Manfaat praktis Manfaat Penelitian 1.
12
Penjelasan tentang praktek tax avoidance dapat dimulai dari pendekatan agency theory. Praktek tax avoidance dalam perspektif agency
theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen manajemen dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
Agency theory menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu
tugas atau otoritas untuk membuat keputusan Anthony dan Govindarajan 1998. Fenomena dalam kasus ini adalah Perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak tentu saja juga melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena keputusan dan kebijakan
perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan tersebut. Pada gambaran umumnya pemimpin perusahaan memiliki dua karakter yaitu, risk taker
dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada
Budiman, 2012. risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk
memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi, Maccrimon dan Wehrung, 1990. Berbeda dengan risk taker,
eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga kurang berani dalam
mengambil keputusan bisnis.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng at al., 2010 adalah ditujukan untuk menguji apakah individu Top Exective memiliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dengan mengambil sampel sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di ExecuComp diperoleh
hasil bahwa pimpinan perusahaan Executive secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan
Tax Avoidance . jadi karekteristik eksekutif sangat berpotensi untuk melakukan tax avoidance, dimana hal itu terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antara eksekutive perusahaan dengan pihak pemungut pajak fiskus. Kepentingan yang dimiliki oleh para top eksecutive perusahaan
adalah jika mereka bisa mendapatkan laba sebaik mungkin maka akan ada kompensasi yang akan diberikan oleh pemegang saham biasanya berupa
kenaikan gajih, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi. Atas hal tersebutlah para eksekutive diperusahaan mendapat dorongan
untuk melakukan Tax Avoidance. Dalam penelitian pajak ini, konflik tersebut terjadi terhadap
kepentingan laba perusahaan antara pemungut pajak fiskus dengan pembayar pajak manajemen perusahaan. Fiskus berharap adanya
pemasukan sebesar-besarnya dari pemungutan pajak, sementara dari pihak manajemen berpandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan laba
yang cukup signifikan dengan beban pajak yang rendah. Dua sudut pandang berbeda inilah menyebabkan konflik antara fiskus sebagai