ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

(1)

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY

2011-2015

Oleh

EKA WIDYANINGRUM

20130430048

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015

ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGY IN MUKOMUKO REGENCY

2011-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

EKA WIDYANINGRUM

20130430048

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Eka Widyaningrum Nomor Mahasiswa : 20130430048

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS POTENSI

DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI

KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2011-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 06 Maret 2017


(4)

v

MOTTO

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur’an) yang telah kami turunkan. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu

kerjakan.”

QS. At-Taghabun : 8

“Ketetapan Allah pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang)nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang ,mereka

persekutukan.”

QS. An-Nahl : 1

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

QS. Ar Rahmaan : 13

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)


(5)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk :

Kedua orang tuaku Mamah (Tuti) dan Bapak (Kiswanto) Kedua Adikku (Lindu Sapriaji dan Sastri Rahmawati)

Dosen Pembimbing terbaikku : Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si.

Serta :

Selururuh Dosen Ilmu Ekonomu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(6)

vii

INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi ekonomi berdasarkan sektor unggulan di kabupaten Mukomuko, dengan membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.

Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.

Kata Kunci: Pembangunan ekonomi, PDRB, analisis LQ, analisis Shift-share, analisis MRP, analisis Tipology Klassen dan analisis SWOT.


(7)

viii

ABSTRACT

The aim of this research is to identify the economic potencies based on the superior sectors in Mukomuko Regency by comparing the Gross Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.

Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.

Keywords : Economic development, PDRB, LQ analysis, Shift-share analysis, MRP analysis, Klassen Typology analysis and SWOT analysis.


(8)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Ekonomi di Kabupaten Mukomuko Tahun 2011-2015”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Allah SWT yang telah menjawab semua doaku dan selalu memberikan jalan atas segala kesulitanku.

2. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dengan penuh kesabaran selama proses penyelesain karya tulis ini.

3. Dyah Titis Kusuma Wardani, SE., MIDEc selaku dosen penguji skripsi.

4. Diah Setyawati Dewanti, SE., M.Sc selaku dosen penguji skripsi. 5. Terimakasih kepada seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Kedua orang tuaku (Mamah dan Bapak) terimakasih untuk kasih sayang yang tak terhingga untukku, terimaksih untuk restu disetiap langkahku dan terimaksih untuk dukungan baik moril


(9)

x

ataupun materil yang tak pernah terhenti untukku. Aku sangat menyayangi kalian.

7. Muhammad Harits Arrabby yang selalu membantu dalam setiap kesulitanku, dan terimakasih sudah menemaniku dalam menyelesaikan karya tulis ini.

8. Teman-teman IE’13 yang selama perkuliahan berlangsung banyak suka cita yang kita lewati bersama, terimakasih sudah menjadi bagian di dalam penyelesaian karya tulis ini.

9. Terimakasih teman seatapku yang selama beberapa bulan terakhir menemaniku, menyemangatiku dalam menyelesaikan karya tulis ini.

10. Terimakasih pula pada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam proses menyelesaikan karya tulis ini.

Yogyakarta, 06 Maret 2017


(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penlitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1) Teori Pembangunan Ekonomi ... 12

2) Pembangunan Ekonomi Daerah ... 15

3) Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 18

4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21

5) Sektor Unggulan ... 23

6) Sektor Basis Ekonomi ... 24

B. Penelitian Terdahulu ... 26

C. Kerangka Teori... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Objek Penelitian ... 31

B. Jenis Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Definisi Operasional Variabel yang Digunakan ... 32

E. Metode Analisa Data ... 33


(11)

xii

2) Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 36

3) Analisis Shift-Share ... 38

4) Analisis Tipology Klassen ... 42

5) Analisis SWOT ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 45

A. Letak Geografis Kabupaten Mukomuko ... 45

B. Kondisi Demografi ... 47

C. Kondisi Sosial ... 49

D. Kondisi Perekonomian Daerah ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Analisis Location Quatient ... 56

B. Hasil Analisis Model Ratio Pertumbuhan (MRP) ... 58

C. Hasil Analisis Shift-Share ... 61

D. Hasil Analisis Tipology Klassen ... 80

E. Hasil Analisis SWOT ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Propinsi Bengkulu ADHK 2010 (persen) ... 8 3.1 Klasifikasi Tipology Klassen ... 43 3.2 Matriks SWOT ... 44 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Mukomuko

tahun 2015 ... 46 4.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis

Kegiatan Selama Seminggu yang lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mukomuko, 2015 ... 49 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Umur (Persen) di

Kabupaten Mukomuko, 2011-2015 ... 49 4.4 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Mukomuko, tahun

2011-2015 ... 50 4.5 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Mukomuko

(Persen) 2011-2015... 51 4.6 Laju Pertumbuhan Rill PDRB Menurut Lapangan Usaha

(Persen), 2011-2015... 53 4.7 PDRB Perkapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah),

2011-2015 ... 55 5.1 Hasil Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan ADHK 2010, 2011-2015 (Milyar) ... 57 5.2 Hasil Perhitungan Rata-rata RPr dan RPs Kabupaten Mukomuko

tahun 2011-2015 ... 59 5.3 Hasil Perhitungan Shift-share kabupaten Mukomuko Berdasarkan ADHK 2010, tahun 2011-2015 (Milyar) ... 63 5.4 Klasifikasi Pola dan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko,

2011-2015 ... 82 5.5 Matriks SWOT Pembangunan Sektor Unggulan di Kabupaten


(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015 ... 6 2.1 Kerangka Pemikiran ... 30 4.1 Peta Kabupaten Mukomuko ... 45 4.2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Mukomuko

(jiwa), 2011-2015 ... 47 4.3 Perkembangan Tikat Pengangguran di Kabupaten Mukomuko,

2011-2015 (Persen)... 48 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mukomuko, tahun 2011-2015


(14)

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI DA}{ STRATEGI PENGEMBADIGA}I

EKONOI\& DI KABUPATEN MT]I(OMUKO TAHI'N 2011-2015

ANALYSIS OF THE AND ECONOMIC

DEVELOPMENT REGENCY

3nguji

Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekoqomi dan Bisnis

Un iversitas Muhammad iyah Yogyakafta Program

U

199202 143 016

..%


(15)

vii

membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 kabupaten Mukomuko dengan provinsi Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ, analisis MRP, analisis Shift-share, analisis Tipology klassen dan analisis SWOT.

Berdasarkan analisis LQ yang telah dilakukan sektor basis kabupaten Mukomuko adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor. analisis MRP menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko lebih tinggi dibandingkan provinsi Bengkulu. Hasil dari analisis Shift-Share secara keseluruhan menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hasil analisis tipology klassen menunjukan sektor maju dan cepat tumbuh di kabupaten Mukomuko yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor informasi dan komunikasi. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa perlu adanya strategi khusus yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan, yaitu : strategi meningkatkan kualitas SDA, pemanfaatan letak geografis kabupaten Mukomuko, meningkatkan kualitas SDM agar mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, pengembangan industri pengolahan, pemanfaatan tekonologi dalam meningkatkan produksi dan promosi sektor pariwisata, dan strategi peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi guna mendukung pelaksanakan pembangunan.

Kata Kunci: Pembangunan ekonomi, PDRB, analisis LQ, analisis Shift-share, analisis MRP, analisis Tipology Klassen dan analisis SWOT.


(16)

viii

ABSTRACT

The aim of this research is to identify the economic potencies based on the superior sectors in Mukomuko Regency by comparing the Gross Regional Domestic Product at Constant Prices 2010 of Mukomuko Regency with the Province of Bengkulu. The method used in this research is the LQ analysis, MRP analysis, Shift-share analysis, Klassen Typology analysis, and SWOT analysis.

Based on the LQ analysis conducted by the basic sectors of Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, large and retail trade, and cars and motorbikes reparation. The MRP analysis shows that the economic growth in Mukomuko Regency is higher than the Province of Bengkulu. The total result of Shift-share analysis shows a positive value and increases every year. The result of Klassen Typology analysis shows that the developed and fast-growing sectors in Mukomuko Regency are the sectors of agriculture, forestry and fisheries, processing industry, and information and technology. Meanwhile, based on the SWOT analysis, it shows that the special strategies used for increasing development are needed such as the strategy to improve the Human Resources quality, to use the geographical location in Mukomuko Regency, to improve the Human Resources Quality in order to manage the natural resources effectively and efficiently, to develop the processing industry and technology use in improving the production and promotion of tourism sectors, and the strategy to improve the quality of transportation facilities to support the development performance.

Keywords : Economic development, PDRB, LQ analysis, Shift-share analysis, MRP analysis, Klassen Typology analysis and SWOT analysis.


(17)

1 A. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan baik di negara maju ataupun negara berkembang tidak selamanya memberikan dampak positif bagi pembangunan, tetapi juga dapat berdampak negatif. Ketimpangan pembangunan yang terjadi disetiap wilayah atau negara yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Hal tersebut selalu menjadi faktor utama yang mengkibatkan terjadinya ketimpangan antar wilayah atau negara.

Ketimpangan pembangunan yang selalu di tekankan pada ketimpangan pembangunan bidang ekonomi sebenarnya tidak selamanya benar, tetapi juga berkaitan dengan seluruh aspek yang dapat meningkatkan produktifitas serta kemajuan bagi wilayah atau negara tersebut. Tetapi realita yang tejadi pada pembangunan di banyak negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan bidang ekonomi saja. Sebagimana yang dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa keterbelakangan yang dihadapi oleh banyak negara yang sedang berkembang adalah pada bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi juga dianggap sebagai salah satu faktor utama dalam meningkatkan produktifitas ekonomi serta kemajuan pada berbagai aspek dalam suatu wilayah atau negara.


(18)

2

Indonesia sebagai salah satu dari sekian banyak negara sedang berkembang di tuntut untuk dapat memaksimalkan kinerjanya dalam berbagai aspek terutama bidang ekonomi, hal ini dikarenakan bidang ekonomi dianggap menjadi salah satu faktor utama suatu negara dapat dikatakan maju atau berkembang. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan negara dalam menghadapi globlalisasi, sehingga dengan ini pemerintah harus mempersiapkan beberapa strategi khusus yang dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yang kuat dan stabil.

Maka dalam hal ini pemerintah dalam kebijakannya harus menerapkan otonomi daerah, hal ini dikarenakan otonomi daerah merupakan suatu kebutuhan bagi pemerintah, karena pemerintah tidak mungkin dapat secara menyeluruh menangani permasalahan yang terdapat di daerah. Oleh sebab itu otonomi daerah diharapkan dapat memberikan kemudahan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan daerah, dan diharapkan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini tidak terjadi lagi ketimpangan pembangunan antar daerah.

Pembangunan daerah yang pada hakekatnya merupakan bagian dari pembangunan nasional yang juga membangun manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia hal ini terdapat dalam Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (2007). Pembentukan otonomi daerah ini bertujuan untuk memberikan kemudahan pada daerah dalam mengurus dan mengatur kepentingan


(19)

daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat menggali potensi yang dimiliki oleh daerah dan dapat memaksimalkan koordinasi daerah dalam malakukan pembangunan, hal ini dikarenakan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah sangatlah beragam pada setiap sumberdaya, sehingga dalam hal ini pemerintah daerah memiliki peran sebagai pelaku utama dalam meningkatkan pembangunan, sedangkan pemerintah pusat hanya sebagai fasilitator dan koordinator terhadap pemerintah daerah dalam melaksakan pembangunan nasional.

Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian dari otonomi daerah ini telah diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam menentukan kebijakan dan program pembangunan yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan daerah dan pembangunan daerah. Adanya otonomi daerah ini juga sesuai dengan arahan dan tujuan yang tertuang dalam Propenas (Program Pembangunan Nasional), kota-kota dan wilayah lain di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan


(20)

4

harus mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbul oleh adanya kebijakan regionalisasi (Riyadi, 2002).

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan (Todaro, 2006) Pembangunan wilayah yang ditinjau dari aspek ekonomi harus menjadi prioritas utama suatu daerah karena pembangunan ekonomi dianggap sebagai pelopor atau penggerak ekonomi nasional. Sebelum pelaksanaan otonomi daerah pemerintah sebelumnya telah melaksakan desentralisasi, pelaksanaan desentralisasi ini bertujuan untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan masyarakat, sehingga pemerintah dapat secara maksimal dalam melakukan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka dari pada pemerintah pusat sehingga pelaksanaan otonomi daerah dianggap memberikan dampak positif bagi pembangunan serta kemajuan ekonomi.

Pelaksanaan desentralisasi yang sering diikuti dengan adanya pemekaran wilayah dianggap memberikan dampak positif, karena semakin kecil wilayah yang tergabung dalam pemerintahan maka akan semakin mempermudah pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah. Tetapi pada kenyataannya adanya pemekaran wilayah justru mengakibatkan tingginya tingkat ketimpangan antar wilayah, tujuan utama dari pemekaran wilayah itu sendiri ialah untuk percepatan


(21)

pembangunan dan pemerataan di wilayah tertentu, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 : yang berdasarkan pada : kemampuan ekonomi, potens daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta beberapa pertimbangan lain yang memingkinkan terselenggaranya otonomi daerah, sehingga dalam hal ini pemerintah dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang bebas dari kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan kesehatan yang buruk.

Ketimpangan pembangunan yang tejadi di beberapa wilayah atau daerah dapat di lihat dari pertumbuan ekonomi dan juga tingkat kesejahteraan daerah, sebagimana yang dikemukankan oleh Arsyad (2005) menyatakan bahwa dalam melaksakan pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah diperlukan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunkan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki daerah. Kecendrungan penguasaan ekonomi suatu daerah yang tidak tersebar secara merata maka dapat meningkatkan ketimpangan antar wilayah tersebut. Perbedaan potensi di Indonesia menyebabkan kesenjangan yaitu : kesenjangan antar wilayah, kesenjangan antar desa dan kota kesenjangan antara golongan pendapatan (Nindyantoro, 2004). Kesenjangan antara wilayah desa dan kota terus saja terjadi, hal ini dikarenakan tingginya tingkat populasi masyarakat di perkotaan sehingga pembangunan wilayah lebih banyak ditekankan di kota.


(22)

6

Walaupun sebenarnya potensi ekonomi yang dimiliki wilayah desa lebih tinggi di bandingkan kota.

Ketika menetapkan sektor unggulan yang dimiliki suatu wilayah diharapkan dapat mengoptimalkan pengembangan atas sektor tersebut, sehingga dapat melaksanakan pembangunan ekonomi secara maksimal. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah merupakan rangkaian kegiatan yang dihimbau oleh pemerintah, bersama-sama dengan masyarakat, hal ini agar pembangunan yang dilakukan bukan hanya memberikan dampak terhadap pemerintah tetapi juga pada masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan juga pelayanan masyarakat ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur pertumbuhan suatu daerah.

Letak geografis yang dimiliki oleh suatu daerah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah, hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Tarigan (2007) dimana wilayah akan selalu menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang di hasilkan pada setiap pengoperasi faktor produksi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara tidak langsung hal ini dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah tidak selalu ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang diperoleh dari wilayah tersebut tetapi juga seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang diperoleh dapat mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.


(23)

Secara geografis kabupaten Mukomuko yang teletak di provinsi Bengkulu merupakan kabupaten baru yang awalnya merupakan bagian dari kabupaten Bengkulu Utara tetapi karena adanya pemekaran wilayah pada tahun 2003 maka menjadi kabupaten Bengkulu Utara dan kabupaten Mukomuko. Perkembangan perekonomian di kabupaten Mukomuko didukung oleh sektor industri, sektor perdagangan dan juga sektor pertanian. Perkembangan perokonomian sektor pertanian memiliki peran yang cukup besar dalam kontribusinya terhadap PDRB, sektor pertanian memberikan kontribusinya hampir 50 persen dari PDRB dan juga mengurangi tingkat pengangguran yang menyerap tenaga kerja kurang lebih 40 persen dari jumlah angkatan kerja yang terdapat di kabupaten Mukomuko.

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten Mukomuko 2011-2015.

Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko

5.73

6.24

6.36

6.01

5.68

5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6

2011 2012 2013 2014 2014


(24)

8

Jika dilihat dari gambar diatas maka diketahui pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko dalam kurun waktu lima tahun mengalami fluktuasi. Terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 5.73 persen, meningkat pada tahun 2012 sebesar 0.51 persen menjadi 6.24 persen, kemudian pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi 6.36 persen, tetapi pada tahun 2014 menurun sebesar 0.35 persen menjadi 6.01 persen, dan tahun 2015 mengalami penurunan kembali menjadi 5.68 persen.

Pada tabel 1.1 dapat diketahui sektor ekonomi unggulan yang menjadi sektor basis kabupaten Mukomuko pada tahun 2015 adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang memberikan kontribusinya terhadap PDRB hampir 50 persen yaitu sebesar 45.56 persen, sedangkan provinsi Bengkulu hanya sebesar 29.42 persen berada jauh dibandingkan kabupaten Mukomuko, lapangan usaha kedua yang juga memberikan kontribusi yang cukup tinggi di kabapaten Mukomuko ialah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 15.83 persen, sementara kontribusi yang diberikan provinsi Bengkulu hanya sebesar 14.56 persen, kemudian diikuti oleh lapangan usaha industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 11.90 persen dari total PDRB di kabupaten Mukomuko dan kontribusi lapangan usaha industri pengolahan provinsi Bengkulu yang berada pada 6.26 persen dari jumlah PDRB provinsi Bengkulu. Perbedaan tingkat kontribusi ini juga


(25)

diikuti oleh sektor-sektor lainnya, pada sektor-sektor tertentu kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi terhadap peningkatan PDRB di provinsi Bengkulu berada lebih tinggi dibandingkan tingkat kontribusi yang diberikan sektor tersebut di kabupaten Mukomuko.


(26)

10

TABEL 1.1

Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Mukomuko dan Provinsi Bengkulu Atas Dasar Harga Konstan 2010 (persen)

Lapangan Usaha Mukomuko Bengkulu

2011 2012 2013 2014* 2015** 2011 2012 2013 2014* 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 47.65 47.15 46.86 46.23 45.56 32.13 31.74 31.13 30.24 29.42

B Pertambangan dan Penggalian 3.77 3.67 3.56 3.42 3.27 4.11 4.11 3.96 3.98 3.83

C Industri Pengolahan 11.33 11.41 11.50 11.72 11.90 6.08 6.15 6.23 6.28 6.26

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.07 0.06 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 0.23 0.22 0.21 0.20 0.19 0.27 0.26 0.24 0.24 0.23

F Kontruksi 3.75 3.67 3.60 3.61 3.61 4.40 4.48 4.43 4.47 4.42

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 14.73 15.10 15.28 15.53 15.83 13.84 13.84 14.10 14.30 14.56

H Transportasi dan Penggudangan 3.94 3.97 4.02 4.12 4.22 7.63 7.62 7.66 7.73 7.85

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.27 1.4 1.23 1.25 1.27 1.37 1.38 1.40 1.45 1.50

J Informasi dan Komunikasi 1.05 1.05 1.05 1.05 1.07 4.00 4.02 4.11 4.20 4.26

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.35 1.41 1.41 1.40 1.40 3.30 3.50 3.54 3.53 3.48

L Real Estat 1.85 1.86 1.89 1.93 1.96 4.26 4.35 4.42 4.46 4.50

M,N Jasa Perusahaan 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 2.09 2.11 2.15 2.17 2.22

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 6.53 6.64 6.74 6.86 6.97 8.29 8.23 8.40 8.47 8.74

P Jasa Pendidikan 2.06 2.12 2.16 2.19 2.24 6.04 6.01 6.06 6.24 6.42

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.24 0.24 0.23 0.24 0.24 1.40 1.41 1.41 1.46 1.51

R,S,T,U Jasa Lainnya 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.71 0.69 0.67 0.70 0.72

PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kabupaten Mukomuko


(27)

Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan pemerataan pembangunan guna memaksimalkan pengelolaan sektor-sektor ekonomi yang ada di kabupaten Mukomuko, tidak hanya pada sektor unggulannya saja tetapi perlu adanya pengembangan pada sektor-sektor lain agar memilki kesetaraan, hal tersebut guna memaksimalkan pengembangan pembangunan di kabupaten Mukomuko. Adanya strategi-strategi khusus guna memaksimalkan pembangunan yang berbasis lingkungan dengan memanfaatkan potensi ekonomi ini juga harus mendapatkan dukungan penuh dari elemen-elemen pemerintah, swasta, dan juga masyarakat di kabupaten Mukomuko.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang yaitu :

1. Sektor apakah yang menjadi sektor unggulan di kabupaten Mukomuko?

2. Sektor apakah yang mengalami pertumbuhan paling cepat di Kabupaten Mukomuko?

3. Bagaimana perbandingkan pertumbuhan sektor ekonomi di kabupaten Mukomuko?

4. Bagaimana pola dan struktur ekonomi di kabupaten Mukomuko? 4. Kebijakan apakah yang harus diterapkan di kabupaten


(28)

12

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di kabupaten Mukomuko.

2. Untuk mengetahui sektor apakah yang mengalami pertumbuhan paling cepat di kabupaten Mukomuko.

3. Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan sektor ekonomi di kabupaten Mukomuko.

4. Untuk mengetahui bagaimana pola dan struktur ekonomi di kabupaten Mukomuko.

5. Untuk mengetahui kebijakan apakah yang harus diterapkan di kabupaten Mukomuko.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaat dari sebuah penelitian maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang juga sebagai salah satu penerapan ilmu yang telah dipelajari. Sehingga dengan demikian


(29)

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

2. Bagi Universitas dan Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan pelengkap perpustakaan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan juga dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian dengan tema yang sejenis, sehingga dapat berkontribusi terhadap pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan suatu strategi ataupun kebijakan dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Mukomuko, yang berorentasi pada sektor unggulan .


(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1) Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian usaha dan juga kebijakan yang dilakukan oleh suatu pemerintahan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, terdapat berbagai cara yang dilakukan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan cara memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat, serta beberapa cara lain seperti meningkatan hubungan ekonomi regional ataupun dari wilayah lainnya.

Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses atau cara yang dilakukan oleh suatu negara dalam merubah cara berfikir dan juga kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan cara melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan, dalam pelaksanaan pembangunan ini mengakibatkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk dalam jangka panjang yang diikuti oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan ini terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu pembangunan yang efisiensi (efficiency), pemerataan (equity), serta berlanjutan (sustainability) dalam memberi


(31)

arahan alokasi sumber daya (semua kapital yang berkaitan dengan

natural, human, man-made maupun social) (Anwar, 2005).

Menurut (Rustiadi, dkk, 2009) pembangunan ialah suatu proses yang dilakukan untuk mengatur atau mengadakan sesuatu yang belum ada. Sehingga pembangunan yang dilakukan secara terkonsep dan berkesinambungan dari suatu masyarakat atau sistem sosial yang secara menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam melaksnakan pembangunan ekonomi ini masyarakat dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah tersebut secara maksimal.

Secara umum pembangunan ekonomi ialah suatu proses yang dilakukan guna meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dalam jangka panjang. Dalam melaksnakan pembangunan ekonomi tersebut menurut (Todaro, 2006) pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar, yaitu :

a. Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan serta ketahanan dan proteksi.

b. Harga diri (self esteem) yaitu dorongan dari diri sendiri untuk dapat memaksimalkan kinerjanya, dengan cara menghargai diri sendiri, serta percaya akan potensi yang dimilikinya bahwa diri ini mampu untuk melaksanakannya.


(32)

16

c. Kebebasan (freedom) yaitu suatu kemampuan yang tedapat dalam diri untuk memilih, hal ini agar tidak diperbudak oleh pengerjaan aspek-aspek materiil dalam kehidupan.

Tetapi dalam kenyataannya pembangunan yang terjadi masih sangat bertolak belakang dari tiga nilai pokok diatas, sehingga dalam hal ini lebih lanjut Todaro menjelaskan bahwa proses pembangunan yang dilakukan paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti yaitu sebagai berikut :

a. Peningkatan ketersediaan dan juga perluasan distribusi berbagai barang guna memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan, kesehatan, serta keamanan).

b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya peningkatan pendapatan, tetapi meliputi beberapa aspek lain seperti, perbaikan kualitas pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan pelayanan kesehatan serta peningkatan perhatian terhadap nilai-nilai kultural dan kemanusian. Agar tidak hanya kesejahteraan materil saja yang terpenuhi tetapi diikuti pula oleh tumbuhnya harga diri pribadi dan juga bangsa. Hal ini guna memberikan wawasan terhadap masyarakat agar tidak selalu bergantung pada wilayah ataupun Negara lain.

c. Perluasan ekonomi dan sosial bagi individu dan juga negara secara menyeluruh, dengan cara memberikan kebebasan kepada individu dari sikap menghamba dan juga ketergantungan.


(33)

Sedangkan menurut Jhingan (1999) terdapat dua hambatan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, yaitu :

a. Hambatan dari dalam Negeri

Yaitu hambatan yang terjadi diakibatkan dari dalam negeri itu sendiri, hambatan dari dalam negeri ini antara lain :

- Lingkaran setan kemiskinan

Lingkaran setan ekonomi ialah suatu kondisi dimana kekuatan-kekuatan satu sama lain berinteraksi sedemikian rupa dan menjadikan suatu negara yang terbelakang (miskin) tetap dalam keadaan melarat.

- Tingkat pembentukan modal yang rendah

Tingkat pembentukan modal yang rendah ini merupakan hambatan yang paling erat terjadi di negara berkembang, tingkat konsumsi di negara berkembang cendrung rendah sehingga tidak mungkin lagi dikurangi untuk meningkatkan cadangan modal, hal ini karena tingkat pendapat yang masih rendah.

- Hambatan sosial budaya

Dalam pembangunan ekonomi sikap manusia dan juga perilaku manusia sangat berpengaruh terhadap pembangunan. Sebagaimana yang diungkapkan Nurkse : “Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan kekayaan manusiawi, sikap


(34)

18

sosial, kondisi politik, dan juga latar belakang sejarah. Dalam pembangunan modal merupakan syarat yang perlu tetapi bukan syarat mutlak bagi kemajuan suatu wilayah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa negara yang terbelakang pasti lembaga sosial dan sikap masyarakat tidak mendukung pembangunan.

b. Hambatan dari luar negeri

Yaitu hambatan yang terjadi di dalam negara akibat dari kekuatan internasiaonal, pendapat para ahli tentang hambatan yang terjadi akibat kekuatan internasional ialah sebagai berikut : di dalam perekonomian dunia telah bermain kekuatan-kekuatan yang dianggap tidak seimbang, hal ini dianggap menguntungkan negara maju karena seluruh keuntungan akan lebih banyak mengalir ke negara maju.

2) Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah bersama dengan masyarakatnya mengolola sumberdaya baik sektor basis dan non basis yang dimiliki dan membentuk suatu kemitraan (kelembagaan) antara pemerintah daerah dengan swasta, pembangunan daerah ini juga salah satu upaya dalam menciptakan lapangan kerja baru guna merangsang


(35)

perkembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, terdapat 4 peran yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut :

a. Enterpreneur

Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Dalam pelaksanaan bisnis ini pemerintah dituntut untuk mengembangkan usahanya sendiri (BUMD), sehingga asset yang dimiliki pemerintah daerah dapat dikelola secara maksimal sehingga secara ekonomis menguntungkan. b. Koordinator

Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator dan mengarahkan kelembagaan, pemilik usaha, dan juga masyarakat yang ada guna menyusun sasaran dan juga strategi perekonomian. Sehinggga pemerintah daerah dapat konsisten dalam membangun daerahnya.

c. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan serta perencanaan pengaturan penetapan daerah.


(36)

20

d. Stimulator

Dalam hal ini pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang secara langsung akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah, dan juga menjaga perusahaan-perusahaan yang ada untuk tetap berada di daerah tersebut.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah terdapat beberapa strategi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah, strategi ini bertujuan untuk : mengembangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mencapai stabilitas ekonomi daerah. Terdapat 4 strategi pembangunan ekonomi daerah, yaitu sebagai berikut :

a. Strategi pengembangan fisik/lokalitas

Tujuan strategi pembangunan fisik/lokalitas ialah untuk menciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki basis pesona, atau kualitas hidup masayarakat, memperbaiki daya tarik pusat kota (civic center) dan memperbaiki dunia usaha daerah.

b. Strategi pengembangan dunia usaha

Dunia usaha merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena murupakan daya tarik, kreasi, serta daya tahan daerah untuk menciptakan perekonomian daerah yang sehat.


(37)

c. Strategi pengembangan sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembangunan ekonomi, oleh karena itu peningkatan kualitas dan keterampilan sangatlah diperlukan.

d. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat

Yaitu suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok dalam suatu daerah atau yang lebih dikenal dengan istilah pemberdayaan masyarakat. tujuan dari kegiatan ini ialah untuk menciptakan manfaat sosial, sehingga suatu kelompok mayarakat dapat menciptakan suatu karya tertentu yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada mereka.

3) Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono (1988) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita jangka panjang, dimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generalting, yang berarti proses pertumbuhan itu sendiri yang memberikan kekuatan bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkat ekonomi yang dialami oleh suatu wilayah dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan nasional tiap tahunnya. Kegiatan perekonomian dapat dikatakan


(38)

22

tumbuh atau berkembang ketika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada saat itu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan jika perkembangan baru akan tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun sebelumnya (Sukirno, 1985).

Menurut Sukirno (1994) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ialah sebagai berikut :

a. Tanah dan kekayaan alam lainnya

Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu daerah akan mempermudah dalam pelaksanaan pembangunan serta akan mempengaruhi perekonomian, terutama dalam masa awal pertumbuhan ekonomi.

b. Jumlah penduduk dan tenaga kerja

Pertambahan penduduk yang terjadi dalam suatu negara akan mendorong atau bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan ekonomi akan berakibat buruk bagi pertumbuhan ekonomi yang berupa kesenjangan antara jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan atau jumlah faktor produksi yang tersedia.

c. Barang modal dan tingkat teknologi

Barang modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, jika barang modal yang dimiliki tinggi maka secara langsung akan


(39)

mempengaruhi teknologi-teknologi yang digunakan, semakin modern teknologi yang digunakan maka akan semakin cepat dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat akan secara langsung memberikan dampak dalam pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu wilayah.

e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Dalam hal ini Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi yang dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan mengalami peningkatan apabila terjadi perkembangan ekonomi pada daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat ini seharusnya diimbangi dengan pembangunan ekonomi, karena pembangungan ekonomi merupakan salah satu indikator yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dimana tujuan dari pembangunan ekonomi itu sendiri ialah meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan, meratakan pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional guna meningkatkan perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dampak dari kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi


(40)

24

itu sendiri terbentuk dari beberapa sektor ekonomi yang secara tidak langsung memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagai indikator penting bagi suatu daerah guna mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Menurut Glasson (1997) pertumbuhan ekonomi regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu endogen dan eksogen, yaitu faktor yang terdapat didalam daerah tersebut ataupun faktor yang diperoleh dari luar daerah dan juga dapat diperoleh dari kombinasi antara keduanya. Faktor endogen terdiri dari distribusi faktor produksi seperti tanah, modal, dan juga tenaga kerja. Sedangkan faktor eksogen ialah tingkat permintaan yang dilakukan daerah lain terhadap komoditi yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Menurut Adisasmita (2013) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Faktor Ekonomi

Dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi suatu daerah terdapat beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi, yaitu : - Sumber daya alam (SDA)

Kekayaan sumber daya yang dimiliki oleh setiap wilayah harus dapat dimanfaatkan secara maksimal baik dioleh guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat ataupun dipasarkan ke luar wilayah.


(41)

- Sumber daya manusia (SDM)

Dalam sumber daya manusia tinggi rendahnya skill dan juga keterampilan dimiliki akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, karena pembangunan ekonomi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang baik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

- Akumulasi modal

Yaitu peningkatan jumlah modal dengan jangka waktu tertentu, pembentukan modal ini juga bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tetapi juga untuk pengadaan alat-alat.

- Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi di anggap sebagai faktor yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan ekonomi, karena kemajuan dalam bidang teknologi ini juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja, faktor produksi dan juga modal. b. Faktor non ekonomi

Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak selama dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor non ekonomi, seperti : organisasi sosial, budaya dan politik. Faktor non ekonomi sama-sama memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi.


(42)

26

4) Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan indikator ekonomi makro, dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah PDRB dapat dijadikan sebagai indikator utama untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah sehingga memudahkan dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi daerah serta memiliki peran dalam mengevaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga digunakan oleh daerah dalam menganalisis kemakmuran penduduk, dalam menganalisis kemakmuran penduduk disuatu daerah disajikan dalam dua bentuk yaitu Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan juga Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan. Dalam suatu perekonomian jika tingkat pertumbuhan PDRB perkapita tinggi maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula kekayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut, atau dapat dikatakan bahwa PDRB merefleksikan tingkat kekayaan daerah tersebut (Tadjoedin, 2001).

Untuk menghitung tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tedapat beberapa pendekatan yang dapat gunakan yaitu sebagai berikut :


(43)

a. PDRB dengan pendekatan produksi

Merupakan jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang diperoleh dari unit-unit produksi yang ada disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

b. PDRB dengan pendekatan pengeluaran

Merupakan semua komponen permintaan dan juga pengeluaran akhir yang terdiri atas pengeluaran akhir konsumsi rumah tangga, pengeluaran akhir lembaga non profit yang memberikan pelayanan kepada rumah tangga, pengeluaran akhir dari konsumsi pemerintah, ekspor neto (ekspor yang dikurangi impor), pembentukan modal tetap domestik bruto, dan perubahan inventori.

c. PDRB dengan pendekatan pendapatan

Merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan dari unit produksi di suatu wilayah tertentu.

5) Sektor Unggulan

Sektor unggulan biasanya menjadi sektor andalan suatu wilayah, baik dalam lingkup kecil ataupun besar. Sektor unggulan sering kali dijadikan sebagia suatu perbandingan antar wilayah, dalam lingkup internasional suatu sektor dapat dikatakan unggulan jika sektor tersebut dapat bersaingan dengan sektor yang sama yang terdapat di negara lain.


(44)

28

Sedangkan dalam lingkup nasional atau daerah juga tidak jauh berbeda dengan lingkup internasioanal.

Menurut Tumenggung (1996) sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan juga kompetitif dengan produk sektor sejenis yang dihasilkan dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Dalam hal ini sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dalam peningkatan perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan sendirinya.

Menurut Ambardi dan sacia (2002) terdapat beberapa komoditas unggulan yang dapat menjadi kreteria daerah dan juga menjadi penggerak pembangunan suatu daerah ialah :

a. Komoditas unggulan harus bisa menjadi pelopor penggerak perekonomian. Dalam hal ini komoditas unggulan diharapkan dapat memberikan nilai lebih pada daerah sehingga daerah dapat memaksimalkan pengeluaran, produksi, serta pendapatannya. b. Komoditas unggulan berada dalam satu keterkaitan yang kuat,

baik keterkaitan kedepan ataupun kebelakang.

c. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain, baik dalam konteks nasional maupun internasional yang mencakup seluruh aspek.

d. Komoditas unggulan dari suatu daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, misal : suatu daerah mungkin tidak dapat


(45)

memaksimalkan produksinya karena kekurangan bahan baku sehingga harus menggambil dari daerah lain.

e. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang semakin lama mengalami penurunan maka harus diimbangi dengan peningkatan tekonologi.

f. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja yang berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksi yang dilakukan.

g. Komoditas unggulan dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan jika komoditas unggulan yang lama mengalami kemunduran maka komoditas yang baru akan muncul.

h. Komoditas unggulan tidak akan terpengaruh oleh kondisi yang terjadi didalam daerah ataupun diluar daerah.

i. Komoditas unggulan harus mendapat dukungan yang kuat agar dapat berkembang secara maksimal.

j. Pengembangan komoditas unggulan harus senada dengan kelestarian lingkungan sumberdaya.

6) Sektor Basis Ekonomi

Dalam teori basis ekonomi Menurut Glasson (1990) konsep dasar basis ekonomi terbagi dalam dua sektor yaitu :


(46)

30

a. Sektor basis

Sektor basis ialah kegiatan mengeskpor barang-barang dan juga jasa keluar dari batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain bahwa sektor basis berhubungan langsung dengan permintaan dari luar.

b. Sektor non basis

Sektor non basis ialah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat yang terdapat di dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sektor non basis berhubungan tidak langsung, dan harus melalui sektor basis terlebih dahulu.

Menurut (Ambardi dan Socia, 2002) Teori basis ekonomi dapat dijadikan sebagai indikasi penggandaan (multiplier effect) bagi kegiatan perekonomian yang dilaksanakan oleh suatu wilayah. Teori ini dapat diguanakan untuk mengetahui bahwa dalam suatu kelompok industri kemungkinan terdapat kelompok industri lain yang juga menghasilkan barang dan jasa yang sama guna memenuhi kebutuhan pasar global dan juga memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Sedangkan menurut Budiharsono (2001) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memilih sektor basis dan non basis, yaitu sebagai berikut :


(47)

a. Metode pengukuran langsung

Metode pengukuran langsung ialah metode yang digunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis ekonomi dengan cara survey langsung pada pelaku usaha, hal ini untuk mengetahui sistem pemasaran yang digunakan oleh pelaku usaha kemana ia memasarkan dan dari mana ia memperoleh bahan-bahan untuk memproduksi barang tersebut. Tetapi metode ini dianggap tidak efisien karena memerlukan banyak biaya, membutuhkan waktu yang lama, dan juga tenaga kerja yang banyak.

b. Metode pengurkuran tidak langsung

Metode dengan pengukuran tidak langsung terdapat beberapa cara yang dapat digunakan :

- Menggunakan pendekatan asumsi, yaitu berdasarkan kondisi disuatu wilayah (data sekunder) sehingga dapat diasumsikan bahwa kegiatan tersebut masuk dalam basis atau nonbasis. - Metode Location Quotient, yaitu metode yang digunakan

untuk mengetahui sektor basis dan nonbasis dengan membandingkan sektor nilai tambah yang diperoleh dari suatu wilayah dengan sektor yang sama di wilayah yang lebih tinggi. Dalam perhitungan ini asumsi yang digunakan ialah produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah yang sama besarnya.


(48)

32

- Metode campuran, yaitu metode gabungan antara metode asumsi dengan metode Location Quotient.

- Metode kebutuhan minimum, yaitu metode yang dalam penelitiannya melibatkan beberapa wilayah hal ini guna membandingkan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi rata-rata dan juga distribusi minimum.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Savitri (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Identifikasi Sektor Unggulan dan Struktur Ekonomi Pulau Sumatera” dalam

penelitian ini ia menggunakan alat analisis Shift Share diketahui bahwa sub sektor ekonomi Pulau Sumatera yang memiliki keunggulan komparatif ialah minyak dan gas bumi, sedangkan dari analisis

Location Quotient menunjukan tedapat dua sektor ekonomi yang menjadi sektor basis unggulan Pulau Sumatera yaitu sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan penggalian. Sehingga dapat diketahui bahwa Pulau Sumatera dapat memenuhi kebutuhannya pada sektor ini bahkan dapat di mungkinkan untuk mengekspor kedaerah lain. Serta beberapa sektor lain yang juga menjadi sektor unggulan Pulau Sumatera ialah sub sektor peternakan, kehutanan, perikanan, pengangkutan dan pemerintahaan.

Usnatin (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Potensi


(49)

2008-2013” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) sehingga dapat diketahui sektor unggulan di kabupaten Paser adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor jasa-jasa. Analisis MRP diketahui bahwa sektor pertanian; sektor pertambangan dan pengalian; sektor listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; dan Jasa memberikan nilai RPr dan RPs positif (+). Sedangkan dari analisis Overlay maka diketahui bahwa terdapat 3 sektor yang berniai positif baik dari sisi pertumbuhan ataupun kontribusinya, sektor tersebut adalah sektor pertanian, kehutanan dan periknanan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa lainnya.

Novrilasari (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi” dalam analisis ini ia menggunakan alat analisis ekonomi Klassen Typologi dari analisis ini diketahui jika sektor pertambangan dan penggalian menduduki kuadran I di ikuti oleh pertanian yang menduduki kuadran II, rata-rata sektor unggulan kabupaten Kuantan Sengingi berada di Kuadran IV, pada analisis LQ diketahui jika terdapat dua sektor basis di Kabupaten Kuantan Sengingi yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan sedangkan dari analisis Skalogram pada Kecamatan Kuantan Tengah menjadi peringkat tertinggi dan pada peringkat terendah ditempati oleh


(50)

34

Kecamatan Hulu Kuantan. Perusahaan memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan sektor unggulan di Kabupaten Kuantan Sengingi.

Hardyanto (2013) melakukan penelitian tentang “Analisis

Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Di Kabupaten Seluma Provinsi

Bengkul” dalam penelitian ini ia menggunakan alat analisis ekonomi

yaitu LQ (location Quotient) dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 40 komoditas pertanian yang terdapat di kabupaten Seluma terdapat 13 komoditas utama yang menjadi komoditas unggulan yaitu : padi sawah (subsektor tanaman pangan), karet, kayu manis, pinang (subsektor tanaman perkebunan), kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, itik (subsektor peternakan), damar (subsektor kehutanan), perikanan tambak air payau dan budidaya perikanan darat (subsektor perikanan). Yang di kumpulkan dari beberapa Subsektor dari sektor Pertanian yang terdapat di kabupaten Seluma provinsi Bengkulu.

Restiatun (2009) ia melakukan penelitian tentang “Identifikasi

Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor unggulan di setiap kabupaten/kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Location Quotient, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, dan Indeks Entropi Theil. Dan diketahui bahwa terdapat kecenderungan disparitas meningkat dari waktu ke waktu, kota Yogyakarta dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh, sedangkan kabupaten Bantul dan


(51)

Kulon Progo termasuk dalam klasifikasi daerah relatif terpencil. Provinsi DIY terjadi ketidakseimbangan tren naik, rasio tersebut dihitung dari pendapatan per kapita tertinggi dan terendah di wilayah Provinsi DIY menunjukkan tren perbaikan.

Apendi dan Sunoto (2007) melakukan penelitian tentang “Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Mukomuko”

dalam penelitian ini mereka menggunakan alat analisis LQ. Dari penelitian tersebut maka diketahui bahwa Sektor yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan pada perhitungan LQ, Pertumbuhan dan Kontribusi maka sektor yang mempunyai keunggulan paling tinggi adalah sektor pertanian. Pada sub sektor tanaman pangan jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah yang menjadi unggulan. Pada sub sektor perkebunan tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyumbangkan produk paling besar dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Sementara pada sub sektor peternakan maka ternak sapi mempunyai keunggulan yang lebih baik. Komoditas kehutanan lebih baik di bandingkan Provinsi. Kemudian di sub sektor perikanan ini yang mempunyai keunggulan adalah usaha perikanan Tebat, Sawah dan kolam.


(52)

36

C. Model Penelitian

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Perekonomian Kabupaten Mukomuko Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Mukomuko

Pola dan Struktur Ekonomi Kabupaten

Mukomuko

MRP, Shift Share Produk Domestik Regional

Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mukomuko

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bengkulu

Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten

Mukomuko

Location Quotient Tipology Klassen

Keberhasilan Pembangunan Berdasarkan Sektor Unggulan

Kebijakan Pemerintah Berdasarkan pada analisis

SWOT

Strategi Pengembangan Sektor Ekonomi


(53)

37 A. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ialah pertumbuhan ekonomi di kabupaten Mukomuko, yang dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Periode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahun 2011-2015.

B. Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Mukomuko dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) kabupaten Mukomuko, serta beberapa publikasi lainnya yang seperti : penelitian terdahulu, jurnal, internet, dan artikel. Dalam penelitian ini keseluruhan data yang digunakan pada Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Ekonomi di Kabupaten Mukomuko 2011-2015 adalah : (1) Produk Domestik Redional Bruto (PDRB) Kabupaten Mukomuko; (2) Laju pertumbuhan dan kontribusi PDRB Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Mukomuko dan beberapa data sekunder lainnya yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian ini.


(54)

38

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dokumentasi, yaitu analisis dokumen yang mengarah pada bukti-bukti konkret. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder diperoleh dari publikasi yang di lakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mukomuko dan juga Badan Pusat Statistik (BPS) Bengkulu, serta beberapa lembaga yang juga memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research

yaitu pengumpulan data berupa teori-teori yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel ilmiah, dan juga dari sumber internet serta beberapa sumber lainnya.

Data sekunder ini kemudian di oleh menggunakan Microsoft Excel, Penelitian ini lebih difokuskan dalam lingkup kabupaten hal ini guna mengetahui potensi ekonomi yang dimiliki oleh kabupaten tersebut berdasarkan sektor-sektor pendukung dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik data pada tingkat kabupaten Mukomuko periode 2011-2015 maupun data tingkat provinsi Bengkulu pada periode yang sama, data tersebut digunakan untuk mengetahui


(55)

potensi ekonomi unggulan yang terdapat di kabupaten Mukomuko. Beberapa variable lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi adalah jumlah kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap pendapatan daerah, besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi ini biasanya dihitung dari jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah atau negara menjadi lebih baik dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan. Proses dimana terjadinya kenaikan produk nasional bruto rill atau penadapatan nasional rill, sehingga perekonomian dianggap tumbuh dan berkembang.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah domestik suatu negara. Akibat dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. PDRB dibagi menjadi 2 yaitu :

- PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode


(56)

40

penghitungan dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian.

- PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

4. Sektor Basis dan Non Basis

- Sektor Basis adalah sektor ekonomi barang dan jasa yang terdapat di suatu wilayah yang telah memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayahnya dan juga mampu mengekspor ke wilayah di luar wilayahnya tersebut.

- Sektor Non Basis adalah sektor ekonomi yang hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut dan belum bisa di ekspor ke wilayah lainnya.

E. Metode Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah alat analisis yang digunakan untuk menyimpulkan fenomena dan fakta yang terjadi, sedangkan analisis kuantitatif adalah alat analisis yang digunakan untuk menjelaskan data-data yang ada. Sehingga dalam penelitian ini metode-metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :


(57)

1) Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient adalah suatu metode yang digunakan untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah dari suatu sektor pada suatu wilayah atau daerah dengan sumbangan sektor yang sama pada lingkup yang lebih besar (provinsi atau nasional). Teknik analisis Location Quotient sangat membantu daerah dalam menentukan kapasitas ekspor.

Analisis Location Quotient untuk mempermudah dalam mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh suatu daerah maka sektor ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis :

a. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan baik dalam lingkup daerahnya ataupun diluar daerah itu sendiri.

b. Sektor non basis adalah sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan di wilayah atau daerah itu sendiri, dan belum bisa melakukan ekspor.

Sehingga untuk membandingkan peran perekonomian baik dari sektor basis dan non basis dalam suatu wilayah atau daerah maka secara sistematis diformulasikan sebagai berikut :

⁄ ⁄


(58)

42

Dimana :

= pendapatan sektor i di Kabupaten Mukomuko = pendapatan total Kabupaten Mukomuko = pendapatan sektor i di Provinsi Bengkulu = pendapatan total di Provinsi Bengkulu

Pada analisis LQ terdapat tiga kriteria dari hasil perhitungan yang telah di lakukan dalam perekonomian suatu wilayah/daerah :

a. Jika nilah LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah tersebut lebih berpotensi di bandingkan dengan wilayah referensi. Sehingga dapat diartikan jika sektor tersebut dalam perekonomian daerah dalam wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dapat dikatagorikan sebagai sektor basis (unggulan).

b. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan dalam wilayah studi kurang berpotensi dibandingkan dengan wilayah referensi. Oleh sebab itu sektor tersebut dikatagorikan sebagai sektor non basis.

c. Jika nilai LQ = 1, maka dapat simpulkan bahwa sektor yang bersangkutan baik diwilayah studi ataupun diwilayah referensi memiliki tingkat keunggulan yang sama.

Analisis LQ memiliki kelebihan karena alat analisis ini dianggap sederhana dan dapat menunjukan struktur perekonomian suatu daerah, serta memberikan kemudahan pada daerah dalam menentukan ekspor


(59)

pada sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di wilayah tersebut.

Namun analisis LQ ini memiliki kelemahan, yaitu :

- Tingkat konsumsi rata-rata pada beberapa jenis barang berbeda.

- Selera serta pola konsumsi pada setiap masyarakat adalah berlainan baik antara daerah maupun dalam satu daerah. - Bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan industri

berbeda antar daerah.

Sehingga penggunaan analisis LQ dalam beberapa penelitiaan dianggap tidak efesien. Apabila penelitian tersebut berhubungan dengan tingkat konsumsi, penggunaan faktor produksi pada suatu wilayah yang diambil dari beberapa perusahaan.

2) Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis MPR adalah alat analisis yang digunakan untuk mendekripsikan suatu kegiatan ekonomi (sektor ekonomi) yang berpotensi dalam suatu wilayah kabupaten/kota atau bahkan dalam lingkup yang lebih luas lagi seperti pada lingkup Provinsi berdasarkan pada kreteria pertumbuhan struktur ekonomi suatu wilayah baik dari faktor internal maupun eksternal (Yusuf, 1999).


(60)

44

Dalam analisis MRP terdapat 2 rasio pertumbuhan yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Yaitu analisis yang digunakan untuk membandingkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah studi dengan wilayah referensi (kabupaten dengan provinsi atau provinsi dengan nasional). Formulasi dari analisis ini adalah :

⁄ Dimana :

I = Sektor ekonomi yang diteliti j = Variable wilayah yang diteliti

n = Variable wilayah referensi (Provinsi Bengkulu) = Perupahan PDRB sektor i diwilayah studi

= PDRB sektor i di wilayah j pada awal tahun penelitian

= Perubahan PDRB sektor i pada periode tertentu di wilayah referensi

= PDRB sektor i di wilayah referensi


(61)

- Jika nilai RPs > 1 maka diberi notasi positif (+) dan dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten (wilayah yang diteliti) lebih menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi di Provinsi (wilayah referensi).

- Jika nilai RPs < 1 maka diberi notasi negative (-) yaitu pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten (wilayah yang diteliti) lebih rendah di bandingkan pertumbuhan di provinsi (wilayah referensi).

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Yaitu analisis yang digunakan untuk membandingkan laju pertumbuhan sektor i diwilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB wilayah referensi). Formulasi dari analisis ini adalah :

⁄ ⁄ Dimana :

= Pertumbuhan PDRB sektor i di wilayah referensi = PDRB sektor i awal periode penelitian di wilayah

referensi

= Perubahan PDRB di wilayah referensi


(62)

46

Dari peneliatian RPr terdapat dua kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:

- Jika nilai RPr > 1 maka diberi notasi positif (+) yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah referensi lebih tinggi di bandingkan dengan pertumbuhan total PDRB di wilayah referensi. - Jika nilai RPr < 1 maka diberi notasi (-) yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah referensi lebih kecil di bandingkan dengan pertumbuhan total PDRB di wilayah referensi. Dalam analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) terdapat empat klasifikasi sebagai berikut :

1. Jika nilai RPs (+) dan nilai RPr (+) maka kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang yang pertumbuhannya menonjol baik di wilayah studi ataupun di wilayah referensi.

2. Jika nilau RPs (+) dan nilai RPr (-) maka kegiatan tersebut pertumbuhannya hanya menonjol di wilayah studi namun tidak di wilayah referensi.

3. Jika nilai RPs (-) dan nilai RPr (+) maka kegiatan tersebut pertumbuhannya tidak menonjol diwilayah studi tetapi menonjol di wilayah referensi.

4. Jika nilai RPs (-) dan nilai RPr (-) maka kegiatan tersebut pertumbuhannya tidak menonjol di wilayah studi begitu pula di wilayah referensi.


(63)

3) Analisis Shift-Share (S-S)

Analisis Shift-Share merupakan teknik analisis pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah sebagai perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan perekonomian suatu daerah di bandingkan dengan perekonomian nasional/provinsi dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja suatu wilayah atau daerah di bandingkan dengan perekonomian pada wilayah yang lebih besar dalam suatu perekonomian baik dalam perekonomian tingakat regional maupun nasional.

Dalam analisis Shift Share metode yang digunakan adalah metode pengisolasian dari berbagai faktor yang menyebabkan perubahan pada struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya pada kurun waktu hingga kurun watu berikutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh (Tarigan, 2015).

Menurut (Arsyad, 1999) Analisis ini memberikan data tentang kinerja suatu perekonomian dalam pertumbuhan ekonomi yang saling memiliki keterkaitan, yaitu sebagai berikut :

a. Pertumbuhan ekonomi provinsi (Nij) diukur dengan cara menganalisis perubahan sektor ekonomi daerah dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama pada perekonomian yang di wilayah referensi.


(64)

48

b. Pergeseran proposional atau bauran industri (Mij) mengukur perubahan relatif, petumbuhan atau penurunan, pada suatu daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Dalam pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian dalam suatu daerah terkonsentrasi pada bidang-bidang industri yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian yang di jadikan acuan. c. Pergeseran differensial/keunggulan komparatif (Cij) membantu

dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri lokal (daerah) dibandingkan dengan industri perekonomian yang di jadikan acuan. Apabila terjadi pergeseran differensial maka suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dari industri yang menjadi acuan.

d. Pertumbuhan ekonomi daerah (Dij) digunakan untuk menganalisis untuk pertumbuhan ekonomi suatu daerah tumbuh lebih cepat atau tidak dibandingkan dengan wilayah referensi.

Model analisis Shift Share dimulai dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB dalam suatu sektor – i di suatu wilayah – j (Dij), persamaan dari Analisis Shift-Share dan komponennya adalah sebagai berikut :

Dimana :


(1)

Lanjutan Lampiran 7. Perhitungan Shift Share Kabupaten Mukomuko Berdasarkan ADHK 2010, Tahun 2011-2015 (Milyar)

Lapangan Usaha 2011

(Eij) (rij-rin)

(Cij) 2011-2012

2012

(Eij) (rij-rin)

(Cij)

2012-2013

2013

(Eij) (rij-rin)

(Cij)

2013-2014

2014

(Eij) (rij-rin)

(Cij)

2014-2015 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1022.82 (0.0039) (3.939) 1075 0.0170 18.303 1136.73 0.0211 24.015 1188.61 0.0187 22.261 Pertambangan dan Penggalian 80.87 (0.0305) (2.465) 83.67 0.0111 0.930 86.31 (0.0424) (3.658) 88.01 (0.0032) (0.280) Industri Pengolahan 247.17 (0.0244) (6.029) 260.23 (0.0024) (0.629) 278.93 0.0168 4.679 301.42 0.0257 7.758 Pengadaan Listrik dan Gas 1.28 0.0213 0.027 1.44 0.0030 0.004 1.54 (0.0080) (0.012) 1.68 0.0507 0.085 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 4.93 0.0201 0.099 5.1 0.0080 0.041 5.19 (0.0174) (0.090) 5.23 (0.0248) (0.130) Kontruksi 80.44 (0.0428) (3.444) 83.71 (0.0043) (0.358) 87.39 (0.0016) (0.137) 92.78 0.0183 1.695 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 316.19 0.0175 5.533 344.38 (0.0042) (1.437) 370.68 0.0073 2.719 399.29 0.0070 2.784 Transportasi dan Penggudangan 80.6 0.0469 3.779 90.52 0.0098 0.884 97.38 0.0231 2.247 105.81 0.0156 1.652 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 27.27 (0.0360) (0.982) 28.35 (0.0270) (0.765) 29.8 (0.0172) (0.511) 32.03 (0.0090) (0.289) Informasi dan Komunikasi 22.52 (0.0109) (0.246) 23.91 (0.0195) (0.467) 25.45 (0.0123) (0.312) 27.1 0.0105 0.285 Jasa Keuangan dan Asuransi 29.07 (0.0245) (0.713) 32.04 (0.0065) (0.209) 34.1 0.0010 0.033 35.95 0.0256 0.922

Real Estat 39.64 (0.0156) (0.619) 42.5 0.0022 0.095 45.89 0.0199 0.914 49.7 0.0115 0.573

Jasa Perusahaan 2.63 (0.0522) (0.137) 2.69 (0.0224) (0.060) 2.85 (0.0144) (0.041) 2.99 (0.0176) (0.053) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 140.14 0.0170 2.381 151.4 (0.0012) (0.185) 163.59 0.0143 2.345 176.36 (0.0112) (1.973) Jasa Pendidikan 44.21 0.0249 1.099 48.31 0.0142 0.687 52.29 (0.0077) (0.402) 56.41 (0.0033) (0.185) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.19 (0.0261) (0.136) 5.4 (0.0084) (0.045) 5.7 (0.0228) (0.130) 6.11 (0.0141) (0.086)

Jasa Lainnya 1.59 0.0111 0.018 1.67 0.0093 0.016 1.75 (0.0314) (0.055) 1.85 (0.2314) (0.428)


(2)

Lanjutan Lampiran 7. Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Mukomuko Berdasarkan ADHK 2010, Tahun 2011-2015 (Milyar)

Sektor 2012 2013 2014 2015

Nij Mij Cij Dij Nij Mij Cij Dij Nij Mij Cij Dij Nij Mij Cij Dij

1 69.819

-16.234 -3.939 49.647 62.238 -21.80 18.303 61.73 62.232 -34.37 24.05 51.88 61.091 -33.80 22.261 49.55 2 5.520 -0.349 -2.465 2.706 5.078 -3.367 0.930 2.640 4.725 0.633 -3.658 1.700 4.523 -3.474 -0.280 0.770 3 16.872 1.561 -6.029 12.405 15.792 3.536 -0.629 18.70 15.270 2.540 4.679 22.49 15.492 -1.310 7.758 21.94 4 0.087 0.028 0.027 0.142 0.087 0.008 0.004 0.100 0.084 0.068 -0.012 0.140 0.086 -0.182 0.085 -0.01 5 0.337 -0.271 0.099 0.164 0.390 -0.260 0.041 0.090 0.280 -0.154 -0.090 0.040 0.269 -0.159 -0.130 -0.02 6 5.491 1.095 -3.444 3.142 5.080 -1.042 -0.358 3.680 4.784 0.743 -0.137 5.390 4.769 -10.34 1.695 5.43 7 21.584 -1.235 5.533 25.882 20.899 6.838 -1.437 26.30 20.293 5.598 2.719 28.61 20.522 7.544 2.784 30.85 8 5.502 -0.448 3.779 8.833 5.493 0.483 0.884 6.860 5.331 0.852 2.247 8.430 5.438 1.840 1.652 8.930 9 1.861 0.159 -0.982 1.039 1.720 0.494 -0.765 1.450 1.631 1.110 -0.511 2.230 1.646 1.143 -0.289 2.500 10 1.537 0.018 -0.246 1.309 1.451 0.556 -0.467 1.540 1.393 0.569 -0.312 1.650 1.393 -10.74 0.285 -9.06 11 1.984 1.423 -0.713 2.695 1.944 0.325 -0.209 2.060 1.867 -0.050 0.033 1.850 1.848 1.268 0.922 4.038 12 2.706 0.581 -0.619 2.668 2.579 0.716 0.095 3.390 2.512 0.384 0.914 3.810 2.554 3.077 0.573 6.204 13 0.180 0.016 -0.137 0.059 0.163 0.057 -0.60 0.160 0.156 0.025 -0.041 0.140 0.154 0.223 -0.053 0.324 14 9.566 -1.525 2.381 10.423 9.188 3.187 -0.185 12.19 8.956 1.469 2.345 12.77 9.064 15.093 -1.973 22.18 15 3.018 -0.365 1.099 3.752 2.932 0.362 0.687 3.980 2.863 1.659 -0.402 4.120 2.899 4.585 -0.185 7.299 16 0.354 -0.017 -0.136 0.202 0.328 0.018 -0.045 0.300 0.312 0.228 -0.130 0.410 0.314 0.516 -0.086 0.744 17 0.109 -0.050 0.018 0.076 0.101 -0.037 0.016 0.080 0.096 0.059 -0.055 0.100 0.095 0.168 -0.428 -0.16 Total 146.53 -15.61 -5.772 125.14 138.38 -9.937 16.803 145.25 132.79 -18.63 31.60 145.8 132.16 -15.25 34.592 151.5 % 117.09 -12.47 -4.613 100 95.28 -6.841 11.57 100 91.10 -12.78 21.680 100 87.23 -10.06 22.83 100


(3)

Lampiran 8. Perhitungan Analisis Tipology Klassen

Lapangan Usaha Mukomuko Bengkulu Kuadran r/R Proporsi

Pertumbuhan (r) Kontribusi Pertumbuhan (R) Kontribusi

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.05 46.41 0.04 30.58 1 1.37 1.52

B Pertambangan dan Penggalian 0.02 3.47 0.04 3.97 4 0.58 0.87

C Industri Pengolahan 0.07 11.65 0.07 6.23 1 1.05 1.87

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.07 0.06 0.05 0.08 2 1.35 0.81

E Pengadaan Air, Pengolahan sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0.01 0.21 0.02 0.24 4 0.81 0.86

F Konstruksi 0.05 3.62 0.06 4.45 4 0.85 0.81

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 0.08 15.45 0.07 14.22 1 1.11 1.09

H Transportasi dan Pergudangan 0.09 4.09 0.07 7.72 2 1.39 0.53

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.06 1.25 0.08 1.44 4 0.72 0.87

J Informasi dan Komunikasi 0.07 1.06 0.08 4.15 4 0.89 0.25

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.07 1.40 0.07 3.51 4 0.96 0.40

L Real Estat 0.08 1.92 0.07 4.44 2 1.05 0.43

M,N Jasa Perusahaan 0.05 0.12 0.08 2.16 4 0.63 0.05

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.08 6.81 0.07 8.47 2 1.07 0.80

P Jasa Pendidikan 0.08 2.18 0.07 6.19 2 1.11 0.35

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.06 0.24 0.08 1.45 4 0.76 0.16

R,S,T,U Jasa Lainnya 0.00 0.07 0.06 0.70 4 0.06 0.10


(4)

Lanjutan Lampiran 8, Klasifikasi Gambaran Pola dan Struktur Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Mukomuko, 2011-2015

Kontribusi (y) Pertumbuhan (r)

yi > y yi < y

ri > r

Sektor Maju dan Tumbuh Pesat

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Industri Pengolahan

3. Informasi dan Komunikasi

Sektor Maju tapi Tertekan

-

ri < r

Sektor Potensial atau sedang Berkembang Pesat

1. Pengadaan Listrik dan Gas 2. Transportasi dan Pergudangan 3. Real Estate

4. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5. Jasa Pendidikan

Sektor Relatif Tertinggal

1. Pertambangan dan Penggalian 2. Pengadaan Air, Pengolahan

sampah, Limbah, dan Daur Ulang 3. Konstruksi

4. Penyedian Akomodasi Makan Minum

5. Jasa Keuangan dan Asuransi 6. Jasa Perusahaan

7. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8. Jasa Lainnya


(5)

Lampiran 9. Matriks SWOT Pembangunan sektor unggulan di kabupaten Mukomuko INTERNAL EKSTERNAL STRENGTH (S)

1. Letak geografis kabupaten Mukomuko 2. Memiliki potensi SDA yang cukup tinggi 3. Sumber daya manusia yang tinggi

4. Pengembangan sektor Industri pengolahan 5. Memilki lautan yang luas, sehingga potensi

perikanan juga cukup tinggi 6. Banyaknya potensi pariwisata 7. Sektor komunikasi dan informasi

WEAKNESS(W) 1. Sistem permodalan yang rendah 2. Kualitas SDM yang rendah

3. Kurangnya promosi dan pengembangan sektor pariwisata

4. Kurang diperhatikannya sarana dan prasarana transportasi

5. Perlu ditingkatkannya produksi pada sektor ekonomi potensial

6. Kurangnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi

OPPORTUNITIES (O)

1. Kunjungan wisatawan asing dan daerah 2. Meningkatkan partisipasi perusahaan

asing

3. Semakin tingginya permintaan atas komoditas unggulan

4. Teknologi informasi dan produksi 5. Peluang kerja sama daerah baik dalam

lingkup nasional ataupun internasional.

STRATEGIS S-O

1. Meningkatkan potensi ekonomi bersama masyarakat, dan melakukan kerja sama antar daerah diikuti dengan meningkatkan

partisipasi perusahaan. (S2, S3 ,S5, O2, dan O5)

2. Mengembangkan industri pengolahan diikuti oleh peningkatan teknologi produksi yang semakin berkembang. (S3, O2, dan O5) 3. Meningkatkan minat wisatawan dengan dan

meningkatkan promosi potensi pariwisata yang ada. Serta memanfaatkan letak geografis kabupaten Mukomuko. (S1, S3, S6, S7 dan O1)

STRATEGI W-O 1. Meningkatkan permodalan dengan

memanfaatkan partisiapasi perusahaan, dan pemanfaatan teknologi. (W1, O1, O2 dan O4)

2. Mengembangkan teknologi industri dengan dengan meningkatkan kerjasama. (W5, W6, O2, dan O5)

3. Mengembangkan promosi sektor pariwisata dengan memanfaatkan teknologi guna meningkatkan wisatawan lokal dan daerah. (W4, O1 dan O4)


(6)

THREATS (T) 1. Persaingan antar wilayah

2. Banyaknya perusahaan yang dikuasai oleh pihak asing

3. Tingginya tingkat kriminalitas

4. Banyaknya aset daerah yang belum dimanfaatkan

5. Degradasi kualitas lingkungan

STRATEGIS S-T

1. Menghadapi persaingan dengan meningkatkan potensi SDA yang dimiliki oleh daerah. (S2, S5, S6, dan T1)

2. Mengurangi tingkat kriminalias dengan memperluas lapangan kerja di berbagai sektor yang ada di kabupaten Mukomuko. (S2, S4, S5, S6 dan T3)

3. Memanfaatkan letak geografis kabupaten Mukomuko, dalam menghadapi persaingan. (S1 dan T1)

STRATEGI W-T

1. Mengembangkan SDM guna menghadapi persaingan, memanfaatkan aset daerah. (W2, T1, dan T4)

2. Meningkatkan promosi pariwisata dan mengembangkan sarana dan prasana yang ada. (W3, W4, W6 dan T4)

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berbasis lingkungan, agar tidak menjadi masalah jangka panjang.(W1, W2 dan T5) 4. Meningkatkan penguasaan teknologi dan

permodalan guna meminimalisir campur tangan pihak asing. (W1, W5, W6, dan T2)