PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

(1)

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

TERHADAP TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, COMPANY SIZE, FISCAL LOSS COMPENSATION AND OWNERSHIP STRUCTURE ON

TAX AVOIDANCE

(Empirical Study Of Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange)

Oleh:

QUMARUZ ZAMHURI 20120420078

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN,

KOMPENSASI RUGI FISKAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, COMPANY SIZE, FISCAL LOSS COMPENSATION AND OWNERSHIP STRUCTURE ON

TAX AVOIDANCE

(Empirical Study Of Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

QUMARUZ ZAMHURI 20120420078

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Qumaruz Zamhuri

Nomor mahasiswa : 20120420078

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH CORPORATE

GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL

DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, ...2016 Materai, 6000,-


(4)

Motto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Keberhasilan adalah sebuah proses, niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh keringatmu adalah penyedapnya, tetesan air matamu adalah pewarnanya, doamu

dan doa orang-orang isekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Akan dari itu, bersabarlah!

Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana


(5)

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang- Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan ke junjungangan nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan Karya Sederhana Ini Kepada Orang Yang Sangat

Kukasihi Dan Kusayangi.

Ibunda dan Ayahnda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin bisa kubalas hanya dengan selembar bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia. Karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih untuk ibu dan ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, menasehatiku menjadi lebih baik.


(6)

My sister

Untuk adik-adiku, tiada yang paling mengharukan saat bersama kalian, walaupun sudah lama tiadk kumpul bareng, dulunya kalian masih kecil ingusan meler-meler namun sekarang sudah pada besar semua makin dewasa dan makin pinter, mungkin dulunya sering bertengkar dan menangnya sendiri tapi hal itu menjadi warna yang tak tergantikan. Terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil yang dapat kupersembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian semua...

My Sweety

Sebagai tanda cinta kasihku, kupersembahkan karya kecil ini buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan kesabaranmu telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku.,,.,. My best fiend’s

Buat sahabat-sahabatku “ agus faisal , dianto, pian, priyo dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-satu”. Makasih boy’s udah saling suport dan bantuannya, semangat kalian dan candaan kalian , aku gak kan lupa kita begadang,,main pes sampe pagi bikin tugas gak kelar-kelar dan ngetrip bareng,,,,serta lainnya yang gak bisa disebutin satu-satu. Serta buat


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGSAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan masalah ... 10

C. Rumusan masalah ... 10

D. Tujuan penelitian ... 11

E. Manfaat penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan teori ... 13

1. Teori keagenan ... 13

2. Pajak ... 14

3. Penghindaran pajak ... 17


(8)

5. Komisaris independen ... 21

6. Komite audit ... 24

7. Ukuran perusahaan ... 26

8. Kompensasi rugi fiskal ... 27

9. Struktur kepemilikan institusional ... 28

B. Penelitian terdahulu dan penurunan hipotesis ... 30

C. Model penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Subyek penelitian ... 35

B. Jenis data ... 36

C. Teknik pengambilan sampel ... 36

D. Teknik pengumpulan data ... 37

E. Devinisi operasional variabel penelitian ... 37

F. Uji kualitas instrumen ... 41

G. Uji hipotesisi dan analisis data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Gambaran umum obyek penelitian ... 48

B. Uji kualitas instrumen data ... 50

C. Hasil penelitian (uji hipotesis) ... 55

D. Pembahasan (interpretasi) ... 60

BAB V SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 67

C. Keterbatasan penelitian ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

4.1. Prosedur Pemilihan Sampel ... 49

4.2. Statistik Deskriptif ... 50

4.3. Hasil Uji Normalitas ... 52

4.4. Hasil Multikolinearitas ... 53

4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 54

4.6. Hasil Uji Autokorelasi ... 55

4.7. Hasil Uji F ... 56

4.8. Hasil Uji Regresi Berganda ... 57

4.9. Ringkasan Uji Hepotesis ... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

(12)

(13)

ABSTRACT

Tax avoidance is the company's arrangements to minimize or eliminate the tax burden of the tax due consideration thereof . This study aims to test and provide empirical evidence of the influence of corporate governance, firm size,fiscal lost compensation and institutional ownership to tax avoidance.

This study classified the type of research that is causative . The population in this study is the Registered Manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange in 2010 until 2014 . Election samples by purposive sampling method . The data used in this research is a secondary data obtained from www.idx.co.id. Data collection techniques with engineering documentation . Data were analyzed using panel regresion analysis with SPSS.

The results show that: 1) independent commissioner (X1) which is measured by comparing the number of independent directors with a number of independent commissioners have no effect on Tax avoidance (Y), 2) the audit committee (X2) as measured by the total number of audit committee negative effect the Tax avoidance (Y), and 3) the size of the company measured by log total assets had a positive influence on Tax avoidance (Y). 4) The tax loss carryforwards are measured with dummy has a positive significant effect on tax avoidance (Y). 5) the ownership structure as measured by the percentage of institutional ownership has significant negative effect on tax avoidance (Y). For further research should add other variables that affect tax avoidance companies such leverage, profitability, and quality audits.

Keywords: Tax avoidance, Corporate Governance,firm size, fiscal lost compensation and ownership structure


(14)

INTISARI

Tax avoidance perusahaan merupakan pengaturan untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan mempertimbangkan akibat pajak yang ditimbulkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh antara corporate governance, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan struktur kepemilikan institusional terhadap tax avoidance

perusahaan.

Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi panel dengan SPSS19.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) komisaris independen (X1) yang diukur dengan membandingkan antara jumlah komisaris independen dengan jumlah komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap Tax avoidance (Y), 2) komite audit (X2) yang diukur dengan jumlah total komite audit berpengaruh negatif terhadap Tax avoidance (Y), dan 3) ukuran perusahaan yang diukur dengan log total aktiva memiliki pengaruh positif terhadap Tax avoidance (Y). 4) kompensasi rugi fiskal yang diukur dengan dummy memiliki pengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance (Y). 5) struktur kepemilikan yang diukur dengan persentase kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance (Y). Bagi penelitian selanjutnya hendaknya menambah variabel lain yang mempengaruhi tax avoidance perusahaan diantaranya leverage, profitabilitas, dan kualitas audit.

Kata Kunci : Tax avoidance perusahaan, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal, Strukutur Kepemilikan Institusional.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerimaan negara dalam arti penerimaan pemerintah pusat merupakan sumber dana paling besar dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, terutama untuk mencapai kemandirian dan keberlangsungan dalam membiayai pengeluaran yang semakin bertamabah besar. Pengeluaran belanja negara yang begitu besar tersebut, diperlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam negri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman luar negeri yang semakin lama semakin sulit untuk diharapkan, penerimaan pajak pada lima tahun terakhir, negara tidak mencapai target. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBNP) 2015, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp. 1489,3 triliun atau hampir 80% dari total penerimaan negara. Penerimaan pajak yang meliputi pemasukan pajak serta bea dan cukai, merupakan tulang punggung anggaran negara.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar. Hal ini harus ditingkatkan secara optimal agar laju pertumbuhan negara dan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya secara rutin dan tepat waktu sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.


(16)

2 Selain itu juga di dalam Al-quran dijelaskan terkait tentang pajak menurut agama islam yaitu QS Al-Hasyr ayat 6 yang artinya “ Dan apa saja

harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah, kepada Rasul–Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun, dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya, terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” (QS. 59:6). Pajak terdapat dalam islam yang merupakan salah satu pendapatan negara berdasarkan Ijtihad Ulil Amri yang disetujui oleh dewan perwakilan rakyat dan persetujuan ulama. Pajak adalah kewajiban lain atas harta, yang datang disaat kondisi darurat atau kekosongan baitul mal yang dinyatakan dengan keputusan ulul amri. Ia adalah kewajiban atas kaum muslim untuk membiayai pengeluaran kaum muslim yang harus dibiayai secara kolektif seperti keamanan, pendidikan dan kesehatan, diamana tanpa pengeluaran itu akan terjadi bencana yang lebih besar. Masa berlakunya temporer, sewaktu waktu dapat diahapuskan, ia dipungut bukan atas kepemilikan harta melainkan karena adanya kewajiban lain atas kaum muslim.

Pengertian pajak menurut undang-undang No. 28 pasal 1 tahun 2007, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Karena signifikannya beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dan pemiliknya


(17)

3 (pemegang saham), dapat diduga pemegang saham menginginkan penghindaran pajak (Chen et al., 2010). Perusahaan menghindari pajak dengan memanfaatkan regulasi tidak jelas untuk memperoleh out come pajak yang menguntungkannya (Dyreng, Hanlon, dan Maydew, 2008).

Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang-Undang disebut penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal. Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan (Budiman & Setiyono, 2012). Dalam beberapa tahun terakhir otoritas pajak tampaknya telah berusaha dengan semaksimal mungkin tidak hanya menegakkan batas yang jelas antara penghindaran pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak, tetapi juga untuk mencegah wajib pajak masuk ke dalam ambiguitas yang ditimbulkan oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005; Annisa & Kurniasih, 2012).

Fenomena penghindaran pajak di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing yang ditengarai melakukan


(18)

4 penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam waktu 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005). Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil nilai pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama 7 tahun berturut-turut. Perusahaan tersebut umumnya bergerak pada sektor manufaktur dan pengolahan bahan baku (DJP, 2013).

Desai dan Dharmpala (2006) menyatakan bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan Dyreng et al (2010) memperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Dalam penelitian Desai dan Dharmapala (2006) menemukan bahwa hubungan antara kompensasi insentif dengan tindakan penghindaran pajak bersifat negatif. Hubungan negatif ini lebih banyak terjadi pada perushaan-perusahaan yang memiliki tingkat corporate governance rendah, yang dalam pengelolaan perusahaan sifat oportunis manajer diduga merupakan faktor yang dominan. Menurut Haruman (2008),

corporate governance dalam perusahaan akan menetukan arah kinerja perusahaan. Ketika suatu perusahaan telah menerapkan corporate governance

dengan baik maka akan tercipta kinerja perusahaan yang lebih efektif dan berdampak pada keputusan yang efektif dalam menentukan kebijakan yang terkait besaran tarif pajak efektif perusahaan (Hanum & Zulaikha, 2013).


(19)

5 Ketika kepemilikan dan manajemen sebuah perusahaan dilakukan secara terpisah, maka terjadilah proses kontrak kerja dan pengawasan yang tidak sempurna sehingga membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan yang oportunis (Desai dan Dharmapala 2007). Pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan merupakan bagian unsur struktur penilaian dari corporate governance, namun di sisi lain perencanaan pajak salah satu dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan (Annisa & Kurniasih, 2012).

Penghindaran pajak juga biasanya ditutupi dengan struktur pajak perusahaan yang rumit dan kompleks dengan tujuan menghindari otoritas pajak. Hal tersebut membuat auditor eksternal menjadi lebih teliti dalam melakukan proses audit karena struktur pajak yang rumit dapat juga digunakan untuk menutupi aktivitas pengalihan informasi. Audit yang lebih cermat akan meningkatkan reliabilitas informasi keuangan yang diaudit, namun di sisi lain ada aspek yang harus dikorbankan yaitu ketepatan waktu (Crabtree dan Kubick, 2014).

Tax avoidance merupakan bagian dari Tax Planning yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan pembayaran pajak. Lim (2011) mendefinisikan pengertian Tax Avoidance sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak. Secara hukum pajak Tax Avoidance tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negatif.


(20)

6 Dalam penelitian ini, Tax Avoidance diukur menggunakan biaya tarif pajak efektif cast effective tax rate) merupakan rasio pembayaran pajak secara kas atas laba perusahaan pajak penghasilan. Pembayaran pajak secara kas terdapat pada laporan arus kas tahun berikut pada pos pembayaran pajak penghasilan dalam arus kas untuk aktivitas operasi, sedangkan laba sebelum pajak penghasilan terdapat dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Dari pengukuran tersebut diharapkan tindakan Tax Avoidance dapat diidentifikasi, dan dapat diketahui apakah suatu perusahaan melakukan tindakan meminimalkan pajak atau tidak. Dari sisi struktur tata kelola perusahaan

Corporate Governance dalam suatu perusahaan bertujuan agar terciptanya suatu tata kelola perusahan yang baik, efektif dan efisien. Dalam mekanisme

Corporate Governance telah diatur penerapan-penerapan yang harus dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat terus berkembang namun tidak melanggar aturan pemerintah, seperti tetap patuh dalam hal pembayaran pajak.

Corporate Governance menunjukkan perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik suatu perusahaan yang berkaitan dengan keadaan baik buruknya tata kelola suatu perusahaan terhadap tindakan pengambilan keputusan perpajakannya. Dalam penelitian ini Corporate Governance diukur dengan dua proksi, yakni proksi komposisi komisaris independen dan proksi keberadaan komite audit. Proksi komposisi komisaris independen diukur menggunakan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total


(21)

7 komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel tahun amatan (Andriyani, 2008).

Faktor keuangan lain yang mempengaruhi Tax Avoidance yaitu kompensasi rugi fiskal. Perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntan diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan (Sari dan Martani, 2010).

Struktur kepemilikan perusahaan menunjuk pada konfigurasi saham yang dimiliki oleh investor, baik individual maupun institusional serta baik yang berada didalam maupun diluar organisasi perusahaan. Struktur kepemilikan sangat tergantung bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pendanaannya. Pendanaan internal dengan penjualan saham atau melalui laba ditahan, sedangkan pendanaan eksternal dilakukan melalui jasa intermediasi seperti bank.

Strukur kepemilikan merupakan elemen dasar dalam corporate governance suatu perusahaan (Wicaksono, 2000), seperti yang dikutip oleh (Cyinthia, 2003), menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan corporate governance tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan tercermin baik memalului instrumen saham maupun instrumen


(22)

8 hutang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan bentuk masalah keagenan yang akan terjadi.

Selain faktor struktur tata kelola dan keuangan faktor lain yang mempengaruhi Tax Avoidance adalah komposisi kepemilikan institusional dalam perusahaan. Pada umumnya perusahaan dinegara berkembang dikendalikan oleh kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Penelitian yang dilakukan oleh Khurana (2009) menyatakan besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan tindakan meminimalkan beban pajak oleh perusahaan.

Untuk memperkecil pajak yang harus dibayarkan, maka perusahaan melakukan manajemen pajak. Menurut Suandy (2013), manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban dengan benar tapi dengan jumlah yang dapat ditekan serendah mungkin untuk mencapai laba dan likuiditas yang diharapkan. Perencanaan pajak (tax planning) adalah salah satu bentuk manajemen pajak yang dapat dilakukan.


(23)

9 Lumbantoruan (2008), Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan pajak (tax evasion) jelas merupakan perbuatan ilegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penelitian ini akan membahas mengenai penghindaran pajak (tax avoidance).

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah transparansi. Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik. Alasannya adalah adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku pajak yang agresif, pemegang saham tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan mencegah tindakan tersebut jika mereka tahu sebelumnya.


(24)

10 Penelitian ini replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Gusti Maya Sari (2014). Pengaruh komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan kompensasi rugi fiskal, dan struktur kepemilikan keluarga terhadap tax avoidance. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menarik untuk meneliti “ PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX AVOIDANCE”.

Untuk mengetahui bahwa nilai yang diberikan dari tax avoidance yang dimiliki perusahaan yang dipengaruhi oleh variabel diatas agar mendapatkan bukti empiris dan mengenai bagaimana tax avoidance itu terjadi terhadap perusahaan manufaktur.

B. Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, keterbatasan dalam penelitian ini, penghindaran pajak disini hanya didasarkan dari laporan keuangan yang kurang menggambarkan keadaan riilnya karena data tentang penghindaran pajak yang sebenarnya sulit diperoleh. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam jangka waktu lima tahun (2010 - 2014).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:


(25)

11 1. Apakah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance?

2. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance? 4. Apakah Kompensasi rugi fiskal berpengaruh positif terhadap tax

avoicdance?

5. Apakah Struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap

tax avoidance?

D. Tujuan Penelitian

1. Menguji pengaruh komisaris independen terhadap tax avoidance.

2. Menguji pengaruh kepemilikan komite audit terhadap tax avoidance. 3. Menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.

4. Menguji pengaruh kompensasi rugi fiskal terhadap tax avoicdance. 5. Menguji pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap tax

Avoidance.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Bagi pengembangan teori dan pengetahuan dibidang akuntansi terutama berkaitan dengan pengungkapan penghindaran pajak pada perusahaan kepemilikan keluarga dan institusional dan faktor – faktor apa


(26)

12 sajakah yang berpengaruh terhadap pengindaran pajak pada suatu perusahaan.

2. Manfaat praktis a. Bagi perusahaan

Agar sebuah perusahaan dapat menjadi masukan dalam menerapkan atau mendisiplinkan kewajipan pajak atas penghasilannya sesuai dengan UU dan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membantu dan meningkatkan perekonomian serta kelancaran bisnis suatu perusahaan tanpa ada hal - hal yang tidak diinginkan terjadi khususnya bagi perusahaan kepemilikan institusional.

b. Bagi pengguna laporan keuangan

Agar di dalam mata publik dan masyarakat tidak ada kecurigaan serta pandangan buruk terhadap usaha yang dijalankan dan semuanya transparan sebagaimana mestinya.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman mengenai faktor–faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan penghindaran pajak suatu perusahaan dan dapat mengkaji keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat mengembangkan serta menyempurnakan penelitian ini di kesempatan selanjutnya.


(27)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan ( Agency Theory)

Pada perusahaan dengan struktur modal dan pendanaan yang sederhana, manajemen perusahaan akan berperan sebagai pemegang kepemilikan tunggal sehingga tidak menimbulkan agency problem di dalam perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Namun pada perusahaan yang telah memperdagangkan sahamnya kepada publik, secara otomatis akan terjadi pemisahan antara pemilik dan manajemen. Agency theory

menjelaskan hubungan antara principal, yaitu pemegang saham, dan

agent, yaitu manajemen perusahaan. Pemegang saham tidak terlibat langsung di dalam aktivitas operasional perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dijalankan oleh pihak manajemen. Pemegang saham tentunya berharap manajemen dapat mengambil kebijakan dan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Namun pada kenyataannya manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena manajemen pasti memiliki kepentingan pribadi (Shapiro, 2005). Hal tersebut yang melandasi terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen.

Pemikiran corporate governance bertumpu pada teori keagenan, yaitu pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk


(28)

14 memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999). Adanya pemisahan antara pemilik dengan manajemen perusahaan dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan atau kepentingan principle. Teori agensi menjelaskan adanya konflik yang akan timbul antara pemilik dan manajemen perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau masalah agensi (Jensen dan Meckling 1976).

Dalam penelitian pajak ini, konflik tersebut terjadi terhadap kepentingan laba perusahaan antara pemungut pajak (fiskus) dengan pembayar pajak (manajemen perusahaan). Fiskus berharap adanya pemasukan sebesar-besarnya dari pemungutan pajak, sementara dari pihak manajemen berpandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan laba yang cukup signifikan dengan beban pajak yang rendah. Dua sudut pandang berbeda inilah menyebabkan konflik antara fiskus sebagai pemungut pajak dengan pihak manajemen perusahaan sebagai pembayar pajak.

2. Pajak

Pajak merupakan sumber anggaran pendapatan negara yang paling pokok. Perpajakan menyangkut dua masalah pokok, yaitu bagaimanakah sistem administrasi membiayai pengadaan dan penyediaan


(29)

15 barang dan jasa kolektif yang sukar dapat disediakan melalui mekanisme pasar serta bagaimanakah membiayai program-program yang dapat menghindarkan akibat sampingan dalam mekanisme pasar.

Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan akan perpajakan itu timbul. Alasan pertama adalah bahwa sistem administrasi perlu menyediakan barang dan jasa kolektif. Alasan kedua, sistem administrasi perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kegagalan-kegagalan tertentu dari mekanisme pasar sehingga langkah-langkah yang diambil itu mencerminkan mekanisme perencanaan. Alasan ketiga, berkaitan dengan pemerataan dalam pembagian pendapatan. Alasan keempat, adanya ketidaksempurnaan pasar. Ada sumber lain dari pengeluaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi yaitu yang berkaitan dengan campur tangan sistem administrasi yang timbul dari kegagalan mekanisme perencanaan pasar.

Memberikan pengertian pajak akan berkaitan dengan masalah yang dapat menjelaskan fungsi dari pajak dengan keyakinan bahwa pengartian tersebut mencakup segi-segi pokok yang terkandung di dalamnya. Sistem administrasi melakukan penarikan pajak bukan semata-mata untuk memperoleh dana akan tetapi juga dapat mengawasi pengeluaran dari sistem kegiatan sosial sehingga permintaan konsumsi dan investasi dari sistem administrasi ditambah dengan permintaan konsumsi dan investasi dari sistem kegiatan sosial akan sama dengan pendapatan pada tingkat kesempatan kerja tertentu.


(30)

16 Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi (Mardiasmo, 2011) yaitu :

a. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo, 2011), yaitu sebagai berikut :

1) Official Assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 2) Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang

memberi wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3) With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

3. Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada (Mardiasmo, 2009). Hanlon et al, (2010) dalam Dewi (2013), mengatakan bahwa


(31)

17 pengukuran adanya penghindaran pajak dapat menggunakan banyak proksi bervariasi. Selain itu pengukuran tersebut merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et al, (2010) berkenaan tentang kas yang dikeluarkan untuk pembiayaan pajak bagi laba sebelum pajak.

Suandy dalam Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa motivasi yang mendasari wajib pajak melakukan tindakan penghematan pajak bersumber dari beberapa faktor, yaitu:

a. Jumlah pajak yang harus dibayar, besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, semakin besar jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula kecendrungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

b. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya menyuap fiskus maka semakin besar kecendrungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

c. Kemungkinan untuk terdeteksi. Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecendrungan wajib pajak melakukan pelanggaran.

d. Besarnya sanksi. Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang dilakukan maka semakin besar wajib pajak melakukan tindakan pelanggaran.

Tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan - kelamahan ketentuan perpajakan suatu negara. Menurut Lim (2011)


(32)

18 mendefinisikan tax avoidance sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak.

Mortenson dalam Zain (1988) menyatakan bahwa tax avoidance

merupakan pengaturan untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan mempertimbangkan akibat pajak yang ditimbulkannya. Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimalkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Uppal (2005) tentang kasus penghindaran pajak di Indonesia, dikemukakan bahwa di negara-negara berkembang banyak terjadi kasus penghindaran pajak. Hal ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan menjadi sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara. Guire et al, (2011) mengemukakan bahwa manfaat dari adanya Tax Avoidance adalah untuk memperbesar tabungan pajak (Tax Saving) yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.


(33)

19 Penciptaan suatu alternatif baru atas aktivitas Tax Avoidance

dalam perencanaan pajak dapat menimbulkan penghematan dalam besarnya pajak oleh perusahaan (Sartori, 2010 dalam Annisa 2011). Sehingga diharapkan perusahaan lebih memberikan perhatian dalam memenuhi peraturan perpajakan yang telah ditetapkan. Dengan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan kepada Negara akan digunakan untuk memfasilitasi masyarakat sehingga dapat menaikkan derajat kehidupan masyarakat (Annisa, 2011).

4. Coporate Governance

Corporate Governance didefinisikan sebagai efektivitas mekanisme yang bertujuan meminimumkan konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi yaitu merupakan suatu proses penggunaan hak kontrol atau kendali seseorang untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi kekayaan dari pihak lain atas pemegang saham minoritas Darmawati dkk, (2004).

Lima komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance, (Kaen dan Shaw, 2003) yaitu keadilan, transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab dan kewajaran. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa


(34)

20 kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Berikut definisi komponen-komponen utama yaitu:

a. Transperency (Transparansi), yaitu bagaimana cara perusahaan dalam menyediakan informasi yang relevan dan material sehingga mudah diakses dan dipahami stakeholder.

b. Accountability (Akuntabilitas), perusahaan diharuskan untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan. Perusahaan diharuskan untuk mengatur bagaimana kepentingan perusahaan dapat sejalan dengan kepentingan para pemegang saham dan pemangku kepentingan yang lain.

c. Responsibility (Tanggung Jawab), perusahaan diharuskan untuk mematuhi hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat memenuhi tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan dengan tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis jangka panjang sehingga diakui sebagai perusahaan yang baik. d. Independency (Kemandirian), untuk mendukung corporate

governance yang baik perusahaan diatur secara mandiri dengan kekuasaan yang seimbang, yaitu dimana tidak ada salah satu bagian perusahaan yang mendominasi serta tidak ada intervensi dari pihak manapun.


(35)

21 e. Fairnes (Kewajaran), dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan harus mengutamakan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip kewajaran.

Kelimanya memiliki keterkaitan penting dalam penerapan prinsip good corporate governance yang dapat di buktikan dalam laporan keuangan (Beasly, 1996 dalam Annisa 2011). Terdapat keterbatasan terkait dengan penelitian corporate governance sehingga perlu menggunakan proksi sebagai alat ukur (Arifin et al., 2003 dalam Annisa 2011). Variabel yang digunakan sebagai proksi untuk corporate governance meliputi variabel-variabel seperti, kepemilikan institusional, struktur dewan komisaris, komite audit (Annisa, 2011).

5. Komisaris Independen

Pelaksanaan dalam tata kelola perusahaan dan struktur perusahaan selalu ada posisi direksi dan komisaris, hal ini sesuai dengan UU No. 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 92 ayat (1) menyebutkan bahwa direksi menjalalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Sedangkan pasal 108 ayat (1) mengatakan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi.


(36)

22 Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai di rektur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut paraturan yang di keluarkan di BEI, jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah saham yang di miliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris, disamping hal itu komisaris independen memahami undang-undang dan peraturan yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam rapat umum pemegang saham (Pohan, 2008). UU No 1 Tahun 1995 menjelaskan tentang perseroan terbatas (UUPT), disebutkan bahwa tugas komisaris adalah mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi.

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Kriteria komisaris independen menurut Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI) adalah sebagai berikut:


(37)

23 b. Bukan merupakan pemegang saham mayoritas atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham.

c. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu.

d. Bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut.

e. Bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut.

f. Tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan.lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan.

g. Harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis maupun dengan hubungan lainnya yang dapat atau secara wajar dapat dianggap campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai komisaris untuk bertindak demi kepentingan perusahaan.


(38)

24 Menurut Prasetyo (2013) suatu dewan komisaris independen dapat mengawasi berbagai kegiatan oprasional perusahaan dan tindakan manajer serta pemilik perusahaan yang melakukan penyimpangan dari kontrak kerja yang sudah disetujui antara principal dan agent. Sebagai seorang proposional, komisaris independen harus memiliki integritas dan kejujuran yang tidak pernah diragukan, mengalami seluk beluk pengelolaan bisnis dan keuangan perusahaan, memahami dan mampu membaca laporan keuangan perusahaan yang dan implikasinya terhadap strategi bisnis, memahami seluk beluk industri yang digeluti di perusahaan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang dapat memengaruhi bisnis perusahaan, memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir yang strategis, memiliki karakter sebagai pemimpin yang proposional memiliki kemampuan berkomunikasi serta kemampuan untuk memengaruhi dan bekerja sama dengan orang lain, memiliki komitmen dan konsistensi dalam melakukan profesinya sebagai komisaris independen, serta memiliki kemampuan untuk berpikir objektif dan independen serta profesional (FCGI, 2003).

6. Komite Audit

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk melakukan tugas-tugas khusus. Di dalam perusahaan, komite ini sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi


(39)

25 dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan permasalahan yang signifikan atau penting dapat segera teratasi (Kusumaning, 2004).

Komite audit tidak bersifat wajib (mandatory) dan tidak selalu ada pada perusahaan kecil. Tanggung jawab komite audit meliputi: mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal). Dari ketiga tanggung jawab tersebut, pengawasan pada laporan keuangan dan pengawasan pada audit eksternal adalah yang berkaitan dengan aktivitas manajemen laba. Pengawasan pada laporan keuangan meliputi laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.

Adanya kewajiban dibentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan publik oleh Bursa Efek Jakarta dalam pengaturan pencatatan No I–A, dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen melalui akrual diskrisioner. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Verschoor (1993) dalam Kusumaning (2004) mengenai pengawasan pada audit eksternal diharapkan dapat meningkatkan independensi auditor sehingga dapat memperbaiki efektivitas audit.

Keberadaan komite audit yang cukup independen dapat membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba (Kusumaning, 2004). Proporsi anggota komite audit independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (Earning Management). Semakin tinggi


(40)

26 persentase anggota independen maka semakin kecil manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. (Chtourou, Bedard dan Chtourou, 2003).

7. Ukuran Perusahaan

Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu besar, sedang, dan kecil. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Selain itu Watts dan Zimmerman (1986) dalam Achmad et al. (2007) menyatakan bahwa manajer perusahaan besar cenderung melakukan pemilihan


(41)

27 metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang guna memperkecil laba yang dilaporkan.

8. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi kerugian dalam Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 6 ayat (2) Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 tahun 2000. Adapun beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam hal kompensasi kerugian ini adalah sebagai berikut:

a. Kerugian merujuk kepada kerugian fiskal bukan kerugian komersial.

b. Kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya biaya yang telah memperhitungkan ketentuan pajak penghasilan.

c. Kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama lima tahun ke depan secara berturut - turut. Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak dapat lagi dikompensasikan.

d. Kompensasi kerugian hanya diperuntukan wajib pajak badan dan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang penghasilannya tidak dikenakan PPh Final dan perhitungan pajak penghasilannya tidak menggunakan norma penghitungan .

e. Kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan dari dalam negeri.


(42)

28 Kompensasi rugi fiskal adalah nilai rugi akuntasi masa lalu yang dibawa saat ini sebagai manfaat pajak. Kompensasi kerugian diperoleh dari nilai rugi operasi yang dibawa saat ini sebagai total aktiva, sehingga akan menyebabkan terjadinya overstated book tax gap (wilkie, 1992).

9. Struktur Kepemilikan Institusional

Kepemilikian Institusional merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan. Keberadaan institusi yang memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi dapat ditekan (Rahmy, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurana (2009) adalah besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan meminimalkan pajak perusahaan. Pozen dalam Nur’aeni (2010) mengungkapkan beberapa metode yang digunakan oleh pemilik institusional dapat memengaruhi pengambilan keputusan manajerial, mulai dari diskusi informal dengan manajemen, sampai dengan pengendalian seluruh kegiatan oprasional dan pengambilan keputusan perusahaan. Adanya kepemilikan investor institusional yang didefinisikan sebagai investor yang berasal dari luar akan mendorong peningkatan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen perusahaan.


(43)

29 Pemilik saham institusional dapat meminta manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial dan laporan tahunannya secara transparasi kepada pemangku kepentingan, memperoleh legistimasi, dan menaikkan nilai perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga memengaruhi harga saham perusahaan (Brancato dan Gaughan dalam Fauzi et al., 2007). Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kelebihan yaitu:

a.Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan dari informasi yang tersedia.

b.Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi dalam perusahaan.

Mangel dan Singh dalam Prasetyo (2009) juga menyatakan bahwa tingkat pengawasan yang baik terhadap manajemen didalam perusahaan berhubungan postif dengan tingginya persentase kepemilikan institusional sehingga proksi kepemilikan istitusional bertindak sebagai pencegah tehadap pemborosan yang dilakukan manajemen.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance

Dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dapat memengaruhi pihak manajemen untuk menyusun laporan keuangan yang berkualitas (Boediono, 2005). Komisaris Independen dapat


(44)

30 melaksanakan fungsi monitoring untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan keuangan lebih obyektif.

Kehadiran komisaris independen dalam dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Dimana dengan semakin banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan semakin ketat. Manajemen kerap kali bersifat oportunistik dimana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus. Laba selama ini dijadikan indikator utama keberhasilan manajer. Salah satu cara meningkatkan laba bersih adalah dengan mengurangi biaya-biaya termasuk pajak dengan begitu manajemen akan berusaha untuk meminimalkan pajak yang harus dibayarkan. Diharapkan semakin besar proporsi komisaris independen dapat meningkatkan pengawasan sehingga dapat mencegah penghematan pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen (Wulandari: 2005). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah:

H

1:Kompensasi Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance.

2. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance

Komite audit membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Sejak direkomendasikan (GCG) di Bursa Efek Indonesia, komite audit telah menjadi komponen umum dalam struktur good corporate governance perusahaan publik. Pada umumnya, komite ini berfungsi


(45)

31 sebagai pengawas proses pembuatan laporan keuangan dan pengawasan internal, karena BEI mengharuskan semua emiten untuk membentuk dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris independen (Pohan, 2008).

Sriwedari (2009) dalam penelitiannya menjelaskan hubungan negatif antara komite audit dengan tax avoidance, keberadaan komite audit yang fungsinya untuk meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik sehingga segala perilaku atau tindakan yang menyimpang berhubungan terkait dengan laporan keuangan bisa dihindari oleh perusahaan. Dengan demikian hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut.

H2: Keberadaan Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance.

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan TerhadapTax Avoidance

Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dan membayar kewajibannya dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007).


(46)

32 Richardson dan Lanis (2007) menyatakan hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan tindakan meminimalkan pajak. Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory). Maka hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut.

H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance

4. Pengaruh Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance

Perusahaan yang telah merugi dalam satu periode akuntan diberikan keringanan untuk membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut. Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar dari beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan.

Kurniasih, Tommy dan Maria Ratna (2013) kompensasi rugi fiskal memiliki nilai positif terhadap tax avoidance, karena kerugian tersebut dapat mengurangi beban pajak pada tahun berikutnya.

Perusahaan yang merugi pada periode sebelumnya dapat meminimalkan beban pajak pada periode berikutnya. Kerugian yang ditanggung perusahaan dapat dikompensasikan kepada laba yang


(47)

33 diterima selama 5 tahun berikutnya, sehingga pajak yang harus dibayarkan dapat diminimalkan karena angka laba terutang menjadi kecil.

H4: Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance

5. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Tax Avoidance

Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial sehingga mengurangi tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan. Investor institusional dapat mengurangi biaya hutang dengan mengurangi masalah keagenan, sehingga mengurangi peluang terjadinya tindakan meminimalkan beban pajak perusahaan.

Menurut (Annisa, 2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer sehingga kepemilikan institusional dapat memaksa manajer untuk meminimalkan tindakan tax avoidance. Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat pengawasan kepada manajerial sehingga mengurangi tindakan meminimalkan beban pajak yang dilakukan oleh perusahaan.


(48)

34 H5 : Struktur Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance.

C. Model Penelitian

Model penelitian ini menggunakan gambar yang menunjukan variabel independennya adalah Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Kompensasi Rugi Fiskal, Struktur Kepemilikan Institusional. Variabel dependennya dalam penelitian ini yaitu Tax Avoidance. Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Independen

(-)

(-) Dependen

(-)

(+) Gambar 2.1

Model Penelitian (-)

Komisaris Independen (X1) Komite Audit

(X2) Ukuran Perusahaan

(X3) Kom Rugi Fiskal

(X4)

Kepemilikan Institusional (X5)

Tax Avoidance (Y)


(49)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Obyek/Subyek Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah data skunder yang merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap dalam pelaporan keuangan tahun 2010-2014. Sumber data diperoleh dari

website IDX www.adx.co.id.

Populasi dalam penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Kriteria sampelnya adalah perusahaan aktif dan data lengkap, menggunakan nilai mata uang rupiah, nilai laba positif dan nilai Cash Effective Tax Ratenya kurang dari satu (CETR<1). Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dokumentasi dengan melihat laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan sampel melalui situs resmi

www.idx.co.id.

Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dalam industry pengolahan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan biasanya indentik


(50)

36 dengan pabrik. Pemilihan perusahaan manufaktur karena dengan pertimbangan agar data yang diperoleh nantinya akan mewakili populasi dengan perusahaan lainnya.

2. Jenis Data

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data skunder dan data dokumenter yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tecatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Penelitian ini juga didesain untuk mengukur hubungan antar variabel riset atau menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Sekaran, 2003:14). Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data laporan keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Didalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu melalui pengambilan sampel secara khusus berdasarkan kriteria-kreteria tertentu, antaranya adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI serta mempublikasikan laporan keuangan auditan per-31 Desember dari tahun 2010-2014.

b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan annual report selama periode pengamatan dari tahun 2010-2014.


(51)

37 c. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah sebagai

mata uang pelaporan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan tekni observasi dokumentasi dengan melihat laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan sampel melalui situs resmi www.idx.co.id.

5. Definisi Operasional Variabel Peneltian 1. Variabel Dependen

a. Tax Avoidance

Tax Avoidance merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Pengukuran

Tax Avoidance dalam penelitian ini menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR) yang diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al. 2010) dengan rumus sebagai berikut:

Pembayaran Pajak CETR =


(52)

38 2. Variabel Independen

a. Komisaris Idependen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan dereksi, anggota dewan komisaris lainya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proksi komposisi komisaris independen (KOM) diukur menggunakan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris dalam jumlah total komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel tahun amatan (andriyani, 2008). Dengan rumus sebagai berikut:

b. Komite Audit

Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk

Komisaris Independen

Kom = x 100%


(53)

39 mencapai tujuan komite audit. Proksi komie audit (AUD) diukur dengan menggnakan jumlah total komite audit (Andriyani, 2008).

c. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi peruahaan yang besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan dan jumlah penjualan. ukuran perusahaan (size), ukuran ditunjukan melalui log total aktiva, karena dinilai ukuran ini memiliki tingkat kesetabilan yang lebih dibandingkan proksi-proksi yang lainnya dan cendrung berkesinambungan antar periode (Jogiaynto, 2000).

d. Kompensasi Rugi Fiskal

Kompensasi Rugi Fiskal merupakan kompensasi yang dilakukan wajib pajak yang berdasarkan pembukuannya

Kom Audit = Total Komite Audit


(54)

40 mengalami kerugian dan kompensasi akan dilakukan pada tahun berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun berturut-turut. kerugian atau keuntungan fiskal adalah selisih antara penghasilan dan biaya-biaya yang telah diperhitungkan ketentuan pajak penghasilan. Kompensasi rugi fiskal dapat diukur menggunakan variabel dummy yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal pada awal tahun t dan 0 jika tidak terdapat kompensasi pada tahun t (Sari dan Martini, 2010).

e. Struktur Kepemilikan Institusional

Struktur Kepemilikan Institusional merupakan suatu negara berkembang yang masih memiliki kepemilikan saham diperusahaan. Kepemilikan saham dinegara berkembang sebagian besar dikontrol kepemilikan termasuk di Indonesia, bahawa struktur kepemilikan perusahaan lebih efesien dan dapat meningkatkan profitabiltas didalam perusahaan. Struktur kepemilikan institusional dapat diukur menggunakan presentase kepemilikan institusional dan akan di lambangkan dengan INSTit

(Khurana dan Moser, 2009).

Saham Institusi

Kepemilikan Institusi = X 100% Jumlah Saham Beredar


(55)

41 6. Uji Kualitas Instrumen dan Analisis Data

a. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numeric yang sangat penting bagi data sampel. Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS19. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Statistik deskriptif dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Ghozali, 2012 dalam Simarmata 2014).

b. Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model pada penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikolonieritas dan heteroskedastisitas.


(56)

42 1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang dipilih atau yang telah terkumpul berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil uji Kolmogrov - Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil uji Kolmogrov - Smirnov menunjukkan nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2012 ).

2. Uji Multikoloniearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Selanjutnya, jika variabel ini tidak saling


(57)

43 berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2012).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance digunakan untuk mengukur variabilitas independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2012).

3. Uji Autokorelasi.

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual


(58)

44 (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2012).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan Uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen (Ghozali, 2012).

Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : tidak ada autokorelasi (r=0) H1 : ada autokorelasi (r≠0)

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokesdastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2012).

Selain itu pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser yaitu


(59)

45 meregresikan absolute nilai residual sebagai variabel dependen dengan variabel independen, jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2012).

c. Uji Hepotesis dan Analisisi Data

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atu lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali, 2012).

Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Analisis regresi inil dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut:

Yit = β0 + βiX1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it +

Uit

Keterangan:

Log Yit = Tax Avoidance (CETR)

X1it = KOM

X2it = Komite Audit X3it = Ukuran Perusahaan


(60)

46 X4it = Kompensasi Rugi Fiskal

X5it = Struktur Kepemilikan Institusional

1. Uji Kofisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang lebih kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, (Ghozali, 2012).

Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nila adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dala kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendak harus bernilai positif (Ghozali, 2012). Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2006) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.


(61)

47 2. Uji F (Simultan)

Uji F di lakukan untuk menguji apakah model yang digunakan signifikan atau tidak, sehingga dapat dipastikan apakah model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka

model regresi linear berganda dapat dilanjutkan atau diterima.

3. Uji t-test

Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2012). Apabila t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel berarti t hitung signifikan yang berarti hipotesis diterima. Sebaliknya apabila t hitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel maka berarti hipotesis ditolak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan dan penolakan hipotesis dapat dilihat dari masing-masing variabel. Apabila nilai t > 0,05 maka hipotesis ditolak dan sebaliknya jika t < 0,05 maka hipotesis diterima (Ghozali, 2012).


(62)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan konsisten listing dari tahun 2010-2014. Berdasarkan metode purposiv sampling maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 22 perusahaan. Periode pengamatan yang dilakukakan pada tahun 2010-2014 sehingga data untuk 5 periode sebesar 111 sampel.

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No Keterangan Jumlah

1

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 129 2 Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan

mata uang rupiah selama periode 2010-2014

(36) 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data

keuangan lengkap untuk pengukuran semua variabel selama tahun 2010-2014

(28) 4 Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan

auditan per-31 desember dari tahun 2010-2014

(32) 5 Perusahaan yang tidak memperoleh laba dari tahun

pengamatan 2010-2014 (11)


(63)

49 2.Statistik Deskriptif

Tabel 4.2

Tabel deskriptif variabel penelitian Descriptive Statistics

111 .00062 .90990 .2145092 .19032133 111 .20000 .75000 .4036237 .11307090 111 2.00000 5.00000 3.0720721 .49930336 111 9.26700 17.29101 14.01054 1.56334005

111 0 1 .30 .459

111 20.00000 98.96000 75.77405 17.13124818 111

CETR KOM AUD SI ZE RFIS INST

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean St d. Dev iation

Sumber: Hasil Olahan Data, 2016

Pada analisis data ini akan dijelaskan tentang gambaran umum dari data-data yang diperoleh dari penelitian. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel Y dan lima variabel X. Variabel terikatnya yaitu tingkat tax avoidance (Y), sedangkan variabel bebasnya yaitu Komisaris Independen (X1), Komite Audit (X2), Ukuran Perusahaan (X3),

Kompensasi Rugi Fiskal (X4), dan Struktur Kepemilikan Institusional

(X5).

Pada tabel 4.2 menjelaskan deskriptif variabel-variabel dalam penelitian ini. Tax avoidance memiliki nilai rata-rata 0,2145 diukur dengan Cash Efective Tax Rate (CETR) yang terjadi pada perusahaan manufaktur. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata besarnya pembayaran pajak perusahaan sampel dari tahun 2010 hingga 2014 sebesar 21,45% dari laba sebelum pajak. Tax Avoidance tertinggi terjadi pada angka 0,9099 dan terendah pada angka 0,0006.


(64)

50 Variabel komisaris independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4036. Komisaaris independen tertinggi terjadi pada angka 0,7500 dan terendah pada angka 0,2000. Variabel komite audit memiliki nilai rata-rata sebesar 3,072 dengan komite audit tertinggi terjadi pada angka 5,000 dan nilai terendah terjadi pada angka 2,000. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 14,01054. Ukuran perusahan tertinggi terjadi pada angka 17,29101 dan nilai terendah pada angka 9,26700. Variabel kompensasi rugi fiskal memiliki nilai rata-rata sebesar 0,30. Kompensasi rugi fiskal tertinggi terjadi pada angka 1 dan nilai terendah pada angka 0. Variabel struktur kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 75,77. Struktur kepemilikan institusional tertinggi terjadi pada angka 98,96 dan nilai terendah terjadi pada angka 20.00.

B. Uji Kualitas Instrumen Data

Pengujian asumsi klasik yang akan di uji dalam persamaan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

1.Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai kolmogorov smirnov > 0,05 (Ghozali, 2006). Pada penelitian ini


(1)

19 avoidance, hal ini terjadi karena semakin besar kepemilikan institusional maka investor institusional akan lebih mudah mempengaruhi manajemen untuk memaksimalkan laba bagi para investor institusional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti, diantaranya adalah:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jenis industri selain manufaktur dikarenakan untuk mengetahui perbandingan hasil penelitian sebelumnya.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel – variabel lain yang erat kaitannya dengan penghindaran pajak ( Tax Avoidance).

3. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan model pengukuran lainnya seperti Efectif Tax Rate (ETR) dan Book Tax Gap.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan sampel penelitian serta menambah periode pengamatan agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini terbatas pada periode pengamatan yang relatif pendek yaitu 5 tahun dengan sampel 22 perusahaan.

2. Terdapat sejumlah variabel lain yang belum digunakan sedangkan variabel tersebut memiliki kontribusi dalam mempengaruhi Tax Avoidance.

3. Selain menggunakan cash effective tax rate (CETR) masih ada jenis alat ukur lain yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tax avoidance seperti Efective Tax Rate (ETR) dan Book Tax Gap


(2)

20 DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Theresa. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Reformasi Perpajakan terhadap Penghindaran Pajak di Industri Mnufaktur yang Trdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.Skripsi Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia Depok.

Annisa, Nuralifmida Ayu, 2011. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance”.Skripsi,Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ardyansah, Dennis. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (ETR). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

Amri, G 2013, Komisaries independen dan GCG. http//:www.GustiAmri GCG.htm. Diakses tanggal 8 agustus 2015.

Annisa, N.A & Kurniasih, 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol.8, 95 189.

Annisa, N.A & Kurniasih, 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume 8/No. 2. 95-199. Ayuningtyas, N. (2012). Pengaruh FaktorPendidikan, Pengalaman Kerja, dan

Pelatihanterhadap Pengetahuan Aparatur Pajak tentang Tax Avoidance (Studi Kasus atas Aparatur Pajak pada KPP Pratama Batu).Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin 25-28 September 2012

Boediono, Gideon, 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII,Denpasar, Bali.

Budiman & Setiyono, 2012. Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin 25-28 September 2012.

Bovi, M.A 2005. Book-Tax Gap, An Income Horse Race. Working Paper No. 61, Desember 2005.


(3)

21 Chai, H, dan Liu, Q. 2010. Competition and Corporate Tax Avoidance: Evidence from Chinese Industrial Firms. www.ssrn.com. Akses pada tanggal 10 oktober 2015.

Desai, M.A & Dharmapala, 2006. Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives.Journal of Financial Economics, 79, 145-179.

Desai, M.A & Dharmapala, 2007. Taxation and Corporate Governance: An Economic Approach. Harvard University, working paper. SSRN. Dyreng, S., Hanlon, M., dan Maydew, E. (2010). “The effects of executives on

corporate taxavoidance”. The Accounting Review. Vol. 85, No. 4, pp 1163-1189.

Hidayanti, Afliyani, 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Universitas Diponegoro : Semarang.

http://economy.okezone.com/read/2015/03/23/20/1122994/ penerimaan pajak lima tahun terakhir tak capai target. Di akses 20 Maret 2016.

http://www.pajak.go.id/content/article/realisasi-penerimaan-pajak-31-oktober-2015. Di akses 20 Maret 2016.

Hutagaol, J. 2007. Perpajakan: Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Irawan, Wisnu Arwindo, 2013. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,

Leverage, UkuranPerusahaan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba”. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Kurniasih, Tommy, Sari Maria, Ratna. 2013. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.

Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Keuangan Perusahaan. www.idx.co.id. Diakses 8 febuari 2016.

Lukviarman, Niki, 2006. Board Governance dan Kinerja Perusahaan (Co-author dengan Intan Novia Fatma Nanda). Makalah yang akan dipresentasikan pada “The 2nd Annual Corporate Governance Conference, Universitas Trisakti, Jakarta (2006) dalam Kumpulan Karya Tulis Niki Lukviarman, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang.


(4)

22 Maya Sari, Gusti, 2014, pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan struktur kepemilikan terhadap tax avoidance, artikel publikasi, Fakultas Ekonomi Universitas Negri Padang.

Mayangsari, Sekar, 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Minick dan Noga. Do corporate governance charateristics influence tax management? journal of corporate finance 16, 703-718.

Sari dan Martani, 2010. Ownership Characteristics, Corporate Governance and Tax Aggressiveness, The 3rd International Accounting Confer-ence & The 2nd Doctoral Colloquium. Bali.

Scholar.google.co.id/scholar?q=jurnal+pohan+tentang+komisaris+independen& btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5.Diakses 25 agustus 2015

Sillagan dan Machfoedz, 2006. Mekanisme Corporate Governa-nce, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi IX. 24-25 Agustus 2006. Padang.

Siegfried, 1972. The relationships between economic structure and the effect of political influence: empirical evidence from the federal corporation income tax program. Ph.D. dissertation. University of Wisconsin, dalamRichardson, G., & Lanis, R. (2007). Determinants of the variability in corporate effective tax rates and tax reform: Evidence from Australia.Journal of Accounting and Public Policy, 26 (2007), 689-704.

Tugiman, Hiro 1995, Komite audit, PT. Eresco, Bandung, (1999) Sekilas: Komite Audit, PT. Eresco, Bandung.

Utami, Nurindah Wahyu. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance, Size, Profitabilitas Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Skripsi UNS. Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 9. Jakarta : Salemba Empat

Warsono, dkk, 2010. Corporate Governance Concept and Model.Edisi Pertama. UGM: Yogyakarta.

Xynas, Lidia, 2011, Tax Planning, Avoidance and Evasion in Australia 1970-2010: The Regula-tory Responses and Taxpayer Compliance, Revenue Law Journal, 201.


(5)

23 LAMPIRAN

TABEL 4.2

DESKRIPTIF STATISTIK

TABEL 4.3

Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier NPar Tests


(6)

24 TABEL 4.8


Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL YANG TERDAFTAR DI BEI

2 68 20

DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI EMPIRIS TERHADAP PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 9 94

PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, CORPORATE Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 201

0 4 14

PENGA Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

2 5 19

PENDAHULUAN Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

0 6 4

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 0 6

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE (Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI)

0 0 19

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 2 17