DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI EMPIRIS TERHADAP PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)
DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI) THE IMPACT EXECUTIVE CHARACTERISTIC, PROFITABILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP AND COMPANY SIZE AND ON TAX
AVOIDANCE
(Empirical Study Of Manufacturing Companies Listed on the BEI)
Oleh: AGUS FAISAL
20120420280
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN
PERUSAHAANTERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi EmpirisTerhadapPerusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI) THE IMPACT EXECUTIVE CHARACTERISTIC, PROFITABILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP AND COMPANY SIZE AND ON TAX
AVOIDANCE
(Empirical Study Of Manufacturing Companies Listed on the BEI)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh AGUS FAISAL
20120420280
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Agus Faisal
Nomor mahasiswa : 20120420280
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE”(Studi EmpirisTerhadapPerusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di BEI)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, ...2016 Materai, 6000,-
(4)
Motto
FOKUS
...KONSISTEN...
K R E A T I VE
...
DAN...
”
(5)
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan untuk :
Sang Khalik ALLAH SWT, yang telah menjabah sebagian dari do’a yang saya haturkan serta keberkatan dan kesehatan yang telah Engkau berikan.
Orang tua terhebat sepanjang masa, H. Agus Salim
(inspirator handal yang selalu memberikan pandangan hidup yang penuh dengan kerja keras, toleransi, dan penuh perhatian pada sesama), Hj. Siti Rumayah (motivator hebat yang selalu memberi saya semangat, harapan, dan Doa terbaik), serta ketiga saudara saya yang bernama Gunawan Wijayta.,ST. Adie Saputera. Dan Azhari yang selalu mendukung, mendoakan serta dan membimbing saya. Dan sepupu serta kaka ipar saya yang selalu mendukung disetiap langkah saya Kaka Didi Iskandar & Nunung.,St
Bapak Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si., yang selalu sabar dan perhatian dalam membimbing serta membangun karakter sebagai dosen.
Seluruh dosen Akuntansi FE UMY yang telah membuka mata kami akan cakrawala dunia lewat jendela ilmu yang tak berambang batas.
Temen-temen dekat, Ahu, Amar, Arasy, Dianto, Dio, Dewi, Dyah (emak), Fikri (Sabran), Icak (Karnia), Indah (Areso), Junda (jon), Johny, Nadia, Nindy (ibu), Nizam (Ryan the Baby Face) ,Mega (Dudulz),Mas bob, Pian (King), Prio, Ramon (Kalkulator). Urutan nama ini bukan dari yang terdekat tapi diurutkan berdasarkan nama panggilan gaes. Karena kalian semua orang yang berjasa dalam kehidupan perkuliahan saya. Dan saya tidak mau membuat ranking atas jasa dan nama kalian. Karena kalian semua SAMA bagi saya.
The Crew : Sandy, Sofat, Yinah, Hasby, Gesha, Umo, Nia, Dan Ghany
Bapak dan ibu kos, aa burjo (entis, endrik, asep dll)
Dosen Favorite : Pak emile, Pak Sigit, Ibu Peni,dan Pak Ilham yang tak lupa juga membantu dalam hal akademik maupun non-akademik seperti menjadi guru spritual yang mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan.
Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang selalu bahu membahu
melewati ‘duka’ dan saling berbagi dalam suka.
(6)
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGSAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB PENDAHULUAN ... 1
A. ... Latar Belakang Penelitian ... 1
B. ... Rum usan masalah ... 9
C. ... Tujua n penelitian ... 9
D. ... Manf aat penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. ... Land asan teori ... 11
1. ... Teori keagenan ... 11
(7)
2. ... Tax
avoidance ... 14
3. ... Kara kteristi eksekutif ... 16
4. ... Profit abilitas... 17
5. ... Kepe milikan institusional ... 18
6. ... Ukur an perusahaan ... 19
B. ... Peng embangan hipotesis ... 20
C. ... Mode l penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
A. Objek dan sample ... 27
B. Jenis data ... 27
C. Teknik pengambilan sampel ... 27
D. Teknik pengumpulan data ... 28
E. Populasi penelitian ... 28
F. Devinisi operasional variabel penelitian... 29
G. Pengujian kualitas data ... 33
H. Analisis data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Gambaran umum obyek penelitian ... 41
B. Hasil uji kualitas data ... 43
C. Hasil penelitian (uji hipotesis) ... 48
D. Pembahasan (interpretasi)... 52
(8)
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 58
C. Keterbatasan penelitian... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Target, Realisasi, dan Persentase Penerimaan Pajak ... 2Tabel 2. Indikator Variabel Penelitian ... 32
Tabel 3. Prosedur Pemilihan Sampel ... 41
Tabel 4. Statistik Deskriptif ... 42
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 6. Hasil Multikolinearitas ... 44
Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 45
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 9. Hasil Uji Regresi Berganda... 48
Tabel 10. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 50
Tabel 11. Hasil Uji Adjusted R Square ... 51
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Target, Realisasi, dan Persentase Penerimaan Pajak... 2
Gambar 2. Model Penelitian ...26
Gambar 3.Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ...44
(10)
(11)
(12)
ABSTRCT
Tax avoidance is a transaction scheme aimed at minimizing the tax burden by exploiting weaknesses of the tax provisions of a country without violating the law and the law. This study aims to examine and provide empirical evidence influence BetweenCharacteristics of the Executive, Profitability, Institutional Ownership and Firm Size And Its Impact On Tax Avoidance.
The results show that: 1) Characteristics of the Executive (X1) significantly affect the Tax Avoidance (Y). Karakteistik where the executive is divided into the first two characteristics executives who are risk takers, and the second that is characteristic of executives who are risk averse. 2) Profitability (X2) significantly affect the Tax Avoidance (Y). As measured by the ratio of return on assets. 3) Institutional Ownership (X3) did not significantly affect the Tax Avoidance (Y). Where this variable is measured by the number of shares divided by total shares institutions. 4) Company Size (X4) firm size as measured by total assets log has a significant influence on Tax avoidance (Y). For further research should add other variables that may affect tax avoidance.
Keywords: Tax avoidance, Executive Characteristics, Profitability, Institutional Ownership, Company Size
(13)
INTISARI
Tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan - kelamahan ketentuan perpajakan suatu negara dengan tidak melanggar undang-undang dan hukum yang ada .Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti secara empiris pengaruh Antara Karakteristik Eksekutif, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Serta Dampaknya Terhadap Tax Avoidance.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) Karakteristik Eksekutif (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap Tax Avoidance (Y). Dimana karakteistik eksekutif terbagi menjadi dua yang pertama karekteristik eksekutif yang bersifat risk taker, dan yang ke dua yaitu karakteristik eksekutif yang bersifat risk averse. 2) Profitabilitas(X2)berpengaruh secara signifikan terhadap Tax Avoidance(Y). Yang diukur dengan rasio return of aset. 3) Kepemilikan Institusional (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tax Avoidance(Y). Dimana variabel ini diukur dengan jumlah saham institusi dibagi dengan total saham. 4) Ukuran Perusahaan(X4) Ukuran Perusahaan yang diukur dengan log total aktiva memiliki pengaruh signifikan terhadap Tax avoidance (Y). Bagi penelitian selanjutnya hendaknya menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi tax avoidance. Kata Kunci : Tax avoidance, Karakteristik Eksekutif, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia ketergantungan pada pajak sebagai sumber pendapatan
tidak diragukan lagi. Perpajakan telah digunakan sebagai instrumen kebijakan
utama untuk mentransfer sumber daya untuk sektor publik. Tanpa pendapatan
dari pajak, pemerintah tidak dapat melakukan tugasnya. Laporan dirjen pajak
menyatakan bahwa penerimaan pajak pada tahun 2014 masih jauh dibawah
yang ditargetkan, sedangkan pada tahun 2015 ini ditjen pajak telah
menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP
1.294,258 triliun. Realisasi penerimaan pajak mengalami pertumbuhan di
sector tertentu dan mengalami penurunan di sector lainnya. Direktorat
Jendral Pajak mencatat adanya penurunan pertumbuhan dari PPh Pasal 22,
PPh pasal 22 impor, PPh pasal 25/29 Badan serta PPh Non Migas lainnya.
Penurunan tertinggi dicatatkan oleh PPh pasal 25/29 Badan yakni 68% atau
sebesar Rp. 29,639 triliun dibandingkan periode tahun 2014 Rp 34, 740
triliun (www.pajak.go.id). Oleh karena itu pajak bagi pemerinah perencanaanya begitu besar terhadap pembangunan negara. Untuk
memaksimalkan pendapatan negara yang bersumber dari pajak pemerintah
telah menciptakan peraturan melalui undang-undang No. 36 Tahun 2008
pasal 17 dan 31 E mengenai tarif pajak penghasilan badan sebesar 28 % dari
(15)
Pemerintah dalam memaksimalkan penerimaan pajak banyak
menemui hamabatan hal itu disebabkan karena sifat pajak yang memaksa
dalam pemungutannya, hal ini tentu saja tidak disukai oleh wajib pajak
karena pajak akan mengurangi /pendapatan atau kekeayaan mereka secara
langsung ataupun tidak langsung. .
Tabel 1.
Jumlah Target, Realisasi, dan Persentase penerimaan pajak di Indonesia selama periode (2011 2014).
86% 88% 90% 92% 94% 96% 98% 100%
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
2010 2011 2012 2013 2014
Target Realisasi Persentase
Sumber : Badan Pusat Statistik 2014
Gambar 1.
Jumlah Target, Realisasi, dan Persentase penerimaan pajak di Indonesia
Tahun Target Realisasi Persentase
2010 743 723 97,3%
2011 879 874 99,4%
2012 1061 981 96,4%
2013 1148 1077 93,8%
(16)
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan sejak tahun 2012 sampai
dengan tahun tahun 2014 penerimaan pajak di Indonesia mengalami
penurunan dari dari target yang ingin dicapai oleh pemerintah. Ditahun 2014
menjadi jumlah pencapaian realisasi penerimaan pajak terendah dari jumlah
yang ditargetkan, dimana angka persentase yang dihasilkan hanya 91,7 %
dari nilai maksimum penerimaannya 100 %. Tentu hal ini menggambarkan
negara kehilangan potensial penerimaan pajak yang cukup besar. Hal itu
bisa saja dipengaruhi oleh banyak hal, misalkan tidak taatnya para wajib
pajak dalam membayar kewajibannya baik wajib pajak perserongan ataupun
badan. Tentuj saja masalah seperti ini menjadi hambatan bagi pemerintah
untuk mencapai target penerimaan pajak yang diinginkan. Pada tingkat
korporasi, perusahaan bisa saja melakukan penghindaran pajak tanpa
melanggar undang-undang, perturan pemerintah ataupun hukum yang
berlaku atau dengan istilah penghindaran pajak secara legal (Tax
Avoidance). Salah satu hambatan yang dtemui oleh pemerintah dalam
penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak secara legal (Tax Avoidance). Tax avoidance termasuk dalam bentuk perlawanan aktif terhadap pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Terkait dengan kasus yang
ada di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman
Modal Asing (PMA) yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan
melaporkan rugi dalam waktu 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar
(17)
mengalami penurunan realisasi penerimaan pajak sebesar 96,4 % dimana
sebelumnya pada tahun 2011 pemerintah indonesia hampir maksimal dalam
penerimaan pajaknya yaitu dengan menyentuh angka realisasinya sebesar
99,4 % . Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh Dirjen Pajak pada
tahun 2012 ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil nilai
pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian
selama 7 tahun berturut - turut. Perusahaan tersebut umumnya bergerak
pada sektor manufaktur dan pengolahan bahan baku (DJP, 2012). Ada
kemungkinan penurunan realisasi penerimaan pemerintah indonesia disektor
pajak dipengaruh oleh sejumlah perusahaan yang diduga melakukan tax
avoidance, hal ini didukung oleh data temuan Dirjen Pajak pada tahun 2012
ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil nilai pajaknya dan pada
tahun 2012 juga penerimaan pajak di Indonesia mengalami penerunan dari
jumlah yang ditargetkan.
Penghindaran pajak ini merupakan persoalan yang unik. Karena,
disatu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi disisi yang lain
penghindaran pajak tersebut tidak diinginkan. Penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan, biasanya melalui kebijakan yang diambil oleh
pimpinan tersebut dan dilakukannya hal tersebut bukanlah tanpa sengaja
tetapi memang sengaja dilakukan. Peran seorang Top Executive dalam memutuskan untuk melakukan penghindaran pajak akan ditentukan dari
karekternya. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu,
(18)
Setiyono (2012), menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai
pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Risk Taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk
memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih
tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Eksekutif yang memiliki karakter
risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih rendah
(Low, 2006).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dyreng at al, (2010) adalah
untuk menguji apakah individu Top Exective memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dengan mengambil sampel sebanyak 908
pimpinan perusahaan yang tercatat di ExecuComp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (Executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Namun dalam
penelitian ini hanya mengidentifikasi pengaruh pimpinan perusahaan secara
individu terhadap penghindaran pajak, tetapi belum memberikan jawaban
tentang individu dengan karekter atau prilaku yang seperti apayang
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan. Jenis karekter individu (Executive) yang duduk dalam
(19)
merupakan risk-taking atau risk averse tercermin pada besar-kecilnya risiko
perusahaan (corporate risk) yang ada.
Profitabilitas juga dapat mempengaruhi suatu perusahaan melakukan
penghindaran pajak. Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal
dengan Return On Asset (ROA). ROA sendiri merupakan suata indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya
nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan
perusahaan tersebut dapat dikategorikan baik. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam
tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et
al. 2010). Ari Simarmata (2014) perencanaan pajak (Tax Planning) adalah salah satu bentuk manajemen pajak yang dapat dilakukan perusahaan. Bagi
manajemen pada umumnya, perencanaan pajak bukan intuisi belaka karena
didasarkan pada berbagai konsep dan tujuan yang jelas. Tujuan dari
perencanaan pajak adalah untuk meminimalisasi beban atau pajak yang
terutang baik dalam tahun berjalan ataupun untuk tahun-tahun berikutnya.
Tingginya profitabilitas perusahaan akan membuat perusahaan tersebut
melakukan perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak
yang optimal, sehingga kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan
menurun (Prakosa, 2014) .
Selain faktor karekteristik eksekutif dan profitabilitas faktor lain
(20)
institusional dalam perusahaan. Pada umumnya perusahaan dinegara
berkembang dikendalikan oleh kepemilikan institusional. Kepemilikan
institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,
institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi
lainnya pada akhir tahun. Adanya kepemilikan institusional di suatu
perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal
terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya
terhadap kinerja manajemen. Kenapa tindakan pengawasan dari pihak
investor institusi penting dilakukan karena di Indonesia, penegakan hukum
dan kedisiplinan penerapan peraturan masih rendah, sehingga tax avoidance lebih dipandang sebagai benefit bukan risiko, karena risiko deteksi yang
dapat diminimalkan, serta penghindaran pajak merupakan strategi
manajemen pajak yang baik untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Khurana (2009) menyatakan besar kecilnya
konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan
tindakan meminimalkan beban pajak oleh perusahaan. Terkait dengan ini
maka para pemegang saham intitusional dapat mengintervensi para manajer
untuk tidak melakukan tindakan penghindaran pajak (Tax avoidance) yang
dapat merugikan negara.
Variabel lain yang mempengaruhi penghindaran (Tax avoidance) pajak adalah Ukuran Perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diartikan suatu
(21)
berbagai cara, salah satunya adalah dengan besar kecilnya aset yang
dimiliki. semakin besar aset yang dimiliki semakin meningkat juga jumlah
produktifitas (Darmawan & Sukharta, 2014). Hal itu akan menghasilkan
laba yang semakin meningkat dan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak.
Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai manajemen dan sumber
dana yang baik dalam menjalankan perusahaan. Perusahaan menggunakan
sumber daya yang dimiliki untuk melakukan tax planning yang baik (Ardyansyah, 2014). Perusahaan melakukan perencanaan pajak yang
matang akan menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan
melakukan penghindaran pajak akan menurun.
Pada penelitian sebelumnya seperti : Herawati (2014), Suardana
(2014) dan Budiman (2012) dimana pengukuran variabel eksekutif diukur
dengan risk perusahaan, tiap tiap penelitian tersebut menunjukan hasil yang sama bahwa terdapat pengaruh karekteristik eksekutif terhadap tax avoidance. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007), Kurnia dan Sari (2013), Tommy, Kurniasih dan Maria (2013), Maharani dan Suardana (2014) dan
Prakosa (2014), variabel profitabilitas menunjukan hasil berpengaruh
negatif terhadap tax avoidance. Pohan (2008), Khuruna (2009) dan Annisa (2011), Untuk variabel struktur kepemilikan menunjukan hasil berpengaruh
negatif terhadap tax avoidance. Pada Ardyansyah (2014), Darmawan (2014) dan Sari (2014), Untuk variabel ukuran perusahaan menunjukan
(22)
Berdasarkan latar belakang tersebut serta pendapat dari penelitian
terdahulu maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN SERTA DAMPAK TERHADAP TAX AVOIDANCE”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kesit Bambang Prakosa (2014). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah menambahkan variable Karakteristik
Eksekutif, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Sampel pada
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufkatur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode tahun 2011 sampai dengan 2014 (www.idx.co.id).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah karekteristik eksekutif berdampak positif terhadap tax avoidance ?
2. Apakah profitabilitas berdampak negatif terhadap tax avoidance ? 3. Apakah struktur kepemilikan berdampak negatif terhadap tax
avoidance ?
4. Apakah ukuran perusahaan berdampak negatif terhadap tax avoidance ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan membuktikan hasil secara empiris tentang dampak karekteristik eksekutif terhadap tax avoidance.
2. Untuk menguji dan membuktikan hasil secara empiris tentang dampak profitabilitas terhadap tax avoidance.
3. Untuk menguji dan membuktikan hasil secara empiris tentang dampak struktur kepemilikan terhadap tax avoidance.
(23)
4. Untuk menguji dan membuktikan hasil secara empiris tentang dampak ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan referensi perkembangan ilmu lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan perpajakan, akuntansi keuangan, manajemen strategik.
b. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pengetahuan tentang perpajakan terutama faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tax avoidance.
2. Manfaat praktis a. Bagi pemerintah
Agar pemerintah dapat menggunakan data dari penelitian ini sebagai sarana evaluasi dan informasi, atau bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan terkait dengan pengenaan pajak pada perusahaan.
b. Bagi perusahaan
Agar sebuah perusahaan dapat menerapkan atau mendisiplinkan kewajipan pajak atas penghasilannya sesuai dengan UU dan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membantu dan meningkatkan perekonomian.
c. Bagi perguruan tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi maupun acuan bagi mahasiswa pembaca untuk melakukan penelitian di waktu yang akan datang.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan ( Agency Theory)
Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) dan pihak yang
menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer. Menurut Jensen dan Meckling (1976)
menyebutkan bahwa teori agensi menjelaskan adanya konflik yang akan
timbul antara pemilik dan manajemen perusahaan. . Adanya pemisahan
antara pemilik dengan manajemen perusahaan dapat menimbulkan
masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan manajer melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan atau kepentingan principle.
Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Shapiro, 2005) bahwa
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham karena manajemen pasti memiliki kepentingan pribadi. Hal
tersebutlah yang melandasi terjadinya konflik kepentingan antara
(25)
Penjelasan tentang praktek tax avoidance dapat dimulai dari pendekatan agency theory. Praktek tax avoidance dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.
Agency theory menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu
tugas atau otoritas untuk membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan
1998). Fenomena dalam kasus ini adalah Perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak tentu saja juga melalui kebijakan yang diambil oleh
pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan dan kebijakan
perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan tersebut. Pada gambaran
umumnya pemimpin perusahaan memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada (Budiman, 2012). risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk
memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih
tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam
(26)
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng at al., (2010) adalah
ditujukan untuk menguji apakah individu Top Exective memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dengan mengambil sampel
sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di ExecuComp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (Executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan
(Tax Avoidance) . jadi karekteristik eksekutif sangat berpotensi untuk melakukan tax avoidance, dimana hal itu terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antara eksekutive perusahaan dengan pihak pemungut pajak
(fiskus). Kepentingan yang dimiliki oleh para top eksecutive perusahaan
adalah jika mereka bisa mendapatkan laba sebaik mungkin maka akan ada
kompensasi yang akan diberikan oleh pemegang saham biasanya berupa
kenaikan gajih, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi.
Atas hal tersebutlah para eksekutive diperusahaan mendapat dorongan
untuk melakukan Tax Avoidance.
Dalam penelitian pajak ini, konflik tersebut terjadi terhadap
kepentingan laba perusahaan antara pemungut pajak (fiskus) dengan
pembayar pajak (manajemen perusahaan). Fiskus berharap adanya
pemasukan sebesar-besarnya dari pemungutan pajak, sementara dari pihak
manajemen berpandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan laba
yang cukup signifikan dengan beban pajak yang rendah. Dua sudut
(27)
pemungut pajak dengan pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar
pajak.
2. Tax Avoidance
Menurut Darussalam dan Septriadi (2009), penghindaran pajak
adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban
pajak dengan memanfaatkan kelemahan - kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak
melanggar peraturan perpajakan.
Menurut Harry Graham Balter penghindaran pajak merupakan
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah berhasil atau tidak untuk
mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak berdasarkan
ketentuan yang berlaku yang tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ( Zain, 2003). Sedangkan menurut
Dyreng, et. Al dalam Ari Simarmata (2014) tax avoidance merupakan segala bentuk kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak,
baik kegiatan diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk
mengurangi pajak. Biasanya tax avoidance dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan tidak melanggar
hukum perpajakan
Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara Merks
(2007) sebaga
(28)
a) Memindahkan subjek pajak dan atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)
b) Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi
dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak
yang paling rendah (formal tax planning)
c) Salah satu cara melakukan p-enghindaran pajak yaitu dengan cara
transfer pricing.
Zain (2003) menyatakan bahwa tax avoidance merupakan pengaturan untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak
dengan mempertimbangkan akibat pajak yang ditimbulkannya. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimalkan atau
meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan
oleh Undang-Undang Pajak.
3. Karakteristik Eksekutif
Setiap perusahaan memiliki seorang yang pemimpin di posisi teratas
yaitu top eksekutif atau top manajer, dimana pimpinan tersebut memiliki
karakter-karakter tertentu untuk memimpin dan menjalankankan kegiatan
usaha perusahaannya menuju tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut.
Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012), menyebutkan bahwa dalam
menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua
(29)
yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki
dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan
kewenangan yang lebih tinggi, (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Eksekutif
yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis.
Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih rendah (Low, 2006).
Paligorova (2010) mengartikan risiko perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan
(corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada.
Tinggi rendahnya resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligorova, 2010). Perbedaan dua karakter tersebut sangat mempengaruhi hasil dari keputusan yang
diambil. Untuk menentukan apakah seorang eksekutif bersifat risk taker atau
risk averse dapat dilihat dari tinggi rendahnya resiko perusahaan yang diukur
melalui standar devisiasi. Semakin besar deviasi earning perusahaan tersebut maka semakin tinggi resiko perusahaan tersebut maka kecendrungan seorang
eksekutif bersifat risk taker. Dan jika deviasi earning perusahaan tersebut rendah maka resiko perusahaan tersebut semakin kecil maka kecendrungan
(30)
sifat seorang eksekutif lebih ke risk averse.
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada
tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas terdiri
dari beberapa rasio, salah satunya adala return on assets. Return on Assets (ROA) adalah suatu indikator yang mencerminkan performa keuangan
perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh
perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat
dikategorikan baik (Maharani dan Suardana,2014). ROA yang positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. ROA dinyatakan
dalam prosentase, semakin tinggi nilai ROA, maka akan semakin baik
kinerja perusahaan tersebut. ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih
perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih
dan Sari, 2013). ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya
(Siahan, 2004). Menurut Arias (2012) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang
memiliki keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun.
(31)
atau bahkan mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit
atau tidak sama sekali.
5. Kepemilikan Institusional
Ari Simarmata (2014) mengatakan bahwa yang dimaksud institusi
adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga
lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5 % yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial.
Kepemilikian Institusional merupakan lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi
saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada
divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan. Keberadaan institusi
yang memantau secara profesional perkembangan investasinya
menyebabkan tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat
tinggi sehingga potensi dapat ditekan. Menurut Shleifer dalam Annisa
(2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilik institusional
memainkan peran penting dalam memantau, mendsplikan dan
mempengaruhi manajer sehingga ke-pemilikan institusional dapat
memaksa manajer untuk meminimalkan tind-akan tax avoidance. Kepemilikan institu-sional berperan penting dalam mengawasi kinerja
manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan
(32)
sehingga mengurangi tindakan meminimalkan beban pajak yang dilakukan
oleh perusahaan.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang
dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan dapat
menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Semakin besar ukuran dari sebuah perusahaan,
kecenderungan perusahaan membutuhkan dana akan juga lebih besar
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil, hal ini membuat perusahaan
yang besar cenderung menginginkan pendapatan yang besar.
Menurut Yusuf dan Soraya (2004) Vol. 7, No 1, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan, yang
ditujukan oleh natural logaritma dari total aktiva. Suwito dan Herawati (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang
dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil
menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai
pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Watts dan
Zimmerman (1986) menyatakan bahwa manajer perusahaan besar
cenderu-ng melakukan pemilihan metode akuntansi yang menangguhkan
laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang guna
memperkecil laba yang dilaporkan. Kurniasih dan Sari (2013) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
(33)
menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai
pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Semakin
besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan
risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk
dalam perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk
melakukan pengelolaan pajak Dermaawan (2014).
B. Pengembangan Hipotesis
1. Dampak Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance Karakteristik sesorang akan berpengaruh pada setiap keputusan
yang dia ambil dalam menyelesaikan suatu masalah. Setiap perusahaan
memiliki seorang yang pemimpin di posisi teratas yaitu top eksekutif atau
top manajer, dimana pimpinan tersebut memiliki karakter-karakter tertentu
untuk memimpin dan menjalankankan kegiatan usaha perusahaannya
menuju tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut (Herawati 2014) .
.Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada (Budiman, 2012). Dyreng et al., (2010) melakukan penelitian untuk
mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908
(34)
pimpinan perusahaan executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Pimpinan
perusahaan (CEO, CFO, dan top executive yang lain) sebagai individu pengambil kebijakan pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Suardana (2014) yaitu perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui kebijakan yang
diambil ole pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan dan
kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahaan tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah:
H
1: Karakteristik Eksekutif berdampak positif terhadap Tax Avoidance.
2. Dampak Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan. Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal
dengan Return On Asset (ROA) Prakosa (2014). Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adala return on assets. Return on Assets (ROA) adalah suatu indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat
dikategorikan baik Maharani dan Suardana (2014). Menurut Lestari dan
Sugiharto (2007), ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.Semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi
(35)
profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki
kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi
jumlah beban kewajiban perpajakan Chen et al., (2010). Penelitian
Kurnia dan Sari (2013) menyatakan bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Demikian tingginya profitabilitas
perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga
menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan melakukan
penghindaran pajak akan menurun. Perusahaan yang memperoleh laba
diasumsikan tidak melakukan Tax Avoidance karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya Tommy, Kurniasih dan Maria
(2013). Penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014) menyatakan bahwa
hasil dari penelitiannya profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktek
penghindaran pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang
dibangun adalah:
H
2: Profitabilitas berdampak negatif terhadap Tax Avoidance.
3. Dampak Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi
kinerja manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat
kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada
manajerial sehingga mengurangi tindakan pajak agresif yang dilakukan
(36)
Menurut Annisa (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau,
mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer sehingga kepemilikan
institusional dapat memaksa manajer untuk meminimalkan tindakan tax avoidance. Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat
kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada
manajerial sehingga mengurangi tindakan meminimalkan beban pajak
yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan sendirinya praktek tax avoidance
dapat dihindari pada perusahaan. Hal ini juga disebutkan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Khuruna (2009) adalah besar kecilnya kosentrasi
kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan
meminimalkan pajak perusahaan. Pengujian tentang pengaruh kepemilikan
institusioal terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh Pohan
(2008) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak sehingga akan mengurangi
kemungkinan dalam penghindaran pajak. Investor-investor institusional
cenderung akan bertindak hati-hati dalam menghasilkan laba perusahaan
dan memiliki ketaatan yang tinggi terhadap aturan yang berlaku dalam
menghasilkan laba diperusahaan, sehingga dapat mengontrol dan
mengawasi manajemen dalam menghasilkan laba. Berdasarkan penjelasan
(37)
H3: Kepemilikan Institusional berdampak negatif terhadap Tax Avoidance.
4. Dampak Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance
Size atau ukuran perusahaan dapat diartikan suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya menurut berbagai cara,
salah satunya adalah dengan besar kecilnya aset yang dimiliki. Hal ini
serupa dengan apa yang dinyatakan oleh Darmawan (2014) Ukuran
perusahaan merupakan suatu pengklasifikasian sebuah perusahaan
berdasarkan jumlah aset yang dimiki. Semakin besar aset yang dimiliki
semakin meningkat juga jumlah produktifitas. Hal itu akan menghasilkan
laba yang semakin meningkat dan mempengaruhi tingkat pembayaran
pajak.
Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva,
semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga
menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam
menghasilkan laba dan membayar kewajibannya dibanding perusahaan
dengan total aktiva yang kecil Sari (2014).
Richardson dan Lanis (2007) dalam Ardyansyah (2014)
menyatakan hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan tindakan
meminimalkan pajak. Semakin besar perusahaan maka akan semakin
rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih
(38)
perencanaan pajak yang baik. Maka hipotesa dapat dirumuskan sebagai
berikut.
H4 : Ukuran Perusahaan berdampak negatif terhadap Tax Avoidance.
(39)
C. Model Penelitian
(+)
(-)
(-)
(-)
Gambar 2. Model Penelitian
Budiman (2012)
Herawati (2014)
Suardana (2014)
Kurniasih (2013)
Kurnia (2013)
Lestari (2007)
Maharani (2014)
Maria (2013)
Suardana (2014)
Sugiharto (2007)
Tommy (2013)
Sari (2013)
Prakosa (2014)
Karakteristik
Eksekutif
Profitabilitas
Tax Avoidance
Kepemilikan
Institusional
Annisa (2011)
khuruna (2009)
Pohan (2008)
Ardyansyah (2014)
Darmawan (2014)
Sari (2014) Ukuran Perusahaan
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian 1. Objek dan Sample
Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Perusahaan
manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan
yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan biasanya indentik
dengan pabrik. Pemilihan perusahaan manufaktur karena dengan
pertimbangan agar data yang diperoleh nantinya akan mewakili populasi
dengan perusahaan lainnya.
2. Jenis Data
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Jenis data fisik
yang digunakan dalam penilitian ini adalah lapora keuangan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling artinya yang akan dijadikan sampel penelitian
ini adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriterianya adalah
(41)
a. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI serta
mempublikasikan laporan keuangan auditan per- 31 Desember
dari tahun 2011-2014 (www.idx.co.id).
b. Perusahaan manufakur yang melaporkan laba terus menerus
selama periode 2011-2014
c. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata
uang pelaporan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
skunder dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu dengan teknik
Dokumentasi, menggunakan laporan keuangan dan annual report
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2011-2014.
5. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah
(42)
B.Variabel Operasional Penelitian 1. Tax Avoidance
Penghindaran pajak, merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan
tidak melanggar undang-undang yang ada. Pengukuran Tax Avoidance
dalam penelitian ini menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR)
yang diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak
perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun
perbedaan temporer (Chen et al. 2010) dengan rumus sebagai berikut:
CASH ETR yang semakin besar, mengindikasikan bahwa
semakin rendahnya tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan.
2. Karekteristik Eksekutif
Untuk mengetahui karakter eksekutif maka digunakan risiko
perusahaan (corporate risk) yang dimiliki perusahaan (Paligrova, 2010) dalam Budi dan Setiyono (2012). Corporate risk mencerminkan
penyimpanan atau deviasi standar dari earning baik penyimpanan itu
bersifat kurang dari yang direncanakan atau mungkin lebih dari yang
(43)
mengindikasikan semakin besar pula resiko perusahaan yang ada. Oleh
Paligrova (2010) dalam Budi dan Setiyono (2012) untuk mengukur
resiko perusahaan ini dihitung melalui deviasi standar dari EBITDA
(Earning Before Income Tax, Depreciation, and Amortization) dibagi dengan total asset perusahaan. Rumus deviasi standar tersebut adalah
sebagai berikut :
RISK
=
3. Profitabilitas
Profitabilitas, diproksikan dengan menggunakan Return On Assetsyaitu perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba (Kurniasih & Sari, 2013), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ROA =
4. Struktur Kepemilikan
Menurut Khurana dan Moser (2009) dalam Annisa (2011) besar
(44)
agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini
kepemilikan institusional akan diukur menggunakan prosentase
kepemilikan institusional dan akan dilambangkan dengan INST.
% Kepemilikan istitusi =
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan atau ukuran perusahaan merupakan tingkat
ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Untuk mengukur tingkat ukuran
perusahaan dapat dihitung dari total aktiva karena ukuran perusahaan
diproksikan dengan Ln total asset. Penggunaan natural log pada penelitian ini digunakan untuk mengurangi fluktuasi data tanpa
mengubah proporsi nilai asal. variabel ini diukur dengan rumus sebagai
berikut:
(45)
Tabel 2.
Indikator Variabel Penelitian
Variabel Konsep Indikator Sumber Alat
Analisis X1:
Karekteristik Eksekutif
Low (2006) dalam
Budiman dan Setiyono (2012), menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Risk taker adalah seseorang yang
tidak takut oleh
ketidakpastian dan tenang dalam situasi yang spekulatif. Dia adalah seseorang yang akan mengambil kesempatan seperti penjudi yang berharap ingin menang. Sedangkan kebalikan risk taker yaitu risk averse.
a. Resiko perusahaan b. Depreciation c. Earning Before Income Tax d. Amortization e. Standar Devisiasi Data Sekunder Regresi X2: Profitabilitas
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan
perusahaan dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset (ROA). Prakosa (2014).
a. Laba (rugi) setelah pajak b. Total aset
Data Sekunder
Regresi
X3: Struktur Kepemilikan
Ari Simarmata (2014) mengatakan bahwa yang dimaksud institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi,
a. Jumlah saham institusi b. Total Saham
Data Sekunder
(46)
maupun lembaga lain yang
bentuknya seperti
perusahaan.
X4: Ukuran Perusahaan
Menurut Yusuf dan Soraya (2004) Vol. 7, No 1, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan, yang ditujukan oleh natural logaritma dari total aktiva.
a. Natural log b. Aset tetap
Data Sekunder
Regresi
Y : Tax Avoidance
Tax Avoidance merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus bayar perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Dyreng at al., (2010)
a. Tarif pajak efektif b. Pembayaran pajak c. Laba sebelum pajak Data Sekunder Regresi
C. Pengujian Kualitas Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu statistik deskriptif menyajikan
ukuran-ukuran numeric yang sangat penting bagi data sampel. Uji
statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS 15. Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data sehingga
(47)
dipahami. Statistik deskriptif dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Ghozali, 2012 dalam Ari Simarmata 2014).
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
pada penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi
klasik. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusi
secara normal, tidak mengandung multikolonieritas dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah data yang dipilih atau yang telah terkumpul berdistribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan
analisis grafik. Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah
dengan cara menganalisis grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
(48)
yang akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat dikatakan
normal jika data atau titik-titik tersebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal (Ari Simarmata, 2014).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil uji Kolmogrov- Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil
uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2012 ).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Selanjutnya, jika variabel ini tidak saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2012)
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam
model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance digunakan untuk mengukur variabilitas independen yangterpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
(49)
menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan VIF>10(Ghozali, 2012)
c. Uji Autokorelasi.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2012).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
yaitu dengan Uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen (Ghozali, 2012).
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi (r=0)
(50)
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homokesdastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,
2012).
Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai
prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residual (SRESID).
Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur
dan data tersebar acak diatas dandibawah angaka 0 pada sumbu Y, maka
diidentifikasikan tidak terdapatheteroskedastisitas (Ghozali,2006).
D. Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atu lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan
random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik.
Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali,
(51)
Metode regresi linier berganda diterapkan dalam penelitian ini
karena selain untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antar variabel, apakah
memiliki hubungan positif atau negatif. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Sedangkan untuk variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karekter
eksekutif, profitabilitas, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan.
Model regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS dengan rumus sebagai beriku:
Y = �+ 1�1+ 2�2+ 3�3+ 4�4+ 5�5 +�
Keterangan:
Y = Tax Avoidance (CETR)
� = Konstanta
X
1 = Karakteristik Eksekutif
X
2 = Profitabilitass (ROA)
X
3 = Struktur Kepemilikan
X
4 = Ukuran Perusahaan
β1 β2 β3 β4 β5 β6 = Koefisien Regresi Parsial
e = Error
2. Uji Kofisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
(52)
lebih kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.(Ghozali, 2012).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
biar terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Ole karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nila adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dala kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendak harus bernilai positif (Ghozali, 2012).
Ghozali (2006) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.
3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Berdasarkan Ghozali (2011) uji statistik F pada dasarnya
menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat
signifikan 0,05. Penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikankurang dari satu sama dengan 0,05 maka
(53)
profitabilitas, struktur kepemilikan, dan ukuran perusahaan)
secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen (tax
avoidance).
2. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka semua variabel
independen (karakteristik eksekutif, profitabilitas, struktur
kepemilikan, dan ukuran perusahaan) secara serentak tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (tax avoidance)
4. Uji t (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2012). Penolakan atau penerimaan
hipotesis berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05
menyatakan bahwa secara partial variabel independen
(karakteristik eksekutif, profitabilitas, struktur kepemilikan, dan
ukuran perusahaan) berpengaruh terhadap variabel dependen
(tax avoidance).
2. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 menyatakan bahwa secara
partial variabel independen (karakteristik eksekutif,
profitabilitas, struktur kepemilikan, dan ukuran perusahaan)
(54)
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Manufaktur terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2011-2014. Berdasarkan metode
purposive sampling yang telah ditetapkan pada Bab III, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 61 perusahaan Manufaktur yang memenuhi kriteria.
Adapun prosedur pemilihan sampel tampak pada tabel 4.1.
Tabel 3.
Prosedur Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI serta mempublikasikan laporan keuangan auditan per- 31 Desember dari tahun 2011-2014
142
2 Perusahan manufaktur yang melaporkan laba terus menerus selama periode 2011-2014
(71)
3 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang pelaporan
(10)
4 Jumlah observasi 61
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016.
Penelitian diperoleh sampel sebanyak 61 perusahaan manufaktur yang
diperoleh dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit per 31 Desember
dari tahun 2011-2014. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan
(55)
42
yang dikumpulkan meliputi seluruh variabel penelitian, yaitu Tax Avoidance, karakteristik Eksekutif, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran
Perusahaan.
B.Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Statistik Deskriptif
Tabel 4.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
244 .05977 .91605 .2772456 .12070764
244 .00284 .31998 .0529826 .04778402
244 .07369 71.50898 10.78740 10.31455098
244 31.00000 99.00000 70.54369 17.32841835
244 10.78293 19.27947 14.36369 1.69565732
244 CETR
RISK ROA INST SIZE
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016.
Penelitian ini sebanyak 244 data. Rata-rata Tax Avoidance (CETR) sebesar 0,2772456 nilai minimum sebesar 0,05977 nilai maximum sebesar
0,91605 dan standar deviasi sebesar 0,12070764. Rata-rata Karakter
Eksekutif (RISK) sebesar 0,0529826, nilai minimum sebesar 0,00284, nilai maximum sebesar 0,31998 dan standar deviasi sebesar 0,04778402. Rata-rata
Profitabilitas (ROA) sebesar 10,78740, nilai minimum sebesar 0,0769, nilai maximum sebesar 71,50898, dan standar deviasi sebesar 10,31455098.
Rata-rata Kepemilikan Institusional (INST) sebesar 70,54369, nilai minimum sebesar 31,00000, nilai maximum sebesar 99,00000 dan standar deviasi
(56)
43
sebesar 17,32841835. Rata-rata Ukuran Perusahaan (SIZE) sebesar 14,36369, nilai minimum sebesar 10,78293, nilai maximum sebesar 19,27947 dan
standar deviasi sebesar 1,69565732.
2. Uji Kualitas Data
Pengujian asumsi klasik yang akan diuji dalam model persamaan
penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Tabel 5.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov T est
212 .0000000 .03517520 .060 .060 -.045 .867 .440 N Mean Std. Deviation Norm al Param etersa,b
Absolute Positive Negative Most Extrem e
Differenc es
Kolmogorov-Smirnov Z Asym p. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Norm al. a.
Calculated from data. b.
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016.
Pada tabel 4.3 di atas, dimana menunjukkan nilai Asymp. Sig
(0.440) > α (0.05). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normal.
(57)
44
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016. Gambar 3.
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penyebaran data memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 6. Uji Multikolinearitas Dependent Variable: Tax Avoidance
S u m S u m b e r : D
ata Sekunder Yang Diolah, 2016. Variabel
Bebas Tolerance Collinearity Statistics VIF Kesimpulan
RISK 0.871 1.149 Tidak terjadi multikolinearitas PROF 0.758 1.320 Tidak terjadi multikolinearitas INST 0.871 1.148 Tidak terjadi multikolinearitas SIZE 0.919 1.088 Tidak terjadi multikolinearitas
(58)
45
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada
satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah
Uji Park. Uji Park dilakukan dengan cara meregresi nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel independen. Jika nilai sig > 0,05 maka
tidak ada terjadi heteroskedastisitas. Ringkasan hasil Uji Park dapat
dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 7.
Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Keterangan
RISK 0.451 Tidak ada heteroskedastisitas PROF 0.052 Tidak ada heteroskedastisitas INST 0.966 Tidak ada heteroskedastisitas SIZE 0.966 Tidak ada heteroskedastisitas Dependent Variable: LN Residual absolut
(59)
46
Hasil uji heteroskedastisitas dalam bentuk Grafik Scatterplot sebagai berikut :
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016
Gambar 4. Grafik Scatterplot
.
Berdasarkan gambar 2 grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak
terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini
berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model persamaan regresi,
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi tax
avoidance berdasarkan variabel yang memengaruhinya, yaitu
karakteristik eksekutif, profitabilitas, kepemilikan institusional, dan
(60)
47
d. Uji Autokorelasi
Tabel 8. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.376a .142 .125 .03510050 2.016
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson Predictors: (Cons tant), SIZE, RISK, INST, ROA
a.
Dependent Variable: CETR b.
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.6 nilai Durbin Watson yang diperoleh sebesar 2.016. Jika angka Durbin Watson diantara du<d<4-du tidak terdapat autokorelasi. Untuk N = 212 dengan k = 4 diperoleh nilai dL = 1.728 dan
dU = 1.809 sehingga nilai DW berada pada 1.809 < DW < 2.193. Maka
diketahui 1.809<2.016<2.193 yang artinya hasil penelitian ini telah
memenuhi syarat dan bebas dari autokorelasi. Konsekuensinya bahwa
dalam model regresi ini varian sampel dapat menjelaskan varian populasi.
C. Hasil Analisis Data
1. Persamaan Linier Berganda
Untuk pengujian hipotesis pertama sampai pengujian hipotesis
keempat dilakukan dengan Regresi linier berganda. pada dasarnya Regresi
linier berganda menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
(61)
48
untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga
menunjukkan arah hubungan antar variabel, apakah memiliki hubungan
positif atau negatif. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat
analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9.
Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .253 ,024 10.587 ,000
RISK .136 ,056 ,156 2,422 ,016
ROA -.001 ,000 -.336 -4.609 ,000
INST .0003 ,000 ,114 1.659 ,099
SIZE -,004 ,002 -,151 -2.249 ,026
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016.
Hasil perhitungan regresi diperoleh persamaan sebagai berikut :
TA = -0,253 + 0,136 RISK – 0,001 ROA + 0,0003 INST – 0,004 SIZE + e Keterangan:
Y = Tax Avoidance (CETR)
� = Konstanta
X
1 = Karakteristik Eksekutif (RISK)
X
2 = Profitabilitass (ROA)
X
3 = Kepemilikan Institusional (INST)
X
4 = Ukuran Perusahaan (SIZE)
e = Error
(62)
49
a. Uji Hipotesis 1 (H1)
Variabel karakter Eksekutif memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0.136, Nilai t 2,422 dengan signifikansi sebesar 0.016 < α 0.05 sehingga variabel karakter Eksekutif berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel
Tax Avoidance. Jadi, hipotesis 1 ditolak.
b. Uji Hipotesis 2 (H2)
Variabel Profitabilitas memiliki nilai koefisien regresi sebesar
-0,001, Nilai t -4,609 dengan signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05 sehingga variabel Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Tax Avoidance. Jadi, hipotesis 2 ditolak.
c. Uji Hipotesis 3 (H3)
Variabel adalah Kepemilikan Institusional memiliki nilai koefisien
regresi sebesar β0.0003, Nilai t 1.659 dengan signifikansi sebesar 0,099 >
α 0,05. Hasil pengujian hipotesis berbeda dengan hipotesis yang diajukan
karena berdasarkan hasil pengujian hipotesis Jadi, hipotesis 3 ditolak.
d. Uji Hipotesis 4 (H4)
Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai memiliki nilai
koefisien regresi sebesar -0,004 Nilai t -2,249 dengan signifikansi sebesar
(63)
50
positif signifikan terhadap variabel Tax Avoidance. Jadi, hipotesis 4 diterima.
Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini
Tabel 10.
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Hasil
B Sig.
H1
Karakter Eksekutif berpengaruh positif
terhadap Tax Avoidance. Ditolak .136 ,016
H2
Profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap Tax Avoidance. Ditolak -.001 ,000
H3
Kepemilikan Institusional berpengaruh
negatif terhadap Tax Avoidance. Ditolak .0003
,
099
H4
Ukuran Perusahaan berpengaruh positif
terhadap Tax Avoidance Diterima -,004 ,026
(64)
51
2. Uji Kofisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan variasi variabel dependen.
Tabel 11.
Uji Kofisien Determinasi (R2 Model Summary
.376a .142 .125 .03510050
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Cons tant), SIZE, RISK, INST, ROA
a.
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016
Besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0.142 atau 14,2
% ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam hal ini adalah
variabel Karakteristik Eksekutif (RISK), Profitabilitas (ROA), Kepemilikan Institusional (INST), dan Ukuran Perusahaan (SIZE), secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel Tax Avoidance sebesar 14,2 %, sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,8 % (100% - 14,2 %) dijelaskan oleh
faktor-faktor lain diluar penelitian.
3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independenyang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
(65)
52
Tabel 12.
Uji Signifikansi Simultan ANOVAb
.042 4 .011 8.540 .000a
.255 207 .001 .297 211
Regression Residual Total Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors : (Constant), SIZE, RISK, INST, ROA a.
Dependent Variable: CETR b.
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2016
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F test sebesar 8,540 dan
signifikan sebesar (0,000) < alpha (0,05) yang berarti variabel Karakteristik
Eksekutif (RISK), Profitabilitas (ROA), dan Kepemilikan Institusional (INST), dan Ukuran Perusahaan (SIZE), secara simultan mempengaruhi variabel Tax Avoidance.
D. Pembahasan Hipotesis
Penelitian ini menguji pengaruh Karakteristik Eksekutif,
Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Tax Avoidance. Berdasarkan pada pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap empat hipotesis dalam penelitian ini, hasilnya menunjukkan
bahwa tidak semua Hipotesis diatas diterima. Dari ke empat hipotesis yang
di uji tiga hipotesis ditolak yaitu Karakteristik Eksekutif, Profitabilitas, dan
Kepemilikan Institusional. Sedangkan hipotesis Ukuran Perusahaan
(66)
53
Pengujian hipotesis pertama menunjukan hasil bahwa Karakteristik
Eksekutif (RISK) memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance (CETR) Hasil pengujian dari hipotesis ini ditolak. Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Winoto (2014) yaitu
Karakteristik Eksekutif berpengaruh negatif terhadap tax avoidance .Karena hasil yang ditujukan berbanding terbalik dengan hipotesis yang
dibangun. Dimana pengukuran tax avoidance nya dilihat dari jumlah nilai
CETR nya. Nilai risk yang positif terhadap nilai CETR menunjukan bahwa penghindara pajak tidak dilakukan. Karena nilai CETR yang positif menunjukan telah melakukan pembayaran pajak yang optimal. Setiap
penurunan 1 persen nilai RISK maka akan menaikan nilai CETR sebesar 13.6 persen, artinya menandakan Karakter Eksekutif cendrung memiliki
sifat risk adverse. Eksekutif yang bersifat risk averse cendrung bermain aman dan setiap motivasinya dalam mengambil keputusan atau kebijakan
para eksekutif yang bersifat risk averse menunjukan sifat kebalikan dari eksekutif yang bersifat risk taker. Naik turunnya RISK (corporate risk) mencerminkan kecenderungan karekter eksekutif. Tingkat RISK yang tinggi mengindikasikan karekter eksekutif lebih memiliki sifat risk taker daibandingkan dengan RISK yang rendah atau dengan kalimat sebaliknya tingkat RISK yang rendah mengindasikan karekter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse dibandingkan dengan tingkat RISK yang tinggi Budiman (2012). RISK yang lebih rendah mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse, dimana eksekutif
(1)
(2)
Lampiran 3
Hasil uji multikolinearitas (VIF)
Variables Entered/Remov edb
SIZE, RISK, INST, ROAa
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: CETR b.
Coefficientsa
.295 .026 11.574 .000
.148 .054 .187 2.727 .007 .871 1.149 -.001 .000 -.341 -4.638 .000 .758 1.320 .000 .000 .129 1.879 .062 .871 1.148 -.004 .001 -.167 -2.508 .013 .919 1.088 (Cons tant)
RISK ROA INST SIZE Model 1
B
Std. Error Unstandardiz ed
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity
Statistics
Dependent Variable: CETR a.
(3)
Lampiran 3
Hasil uji heteroskedastisitas (
Park
)
Variables Entered/Removedb
SIZE, RISK, INST, ROAa
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: LN Residual absolut b.
Coefficientsa
-7.987 1.627 -4.910 .000
2.607 3.453 .056 .755 .451 -.034 .017 -.154 -1.954 .052 .000 .010 -.003 -.043 .966
.004 .095 .003 .043 .966
(Cons tant) RISK ROA INST SIZE Model 1
B Std. Error Unstandardiz ed
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: LN Residual abs olut a.
(4)
(5)
Lampiran 3
Hasil uji autokorelasi (
Durbin
–
watson)
Variables Entered/Remov edbSIZE, RISK, INST, ROAa
. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: CETR b.
Model Summaryb
.392a .154 .137 .03551343 1.701 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Cons tant), SIZE, RISK, INST, ROA a.
Dependent Variable: CETR b.
Hasil uji autokorelasi setelah theil-nagar
Variables Entered/Remov edb
SIZE, RISK, INST, ROAa
. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: CETR b.
Model Summaryb
.376a .142 .125 .03510050 2.016 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Cons tant), SIZE, RISK, INST, ROA a.
Dependent Variable: CETR b.
(6)
Lampiran 3
Hasil regresi berganda
Variables Entered/Removedb
SIZE, RISK,
INST, ROAa . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: CETR b.
Model Summary
.376a .142 .125 .03510050 Model
1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Predictors: (Cons tant), SIZE, RISK, INST, ROA
a.
ANOVAb
.042 4 .011 8.540 .000a .255 207 .001
.297 211 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors : (Constant), SIZE, RISK, INST, ROA a.
Dependent Variable: CETR b.
Coefficientsa
.253 .024 10.587 .000
.136 .056 .165 2.422 .016 -.001 .000 -.336 -4.609 .000 .0003 .000 .114 1.659 .099 -.004 .002 -.151 -2.249 .026 (Constant) RISK ROA INST SIZE Model 1
B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: CETR a.