obat b. Psikoterapi c. Perubahan Gaya
Hidup
Upaya Preventif : a. Modifikasi Gaya
Hidup b. Pola Diet c. Olahraga
(39)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai karakteristik pasrtisipan dan pengalaman mahasiswa tingkat III tentang
premenstrual syndrome. Penelitian ini melibatkan 6 partisipan yang mengalami
premenstrual syndrome di AKBID Kholisatur Rahmi Binjai. Penelitian dilakukan dengan
proses wawancara dengan menggunakan alat perekam suara.
A.Karakteristik Partisipan
Keenam partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang sudah memenuhi kriteria, bersedia di wawancarai dan serta menandatangani surat persetujuan menjadi partisipan sebelum wawancara dimulai. Dari hasil wawancara, diperoleh bahwa partisipan 1 berusia 20 tahun, beragama Islam, dan suku Jawa. Partisipan 2 berusia 20 tahun, beragama Islam dan suku Melayu, Partisipan 3 berusia 22 tahun, beragama Islam, dan suku Jawa. Partisipan 4 berusia 20 tahun, beragama Islam, dan suku Batak. Partisipan 5 berusia 20 tahun, beragama Islam, suku Batak Dan terakhir partisipan 6 berusia 20 tahun, beragama Islam, dan suku Jawa. Keenam partisipan adalah mahasiswa tingkat III AKBID Kholissatu Rahmi Binjai..
(40)
Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Data Demografi Partisipan Premenstrual Syndrome Di AKBID Kholissaturrahmi Binjai
Tahun 2014
Karakteristik Jumlah
Umur
20-22 tahun 6
Agama
Islam 6
Suku
Jawa 3
Batak 2
Melayu 1
B.Pegalaman Mahasiswa Tentang Premenstrual Syndrome
Hasil penelitian menemukan pemahaman tentang premenstrual syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga, waktu mengalami
premenstrual syndrome, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, upaya
preventif.
1. Pemahaman tentang premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswa yang memiliki pemahaman yang hampir sama. Mahasiswa memiliki pemahaman tentang premenstrual syndrome sebagai gejala-gejala sebelum haid. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:
“ Premenstrual syndrome itu adalah eee... sebelum kita haid contohnya seperti payudara sakit, perut sakit, pinggang sakit, eee... emosi kurang stabil.
(Partisipan 1)
“ Tanda-tanda sebelum haid. Tanda-tandanya seperti tegangnya payudara, sakit
pinggang, malas, kadang – kadang sakit kepeala juga.
(41)
“ Premenstrual syndrome itu adalah gejala haid yang bisa menyebabkan sakit pada pada bagian payudara, pinggul. “
(Partisipan 3)
“ Premenstrual syndrome itu gejala datang bulan. Kayak sakit payudara pinggangnya sakit, terus perutnya sakit, emosinya nggak stabil, kayak gitu.”
(Partisipan 4)
“ Gejala-gejala mau haid ya misalnya, ya... kayakmana ya? Hemmp, kayak sakit perut gitu ya kak? Sakit perut, terus payudara menegang, terus kadang-kadang ada bawaannya emosi.”
(Partisipan 5)
“ Rasa sakit waktu haid. Eh,,,sebelum haid.”
(Partisipan 6)
2. Gejala klinis premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian yang diperoleh mahasiswa yang mengalami premenstrual
syndrome memiliki gejala klinis yang berbeda-beda. Adapun gejala yang dialami
partisipan yaitu rasa sakit/tegang/nyeri di payudara, pinggang nyeri dan pegal, perut sakit, mual muntah, lemas, pucat, sakit kepala, sakit bagian simpisis, jerawatan, badan meriang, malas, dan marah-marah. Berikut pernyataan dari tiap-tiap partisipan :
“ Tandanya itu payudara sakit, pinggangnya nyeri, pegal kali pinggangnya tu, trus perutnya juga sakit sampai kadang itu sampek tu mau mual dan muntah, lemas, pucat. Payudaranya sakitnya itu kayak tegang gitu, nyeri, kalau dipegang tu rasanya sakit. Kalau perutnya itu seperti ditusuk-tusuk jarum, kayak masuk angin gitu dalam perut itu. Sakitnya diatas simpisis.”
(Partisipan 1)
“ Yang adik alami seperti tegangnya payudara, sakitnya pinggang,hemmm..., naik betis. Payudaranya itu keras, kalo disenggol tu sakit kali. Pinggangnya itu nyerilah kak. Hemmm..., pokoknya serba salah. Mau miring ke kiri salah, kanan salah. Serba salah lah pokoknya. Naik betisnya sakitnya, kayak mana mau dibilang ya? Sakitlah pokoknya.”
(Partisipan 2)
“ Sakit kepala yang hebat, dan sakit pada bagian payudara. Payudaranya, dianya agak sedikit nyeri. Dia kayak ngilu. Sakit kepalanya itu seperti ditusuk-tusuk gitu kak..”
(42)
“ Kalu adik, biasanya kan nyeri payudara, sakit bagian atas simpisis itu kak, sakit kali kak. Pinggang juga. Pokoknya badannya kayak meriang gitu kak. Kalo payudaranya itu kak kayak tegang, keras. Kalo perut itu sakit kak, nyeri gitu. Terus kalo emosinya tu kan maunya marah aja. Terus kalo pinggangnya tu kan kayak mau patah gitulah kak. Sangking sakitnya.”
(Partisipan 4)
“ Kalo adik sih sakit perut, sakit pinggang, terus seminggu seminggu mau haid rasanya giman ya? Rasanya mau marah-marah aja gitu. Rasanya ngilu-ngilu gitu. Nggak sakit-sakit kali sih. Hemmmppp.. gimana ya? Cuma sakit-sakit biasa aja. ”
(Partisipan 5)
“ Mammae tegang, hmmmpp,, kadang-kadang emosi juga ya kan kak? Emosi, suka-suka meledak. Apa lagi ya? Ooo..., jerawatan kak. Jerawatannya banyak kak. Pokoknya kalu mau datang bulan, banyak jerawatnya kak. Kayak sekarang ini kak, adik gi datang bulan. Payudaranya kalo bersentuhan itu dengan tangan itu kak sakit. Atau tidur terbalik. Sakitnya....,sebenarnya kalau diam begini nggak terlalu sakit kak. Pokoknya kalau tersentuhlah sakitnya. Kalau tersentuh itu sakitnya seperti apa ya? Kayak gini loh kak, kayak kita baru tumbuh..., tumbuh batu mammaenya ya kak? Kalau tersentuh tu kan sakit kali ya kan kak? Seperti orang yang baru tumbuh dewasa.”
(Partisipan 6)
3. Sumber informasi
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa enam partisipan mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda. Sumber-sumber informasi tersebut antara lain buku, orang tua, televisi, internet, dosen, dan teman. Berikut adalah pernyataan partisipan.
“ Informasi tentang itu...eeee....selain baca kita juga dapat dari dosen, dari yayasan juga kasi tau bahwasanya premenstrual syndrome itu gejala-gejala mau menstruasi.
(Partisipan 1)
“ Dari baca buku. Ya dulu awalnya kalu belum tau.Orang tua bilang kalau itu mau menstruasi, datang haid katanya, menuju kedewasaan.”
(Partisipan 2)
“Dari temen kak. Dari televisi.”
(Partisipan 3)
“ Ini sih kak. Kadang adik searching gitu kan kak, buka google gitu kan, kayak gitulah. Dari situ, terus baca, dari dosen juga kalo lagi belajar gitu kan kak.”
(43)
“ Heeemmppp...Kayak...temen-temen juga kayak gitu. Jadi dapatnya dari temen ke temen.”
(Partisipan 5)
“ Dari..., dari kampus pun ada. Dari kawan-kawan.”
(Partisispan 6)
4. Riwayat keluarga
Dari hasil penelitian diperoleh informasi tentang riwayat keluarga atau anggota keluarga yang juga mengalami premenstrual syndrome, yaitu ibu dan kakak.
a. Ibu
Dari hasil penelitian diperoleh dua dari enam partisipan mengatakan bahwa ibu dari partisipan mengalami premenstrual syndrome. Berikut pernyataan partisipan:
“ Anggota keluarga yang mengalami hal seperti itu, ee..., gak ada kak. Baru adik lah yang istilahnya yang parah lah premenstrual syndromenya. Yang lainnya Cuma sekedar mau marah, nyeri di pinggang, nyeri diperut. Mamak yang alami kayak gitu kak.”
(Partisipan1)
“ Mamak. Adik sama mamak aja. Kalo kakak nggak.Kalo mamak ini kak, eee... apa namanya, kayak sakit perutnya. Mammaenya tegang juga sih. Eee..., terus bawaannya tu mau marah aja gitu juga. Sama aja.”
(Partisipan 4) b. Kakak
Dari hasil penelitian, diperoleh dua dari enam partisipan menyatakan bahwa anggota keluarga yang juga mengalami premenstrual syndrome adalah kakak dari partisipan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:
“ Hemmmpppp...,kakaknya adiklah palingan. Sakit perut dia.
Heemmmppp...suka marah-marah dia. Sakit perutnya kadang sampek nangis-nangis gitu dia kak. Marah-marahnya tu nggak ada sebabnya. Kadang kesel aja ma orang. ”
(44)
“ Kakak.Tapi kalau yang jelasnya nggak taulah kak. Saat itu masih kecil, jadi waktu menjelang menstruasi gitu dia ngalami sakit yang berlebihan. Sampek nangis. Sakitnya dimana ya? Di daerah pinggul lah, daerah atas simfisis, di lingkaran pinggul.”
(Partisipan 6)
c. Tidak ada
Dari hasil penelitian, dua dari enam partisipan mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami premenstrual syndrome. Berikut pernyataan dari partisipan.
“ Kalo mamak nggak tau lah ya kan. Tapi setau adik, cuma adik aja yang ngalami kayak gitu.”
(Partisipan 2)
“ Nggak ada.”
(Partisipan 3)
5. Waktu Mengalami
Dari hasil penelitian waktu mengalami gejala premenstrual syndrome yang dialami partisipan berbeda-beda. Waktu mengalaminya antara lain satu hari sebelum menstruasi, dua sampai tiga hari sebelum menstruasi, dan satu minggu sebelum menstruasi.
a. Satu hari sebelum menstruasi
Dari hasil penelitian, satu dari enam partisipan mengatakan bahwa mengalami
premenstrual syndrome pada satu hari sebelum menstruasi.
“ Biasanya satu hari sebelum menstruasi kak.”
(Partisipan 6) b. Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi
Satu dari enam partisipan mengalami premenstrual syndrome pada hari kedua sampai tiga hari sebelum menstruasi. Berikut adalah pernyataan dari partisipan.
“ Eee..., dua hari sampai tiga hari sebelum haid.”.
(45)
c. Satu minggu sebelum menstruasi
Dari penelitian, diperoleh informasi bahwa empat dari enam partisipan mengalami premenstrual syndrome pada satu minggu sebelum menstruasi. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan partisipan.
“ Agak-agak seminggu, kurang seminggulah kak.”
(Partisipan 2)
“ Satu mingguan lah kak.”
(Partisipan 3)
“ Ini kak, e...., kalo....biasanya adik lama kak. Satu minggu sebelum datang bulan adik ngerasa mammaenya sakit kak. Pokoknya sebelum datang bulanlah.”
(Partisipan 4)
“ Seminggu sebelum haid kak.”
(Partisipan 5)
6. Dampak premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian diperoleh dampak yang dirasakan oleh partisipan akibat
premenstrual syndrome seperti aktifitas sehari-hari terganggu, tidak ada dampaknya,
aktifitas tidak berjalan seperti biasa, aktifitasnya berkurang dan tidak nyaman. a. Aktifitas sehari-hari terganggu
Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa premenstrual syndrome
berdampak terhadap terganggunya aktifitas sehari-hari. Berikut adalah pernyataan dari partisipan :
“ Ada kak, eee....dampaknya itu tadi mau aktifitas pun susah, bawaannya pun mau tidur aja, lemas, pokoknya malaslah kak. Mau aktifitas sehari-hari itu terganggu jadinya. Contohnya tu salah satunya mandi, shalat, udah gitu kalau ada tugas atau apa tu malas. Maunya di bed aja, terus makan, gitu aja.”
(46)
“Semuanya terganggu kak. Mau ke kampus, sakitnya itu kan berebihan. Mau duduk salah, berdiri salah, jadi ntah mau ngapain kak.”
(Partisipan 6) b. Tidak ada dampaknya
Satu dari enam partisipan mengaku tidak ada dampak yang diakibatkan
premenstrual syndrome yang dialaminya. Berikut adalah pengakuannya:
“Dampaknya? Dampaknya kayaknya nggak adalah kak.”
(Partisipan 2) c. Aktifitas tidak berjalan seperti biasa
Satu dari enam partisipan menuturkan bahwa premenstrual syndrome
berdampak terhadap aktifitasnya sehingga tidak berjalan seperti biasa. Berikut adalah penuturan dari partisipan :
“ Kadang mengganggulah kak. Kadang kan pusing, jadi aktifitasnya tu nggak berjalan kayak biasanya.”
(Partisipan 3) d. Aktifitas berkurang
Satu dari enam partisipan mengatakan premenstrual syndrome mengakibatkan berkurangnya aktifitas sehingga kegiatan dan rutinitas sehari-hari berhenti. Berikut ini adalah pernyataan partisipan :
“ Iyalah kak. Jadi kayak mana ya kak? Dampaknya tu bawaannya malas, nggak mau....nggak maulah. Aktifitas itu berkurang jadinya. Namanya sakit kali. Semua aktifitas tu kayaknya berhenti total.”
(Partisipan 4) e. Tidak nyaman
Dari hasil penelitian, diperoleh satu dari enam partisipan menyatakan
premenstrual syndrome mengakibatkan partisispan tidak nyaman. Berikut
(47)
“ Ya nggak nyamanlah gitu kak. Lagi ngapai aja gitu kan, mau halangan terasa sakit-sakit jadi nggak enak.Mau...,ya mau duduk pun salah. Terus mau tidur. Sakitlah pokoknya.”
(Partisipan 5)
7. Penatalaksanaan
Dari hasil penelitian, diperoleh penatalaksanaan yang dilakukan partisipan terhadap
premenstrual syndrome yang dialami partisipan adalah dengan terapi obat analgesik, yaitu asam mefenamat, minum air putih, minum air hangat dan ditahan saja atau tidak melakukan apa- apa.
a. Terapi obat analgesik
Dari hasil penelitian, tiga dari enam partisipan mengatakan untuk mengatasi gejala-gejala premenstrual syndrome, partisipan menggunakan terapi obat analgesik,yaitu asam mefenamat saja. Berikut pernyataan dari partisipan:
“ Jadi kalo udah dapat ya minum asam mefenamat, kalau udah reda ya udah.“
(Partisipan 1)
“ Yaa...paling ini kak. Kalo sakit itu kan kak, kalo orang bilang it kan ini, ee...., namanya kan datang bulan gitu kan kak, ya udah itu memang kayak gitu. Ya kan emang sakit. Kadang adik biarin. Kadang kalo dah terlalu sakit, ya udah minum asam mefenamat. Ya gitu aja. “
(Partisipan 4)
“ Palingan minum obat. Asmet satu tablet aja sih.”
(Partisipan 5)
b. Minum Air Putih
Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa satu dari enam partisipan menyatakan untuk mengatasi gejala premenstrual syndrome yang dialaminya, Partisipan tidak hanya mengkonsumsi asam mefenemat saja. Tapi juga minum air putih. Berikut ini pernyataan dari partisipan :
(48)
“ Ada kak. minum obat. Asam mefenamat. Satu tablet. Satu kali kak. Kalo nggak hilang nyerinya Cuma banyak minum aja. Minum air putih. ”
(Partisipan 3) c. Minum Air Hangat
Satu dari partisispan menyatakan untuk mengatasi premenstrual syndrome, partisipan meminum air hangat. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :
“ Sakitnya kayak sakit pinggang gitu ya kak? Nggak ada kak, paling kalo tidur gitu di ganjali ma bantal, trus kalo perutnya terasa meruas-ruas gitu, minum air hangat. Udah gitu aja.”
(Partisipan 2) d. Ditahan saja
Satu dari enam partisipan dalam mengatasi premenstrual syndrome
mengatakan tidak ada yang dilakukan. Partisipan hanya menahannya saja. Berikut penuturan dari partisipan :
“ Kalau adik sih kak, karena setau adik bisa diatasi dengan ditahan, ya ditahan dulu kak. Nggak pake obat-obatan.”
(Partisipan 6)
8. Upaya Preventif
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil bahwa dari enam partisipan terdapat tiga orang yang tidak melakukan usaha pencegahan atau usaha preventif untuk premenstrual syndrome. Sisanya melakukan pencegahan dengan meminum jamu, menjaga pola makan, dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
a. Tidak ada
Tiga dari enam partisispan mnyatakan tidak ada usaha pencegahan atau preventif yang dilakukan untuk premenstrual syndrome. Berikut pernyataan dari partisipan :
(49)
“ Nggak. Kayakmana ya kak Kalo orang kayak gitu kan bawaannya malas kak. Kalo dah sakit, pasti tu tidur aja di tempat tidur. Ya kayak gitulah.”
(Partisipan 2)
“ Nggak ada kak. Karena kurang tau tentng itu. Jadi usahanya pun ntah mau diapakan.”
(Partisipan 3)
“ Usaha? Usaha apa ya? Nggak ada. Karena nggak tau caranya gimana. Kalo tau, dah diapain kak.”
(Partisipan 5) b. Minum jamu
Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara meminum jamu. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :
“ Ada, disuru minum jamu sama mamak itu ada. Tapi karena nggak suka diberhentikan.”
(Partisipan 1)
“ Ada sih kak. Eee..., itu tadi kayak mamak biasanya kan kak bilang biar tiap bulan nggak sakit itu minum jamu.”
(Partisipan 4) c. Menjaga pola makan
Satu dari enam partisipan mengatakan menjaga pola makan adalah cara partisipan untuk menghindari premenstrual syndrome. Berikut pernyataan partisipan :
“ Paling menjaga kesehatan ajalah kak. Biasanya kak, kalau pola makan kita bagus itu, nggak datang. Kadang memang terasa, karena kurang sehat makanannya kak.”
(Partisipan 6)
d. Konsultasi dengan tenaga kesehatan
Dari hasil penelitian didapati bahwa dari enam partisipan terdapat tiga partisipan yang pernah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan, berikut pengakuan dari pertisipan tentang pernyataan tersebut :
(50)
“ Kalo konsultasinya sama dokter spesialis belum, tapi masih konsultasi sama bidan. Kata bidannya itu wajar, karena darah kotor kita itu mau keluar. Tapi karena adik sampek berlarut-larut sampek tiga harigitu, terus keterlaluan sakitnya trus disuruh berkonsultasi sama dokter spesialis, karena adik takut, sampai sekarang belum dilaksanakan,”
(Partisipan 1)
“ Udah, tapi kan, itu katanya memang udah faktor fisiologinya. Sama bidan.”
(Partisipan 3)
“ Kalo dokter belumlah kak. Kalo bidan atau tenaga kesehatan yang lain pernah sih. Kata bidannya ya....,emang gitu ee..., emang kayak gitu kalo orang datang bulan kan kak? Sakit karena kan istilahnya tu kan kayak dijelaskan ma dia gitu kan kak. Namanya dinding-dinding rahimnya ee... ini kak, apa, ee... luruhnya dinding-dinding rahim. Kayak gitu, jadi ya udahlah, jadi emang kayak gitu.”
(Partisipan 4)
C.Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan literatur yang berhubungan dengan pengalaman mahasiswa tentang premenstrual syndrome yang meliputi pemahaman tentang
premenstrual syndrome, gejala klinis premenstrual syndrome, sumber informasi, riwayat keluarga, waktu mengalami, dampak premenstrual syndrome, penatalaksanaan, dan upaya preventif.
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
a. Pemahaman tentang premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian peneliti memperoleh informasi bahwa mereka memahami tentang premenstruasi syndrome berupa gejala yang dialami partisipan. Gejala-gejala yang disebutkan partisipan antara lain adalah nyeri/tegang pada payudara, sakit perut, sakit daerah pinggul, malas, dan emosi tidak stabil.
Menurut Suparman (2012) ,premenstrual syndrome merupakan suatu kumpulan keluhan atau gejala fisik, emosional dan perilaku yang terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7 – 10 hari sebelum
(51)
menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar, yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut dan kemudian diikuti oleh suatu periode bebas gejala sama sekali.
Sedangkan menurut Suryono dan Sejati (2009) premenstrual syndrome
merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi.
Dalam penelitian yang dilakukan Zulaikha (2010), yang berjudul Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi
Premenstrual Syndrome di SMA N 5 Surakarta, diperoleh hasil bahwa remaja putri
memiliki sikap yang positif terhadap premenstrual syndrome. Ini berarti menunjukan pemahaman remaja putri baik. Hal ini dikarenakan pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling, bapak dan ibu guru di kelas memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi, memberikan nasehat-nasehat, alternatif jawaban tentang masalah yang dihadapi oleh siswi dan apabila siswi merasa permasalahan yang dihadapi bersifat rahasia, maka siswi dapat berkonsultasi dengan bapak/ibu guru mata pelajaran Bimbingan dan Konseling di luar jam mata pelajaran tersebut. Siswi juga mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman partisipan mengenai premenstrual
syndrome adalah berupa tanda dan gejala yang mereka alami. Pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh Zulaikha (2010), pengetahuan remaja putri tentang premenstrual
syndrome baik. Hal ini dikarenakan di Sekolah tersebut terdapat mata pelajaran
Bimbingan dan Konseling yang memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi, salah satunya tentang premenstrual syndrome. Sedangkan pada partisipan mereka mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang cukup beragam, diantaranya dosen,
(52)
mengetahui dan dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya remaja mengetahui atau paham tentang premenstrual syndrome karena banyak cara mendapatkan informasi tersebut.
b. Gejala klinis
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa mahasiswa yang mengalami
premenstrual syndrome memiliki gejala klinis yang berbeda-beda. Ada gejala yang
semua partisipan alami, yaitu rasa sakit/tegang/nyeri di payudara, tetapi disertai dengan gejala-gejala lain yang berbeda tiap mahasiswa seperti sakit kepala, mual, muntah, sakit bagian simpisis, sakit perut, meriang, jerawatan, lemas dan pucat, malas, dan suka marah-marah.
Menurut Suparman (2012) gejala-gejala klinis premenstrual syndrome
diantaranya keluhan dan/atau gejala fisik seperti nyeri kepala, nyeri dan pembengkakan payudara, nyeri punggung, nyeri sendi dan otot, mual, perut kembung, peningkatan berat badan, maupun berbagai derajat edema ekstremitas. Keluhan psikis seperti depresi, kecemasan, kelelahan atau merasa kehilangan tenaga, kebingungan, menjadi pelupa, perasaan mudah tersinggung, kemarahan yang muncul tanpa provokasi yang adekuat, sering menangis, kehilangan daya konsentrasi, dan merasa kehilangan harga diri. Dan gangguan perilaku seperti perasaan lelah, insomnia, berkurangnya hasrat seksual, keinginan berlebihan makan / minum sesuatu, serta penarikan diri secara sosial.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2010) mengenai Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi
Premenstrual Syndrome di SMA N 5 Surakarta, didapatkan hasil bahwa gejala klinis
yang dialami oleh remaja putri, yang terbanyak adalah sakit perut (keluhan fisik), keluhan yang bersifat psikologis seperti merasa lebih sensitif dan mudah marah, dan keluhan perubahan kebiasaan misalnya nafsu makan yang bertambah.
(53)
Sesuatu yang subjektif yang diungkapkan klien dengan mendeskripsikan nyeri disebut kualitas nyeri. Kalimat-kalimat yang sering digunakan untuk pendeskripsiannya antara lain tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, tertusuk, perih tertindih dan lain- lain. Setiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan (Preasetyo,2010).
Dari hasil penelitian, gejala – gejala yang dialami oleh partisipan sakit kepala, mual, muntah, sakit bagian simpisis, sakit perut, meriang, jerawatan, lemas dan pucat, malas, dan suka marah-marah. Hal tersebut sesuai dengan teori- teori yang berkenaan dengan premenstrual syndrome dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zulaikha (2010) walaupun tidak semua tanda dan gejala ada. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa gejala yang paling sering dialami dan yang sering ditemukan antara lain tegang/nyeri payudara, sakit perut, jerawat, dan emosi yang tidak stabil.
Selain itu, dari hasil penelitian, rasa nyeri yang dialami oleh partisipan cukup beragam. Hal ini sesuai dengan teori Prasetyo (20101) bahwa rasa nyeri yang dirasakan antara lain tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, tertusuk, perih tertindih dan lain- lain. Dengan demikin peneliti dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa rasa nyeri yang dialami partisipan beragam karena rasa nyeri bersifat subjektif. Artinya hanya penderita saja yang dapat merasakan nyeri yang dialaminya dan ketahanan tiap orang terhadap nyeri berbeda-beda.
c. Sumber Informasi
Berdasarkan penelitian, partisipan mendapatkan informasi tentang premenstual syndrome dari berbagai sumber. Diantaranya dari dosen, orang tua, teman dan buku, televisi, dan internet.
(54)
Manusia ( dosen/guru, orang tua, teman, dll ) merupakan sumber utama proses pembelajaran. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, pendidik dapat memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Sedangkan buku, televisi, dan internet adalah alat dan bahan pengajaran. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan pendidik, contohnya overhead projector, proyektor, tape, video player, televisi dan sebagainya. Sedangkan bahan adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan peserta didik, contohnya buku-buku, majalah, koran dan bahan cetak lainnya (Sanjaya, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2010) mengenai Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi
Premenstrual Syndrome di SMA N 5 Surakarta, remaja putri mendapatkan informasi
dari berbagai sumber. Sumber informasi terbanyak adalah dari media cetak, media
elektronik, serta keluarga.
Dari hasil penelitian, sumber informasi yang didapatkan oleh partisipan berasal dari dosen, orang tua, teman dan buku, televisi, dan internet. Hal ini seseuai dengan teori dan hasil penelitian Zulaikha (2010) dan teori bahwa sumber informasi berupa alat, adalah sesuatu yang dapat digunakan pendidik, contohnya overhead projector,
proyektor, tape, video player, televisi dan sebagainya, dan berupa bahan, contohnya buku-buku, majalah, koran dan bahan cetak lainnya. Dengan demikian menurut peneliti, antara hasil penelitian tentang sumber informasi tentang premenstrual syndrome sesuai dengan teori dan hasil penelitian terkait. Hal ini karena sudah cukup banyak sumber informasi yang mengulas tentang premenstrual syndrome, sehingga remaja putri atau partisipan dapat dengan mudah mencari informasi yang terkait dengan premenstrual syndrome.
(55)
d. Riwayat Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian empat dari enam partisipan memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat premenstral syndrome, yaitu dua partisipan yang memiliki ibu dengan premenstrual syndrome, dan dua parisipan yang memiliki kakak dengan premenstrual syndrome. Riwayat keluarga seperti memiliki ibu kandung atau saudara kandung yang memiliki premenstrual syndrome merupakan salah satu faktor resiko terjadinya premenstrual syndrome.
Dalam Saryono dan Sejati (2009) riwayat keluarga sangat mempengaruhi seorang wanita terkena premenstrual syndrome. Beberapa penelitian menemukan bahwa kejadian premenstrual syndrome adalah dua kali lebih tinggi antar kembar identik dibandingkan dengan kembar dua telur. Selain itu premenstrual syndrome lebih rentan diderita oleh wanita dengan riwayat premenstrual syndrome pada anggota keluarga lainnya (Suparman, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian, partisipan memiliki ibu dan kakak yang mengalami
premenstrual syndrome. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Saryono dan Sejati (2009) serta Suparman (2012) bahwa riwayat keluarga memilki pengaruh besar terhadap kejadian premenstrual syndrome yakni dua kali lebih besar. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa riwayat keluarga memiliki pengaruh terhadap kejadian premenstrual syndrome.
e. Waktu mengalami
Berdasarkan hasil penelitian, partisipan mengatakan bahwa mengalami
premenstrual syndrome pada satu hari sebelum menstruasi, dua sampai tiga hari
sebelum menstruasi, dan satu minggu sebelum menstruasi.
Menurut Suparman (2010) maenyebutkan bahwa premenstrual syndrome
(56)
terjadi pada wanita usia reproduksi yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7 – 10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar, yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan wanita tersebut dan kemudian diikuti oleh suatu periode bebas gejala sama sekali.
Sedangkan menurut Saryono dan Sejati (2009), premenstrual syndrome adalah suatu kumpulan gejala, dan jenis serta intensitas gejala berbeda-beda dari wamita ke wanita pada siklus menstruasi. Gejala-gejala bertahan dan berlangsung beberapa jam hingga lebih atau sama dengan 10 hari dan biasanya berhenti ketika menstruasi dimulai.
Berdasarkan hail penelitian didapatkan bahwa waktu premenstrual syndrome
yang dialami partisipan satu hari sebelum menstruasi, dua sampai tiga hari sebelum menstruasi dan satu minggu sebelum menstruasi. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Suparman (2010) yang berlangsung dalam 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi dan Saryono dan Sejati (2009) yang berlangsung beberapa jam hingga lebih atau sama dengan 10 hari. Dengan demikian, peneliti dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa waktu premenstrual syndrome yang dialami partisipan berkisar 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi.
f. Dampak premenstrual syndrome
Dari hasil penelitian diperoleh dampak yang dirasakan oleh partisipan akibat
premenstrual syndrome. Dampak yang dialami antara lain aktifitas sehari-hari
terganggu, tidak ada dampaknya, aktifitas tidak berjalan seperti biasa, aktifitasnya berkurang, dan tidak nyaman. Dari pernyataan-pernyataan partisipan, dapat disimpulkan dampak premenstrual syndrome ini menurunkan produktivitas kerja.
Menurut Borenstein (2004) dalam Suparman (2012, hal. 82 – 83) melaporkan penurunan produktivitas 436 penderita premenstrual syndrome yang sangat bermakna
(57)
dibandingkan kontrol, yang dikaitkan dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas emosi, serta menurunnya kemampuan koordinasi. Data yang diperoleh menunjukkan lebih tingginya angka tidak masuk kerja selama lebih dari 5 hari kerja perbulan, berkurangnya produktivitas kerja selam 50 %, serta lebih tigginya kejadian terganggunya hubungan interpersonal dan aktivitas sosial, pekerjaan atau sekolah pada kelompok penderita premenstrual syndrome yang diteliti.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dampak yang dialami oleh partisipan memang berbeda-beda. Tetapi secara umum keluhannya sama yaitu menganggu aktifitas sehari-hari. Hal ini merupakan bentuk dari nyeri yang dialami dan gangguan emosioanal yang dialami oleh partisipan. Hal ini seseuai dengan penelitian milik Boreinstein (2004) dalam Suparman (2012). Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa premenstrual syndrome dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
g. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh penatalaksanaan yang dilakukan partisipan untuk premenstrual syndrome yang dialaminya. Adapun penatalaksanaan yang partisipan lakukan antara lain, mengkonsumsi obat analgesik yaitu asam mefenamat, minum air putih, minum air hangat, dan ditahan saja.
Pengobatan premenstrual syndrome dapat menggunakan analgesik (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat simptomatis, hanya membantu mengatasi nyeri, dan gejala sedang lainnya serta bersifat sementara (Elvira, 2010). Analgesik yang digunakan biasanya asam mefenamat dengan dosis 500 mg diberikan 3 kali sehari (Saryono dan Sejati, 2009).
Air dapat digunakan sebagai penyembuh alami. Ada berbagai teknik yang digunakan dalam penggunaannya. Salah satunya dengan meminum air. Berdasarkan
(1)
Nama : Trisning Arum Kustini
NIM : 135102004
Saya adalah mahasiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengalaman mahasiswa tingkat III tentang premenstrual syndrome.
Dalam hal ini saya sangat mengharapkan kesediaan saudari untuk menjadi partisipan demi berjalannya penelitian ini. Saudari akan diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner dan pertanyaan yang akan saya tanyakan pada Saudari.
Penelitian ini tidak akan membawa dampak buruk bagi Saudari dan segala kerahasiaan Saudari akan dijaga dengan baik oleh peneliti baik identitas maupun informasi-informasi yang sudah disampaikan oleh Saudari dan dipergunakan sepenuhnya untuk kebutuhan penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela sehingga Saudari bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada sanksi apa pun yang diberikan.
Atas kesediaan Saudari menjadi partisipan saya ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2014
(2)
KUISIONER DATA DEMOGRAFI
No. Partisipan:
Pengkajian Data Demografi
Petunjuk Pengisian
- Semua pertanyaan harus dijawab.
- Untuk nomor 1 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang diuraikan.
- Untuk pertanyaan selanjutnya dijawab dengan memberikan tanda check list (ѵ) pada tempat yang telah disediakan.
- Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda. 1. Umur partisipan : tahun
2. Agama : ( ) Islam
( ) Kristen Protestan ( ) Kristen Katolik ( ) Hindu
( ) Budha
3. Suku : ( ) Batak
( ) Jawa ( ) Melayu ( ) Minang ( ) dll
(3)
PANDUAN WAWANCARA
1. Apa yang Anda ketahui tentang premenstrual syndrome ? 2. Darimana Anda mengetahui tentang premenstrual syndrome ? 3. Kapan Anda merasakan premenstrual syndrome ?
4. Apa yang Anda alami ketika menjelang haid? 5. Bagaimana yang Anda rasakan ?
6. Adakah dampak yang Anda rasakan dari premenstrual syndrome ?
7. Usaha – usaha apa sajakah yang Anda lakukan untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan tersebut ?
8. Apakah usaha – usaha tersebut berhasil ? Jika tidak, apa yang Anda lakukan?
9. Usaha – usaha apa sajakah yang Anda lakukan untuk mengantisipasi keluhan – keluhan tersebut ?
10. Apakah usaha – usaha tersebut berhasil? Jika tidak, apa yang Anda lakukan ?
11. Apakah Anda pernah berkonsultasi ke tenaga kesehatan ? Bila pernah, apa anjuran yang diberikan ?
(4)
(5)
(6)
Nama : Trisning Arum Kustini
Tempat/Tanggal Lahir : Mangkai Baru / 23 Nopember 1992
Agama : Islam
Nama Ayah : Suterisno
Nama Ibu : Nining Sulistiani Alamat : Mangkai Lama, Dusun V
Kecamatan : Limapuluh Kabupaten : Batubara
Pendidikan Formal :
Tahun 1997 – 1998 : TK Sanggar Yuana Gunung Bayu Tahun 1998 – 2004 : SD Negeri 091686 Gunung Bayu
Tahun 2004 – 2007 : SMP Swasta PTP Nusantara IV Gunung Bayu Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 1 Limapuluh
Tahun 2010 – 2013 : Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam Tahun 2013 – 2014 : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU