IMPLEMENTASI TABUNGAN ARISAN DI PT. BPRS MADINA MANDIRI SEJAHTERA BERDASARKAN FATWA DSN TENTANG TABUNGAN DAN HADIAH

(1)

SKRIPSI Oleh :

Linda Vidya Kurniawati NPM: 20130730098

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKRIPSI Oleh :

Linda Vidya Kurniawati NPM: 20130730098

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Linda Vidya Kurniawati NPM: 20130730098

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

(7)

v

َ ۡي شَْا بِ

َُن

ُ

أَ ٓ َ ع وَۖۡ ُكل

َ وَ ۡ ُكلَٞ َّ ُه وَ

َُّٱ

َ

َ ن ُ ۡع تَ

ََۡ ُتن

أ وَُ ۡع ي

٦١٢

َ

َ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,

dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S Al-Baqarah 2:216)

ي أٓ ي

َ

َ يَِٱ

َ

َِبَ ُك نۡي بَ ُك

لٰ وۡم أَْآ ُ ُكۡأ تَ ََْا ُن ما ء

َِلِطٰ ب

ۡلٱ

َ

َ ن ُك تَن

أََِٓإ

َنِإَ ۡ ُك سُفن

أَْآ ُ ُتۡق تَ

َ وَ ۡ ُكنِ مَ لضا ر تَ عًَة رٰ جِت

َ ّٱ

َ

َ م يِح رَۡ ُكِبَ ن

َ

٦٢َ

َ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’ :29)


(8)

vi

berharga kepada penulis,

Ibunda Siti Muryani dan ayahanda paimun tercinta yang telah berjuang dan memberikan segalanya dengan penuh tulus kasih kepada penulis.

Kakakku tersayang Shidiq Nur Febriana dan Adikku tercinta Dewi Marmilenia Rifa Fatin, terimakasih atas segala dukungan moril

Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan dukungan baik dengan doa, tenaga, dan motivasinya kepada penulis.

Sahabat-sahabat seperjuangan dan teman-teman terdekat lainnya terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.

Teman-teman satu angkatan Ekonomi dan Perbankan Islam 2013 yang telah memberikan kenangan indah di bangku perkuliahan.


(9)

vii

Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat seta salam penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa dunia ke dalam cahaya Islam.

Dalam penyususnan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Perspektif Hukum Islam Terhadap Tabungan Arisan di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yohyakarta

2. Bapak Dr. Mahli Zaenudin,M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam 3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I, MSI. Selaku Kaprodi Muamalah yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian mengenai tabungan arisan

4. Bapak Drs. Muhsin Haryanto, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga selama bimbingan hingga diselesaikan skripsi.

5. Bapak Syakir Jamaluddin S.Ag., M.A selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga selama menguji dan mengarahkan skripsi hingga selesai.


(10)

viii

7. Bapak Sabdo Nugroho, SP. Selaku Direktur PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera yang telah memeberikan izin sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di PT.BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

8. Ibu Dian P Sofiansyah, S.E selaku pembimbing di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera yang telah membimbing selama penelitian berlangsung

9. Segenap sekeluarga PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera Yogyakarta yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayangnya, kesabaran, doa, motivasi tanpa batas yang selalu mengiringi langkah penulisan serta perjuangannya untuk kesuksesan dan kebahagiaan anak-anaknya. 11.Nenekku tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi kuat 12.Budeku tercinta Sri Astusi yang tidak penah lelah memberikan dorongan

semangat dan kutipan doa-doa.

13.Kakakku tercinta Shidiq Nur Febriana dan adikku Dewi Marmilenia Rifa Fatin yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

14.Sahabat saya Putri Ega Handini, Evrita Putri Azahroh, Jamiyatu saadah, Zahrotun Nisa Utami, Indriastuti, Reza Shelly W.N, Cornelia Candra P, Saraswati H.A., Eko Djulianto, serta teman - teman terdekat yang selalu


(11)

ix

dan dukungan setiap malam lembur bareng mengerjakan skripsi. 16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan, tetapi banyak memberikan

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga kebaikan-kebaikan para pihak yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini dapat menjadi amal shaleh serta mendapatkan balasan dari Alah SWT.

Mengingat sangat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan, penyususn menyadari bahwa skripsi ini masih jauh untuk dkatakan sempurna. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan. Namun demikian, penyusunan juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca umunya. Amin

Yogyakarta, 22 Desember 2016 Penulis

Linda Vidya Kurniawati NIM. 20130730098


(12)

x

pembiayaan (pinjaman) dan juga pelayanan berupa zakat. Infak, sadaqoh serta payment point, sehingga di bank ini memiliki produk yang variatif. Salah satu produk terbaru dari Bank Madina Syariah adalah Tabungan Arisan iB Madina. Tabungan Arisan iB Madina adalah gabungan dari tabungan wadi’ah dan arisan.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Tabungan Arisan iB Madina di Bank Madina Syariah. Permasalahan yang terjadi dalam arisan ini adalah adanya bonus yang diberikan oleh bank berupa uang tunai, sehingga hal tersebut bertentangan dengan ketentuan DSN MUI yang mengatur tentang Hadiah dalam Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah. Maka dari itu, Penulis tertarik untuk meneliti Tabungan Arisan iB Madina di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian dengan mengumpulkan data di kegiatan lapangan. Sifat penelitian ini perspektif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan dua orang responden pegawai Bank Madina Syariah, observasi, dan dokumen pendukung yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini untuk mengetahui secara lebih dalam tentang akad Tabungan Arisan iB Madina di Bank Madina Syariah dan menganalisis resiko di dalam produk tersebut sesuai dengan pandangan islam.

Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Tabungan Arisan iB Madina pada akad Tabungan Arisan iB Madina terdapat beberapa yang tidak sesuai dengan Fatwa DSN No. 86/DSN MUI-/XII/2012 tentang Hadiah dalam Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah.

Kata kunci: Arisan, Wadi’ah, Fatwa


(13)

xi

transactions (loans) and also services in the form of zakat. Infak, sadaqoh and payment point, so that in this bank has varied products. One of the latest products from Bank Madina Syariah is Tabungan Arisan iB Madina. Tabungan Arisan iB Madina is a combination of savings wadi’ah and social gathering.

This study aims to provide an overview of Tabungan Arisan iB Madina in Bank Madina Syariah. Prolems that occur in this social gathering is the bonus given by the bank in cash, so that it was contrary to the provisions governing the DSN MUI Fund Raising Prize in Islamic Financial Institution. Therefore, the authors are interested in researching Tabungan Arisan iB Madina in PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

This type of research is a field research (field research) is research to collect data in the fied activities. The nature of this research perspective. Data collection methods used were interviews with two respondents Madina Islamic Bank employees, observation, and supporting documents relating to this study. This research to know more about the contract Tabungan Arisan iB Madina, Bank Madina Syariah and analyze the risks in the product in accordance with the view of Islam. The results of this study indicate that Tabungan Arisan iB Madina there are some that do not conform with the DSN No.86/DSN MUI-/XII/2012 on fund raising prize in Islamic Financial Institution


(14)

xii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……… iv

MOTTO……… v

PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR………... vii

ABSTRAK……… x

ABSTRACT……….. xi

DAFTAR ISI……….. xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………... 7

C. Tujuan Penelitian……..……….. 7

D. Kegunaan Penelitian………... 7

E. Sistematika Penulisan……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka………. 10


(15)

xiii

C. Jenis Dan Sumber Data………. 35

D. Teknik Pengumpulan Data……… 36

E. Keabsahan Dan Kredibilitas……….. 38

F. Analisis Data……….. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil BPRS Madina………. 42

B. Jenis-Jenis Produk dan Layanan PT.BPRS Madina Mandiri Sejahtera……… 50

C. Produk Tabungan Arisan iB Madina……… 64

D. Analisis Tabungan Arisan iB Madina……….. 74

E. Analisis Resiko pada Produk tabungan Arisan iB Madina…… 76

F. Analisis Praktek Pemberian Hadiah dalam Penghimpunan Dana di PT.BPRS Madina Mandiri Sejahtera Ditinjau dari Penerapan Fatwa No. 86/DSN-MUI/XII/2012 tentang Hadiah Dalam Penghimpunan Dana LKS………. 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 88


(16)

(17)

(18)

pembiayaan (pinjaman) dan juga pelayanan berupa zakat. Infak, sadaqoh serta payment point, sehingga di bank ini memiliki produk yang variatif. Salah satu produk terbaru dari Bank Madina Syariah adalah Tabungan Arisan iB Madina. Tabungan Arisan iB Madina adalah gabungan dari tabungan wadi’ah dan arisan.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Tabungan Arisan iB Madina di Bank Madina Syariah. Permasalahan yang terjadi dalam arisan ini adalah adanya bonus yang diberikan oleh bank berupa uang tunai, sehingga hal tersebut bertentangan dengan ketentuan DSN MUI yang mengatur tentang Hadiah dalam Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah. Maka dari itu, Penulis tertarik untuk meneliti Tabungan Arisan iB Madina di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian dengan mengumpulkan data di kegiatan lapangan. Sifat penelitian ini perspektif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan dua orang responden pegawai Bank Madina Syariah, observasi, dan dokumen pendukung yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini untuk mengetahui secara lebih dalam tentang akad Tabungan Arisan iB Madina di Bank Madina Syariah dan menganalisis resiko di dalam produk tersebut sesuai dengan pandangan islam.

Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Tabungan Arisan iB Madina pada akad Tabungan Arisan iB Madina terdapat beberapa yang tidak sesuai dengan Fatwa DSN No. 86/DSN MUI-/XII/2012 tentang Hadiah dalam Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah.

Kata kunci: Arisan, Wadi’ah, Fatwa


(19)

transactions (loans) and also services in the form of zakat. Infak, sadaqoh and payment point, so that in this bank has varied products. One of the latest products from Bank Madina Syariah is Tabungan Arisan iB Madina. Tabungan Arisan iB Madina is a combination of savings wadi’ah and social gathering.

This study aims to provide an overview of Tabungan Arisan iB Madina in Bank Madina Syariah. Prolems that occur in this social gathering is the bonus given by the bank in cash, so that it was contrary to the provisions governing the DSN MUI Fund Raising Prize in Islamic Financial Institution. Therefore, the authors are interested in researching Tabungan Arisan iB Madina in PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

This type of research is a field research (field research) is research to collect data in the fied activities. The nature of this research perspective. Data collection methods used were interviews with two respondents Madina Islamic Bank employees, observation, and supporting documents relating to this study. This research to know more about the contract Tabungan Arisan iB Madina, Bank Madina Syariah and analyze the risks in the product in accordance with the view of Islam. The results of this study indicate that Tabungan Arisan iB Madina there are some that do not conform with the DSN No.86/DSN MUI-/XII/2012 on fund raising prize in Islamic Financial Institution


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga perbankan sebagai salah satu instrument keuangan modern mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut sebagai perantara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana. Untuk menjalankan fungsinya kelembagaan, perbankan akan bergerak melalui kegiatan penghimpunan dana sebelum kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk pembiayaan usaha maupun dalam rangka menjalankan fungsi sosial. Dan untuk mendukung kelancaran transaksi keuangan, perbankan syariah juga menyediakan berbagai jasa pelayanan yang beroperasi secara profesional.

Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan syariah dimungkinkan pula adanya berbagai penafsiran dalam penyusunan akad produk dan jasa bank syariah sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian hukum bagi para stakeholders dan pihak-pihak yang terkait. Dengan demikian diperlukan pengaturan akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.


(21)

Dengan adanya ketentuan hukum tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana, diharapkan perbankan syariah dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan yang pada gilirannya akan mewujudkan pengelolaan bank syariah yang sehat. Di samping itu, kejelasan akad akan membantu operasional bank sehingga menjadi lebih efisien dan meningkatkan kepastian hukum para pihak termasuk bagi pengawas dan auditor bank syariah. Ketentuan persyaratan minimum akad ini disusun berpedoman kepada fatwa yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dengan memberikan penjelasan lebih rinci aspek teknis perbankan guna menyediakan landasan hukum yang cukup memadai bagi para pihak yang berkepentingan. Agar dapat berlaku secara formal, ketentuan hukum perbankan syariah harus mengikuti proses yang berkesinambungan dengan memperhatiakn perubahan perundang-undangan yang berlaku.1

Para praktisi ekonomi syariah, baik masyarakat maupun pemerintah membutuhkan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (SDN-MUI) berkaitan dengan praktik dan produk di lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut. Perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah yang demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa hukum syariah yang valid dan akurat, sehingga seluruh produknya memiliki landasan yang kuat secara syariah.

1 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta:UII Press Yogyakarta,2008, hlm.3.


(22)

Menurut hukum perbankan yang berlaku saat ini, Indonesia adalah negara yang yang menganut konsep perbankan nasional dengan sistem ganda (dual banking system). Artinya bahwa selain ada perbankan konvensional yang beroperasi berdasarkan sistem “bunga”, juga ada perbankan lain yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.2

Era dual banking system ini dimulai sejak 1992 dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang kemudian dipertegas melalui Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 yang merupakan amandemen Undang-Undang nomor 7 tahun 1992. Melalui perubahan UU tersebut perbankan syariah telah mendapatkan pengakuan yang lebih tegas, yakni dengan penyebutan bank berdasarkan prinsip syariah. Hal ini memberikan kesempatan kepada perbankan untuk menjalankan kegiatan usaha dibidang keuangan secara berdampingan. Selain itu memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat untuk memilih lembaga mana yang akan mereka gunakan.3

Pembentukan dan pendirian perbankan syariah tentu banyak tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, terutama dimaksudkan untuk membangun perekonomian umat. Namun dengan mengacu pada pengamalan al-Quran, tujuan yang utama dari mendirikan bank syariah secara umum yang pertama

2 Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm.15.

3Abdul Ghofur Anshori, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi dan Konversi (Pendekatan


(23)

menghindari praktek riba dan kedua mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan untuk tujuan kemaslahatan.

Perbankan syariah merupakan salah satu jenis perbankan yang ada di Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Prinsip syariah dalam BPRS diberlakukan untuk transaksi pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan (pinjaman). BPRS mengelola dana masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada pendapatan yang diperoleh BPRS. Untuk itu perlu disepakati nisbah (porsi) di awal transaksi. Setiap tabungan deposito yang disimpan di BPRS mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sepanjang sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat akan tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di BPRS. 4

Seperti BPRS pada umumnya yang berpegang pada prinsip syariah, PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera juga memberlakukan transaksi dengan sistem bagi hasil. Salah satunya transaksi yang menggunakan sistem bagi

4 Rochmadi Usman,Aspek Hukum, Perbankan Syariah di Indonesia, Cet Ke-1


(24)

hasil adalah tabungan. Tabungan (saving deposito) merupakan jenis simpanan yang sangat popular di lapisan masyarakat Indonesia mulai dari masyarakat kota hingga masyarakat di pedesaan. Tabungan yang dinamai dengan Tabungan Arisan iB Madina ini juga diminati oleh para nasabahnya. Selain itu untuk membuka tabunganpun juga tergolong mudah dan sederhana, namun persyaratan setiap bank syariah bisa berbeda-beda.

Tabungan Arisan Madina ini merupakan perpaduan atau gabungan dari tabungan dan arisan, dimana dalam produk tabungan arisan ini nasabah peserta tabungan arisan yang menang arisan tidak perlu membayar kembali di bulan selanjutnya dengan kata lain nasabah tersebut telah putus arisan. Akad yang digunakan pada produk ini adalah akad. Berkaitan dengan produk tabungan wadī’ah, bank syariah menggunakan akad wadī’ah al-ḍamānah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipkan dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut.

Mengingat Wadī’ah al-ḍamānah ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qar, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk menghasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta


(25)

titipan selama tidak diisyaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan Bank Syariah semata yang bersifat sukarela.5

Sistem wadī’ah pada perbankan syariah saat ini sesuai fatwa DSN-MUI diperbolehkan mendapatkan bonus dan ataupun hadiah, hal ini dilakukan untuk menarik minat serta meningkatkan loyalitas nasabah ataupun masyarakat terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Hal yang juga membuat menarik dari kasus ini ialah pemasaran produk perbankan syariah (pemberian hadiah pada nasabah) yang diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No: 86/DSN-MUI/XII/2012, adalah konsep atas hadiah dalam wadī’ah dan konsep profit sharing dalam mudharabah yang dalam fatwa tidak dijelaskan secara rinci dan tegas.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penyusun tertarik mengangkat judul Perspektif Hukum Islam Terhadap Tabungan Madina di PT. BPRS Madina Sejahtera (Bank Madina Syariah). Ketertarikan penelitian dalam meneliti di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera karena melihat adanya unsur ketidakpastian garar pada bonus yang diberikan oleh BPRS tersebut. Serta terdapat beberapa yang tidak sesuai Fatwa DSN No 86/DSN MUI-/XII/2012 tentang Hadiah Penghimpunan Dana Lembaga Keuangan Syariah.

5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet Ke-9,


(26)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan akad pada Tabungan Arisan iB Madina ? 2. Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap Tabungan Arisan

iB Madina di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penyusun dalam melaksanakan penyusunan penelitian ini untuk menjelaskan :

1. Penerapan akad pada Tabungan Arisan iB Madina.

2. Perspektif Hukum Islam terhadap Tabungan Arisan iB Madina di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

D. Kegunaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, sebagai :

1. Salah satu bahan kajian dalam pengembangan fikih perbankan 2. Pengetahuan dan alternative pilihan bagi masyarakat untuk


(27)

3. Menginformasikan kepada para akademisi yang ingin meneliti Tabungan Arisan dengan sudut pandang yang berbeda

E. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan penelitian ini terbagi menjadi beberapa bab, yaitu :

BAB Pertama, berisi tentang pendahuluan yang menjabarkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, sistematika penulisan. Bab ini akan mengantarkan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

BAB Kedua, pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka teori.

BAB Ketiga, dalam bab ini membahas tentang metode penelitian yang menjabarkan tentang jenis penelitian, populasi sampel, dan Subyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, keabsahan dan kredibilitas, analisis data.

BAB Keempat, dalam bab ini membahas hasil dan pembahasan yang membahas tentang profil PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera, meliputi, letak geografis, sejarah, kondisi sosial, struktur organisasi. Selanjutnya jenis-jenis Tabungan Arisan iB Madina. Selain itu berisi tentang produk pelaksanaan Tabungan Arisan iB Madina. Kemudian analisis Tabungan Arisan iB Madina, analisis praktek pemberian hadiah dalam penghimpunan


(28)

dana di PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera ditinjau dari penerapan fatwa No.86/DSN-MUI/XII/2012 tentang hadiah dalam penghimpunan dana LKS.

BAB Kelima, bab terakhir ini mengenai kesimpulan serta jawaban atas pokok masalah yang ada dan yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. Bab ini juga disertai dengan saran-saran yang bermanfaat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Peneliti tentang hukum tabungan arisan pada umumnya telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain penelitian yang disusun oleh Indayu Prasetya pada tahun 2015 dengan judul “Penerapan Strategi Pelayanan dengan Hubungan Meningkatkan Kepuasan Nasabah pada Produk Tabungan Arisan Barokah di PT. BPR Unisritama Pekan Baru”. Penelitian ini membahas tentang hubungan penerapan strategi pelayanan dengan meningkatkan kepuasan nasabah pada produk tabungan arisan barokah di PT. BPR Unisritama Pekanbaru.

Penelitian lain yang disusun oleh Firda Mutiara pada tahun 2012 dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Arisan Haji dalam Jurnal Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin”. Penelitian ini membahas tentang mekanisme dalam arisan haji dan tanggung jawab dari Bandar arisan apabila ada yang melakukan wanprestasi serta bagaimana islam memandang pelaksanaan ibadah haji melalui mekanisme arisan.

Penelitian lain yang disusun oleh Isti Nur Solikhah pada tahun 2010

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan Kurban Jamaah Yasnan Dusun Candikarang, Desa Sardonoharjo,


(30)

Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman” ini membahas tentang arisan dengan perolehan arisan diberlakukan dalam bentuk hewan kurban. Namun pada prakteknya terkadang masih ada peserta arisan yang mendapat undian meminta uang seharga seekor kambing dengan alasan bahwa akan dipakai untuk aqiqah. Pelaksanaan arisan ini kurang menerapkan azaz keadilan.

Penelitian lain yang disusun oleh Rohmatun Faizah 2014 dengan

judul “Praktek Arisan Kurban Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Adat (Studi Kasus Pada Jama’ah Masjid Al-Munawwaroh Desa Bubutan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo)” ini membahas tentang

pelaksanaan arisan kurban yang diadakan oleh Jama’ah Masjid Al -Munawaroh apa manfaat yang ada di dalamnya, serta meninjau Hukum Islam dan Hukum Adat.

Penelitian berikutnya yang disusun oleh Ayu Hartanti pada tahun

2014 dengan judul “Pelaksanaan Tabungan Muḍārabah Arisan di BPR Syariah Al Salam Bandung” ini membahas tentang tabungan arisan yang memiliki dua akad dalam satu transaksi dan tabungan ini mengandung unsur garar karena ketidakjelasan dalam pengundian yang dilakukan pada tabungan Muḍārabah arisan ini.

Penelitian lain yang disusun oleh Srining Astutik pada tahun 2010

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Arisan Lelang (Studi Kasus di Desa Sumberjo Kecamatan rembang Kabupaten Rembang)”. Penelitian ini mambahas tentang perolehan arisan mengandung


(31)

unsur ketidakadilan antar anggota, sehingga arisan ini tidak sah menurut Hukum Islam.

Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian yang akan dilakukan ini memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, antara lain penelitian ini lebih berfokus pada penerapan akad Tabungan Arisan dan Hukum Islam Tabungan Arisan berdasarkan fatwa DSN tentang Tabungan dan Hadiah.

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Tabungan

Berdasarkan Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan, tabungan merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau hal yang sejenisnya. Sedangkan yang dimaksud dengan tabungan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah simpanan berdasarkan akad Wadī’ah atau Investasi dana berdasarkan akad Muḍārabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro, dan / atau sejenisnya.

Tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip - prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah


(32)

Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadī’ah dan mudharabah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Secara umum arisan memang didefinisikan seperti yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut. Namun saat ini tabungan telah mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari banyaknya produk inovasi yang menggabungkan arisan pada umumnya dengan sistem tabungan yang ada di perbankan. Inovasi tersebut bertujuan untuk menarik minat para nasabah.

Salah satu produk inovasi dari kedua produk tersebut adalah tabungan arisan. Tabungan arisan merupakan tabungan yang mempunyai berjangka tertentu dan menerapkan sistem gugur. Nasabah peserta tabungan arisan menyetor iuran rutin bulanan. Kemudian nasabah yang menang arisan akan dianggap tidak lagi mengikuti arisan (putus arisan) dan tidak berhak memenangkan arisan kembali serta tisak wajib untuk membayar iuaran berikutnya.


(33)

2. Macam-macam Tabungan

Berdasarkan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN), tabungan berdasarkan Muḍārabah dan tabungan berdasarkan Wadī’ah yang sesuai dengan kaidah islam atau prinsip syariah.

a. Tabungan Muḍārabah

Tabungan Muḍārabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad Muḍārabah dimana Bank Syariah bertindak sebagai muḍārib yaitu pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai shahibul mal yaitu pemilik dana. Bank syariah dalam hal ini mempunyai kuasa untuk mengembangkan dan melakukan berbagai macam usaha berdasarkan prinsip syariah dengan pihak lain tetapi harus dilaksanakan dengan hati-hati dan bertanggung jawab karena berpegang teguh dengan amanah yang diberikan shahibul mal. Pembagian keuntungan dari hasil pengelolaan dana Muḍārabah, Bank Syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening. Ketentuaan lainnya Bank Syariah tidak bertanggung jawab atas kerugian kelalaiannya akan tetapi jika terdapat kesalahan mis management bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Bank sebagai muḍārib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah


(34)

keuntungan yang menjadi haknya. Dan Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan yang menjadi haknya.1

Bank Syariah akan membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir bulan, sebesar sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan pada saat pembukaan rekening tabungan mudharabah. Bagi hasil yang akan diterima nasabah akan selalu berubah pada akhir bulan, perubahan bagi hasil ini disebabkan karena adanya fluktuasi pendapatan bank syariah dan fluktuasi dana tabungan nasabah.2

b. Tabungan Wadī’ah

Akad Wadī’ah al-ḍamānah dalam hal ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan barang titipannya yang dalam hal ini berupa uang, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas

1

Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet Ke-9 (Jakarta:Raja

Graffindo Persada, 2013), hlm 299 2


(35)

keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana tersebut.3

Wadī’ah al-ḍamānah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qarḍ, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan Bank Syariah semata yang bersifat sukarela. Wadī’ah jenis ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu harta dan barang yang dititipkan dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Dikarenakan dimanfaatkan, barang dan harta yang diititipkan tersebut tantu dapat menghasilkan manfaat, dan tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip. 4

Ketika kontrak wadī’ah telah disepakati kedua belah pihak, pemilik asset memiliki hak penjagaan asset yang dititipkan, sedangkan penerima titipan berkewajiban untuk menjaganya.5 Penggunaan akad wadī’ah dalam produk perbankan syariah ini, yaitu pada produk penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.

3

Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet Ke-9 (Jakarta:Raja

Graffindo Persada, 2013), hlm 297.

4 Ibid, hlm 298


(36)

Produk ini secara teknis diatur dalam PBI No. 09/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Dalam pasal 3 PBI No. 9/19/PBI 2007 Pemenuhan Prinsip Syariah sebagimana dimaksud, dilakukan dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain akad wadī’ah.6

Dalam perbankan syariah, wadī’ah merupakan harta yang dititipkan pemiliknya kepada pihak perbankan sebagai lembaga keuangan, baik titipan tersebut dibatasi dengan jangka waktu tertentu, atau terdapat sebuah perjanjian bahwa pemilik dana berhak untuk menarik sebagian atau seluruh dana yang dimiliki, kapan saja diperlukan.7

Pada praktiknya, dana yang dititipkan oleh nasabah tidak dibiarkan begitu saja. Namun, dana tersebut dikumpulkan dalam sebuah poll of fun, dan diinvestasikan untuk mendapatkan return atau keuntungan dari nasabah yang membutuhkan dana untuk menjalankan aktivitas bisnis. Dalam hal ini, dana titipan nasabah tersebut menjadi tanggung jawab pihak perbankan , dan

6 Abdul Ghofur Anshori, Hukum perjanjian Islam Di Indonesia: Konsep, Regulasi, dan

Implementasi, Cet Ke-1 (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hlm. 146

7


(37)

berkewajiban untuk mengembalikan dana tersebut, ketika diperlukan oleh nasabah.8

3. Ketetapan Fatwa Mengenai Tabungan dan Hadiah

Dalam konteks Tabungan dengan akad wadī’ah dinyatakan dalam fatwa DSN-MUI No: 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan. Bahwa dana yang diserahkan nasabah merupakan titipan. Sebagai titipan, dana tersebut bisa diambil kapan saja (on call). Selain itu, tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian hadiah yang bersifat suka rela dari pihak bank kepada nasabah yang bersangkutan. Dalam konsep hadiahnya, bahwa bank tidak dilarang memberikan semacam hadiah dan bonus dengan catatan tidak keluar dari ketentuan yang diterapkan dalam kaidah positif dan hukum islam (pemberian normal), tapi benar-benar dari kebijaksanaan dari manajemen bank. Sebab menjadi masalah apabila hadiah yang diberikan memiliki tujuan tertentu atau dengan kata lain hadiah mengharuskan adanya pengganti atau imbalan, ataupun syarat tertentu.

Terminologi yang berhubungan dengan hadiah yaitu hibah, yang mencakup hadiah dan sedekah, karena hibah, hadiah, sedekah, dan ‘atiyah mempunyai makna yang hampir sama. Jika seseorang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memberikan


(38)

sesuatu kepada orang yang membutuhkan, maka itu adalah sedekah. Jika sesuatu tersebut kepada orang yang membututhkan, maka itu adalah sedekah. Jika sesuatu tersebut dibawa kepada orang yang layak mendapatkan hadiah sebagai penghormatan dan untuk menciptakan keakraban, maka itu adalah hadiah. Jika tidak untuk kedua tujuan itu, maka itu adalah hibah. Sedangkan ‘atiyah adalah pemberian seseorang yang dilakukan ketika dia dalam keadaan sakit menjelang kematian

Setelah uraian tentang hadiah dijelaskan maka batasan yang kemudian penting untuk menjadi indikator dalam praktik pemberian hadiah adalah ketentuan fatwa DSN-MUI No.86/DSN-MUI/XII/2012. Menjadi penting untuk diterapkan dalam Lembaga Keuangan Syariah boleh memberikan hadiah atas simpanan nasabah dengan syarat.10

a. Tidak diperjanjikan sebagaimana substitansi Fatwa DSN-MUI No/:02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan, dengan memperhatikan indicator sebagai berikut : pemberian hadiah tidak mengikat, tanpa syarat, serta di luar akad.

9

Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani,dkk. Cet. Ke-1 (Jakarta: Gema Insani,2011), hlm.523.

10 Fatwa DSN-MUI No. 86/DSN-MUI/XII/2012 tentang Hadiah Dalam Penghimpunan


(39)

b. Tidak menjurus kepada praktik riba terselubung, indikatornya ialah: hadiah nominal, adil, bukan qimar (maysir) dan garar.

c. Tidak boleh menjadi kelaziman (kebiasaan, ‘urf) indikatornya ialah: pemberian hadiah secara terus menerus, dan dipatenkan.

4. Tugas dan Wewenang DPS

Dalam perbankan yang membedakan bank konvensional dan bank syariah adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen dan kedudukannya sejajar dengan dewan komisaris. Tugas DPS adalah melakukan pengawasan pada bank Islam yang mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) serta norma-norma syariah yang menyangkut operasionalisasi bank, produk bank islam, dan moral manajemen.11 Menurut pasal

1 angka 9 PBI No.6/24/PBI/2004, disebutkan bahwa:”DSN adalah

dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas dan memiliki wewenang untuk memastikan kesesuaian produk,

jasa, dan kegiatan usaha bank dengan prinsip syariah”12

Dalam perbankan syariah hal yang harus dihindari atau dihilangkan dalam operasional bank syariah adalah riba, garar, dan

11

Widyaningsing dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Cet Ke-2, (Jakarta:Kencana, 2005), hlm. 80


(40)

maysir. Sehingga perbankan syariah berpedoman pada fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, salah satunya yaitu fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan.

5. Hukum Arisan Secara Umum

Di dalam beberapa kamus disebutkan bahwa Arisan adalah pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.13

Arisan dapat diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilakukan di sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.

Arisan secara umum termasuk muamalat yang belum pernah disinggung dalam Al- Quran dan as Sunnah secara langsung, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu diperbolehkan. Selama tidak ada dalil yang melarangnya maka jual beli itu diperbolehkkan. Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan mengemukanan kaedah fikih yang artinya :

13


(41)

Pada dasarnya hukum transaksi dan muamalah itu adalah halal dan boleh

Dan Allah SWT juga berfirman:

(QS. Al- Maidah 5: 2)

ܛَݟُيأٓ َيَ َݚيَِٱذ َرِئٓ َعَش ْاݠُݖِ ُُ ََ ْاݠُݜَماَء ِذّٱ

َ

ََو َرۡݟ ذش ٱ َعاَرَۡٱۡ

َ ََو َيۡܯَݟۡ ٱ َ ََو َܯِئَٓلَقۡلٱ ََٓوَ

َنِ مٓاَء َܠۡيَۡٱۡ َعاَرَۡٱۡ َف ۡݗُتۡݖَݖَح اَمِ ۚܛمنَٰو ۡضِرَو ۡݗِݟِ بذر ݚِ م ٗ ۡضَف َنݠُغَتۡبَيم ْۚاوُلܛ َط ۡصٱ

َو َ َ َۡي ۡݗُ ذݜَمِر َنَش ِݚَن ۡݗُموُܯ َص نَن أ ۡݠَو ُنܛ ِܯِج ۡسَݙۡ ٱ

ِعاَرَۡٱۡ َ َل ْاݠُنَوܛَعَتَو ْۘاوُܯَتۡعَت نَن ِ ِبۡلٱ

َو ٰىَݠۡقذتٱ َو َ َ ݠُنَوܛَعَت َ َل ْا ِݗۡثِۡٱۡ َو ِنٰ َوۡܯُعۡلٱ َو ْاݠُقذتٱ َذّٱ ذنِإ َ ذّٱ ُܯيِܯَش ِبܛَقِعۡلٱ ض

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnyaAllah amat berat siksaannya” Ayat diatas memerintahkan kita untuk saling tolong – menolong di dalam kebaikan, sedang tujuan arisan itu sendiri adalah menolong orang yang membutuhkan dengan cara iuaran secara rutin dan bergiliran untuk mendapatkannya, maka termasuk dalam kategori tolong menolong yang diperintahkan Allah SWT.

Walaupun diperbolehkan dalam melakukan muamalah kita juga harus mengerti tentang aturan-aturan yang telah diatur dalam


(42)

Al-Qur’an, dan tidak lupa dengan riba. Kerena kesalahan dalam melakukan transaksi muamalah sering merujuk kepada hal riba. Padahal Allah SWT telah melarang riba dan menghalalkan jual beli.

6. Pengertian Garar

Garar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya.14 Dalam bentuk lain garar bisa diasosasikan dengan kata tagrir yang merupakan kata benda

Garar terdiri dari berbagai macam dan bentuk yang berbeda-beda. Makin besar penipuan dan pemalsuan yang dilakukan maka semakin besar pula keharaman dan dosa yang ditimbulkan.15

Bentuk-bentuk garar adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada kepastian penjual untuk menyerahkan objek akad pada waktu terjadi akad, baik objek akad itu sudah ada maupun belum,

b. Menjual sesuatu yang belum berada dibawah penguasaan penjual,

c. Tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dan alat pembayaran,

14 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.86/DSN-MUI/XII/20122 Tentang Hadiah dalam Penghimounan Dana Lembaga Keuangan Syariah

15 Syekh Abdurrahman, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syrariah, Cet Ke-1


(43)

d. Tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad,

e. Kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaian dengan yang ditentukan dalam transaksi,

f. Adanya unsur eksploitas salah satu pihak karena informasi yang kurang atau dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman yang ditransaksikan.16

Setelah mengetahui bentuk-bentuk garar, maka garar dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Garar Fahisy (besar atau dominan) / Garar al-Katsir Garar Fahisy adalah garar yang memang jelas-jelas tingkat ke-garar-annya itu sangat tinggi. Karena itulah maka kontrak atau transaksi itu menjadi sangat spekulatif, mengadu nasib atau untung-untungan serta berpotensi merugikan salah satu pihak dalam transaksi. Garar fahisy ini menurut para ulama disepakati tidak boleh ada di dalam kontrak, atau garar fahisy ini menjadikan batalnya sebuat kontrak.17

Hasim Kamli, dalam Islamic Comercial Law menjelaskan bahwa untuk dapat memiliki akibat hukum,

16

Ahmad Ifham, Ini Lho Bank Syariah: Memahami Bank Syariah Dengan Mudah, Cet

Ke-1 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 26.

17Agus Triyana,”Garar; Konsep dan Penghindarannya pada Regulasi Terkait Screening


(44)

garar ada empat syarat. Pertama tingkatan garar tersebut sangat tinggi, bukannya garar ringan. Kedua, harus terjadi pada kontrak yang bersifat kumulatif (mu’awadat), bukannya semacam pemberian (tabarru’at). Ketiga, kesamaran itu terjadi pada obyek utama, bukan obyek pelengkap, misalnya jika jual beli sapi betina yang hamil. Obyek utamanya bukan pada janin sapi tersebut tapi pada induknya. Keempat, bahwa obyek dalam kontrak tersebut bukan suatu barang yang sedang dalam kebutuhan mendesak.18

b. Garar Yasir

Garar Yasir adalah tingkat ke-garar-annya sangat tipis atau kecil dan disamping itu terkadang ada sesuatu hal yang terkadang tidak mungkin dapat dihindari dalam sebuah kontrak atau transaksi. Keberadaan garar ini tidak merusak akad, sehingga apabila suatu akad mengandung garar yasir adalah misalnya menjual rumah tanpa harus melihat fondasinya, kemudian persewaan pemandian umum meskipun dengan harga yang rata-rata sama meski orang itu memakai jumlah yang berbeda.19

18

Ibid., hlm 6.


(45)

Ada satu perbedaan mendasar antar garar fahisy dengan garar yasir, yaitu jika fahisy maka sesuatu yang tidak jelas dan tidak tampak sama sekali dapat diprediksi, sedangkan yang yasir, yang tampak menunjukkan ada yang tidak tampak. Misalkan apel, yang tampak luarnya adalah kulit meskipun tatkala orang beli yang diinginkan ada dalamnya. Ini ada garar tetapi ringan karena dengan kulitnya bisa diprediksi isinya.20

Dari tingkatan garar diatas, garar dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Garar terkait dengan kontrak (uqud mu’awadat) Garar ini muncul dikarenakan adanya kontrak yang memang berimplikasi pada adanya ketidakjelasan dan ketidaktahuan.21Misalnya dua jual beli dalam satu kontrak

Yang menjadi parameter garar kontrak ini yang pertama kontrak tersebut termasuk dalam kontrak pertukuran. Yang kedua adanya menjalankan kewajiban diantara kedua belah pihak untuk masa yang akan datang.

20 Ustad Ahmad Sabiq, “Garar Dalam Transaksi Komersial,”e-book islam di

www.ibnumajjah.com diakses pada tanggal 13 November 2016 pada pukul 15.30.

21Agus Triyana,”Garar; Konsep dan Penghindarannya pada Regulasi Terkait Screening


(46)

b. Garar yang terkait objek

Garar yang terkait obyek ini pada prinsipnya adalah semua ketidakjelasan atau ketidaktahuan akan jenis dari suatu barang, klasifikasi barang serta sifat-sifat termasuk kuantitas, identitas spesifik ataupun karena waktu pembayaran yang tidak pasti. Termasuk dalam garar yang terkait dengan obyek ini adalah jika obyeknya tidak memungkinkan untuk diserahkan atau onyek ini adalah obyek yang tidak dapat disaksikan atau dilihat.22

7. Pengertian Riba

Riba qarḍ disebut riba nasi’ah. Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Dalam bisnis selalu ada kemungkinan untung dan rugi. Memastikan sesuatu yang di luar wewenang manusia adalah bent9uk kezaliman, padahal justru itulah yang terjadi dalam riba nasi’ah, yakni terjadi perubahan sesuatu yang


(47)

seharusnya uncertaint (tidak pasti) menjadi certaint (pasti). Pertukaran kewajiban menanggung beban ini dapat menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak dan pihak-pihak lain. 23

Hukum dan dalil larangan riba qarḍ dalam ayat-atat Al-Quran:

ِذ َٱ َݚي َنݠُݖُكۡܕَي ْاٰݠَبِ ر ٱ

ُعݠُقَي ܛَݙَك َِإ َنݠُ ݠُقَي ذ ََ يَِٱذ

ُݝ ُطذܞَܮَتَي ُݚٰ َ ۡي ذش ٱ َݚِم ۚ ِ سَݙۡ ٱ َٰذ َ ِ

ܛَݙذنِإ ْآݠُܛَو ۡݗُݟذنَأِب ُ݅ۡيَۡٱۡ

ُلۡثِم ْاٰݠَبِ ر ٱ ذلَحَنَو ُ ذّٱ َ݅ۡيَۡٱۡ َعذرَحَو ْۚاٰݠَبِ ر ٱ ُهَءٓܛَج ݚَݙَف ۥ

َِ݄نۡݠَ ݚِ م ܟ

ِݝِ بذر ۦ َف ٰ َهَتنٱ ُݝَݖَف ۥ ُهُرَۡنَو َفَݖَس ܛَم ٓۥ

َ

َِإ ِ ذّٱ ُܜٰ َح ۡصَن َ ِئَٓلْوُܕَف َلََ ۡݚَمَو ِرܛذنٱ

ܛَݟيِف ۡݗُه

َنوُ ِِٰ َخ

٥٧

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Swt. Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS Al-Baqarah 2: 275).

ܛَݟُيَأٓ َي َݚيَِٱذ ْاݠُݜَماَء ْاݠُقذتٱ َ ذّٱ َݚِم َ َِِب ܛَم ْاوُرَمَو ْآݠَبِ ر ٱ

نِإ َنِݜِمۡܖُم ݗُتݜُ ض٥

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt. Dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS Al-Baqarah 2: 278)

ܛَݟُيَأٓ َي َݚيَِٱذ ْاݠُݖُكۡܕَت َ ْاݠُݜَماَءَ ْآݠَبِ ر ٱ

َو مܟَفَعٰ َ ُم ܛمفٰ َع ۡضَن ْاݠُقذتٱ

َ ذّٱ َنݠُحِݖۡفُت ۡݗُ ذݖَعَل ٠طو

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah Swt. Supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS Ali ‘Imran 3:130)24

23 Adiwarman A.Karim, Riba,Gharar dan Kaidah-Kiadah Ekonoi Syariah Analisis Fikih

& Ekonomi Cet Ke-1 (Jakarta:Raja Graffindo Persada, 2015), hlm 6

24


(48)

8. Pengertian Maysir

Maysir adalah suatu permainan yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain akibat permainan tersebut.. Setiap permainan atau pertandingan, baik yang berbentuk game of chance, game of skill ataupun natural events, harus menghindari terjadinya zero sum game, yakni kondisi yang menempatkan salah satu atau beberapa pemain harus menanggung beban pemain lain.25

Unsur –unsur maysir yaitu pertama, taruhan (muhkatarah/murahanah) dan mengadu nasib sehingga pelaku bisa menang dan bisa kalah. Kedua, seluruh pelaku maysir mempertaruhkan hartanya, pelaku judi mempertaruhkan hartanya tanpa imbalan (muqabil). Ketiga, pemenang mengambil hak orang lain yang kalah, karena setiap pelaku juga tidak memberi manfaat kepada lawannya. Ia mengambil sesuatu dan kalah tidak mengambil imbalannya. Keempat, pelaku berniat mencari uang dengan mengadu nasib.26

Selain itu penyusun menggunakan teori uncertainty atau teori ketidakpastian. Teori ini mengemukakan bahwa ketidakpastian dapat terjadi karena empat hal, yaitu

25

Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet Ke-9

(Jakarta:Raja Graffindo Persada, 2013), hlm 43 26

Adiwarman A.Karim, Riba,Gharar dan Kaidah-Kiadah Ekonoi Syariah Analisis Fikih


(49)

ketidakpastian dalam pertukaran, ketidakpastian dalam permainan, ketidakpastian dalam bisnis atau investasi, dan ketidakpastian dalam resiko murni.

9. Ketidakpastian dalam Bisnis Investasi Syariah a. Ketidakpastian dalam pertukaran

Karakter kontrak pertukaran adalah memberikan kepastian, baik dari segi jumlah maupun waktu. Namum, jika dalamnya mengandung aksi spekulasi, suatu pertukaran akan menghasilkan ketidakpastian karena akan menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu untung, rugi atau tidak rugi (impas). Ketidakpastian yang timbul dari aksi spekulasi dalam suatu pertukaran inilah yang disebut sebagai taghrir (garar) dan dilarang dalam islam.

b. Ketidakpastian dalam permainan

Permainan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu permainan peluang, permainan ketangkasan dan permainan atas suatu peristiwa alamiah. Dalam ketiga permainan tersebut, faktor ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dengan kata lain, pada dasarnya, suatu permainan akan selalu memberikan ketidakpastian: menang, kalah, atau bahkan seri (draw). Jika mengandung zero sum game, yaitu salah satu pihak harus menanggung kerugian material , sementara pihak yang lainnya memperoleh keuntungan, permainan tersebut dikategorikan sebagai tindakan maysir (perjudian), yang berarti dilarang dalam Islam.


(50)

Adapun jika tidak ada satu pun pihak yang dirugikan secara material (non-zero sum game), permainan tersebut diperbolehkan dalam Islam, dan pemberian yang diberikan kepada pemenang dikategorikan sebagai hadiah.

c. Ketidakpastian dalam Bisnis dan Investasi

Bisnis atau investasi pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa terlepas dari suatu ketidakpastian (uncertainty contract). Dalam kerja sama bisnis atau investasi, para pelaku pasti akan menghadapi salah satu dari tiga kemungkinan yang ada, yaitu untung, rugi, atau tidak untung dan tidak rugi. Jika kerugian atau keuntungan dari aktivitas bisnia ini sejak awal ditetapkan hanya ditanggung oleh salah satu pihak, aktivitas ini dapat dikategorikan sebagai aktivitas ribawi, karena memperlakukan suatu kontrak yang berkarakter tidak pasti (uncertainty contract) menjadi pasti (certainty contract), yang berarti terlarang dalam islam. Namun, jika kedua belah pihak bersepakat sejak awal untuk melakukan sharing terhadap risiko dan keuntungan, aktivitas bisnis ini sah dan diperbolehkan dalam islam.

d. Ketidakpastian dalam Risiko Murni

Dalam menghadapi risiko, manusia dapat menanggungnya secara individual dan dapat pula secara bersama-sama. Dalam hal menanggung risiko secara bersama-sama, dapat melakukan kerjasama yang bersifat saling menolong (nonkomersial), yaitu


(51)

setiap individu mendonasikan dananya untuk digunakan membantu di antara mereka yang terkena musibah. 27

27

Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet Ke-9 (Jakarta:Raja


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode penelitian lapangan (Field Reserch). Penelitian lapangan adalah penelitian berangkat dari pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Untuk itu maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperanserta. penelitian kualitatif merupakan metode penelitian dengan kondisi objek penelitian secara alamiah dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara triangulasi dan analisis data yang bersifat induktif, yaitu berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang kemudian hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya yang tidak dimanipulasi yang merupakan suatau nilai dibalik data yang tampak.1

B. Populasi Sampel , Dan Subyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang atau narasumber yang dipilih peneliti untuk diminta memberikan informasi tentang suatu fakta

1


(53)

atau pendapat secara jelas dan mendalam. Penentuan subyek penelitian atau sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Subyek penelitian kualitatif dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut :

a. Informan Pangkal

Teknik penentuan informan pangkal dilakukan dengan cara snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sample yang awalnya kecil kemudian menjadi besar.2Bagi peneliti, data informasi yang diberikan oleh satu narasumber dirasa belum lengkap, maka peneliti akan mencari narasumber lain yang lebih ahli dan dapat melengkapi data yang telah diperoleh dari satu narasumber sebelumnya. Dalam penelitian ini, informan pangkal adalah pihak PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera General Marketing bernama Bapak Sigit Junaedi, SE.

b. Informan Kunci

Teknik pengambilan informan kunci dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sample dengan menyesuaikan pertimbangan dan kriteria tertentu. Pertimbangan dalam pengertiannya bahwa sample sumber data adalah orang yang ahli dalam

2


(54)

bidang tertentu.3Dalam penelitian ini, sample sumber data adalah pihak PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera yaitu Ibu Isti Puspitasari, A.Md sebagai marketing PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera.

c. Informan Eksternal

Informan external adalah narasumber yang tidak ada hubungannya dengan objek penelitian, artinya narasumber diluar PT.BPRS Madina Mandiri Sejahtera. Informan eksternal dalam penelitian ini adalah nasabah Tabungan Arisan iB Madina.

C. Jenis Dan Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini dikatakan data baru, karena data yang tersebut berasal dari narasumber yang tepat dengan cara wawancara. Data primer dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu Pengamatan (observasi) dan Wawancara (interview)


(55)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah ada sehingga peneliti hanya mencari dan mengumpulkan data yang terkait dengan penelitian data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data sekunder dalam hal ini terdiri dari buku-buku, website, dokumen, maupun brosur yang relevan, seperti bosur brosur mengenai produk Tabungan Arisan iB Madina, dokumentasi yang berkaitan dengan produk tersebut, pendapat para ahli hukum dan laporan-laporan hasil penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi4.

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar, artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti


(56)

mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penelitian.5Peneliti juga menggunakan observasi langsung ,

yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi. Bentuk observasi langsung yang digunankan adalah observasi berstruktur, artinya pengamatan telah dpersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti.

2. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu.6

Metode wawancara atau interview adalah proses memperoleh keterangan untuk memperoleh tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai.7

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah, wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan dinyatakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara. Dalam

5

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta. Hlm.312

6Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta. Hlm.317

7


(57)

penelitian ini, peneliti melakukan data dengan wawancara semistruktur (semistructuce interview) kepada semua informan, jenis wawancara ini seudah termasuk dalam kategori in-depth interview dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.8

Hasil wawancara yang dicatat itu disebut data mentah. Data mentah ini masih perlu diolah agar dianggap bersih dari hal-hal yang menggangu, misalnya : salah mencatat, salah kode, dan lain-lain. Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data yang berasal dari sekelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu.

E. Keabsahan Dan Kredibilitas

Dalam meyakinkan bahwa hasil data yang diperoleh di lapangan benar-benar akurat dan dapat dipercaya, terdapat 4 kriteria untuk menetapkan keabsahan data tersebut, sebagai berikut :

8


(58)

1. Uji kreadibilitas (creadibility)

Penerapan Uji kreadibilitas berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Dalam melakukan ujikreadibilitas peneliti melakukan dengan cara: a. Pendekatan kepada informan. Peneliti melakuan

perpanjangan pengamatan. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru saja ditemui. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, akrab terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

b. Cara memperoleh. Peneliti memperoleh datanya dengan cara wawancara semistruktur kepada semua informan. Hasil wawancara didukung dengan rekaman wawancara dan dokumentasi-dokumentasi gambaran suatu yang berupa foto. c. Triangulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.9 Tujuannya agar bisa sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu dengan mengecek

9


(59)

kredibilitas data dengan berbagai tekni pengumpulan data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

2. Uji Transferabilitas (Transferability),

Penerapan uji transferabilitas menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.10

3. Uji Reliabilitas (Dependability),

Penerapan Uji reabilitas ini dilakukan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Proses yang terjadi selama penelitian harus dapat ditunjukkan oleh peneliti, yaitu dimulai dari peneliti menentukan masalah atau focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai dengan membuat kesimpulan.11

4. Uji Konfirmabilitas (Confirmability)

Uji Konfirmabilitas disebut dengan uji obyektivitas penelitian yaitu menekankan pada aspek naturalis. Suatu penelitian dapat dikatakan obyektif apabila penelitian tersebut telah disepakati banyak orang.12Uji Obyektivitas tidak jauh berbeda dengan uji realibilitas karena pengujian ini berkaitan dengan proses yang

10

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta. Hlm.376

11

Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta. Hlm.277

12


(60)

dilakukan di dalam uji konfirmabilitas lebih terfokus pada kualitas dan kepastian hasil penelitian bahwa hasil penelitian tersebut benar-benar berasal dari pengumpulan data di lapangan.13

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis ketika di lapangan data menggunakan metode deduktif yaitu diawali dengan mengemukakan teori-teori, dalil-dalil kemudian dibuktikan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan. Tahapan-tahapan yang dalam penelitian ini adalah tahapan observasi, pengumpulan data produk Tabungan Arisan Madina Sejahtera, merumuskan teori yang dipakai dalam penelitian, yang terakhir perumusan hipotesis.

13


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera

1. Letak Geografis

PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera atau lebih dikenal dengan Bank Madina Syariah ini terletak di Jalan Parangtritis KM 3,5 No 184, Pedukuhan Salakan, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55817. Letak bank yang cukup stategis membuat bank ini mudah untuk dijangkau. Adapun batas-batas geografis Bank Madina Syariah adalah sebelah selatan berbatasan langsung dengan Surya Fotokopi, sebelah barat berbatasan langsung dengan rumah penduduk, sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan parangtritis.

2. Sejarah

PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang berbasis syariah. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 3 Desember 2007. Akta No. : 24 tanggal 7 Februari 2007. Notaris Wahyu Wiryono,SH. SK Menhumkam RI No. W22-00151 HT.01.01-TH.2007. Keputusan dewan gubernur Bank Indonesia tantang ijin Usaha PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera No. 9/57/KEP.GBI/2007 tanggal 8 November 2007. Legalitas lainnya yaitu ijin gangguan No.: 2565/DP/001/IX/2013 tanggal 4 September 2012.


(62)

Tanda daftar perusahaan (TDP) Perseroan Terbatas No.: 3881/DP/096/XII/2012 Tanggal 3 Desember 2012. Pendirian

perusahaan ini diawali dari keinginan para pengurus BMT Al Ikhlas untuk mengembangkan sayap dengan memiliki Lembaga Keuangan yang lebih besar. Kemudian para pengurus sepakat mendirikan BPR

Syariah dengan nama “BPRS AL IKHLAS”. Dalam proses yang sangan

panjang, Bank Indonesia tidak mengijinkan menggunakan nama AL IKHLAS, karena sudah ada Lembaga Keuangan yang menggunakan nama AL IKHLAS, karena sudah ada Lembaga Keuangan yang

menggunakan nama AL IKHLAS yaitu “BMT AL IKHLAS”. Setelah

dilakukan musyawarah panjang, maka disepakati menggunakan nama:

“PT. BPRS MADINA MANDIRI SEJAHTERA”. Sedangkan untuk

pemasaran / publikasi menggunakan nama “BANK MADINA SYARIAH”1

BMT AL Ikhlas sendiri merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang sudah dipercaya oleh masyarakat. Hal ini menjadikan Bank Madina Syariah dapat dengan mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Terbukti bahwa dari tahun ketahun minat masyarakat terhadap Bank Madina Syariah ini semakin meningkat. Bank yang telah dijamin oleh Lembaga Penjamin Syariah

1http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses


(63)

ini meraih posisi ke-empat untuk bank pembiayaan syariah terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Terdapat banyak produk yang ditawarkan di Bank Madina Syariah, mulai dari pembiayaan sampai penghimpunan dana. Pada bulan April 2015 Bank Madina Syariah membuka produk baru yaitu Tabungan Arisan iB Madina Syariah sebagai salah satu inovasi baru untuk menarik nasabah.

3. Kondisi Sosial

Kondisi sosial masyarakat terkadang berubah-ubah. Hendaknya perubahan-perubahan sosial yang terjadi yang dapat mempengaruhi perusahaan dapat diantisipasi oleh perusahaan. Kondisi sosial ini banyak aspeknya, misalnya sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekonomis, demografis, repigious, pendidikan dan etnis.

Pada lingkungan internal Bank Madina Syariah sudah banyak menerapkan unsur-unsur islami. Misalnya dari cara berpakaian, kerudung yang dipakai harus menutupi dada dan baju yang dikenakan harus sopan. Para pegawai selalu tadarus secara bersama-sama sebelum mulai bekerja dan setelah tadarus membiasakan sholat dhuha. Penerapan sistem one day one juz juga berjalan cukup lancar di Bank


(64)

Madina Syariah ini. Acara rutinpun diselenggarakan untuk menambah pengetahuan keagamaan para pegawai, contohnya pengajian.2

Bank Madina Syariah didirikan di lingkungan yang cukup strategis. Lingkungan yang mayoritas beragam muslim, lingkungan yang tergolong dekat dengan lingkungan pesantren serta masjid yang cukup tersohor di dekat bank, membuat bank ini mudah diterima oleh masyarakat sekitar.

Terlebih lagi hubungan bank dengan warga sekitar berlangsung baik. Hal ini terwujud dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak bank. Contohnya, pemberian sembako bagi

pedagang di sekitar bank dan pembagian ta’jil pada bulan puasa

untuk masyarakat sekitar bank pada waktu milad dan Ramadhan.

2

Observasi kegiatan tadarus Al-Quran di PT.BPRS Madina Mandiri Sejahtera, tanggal 16 September 2016


(65)

4. Struktur Organisasi

Setiap organisasi pada umumnya melibatkan orang banyak dan memiliki satu tujuan, tentunya memerlukan struktur kepengurusan agar organisasi tersebut dapat menjalankan visi misisnya dengan baik, serta dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai.3

3Wahyu Rina Uswatun Hasanah, “

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Arisan

Haji Di Paguyuban Tabungan Biaya Ibadah Haji Fastabiqul Khairat Klaten 2007-2008,” skripsi


(66)

Bagan Struktur Organisasi

Gambar 1.4

4

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 11:11 pm.


(67)

1. Pemegang Saham

a) Pemegang Saham Pengendali H. Ari Tri Priyono, ST b) Komisaris Utama H. Anwar Wahyudi, SE, MM c) Komisaris H. Ahmad Sumiyanto, SE, M.Si

Prof. Dr. H. Amir Muallim, MA

Drs. H. Zainal Abidin Zarputra, MM

Ir. Arief budiono

2. Dewan Komisaris

a) Komisaris Utama H. Anwar Wahyudi, SE, MM b) Komisaris Prof. Dr. H. Amir Muallim, MA 3. Dewan Pengawas Syariah

a) Ketua Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc b) Anggota H. Ahmad Khudori, Lc

4. Dewan Direksi

a) Direktur Utama Sabdo Nugroho, SP 5. Internal Audit Isni Puspitasari, SE 6. GM Marketing Sigit Junaedi, SE 7. GM Operasional Vacant

8. SPV Operasional Rr. Sri Wahyuningsih P, SE 9. SPV HRD & General Affair Dian P Sofiansyah, SE 10. SPV Marketing Vacant


(68)

11. Marketing Funding Maria Mardhiyah, A.Md Isti Puspitasari,A.Md 12. Account Officer Irfan Aulia Ridho, SE

13. CR Vacant

14. Accounting Meri Kusumawati, SEI

Wilisti,A.Md

Radhitya Dimas Pamungkas

15. IT/GA Aji Usmanto

16. RO Hartana

17. Legal Officer Novie

18. Admin Pembiayaan Diah Susilawati, SE 19. Marketing Mikro Ari Yulianto, SE

Hermawan Tri A, S.Pd

Julio Basuki Herlangga

20. Teller Yushinta Mutiaraningtyas

21. Customer Service Janu Ariani Dwi Lestari, SH 22. Security M Agung Nugroho

Rachmat Gunawa5

55

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 11:11 pm


(69)

B. Jenis-Jenis Produk dan Layanan PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera ini mempunyai dua jenis produk, yaitu produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana. Selain itu terdapat dua jenis layanan yang disediakan yaitu payment point dan layanan zakat, infak dan sadaqoh :

1. Produk PT. BPRS Madina Mandiri Sejahtera a. Produk penghimpunan Dana

1) Tabungan Pendidikan

Tabungan pendidikan ini digunakan khusus untuk persiapan pendidikan. Setoran dapat dilakukan sewaktu-waktu atau sesuai kesepakatan dengan setoran awal Rp 25.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp 10.000,-. Biaya administrasi pembukaan rekening sebesar Rp 5.000,- dan tidak ada administrasi bulanan, jika saldo tabungan >Rp. 7.500.000 dikenakan pajak 20% dari bagi hasil. Penarikan hanya dapat dilakukan sesuai kesepakatan, missal, setiap akhir semester, setiap akhir tahun ajaran barang. Prinsip yang digunakan adalah mudarabah atau bagi hasil dengan nisbah 25% untuk nasabah dan 75% untuk bank.6

2) Tabungan Haji dan Umroh iB Madina

Tabungan Haji dan Umroh iB Madina ini khusus untuk persiapan dana perjalanan ibadah haji dan atau umroh dengan bagi hasil setara

6

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 2:20 pm


(70)

deposito 12 bulan. Setoran awal Rp 100.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp 25.000,-. Penarikan (diluar pencairan saat pendaftaran atau pembayaran haji atau umroh) hanya dapat dilakukan sekali dalam satu tahun sebesar maksimal 50% dari saldo pengendapan.7

3) Produk iB Qurban

Tabungan iB Qurban ini khusus untuk persiapan pembelian hewan kurban (idul Adha). Prinsip yang digunakan adalah mudharabah atau bagi hasil antara bank dengan nisbah 25% untuk nasabah dan 75% untuk bank. Setoran dapat dilakukan sewaktu-waktu selama jam pelayanan kas dengan setoran awal minimal Rp 25.000,- dan setoran minimal Rp 10.000,-. Biaya administrasi pembukaan rekening sebesar Rp 5.000,- dan tidak ada administrasi bulanan, jika saldo tabungan >Rp 7.500.000,- dikenakan pajak 20% dari bagi hasil. Penarikan hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun secepat-cepatnya atau sebelum hari Raya Idul Adha.8 4) Tabungan iB Hari Raya

Tabungan iB Hari Raya ini khusus untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri. Dengan adanya tabungan ini maka nasabah dapat merencanakan keuangan untuk berlebaran atau membagi THR dengan cara menabung setiap bulan. Prinip yang digunakan adalah

7

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 2:22 pm

8

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses


(71)

prinsip mudharabah atau bagi hasil dengan nisbah 25% untuk nasabah dan 75% untuk bank. Setoran dapat dilakukan sewaktu-waktu selama jam pelayanan kas dengan setoran awal minimal Rp 25.000,- dan setoran minimal Rp 10.000,-. Biaya administrasi pembukaan rekening sebesar Rp 5.000,- dan tidak ada administrasi bulanan, jika saldo tabungan >Rp. 7.500.000 dikenakan pajak 20% dari bagi hasil. Penarikan hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Ramadhan.9

5) Tabungan iB Walimah

Tabungan iB Walimah ini khusus untuk persiapan walimah atau pesta pernikahan. Setoran dapat dilakukan sewaktu-waktu selama jam pelayanan kas dengan setoran awal minimal Rp 25.000,- dan setoran minimal Rp 10.000,-. Biaya administrasi pembukaan rekening sebesar Rp 5.000,- dan tidak ada administrasi bulanan, jika saldo tabungan >Rp. 7.500.000 dikenakan pajak 20% dari bagi hasil. Prinsip yang digunakan sama dengan jenis tabungan sebelumnya yaitu mudarabah atau bagi hasil, tetapi dengan nisbah yang sedikit berbeda yaitu 30% untuk nasabah dan 70% untuk bank. Penarikan dana hanya dapat ditarik satu kali yaitu menjelang pernikahan, penarikan sekaligus menutup rekening Tabungan Walimah.10

9

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 2:30 pm

10

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 2:37 pm


(72)

6) Tabungan iB Wadī’ah

Tabungan iB Wadī’ah ini khusus untuk pelajar dan mahasiswa (perorangan) dengan setoran yang lebih ringan dari tabungan yang lain yaitu setoran awal minimal Rp 10.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp 1.000,-. Tabungan ini bebas dari biaya administrasi. Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan kapan saja selama jam pelayanan kas. Prinsip yang digunakan adalah prinsip Wadī’ah, sehingga bank berhak memberikan bonus atas simpanan nasabah sesuai kebijakan Bank.11

7) Tabungan Arisan iB Madina

Tabungan Arisan iB Madina adalah produk tabungan yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga seperti arisan. Tapi pada dasarnya produk ini penggabungan dari tabungan dan arisan. Tabungan tersebut setiap bulannya setoran dan arisannya ada sistem putusnya, jika nasabah yang mendapatkan arisan di bulan tersebut saat pengundian tidak menyetorkan uangnya pada bulan berikutnya. Jadi pada intinya tabungan ini mempunyai mekanisme seperti arisan dengan menggunakan prinsip Wadī’ah. Tabungan Arisan iB Madina menjadi alternative para nasabah untuk menabung dengan cara yang menyenangkan. Pada produk

11

http://www.bankmadinasyariah.com/info-perusahaan/profil-perusahaan/ akses tanggal 14 November 2016 pada pukul 3:30 pm


(73)

Tabungan Arisan iB Madina terdapat tiga jenis paket yang dapat dipilih oleh nasabah, yaitu:

a) Paket A

Paket A ini merupakan tabungan arisan dengan setoran atau iuran bulanannya sejumlah Rp 200.000,-. Pada paket A dilaksanakan selama 24 bulan. Jumlah kuota yang disediakan untuk paket ini adalah 100 nasabah. Pelaksanaan pengundian hanya dilakukan selama 24 kali. Pada akhir periode terdapat grandprize uang tunai sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk satu orang pemenang yang diundi dari 76 peserta yang belum putus arisan.

Peserta yang namanya muncul sebagai pemenang undian pada periode 1-24 mendapat dana tabungan arisan sebesar saldo pengendapan tabungan yang telah disetor. Bonus uang tunai yang diberikan pihak bank adalah sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Peserta yang menjadi pemenang undian tidak lagi menyetor untuk periode selanjutnya (putus arisan). Bagi peserta yang belum mendapatkan arisan sebesar dana tabungan arisan yang telah disetorkan.12

12


(74)

Berikut gambaran mengenai perolehan dana apabila mengikuti tabungan arisan paket A :

Bulan

Besaran tabungan Yang dimiliki per

Bulan

Hadiah Total dana yang diperoleh 1 Rp. 200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 700.000,- 2 Rp. 400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 900.000,- 3 Rp. 600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.100.000,- 4 Rp. 800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.300.000,- 5 Rp. 1.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.500.000,- 6 Rp. 1.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.700.000,- 7 Rp. 1.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.900.000,- 8 Rp. 1.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.100.000,- 9 Rp. 1.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.300.000,- 10 Rp. 2.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.500.000,- 11 Rp. 2.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.700.000,- 12 Rp. 2.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.900.000,- 13 Rp. 2.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.100.000,- 14 Rp. 2.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.300.000,- 15 Rp. 3.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.500.000,- 16 Rp. 3.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.700.000,- 17 Rp. 3.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3. 900.000,- 18 Rp. 3.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.100.000,-


(75)

b) Paket B

Paket B ini merupakan tabungan arisan yang setoran tunai tiap bulannya adalah sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Paket B ini berlangsung selama 36 bulan. Jumlah kuota yang disediakan adalah 200 peserta. Pada akhir periode terdapat grandprize yaitu satu unit sepeda motor untuk satu orang pemenang yang diundi dari peserta yang belum putus arisan.

Bagi peserta yang namanya muncul sebagai pemenang undian periode 1-36 akan mendapatkan dana arisan sebesar saldo pengendapan tabungan yang telah disetorkan. Bonus yang diberikan bank adalah sebesar Rp. 500.00,- (lima ratus ribu rupiah). Peserta yang menjadi pemenang undian tidak lagi menyetor untuk periode selanjutnya (putus arisan). Peserta yang belum mendaat arisan periode 1-36 akan mendapatkan dana 19 Rp. 3.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.300.000,- 20 Rp. 4.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.500.000,- 21 Rp. 4.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.700.000,- 22 Rp. 4.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.900.000,- 23 Rp. 4.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 5.100.000,- 24 Rp. 4.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 5.300.000,-


(76)

arisan sebesar dana tabungan arisan yang telah disetorkan.13

Berikut gambaran mengenai perolehan dan apabila mengikuti tabungan arisan paket B :

13 Ibid

Bulan

Besaran tabungan Yang dimiliki per

Bulan

Hadiah Total dana yang diperoleh 1 Rp. 100.000,- Rp. 500.000,- Rp. 600.000,- 2 Rp. 200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 700.000,- 3 Rp. 300.000,- Rp. 500.000,- Rp. 800.000,- 4 Rp. 400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 9.000.000,- 5 Rp. 500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.000.000,- 6 Rp. 600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.100.000,- 7 Rp. 700.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.200.000,- 8 Rp. 800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.300.000,- 9 Rp. 900.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.400.000,- 10 Rp. 1.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.500.000,- 11 Rp. 1.100.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.600.000,- 12 Rp. 1.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.700.000,- 13 Rp. 1.300.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.800.000,- 14 Rp. 1.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 1.900.000,- 15 Rp. 1.500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.000.000,-


(77)

16 Rp. 1.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.100.000,- 17 Rp. 1.700.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.200.000,- 18 Rp. 1.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.300.000,- 19 Rp. 1.900.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.400.000,- 20 Rp. 2.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.500.000,- 21 Rp. 2.100.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.600.000,- 22 Rp. 2.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.700.000,- 23 Rp. 2.300.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.800.000,- 24 Rp. 2.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 2.900.000,- 25 Rp. 2.500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.000.000,- 26 Rp. 2.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.100.000,- 27 Rp. 2.700.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.200.000,- 28 Rp. 2.800.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.300.000,- 29 Rp. 2.900.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.400.000,- 30 Rp. 3.000.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.500.000,- 31 Rp. 3.100.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.600.000,- 32 Rp. 3.200.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.700.000,- 33 Rp. 3.300.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.800.000,- 34 Rp. 3.400.000,- Rp. 500.000,- Rp. 3.900.000,- 35 Rp. 3.500.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.000.000,- 36 Rp. 3.600.000,- Rp. 500.000,- Rp. 4.100.000,-


(1)

(2)

(3)

(4)

PROSES WAWANCARA BERSAMA BAPAK SIGIT JUNAEDI, S.E DI PT. BPRS MADINA MANDIRI SEJAHTERA


(5)

PROSES WAWANCARA BERSAMA IBU ISTI PUSPITASARI A.Md DI PT. BPRS MADINA MANDIRI SEJAHTERA


(6)

CURICULLUM VITAE

Nama : Linda Vidya Kurniawati Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat,Tanggal lahir : Kulon Progo, 3 September 1994

Alamat : Kularan RT001 RW001 Triharjo Wates Kulon Progo Yogyakarta. 55651

Nomor HP : 085229829276

E-mail : lindavidya20@gmail.com Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Orang Tua : Bapak Paimun dan Ibu Siti Muryani Riwayat Pendidikan : 1. SD N 4 Wates

2. SMP N 2 Wates