analisis kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun syariah terhadap fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/ (Studi Pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat)

(1)

88/DSN- MUI/XI/2013

(STUDI PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT) Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh: Tri Puji Lestari 1110046100091

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Tri Puji Lestari, 1110046100091. Analisis Kesesuaian Penerapan Pengelolaan Dana Pensiun Syariah Terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN- MUI/XI/2013 (Studi Pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat). Strata Satu (S1) konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana Bank Syariah Mandiri dalam mengelola dana pensiun syariah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang sumber datanya dengan cara melakukan wawancara terhadap Department Head Bank Syariah Mandiri Pusat. Selain melakukan wawancara, penulis menganalisis hasil wawancara dengan acuan seperti studi literatur, yaitu buku-buku, referensi dari berbagai sumber, studi terdahulu.

Dari hasil análisis penulis diperoleh hasil mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat sangat sederhana. Dengan diawalinya setoran iuran peserta untuk kemudian dana tersebut ditampung oleh pihak PT Bank Syariah Mandiri pada rekening-rekening penampungan sesuai dengan pilihan peserta, setelah dikumpulkan dana tiap rekening tersebu tmencapai jumlah yang memungkinkan untuk diinvestasikan, maka pihak PT Bank Syariah Mandiri melakukan placement pada instrument investasi pilihan peserta. Adapun tempat, besar jumlah penempatan serta kesepakatan-kesepakatan yang menyangkut investasi dengan regulasi yang berlaku. Kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun syariah PT Bank Syariah Mandiri terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013, sebagai berikut: Kesesuaian pihak penerima dana pensiun syariah pada PT BSM sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 yaitu, pemberi kerja (PT Taspen), peserta dana pensiun syariah, investee, dan penerima Manfaat Pensiun. Kesesuaian pada akad yang digunakan PT BSM dalam program pensiun syariah yaitu akad mudharabah muthlaqah. Kesesuaian dalam penyelenggaraan kegiatan investasi, pada dana pensiun syariah di PT BSM boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan sesuai dengan prinsip syariah. Kesesuaian akad yang terjadi antara PT BSM dengan investee sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 karena pada Fatwa DSN MUI tersebut ketentuannya menggunakan akad mudharabah.

Kata kunci: Dana Pensiun, Fatwa DSN MUI, Bank Syariah Mandiri


(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, serta solawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SYARIAH TERHADAP FATWA DSN MUI NOMOR 88/DSN-MUI/XI/2013 (STUDI PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT)”. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M. H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta danBapak H. AbdurraufLc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat (Ekonomi Islam).

3. Bapak M. Buchori Muslim Lc, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan bagi penulis sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan baik memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.

5. Staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum.

6. Kepada Bagian Department Head Bank Syariah Mandiri Pusat, Bapak Lilik Priyadi yang telah membantu saya dalam mengadakan penelitian di Bank Syariah Mandiri Pusat.

7. Kepada Ibuku tercinta Mama Seniah, I Love You Mom! You are my everything, terimakasih untuk cintamu, dukunganmu, doamu siang dan


(7)

amiin

8. Ayahanda tercinta Bapak Sukarjo serta Kakak-kakak tercinta Mas Eko Sugiarto, Mba Yuni Listiawati, dan Mas Udin serta keponakanku Fatih dan Farhan Prasetyo yang selalu mendukung, mendoakan, mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sodara-sodaraku keluarga besar Wiryorejo terimakasih untuk doa, dukungannya kepada penulis 

10. Terkasih Soni Ahmad S.E, terimakasih buat dukungan, doa, dan bantuannya

11. Sahabat-sahabat seperjuanganku Maryam Jamilah SE,Sy dan Ersy Elmafiza Rihad SE,Sy yang selalu mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat rumah Nita Decita S.E, Rere dan Reni Wahyuningsih yang selalu beri semangat serta doa.

13. Sahabat-sahabat kerjaan yang selalu member doa, dukungan dan semangat (Nay, Anty, Keke, Nofvini, Shita, Tachy, Dyna, Anggun)

14. Sahabat-sahabat RESE yang selalu support (Fitri, Kharisma, Dewi, Firliza) 15. Sahabat-sahabat DPR (dibawah pohon rindang) yang selalu bercanda kapan

pun dimana pun tanpa henti.

16. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2010 B yang berjuang bersama selama perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , 18 Juni 2015

Tri Puji Lestari


(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

1. Pembatasan Masalah ... 7

2. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian... 7

2. Manfaat penelitian ... 8

D. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Dana Pensiun... 11

1. Pengertian Dana Pensiun ... 11

2. Jenis Dana Pensiun ... 14

3. Dasar Hukum Dana Pensiun ... 27

4. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah ... 29

B. Mudharabah... 32

1. Pengertian Mudharabah ... 32

2. Dasar Hukum Mudharabah... 34

3. Jenis-Jenis Mudharabah ... 38

4. Rukun-rukun Akad Mudharabah ... 39

5. Syarat-syarat Akad Mudharabah ... 41

6. Keunggulan Sistem Mudharabah ... 42

7. Berakhirnya Akad Mudharabah ... 44

C. Penelitian Terdahulu ... 44

D. Kerangka Pemikiran ... 46


(9)

B. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 49

C. Teknik Pengumpulan Data ... 49

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

E. Waktu dan Tempat Wawancara ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Profil Perusahaan ... 53

B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... 54

C. Visi dan Misi ... 56

D. Shared Values... 58

E. Pengertian Mekanisme Pengelolaan Dana Pensiun Syariah ... 58

F. Sumber Penerimaan Dana Pensiun Syariah PT Bank Syariah Mandiri Pusat ……….67

G. Pengelolaan Dana Pensiun ( Investasi ) ... 70

H. Analisis Kesesuaian Penerapan Pengelolaan Dana Pensiun Syariah Terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 ………... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86


(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, dimana bekerja merupakan sarana guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tidak akan berhenti meski individu tersebut sudah tidak lagi produktif bekerja. Kebutuhan yang tercukupi merupakan suatu bentuk dari kesejahteraan yang didambakan oleh setiap orang, terutama ketika memasuki hari tua dengan tenang tanpa harus memikirkan lagi urusan pekerjaan, maka dibutuhkan suatu jaminan.

Jaminan kesejahteraan adalah hal terpenting bagi setiap orang yang bekerja.Untuk itu, setiap pekerja berusaha melakukan kewajiban kerja dengan sebaik-baiknya. Namun demikian dengan berusaha sebaiknya dalam bekerja tidaklah cukup tanpa adanya penyisihan pendapatan selama masa aktif bekerja dimana harapan untuk menikmati kesejahteraan di hari tua setelah pensiun sulit untuk terwujud. Mengingat hal tersebut, pada saat ini dalam masyarakat kita telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun.1

1 Johar Arifin & A. Fauzi, Cara Cerdas Merancang Dan Menghitung Pensiun Dengan Excel, (Jakarta : PT.Elex Media Komputerindo, 2007), h.175


(11)

Dengan diberlakukannya dana pensiun pada suatu perusahaan, dapat memberikan kemungkinan untuk memperkecil permasalahan – permasalahan yang timbul ditengah masyarakat heterogen dalam menghadapi kehidupan hari tuanya, misalnya resiko kehilangan perkerjaan, resiko kecelakaan yang tidak mungkin lagi untuk bekerja, atau resiko meninggal dunia. Risiko tersebut memberi dampak financial terutama bagi pegawai atau keluarga sehingga kesejahteraan yang bersangkutan secara otomatis akan terganggu dan menimbulkan goncangan – goncangan yang pada gilirannya akan menggangu kelangsungan hidupnya.2

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, ini menyebabkan banyak berkembangnya aktivitas-aktivitas muamalah dalam rangka memenuhi kegiatan ekonomi secara syar’i.3 Bagi masyarakat muslim,

sebelum berinvestasi tidak hanya harus mempertimbangkan produk, biaya, keuntungan, dan resiko semata. Kesesuaian investasi dengan Prinsip Syariah adalah faktor utama karena berkaitan dengan hubungan vertikal kepada Allah sebagai bentuk ketaatan menjalani ajaran Islam.

Semakin berkembangnya sektor ekonomi syariah diIndonesia menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia khususnya berlomba- lomba mengkaji produk syariah yang belum ada atau masih jarang di Indonesia, salah satunya adalah dana pensiun syariah.

2 Dahlan, Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi Ke Empat), h. 465

3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, ( EKONISIA : Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004, Cet. Pertama), h. 195


(12)

Dana pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1992 adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, berupa pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan salah satu pilihan sistem pendanaan dalam membentuk akumulasi dana, yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketentraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim yang kondusif bagi peningkatan produktifitas.4

Dana Pensiun Syariah menurut Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN- MUI/XI/2013 adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia, secara lambat tetapi pasti juga mendorong perkembangan dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank syariah.

Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah. Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari esok agar lebih baik, terdapat dalam surat al-Hasyr ayat 59, yang berbunyi :

و

ت

ا

رٌ

ي

ب

َّل

ا

ن

َّلا

ا

و

قت

ا

و

د

غل

ت

م

دق

ما

س

فن

ر

ظ

نت

ل

و

َّلا

ا

و

قت

ا

او

نم

آ

ن

يذ

لا

ا

هي

أ

ا

4 Usman Rachmadi, Aspek Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 50-51


(13)

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah danhendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan sebagai kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat setelah pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut ketika seseorang memasuki masa kurang produkif, masih memiliki sumber pendapatan.

Maka dari itu, melihat perkembangan dana pensiun syariah yang relatif tertinggal bila dibandingkan dengan industri keuangan syariah lainnya. Hal ini dikarenakan masih minimnya dukungan strategi, tata kelola, dan regulasi untuk dana pensiun syariah masih terbatas.

Dalam dana pensiun syariah, akad yang digunakan adalah mudharabah murni. Dan mudharabah itu sendiri adalah kerjasama dalam hubungan bisnis untuk mencari keuntungan. Kerjasama ini dilakukan antara seseorang pemilik modal (investor/shahibul mal) dengan pelaku usaha. Tentu saja pelaku usaha yang akan dipercaya oleh pemilik modal untuk melakukan suatu bisnis tertentu, didasari oleh unsur kepercayaan yang kuat.

Unsur kepercayaan ini mencakup dua hal, pertama, adalah mengenai kualitas personal pelaku usaha. Persoalan pertama ini menyangkut moralitas pelaku usaha. Ini sangat penting di dalam mudharabah, karena pemilik modal akan melepaskan dananya di tangan orang lain, yang bukan dalam kedudukan


(14)

sebagai peminjam uang. Jika pelaku usaha tidak mempunyai komitmen moralitas yang kuat, dikhawatirkan akan terjadi penyelewangan atau penyimpangan dana dan atau bahkan penipuan.

Sedangkan persoalan kedua adalah mengenai kualitas keahlian pelaku usaha terhadap usaha bisnis yang dia lakukan. Persoalan keahlian ini memerlukan perhatian yang serius. Pemilik modal yang akan memberikan dananya untuk suatu usaha bisnis perlu kehati-hatian. Hal ini dikarenakan dana yang digunakan oleh pelaku usaha adalah seratus persen secara lahiriah ditangan pelaku usaha. Jika pelaku usaha tidak atau kurang mempunyai keahlian dalam bidang usahanya, akan dikhawatirkan akan mengalami kerugian.

Pada prinsipnya mudharabah mutlak dimana shahibul mal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Bentuk mudharabah ini disebut mudrharabah mutlaqah. Namun apabila dipandang perlu, shahibul mal dapat menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-syarat atau batsan-batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul, dan jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadahatau dalam bahasa Inggrisnya Restricted Invesment Account.

Sedangkan akad yang digunakan dalam pengelolaan program pensiun di Bank Syariah Mandiri Pusat ini adalah akad mudharabah muthlaqah yang merupakan sistem mudharabah dimana pemilik modal menyerahkan modal


(15)

kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha. Jenis ini memberikan kebebasan kepada mudhorib melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan.

Akad mudharabah mutlaqah dalam tabungan berjangka telah membantu minat masyarakat yang ingin mencoba menginvestasikan dananya agar dapat berkembang dengan memperoleh keuntungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mencoba membahas dan mengkaji bagaimana kesesuaian Fatwa DSN-MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat. Dipilihnya Bank Syariah Mandiri ini dikarenakan bank ini memiliki produk dana pensiun yang diolah secara sehat dan bekerjasama dengan lembaga Taspen yang merupakan induk pengumpulan dana pensiun dari para pegawai yang menyisihkan dana untuk masa tua mereka. Dan program pensiun ini sendiri sudah ada sejak tahun 2010 dan Fatwa tentang dana pensiun syariah ini sendiri baru ada pada tahun 2013. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi ini dengan judul

“ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SYARIAH TERHADAP FATWA DSN MUI NOMOR 88/DSN-MUI/XI/2013 (STUDI PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT)”.


(16)

B. Identifikasi Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar mendapatkan suatu batasan yang jelas guna mencegah terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan pokokpermasalahan serta waktu penulis yang terbatas. Maka dalam hal ini penulis hanya akan membahas mengenai kesesuaian Fatwa DSN MUI terhadap pengelolaan dana pensiun syariah di Bank Syariah Mandiri. 2. Perumusan Masalah

Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis merumuskan hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat?

2. Bagaimana kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun syariah pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah:

a. Mengetahui mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.


(17)

b. Mengetahui kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun pada PTBank Syariah Mandiri Pusat terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013.

2. Manfaat penelitian

Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai bagian dari masyarakat yang selalu mendukung perkembangan perbankan syariah di Indonesia, serta bagi beberapa pihak antara lain:

a. Bagi penulis, sebagai wawasan keilmuwan yang dapat menstimulus penulis untuk terus belajar mengenai bank syariah dan produk perbankan syariah.

b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan informasi serta perbandingan bagi peneliti lain.

c. Bagi Bank Syariah Mandiri, bisa menjadi acuan untuk bisa meningkatkan dan mengembangkan produk-produk yang sudah ada agar lebih inovatif dan variatif kedepannya sesuai prinsip syariah.

d. Bagi masyarakat, agar lebih mengenal dan menambah wawasan, khususnya mengenai produk-produk tabungan pensiun dan dapat dijadikan pertimbangan yang cocok dalam memenuhi kebutuhannya.


(18)

D. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka mengenai Dana Pensiun , peraturan terkait, DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan akad mudharabah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penulisan.


(19)

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri, kesesuaianFatwa DSN MUI terhadap pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang menggunakan.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dana Pensiun

1. Pengertian Dana Pensiun

Pengertian dana pensiun secara umum merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun. Program ini dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama karyawan yang mencapai usia pensiun sesuai perjanjian, artinya dana pensiun dikelola oleh lembaga atau badan hukum dan memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk manfaat pensiun setelah jangka waktu terttentu sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini pensiun baru dapat diberikan apabila karyawan tersebut sudah memasuki usia pensiun atau sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan manfaat pensiun5

Dana pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1992 adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, berupa pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan salah satu pilihan sistem pendanaan dalam membentuk

5

Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 306


(21)

akumulasi dana, yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan. penghasilan peserta pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketentraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim yang kondusif bagi peningkatan produktifitas.6

Sedangkan yang dimaksud dana pensiun syariah adalah dana yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia, secara lambat tetapi pasti juga mendorong perkembangan dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Kondisi ini memang menunjukkan lambannya pertumbuhan dana pensiun syariah. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain, keterbatasan regulasi,keterbatasan instrument investasi, belum jelasnya model tata kelola dana pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah.7

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untukmemberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan

6 Usman Rachmadi, Aspek Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 50-51


(22)

kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank-bank atau perusahaan asuransi jiwa.8

Selanjutnya pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.9Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan dalam bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturanyang ditetapkan.

Jadi, kegiatan perusahaan dana pensiun adalah memungut dana dari iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan suatu perusahaan. Iuran ini kemudian diinvestasikan lagi ke dalam berbagai kegiatan usaha yang dianggap paling menguntungkan. Bagi perusahaan dana pensiun iuran yang dipungut dari para karyawan suatu perusahaan tidak dikenakan pajak. Hal ini dilakukan pemerintah dalam rangka mengembangkan program pensiun kepada masyarakat luas, seperti yang tertuang dalam peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan yang memberikan fasilitas penundaan pajak penghasilan seperti dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan: “Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disetuji Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh karyawan dari penghasilan dan pensiun dari modal yang ditanamkan dalam

8 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988), h. 466


(23)

bidang-bidang tertentu berdasarkan keputusan Menteri Keuangan tidak termasuk objek pajak.10

2. Jenis Dana Pensiun

a. Berdasarkan Pilihan Pegawai 1) Pensiun Normal

Pensiun normal yaitu pensiun yang diberikan untuk pegawai usianya telah mencapai usia pensiun seperti yang ditetapkan oleh perusahaan.Usia pensiun normal tersebut biasanya ditentukan dalam suatu peraturan dana pensiun dimana pegawai berhak untuk pensiun penuh. Di Indonesia rata-rata usia pensiun adalah 55 tahun atau 65 tahun untuk profesi tertentu.

2) Pensiun Dipercepat

Jenis pensiun ini diberikan untuk kondisi tertentu. Pensiun ini biasanya pegawai untuk pensiun lebih awal sebelum mencapai usia pensiun normalnya. Kadang-kadang, karena satu dan alasan lain, pegawai mengajukan permohonan kepada pemberi kerja (perusahaan) agar masa pensiunnya dipercepat, atau bahkan pensiun dapat terjadi karena adanya pengurangan karyawan di perusaan tersebut.

Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan dana pensiun bahwa pegawai dimungkinkan untuk pensiun lebih awal daripada usia pensiun


(24)

normal dengan persyaratan khusus setelah usia tertentu misalnya 50 tahun dan disamping itu harus telah memenuhi masa kerja minimal 10, 15, atau 20 tahun, pensiun dipercepat memerlukan persetujuan dari pemberi kerja. Beberapa peraturan dana pensiun mengatur bahwa pensiun dipercepat hanya dapat dilakukan apabila pegawai telah mencapai usia misalnya 10 tahun sebelum usia pensiun normal atau karena pegawai mengalami cacat tetap.11

3) Pensiun Ditunda

Menurut pasal 1 ayat 13 UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun menjelaskan bahwa penegrtian pensiun ditunda ialah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti kerja sebelum mencapai usia pension normalyang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun12, maksudnya adalah bahwa pensiun ini diberikan kepada pegawai yang meminta pensiun sendiri, namun usia pensiun belum memenuhi untuk pensiun. Dalam hal tersebut pegawai yang mengajukan tetap keluar dan pensiunnya baru dibayar pada saat usia pensiun tercapai.

Namun beberapa peraturan program pensiun memperkenankan pegawainya untuk terus bekerja meskipun telah mencapai usia pensiun normal ntuk memperoleh tambahan penghasilan disamping untuk memperbesar penghasilan dasar pensiunnya.

11

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penertbit FE UI), Edisi Keempat hal.468


(25)

4) Pensiun Cacat

Pensiun cacat itu diberikan bukan karena usia peserta akan tetapi lebih disebabkan peserta mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap sehingga dianggap tidakmampu melaksankan pekerjaannya. Pembayaran pensiun biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal dimana masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal.

b. Berdasarkan Jumlah dan Saat Pembayaran Iuran 1) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)

Program pensiun manfaat pasti atau sering disebut difined benefit plan ialah suatu program yang memberikan formula atas manfaat yang akan diterima pegawai pada saat mencapai usiapensiun. Pada program ini besarnya manfaat pensiun yang akan diterima oleh peserta pada saat pensiun ditentukan terlebih dahulu berdasarkan suatu rumusan manfaat pensiun yang biasanya mempunyai

variable masa kerja danpenghasilan dana pensiun, kemudian

aktuaris yang akan menentukan kontribusi perusahaan lebih besar dari kontribusi pegawai, sehingga resiko investasi pada hakekatnya ditanggung oleh perusahaan.

Program ini memungkinkan adanya kenaikan manfaat pensiun jika masa kerja pegawai bertambah. Total kompensasi bagi seorang pegawai untuk suatu periode terdiri dari gaji periode berjalan ditambah


(26)

hak untuk menerima suatu jumlah tertentu dari tunjangan mendatang.

Kelebihan program pensiun manfaat pasti. a) Lebih menekankan pada hasil akhir.

b) Manfaat pensiun ditentukan terlenih dahulu mengingat manfaat dikaitkan dengan gaji pegawai.

c) Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasi masa kerja yang telah dilalui pegawai apabila program pensiun dibentuk setelah perusahaan berjalan.

d) Pegawai lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima pada saat mencapai usia pensiun.

e) Kelemahan program pensiun manfaat pasti.

f) Perusahaan menanggung resiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi tidak mencukupi.

g) Relatif lebih sulit untuk diadministrasikan. 2) program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)

Program pensiun iuran pasti atau benefit contribution plan adalah program pensiun yang menetapkan besarnya iuran pegawai dan perusahaan (pemberi kerja). Sedangkan benefit yang akan diterima pegawai dihitung berdasarkan akumulasi iuran ditambah dengan hasil pemngembangan atau investasinya.


(27)

Kelebihan program pensiun iuran pasti:

a) Pendanaan (biaya/iuran) dari perusahaan lebih dapat diperhitungkan atau diperkirakan.

b) Pegawai dapat memperhitungkan besarnya iuran yang akan dilakukan setiap tahunnya.

c) Lebih mudah untuk diadministrasikan. Kelemahan program pensiun iuran pasti

a) Penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk diperkirakan.

b) Pegawai menganggung resiko atas ketidakberhasilan investasi. c) Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui

pegawai.13

c. Berdasarkan UU No. 11 Tentang Dana Pensiun

Menurut UU No. 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, dana pensiun dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

Dana pensiun pemberi kerja yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yeng memperkerjakan pegawai, selaku pendiri untuk menyelenggarakan program pensiun, bagi kepentingan sebagian atau seluruh pegawainya sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. Dana pensiun pemberi kerja dapat

13

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penertbit FE UI), Edisi Keempat hal.472-476


(28)

menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti (definet benefit program) maupun program iuran pasti ( defined contribution program ). 2. Dana Pensiun Lembga Keuangan ( DPLK )

Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang diebntuk olehbak atau perusahaan asuransi untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik pegawai maupun pekerja mandiri, yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja baik pegawai bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.14

Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar dengan jumlah pegawai yang relative besar cenderung untuk menyelenggarakan dan pensiun sendiri dalam bentuk Dana Pensiun pemberi Kerja ( DPPK). Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya sudah emiliki kemampuan dalam pengelolaannya. Sedangkan bagi perusahaan dengan jumlah yang relative sedikit, umumnya akan mempercayakan kepada dana pensiun lembaga keuangan,cara ini biasanya dipergunakan dengan alasan pertimbangan efiensi biaya.

1. Tujuan dan Fungsi DPLK a) Bagi Perusahaan

1. meningkatkan Efisiensi. 2. Penyelenggaraan administrasi.

3. Tidak perlu memiliki tenaga khusus untuk melakukan investasi

14 Setiadi, Dana Pensiun Sebagai Lembaga Badan Hukum, ( Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 1995 ) Cet Ke I, hal. 18-19


(29)

4. Iuran bagian perusahaan sebagai biaya, sehingga mengurangipajak.

5. Loyalitas Karyawan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja.

6. mengurangi turn over karyawan potensial. 7. Citra perusahaan meningkat.

b) Bagi Peserta

1. Memiliki kepastian akan adanya jaminan hari tua dan keluarga.

2. Ketenangan dalam bekerja.

3. Menambah pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

4. Pengelolaan yang aman karena ditangani oleh tenaga professional dengan hasil yang optimal.

c) Bagi penyelenggara dana pensiun

1. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan. 2. Turut membantu dan mendukung program pemerintah. 3. Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.

Maka, DPLK adalah sebagai salah satu dari program pensiun sangat menarik, lentur, serta transparan dengan segmentasi yang luas sehingga mudah untuk dinikmati dan dilaksanakan para pesertanya dengan jangkauan yang lebih menyeluruh ke semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pekerja swasta maupun pekerja mandiri saja, pegawai negeri sipil


(30)

(PNS) dan ABRI punbisa menjadi peserta DPLK, yang nantinya akan merupakan pensiun ganda disamping PNS maupun ABRInya.15

d. Berdasarkan akumulasi dana.

1) Program Rencana Pensiun Yang Didanai (Funded pension Plans Program)

Program ini perusahaan diharuskan untuk menyisikan dana tertentu untuk keperluan jaminan pensiun dimasa yang akan datang dengan membayar kepada suatu lembaga keuangan yang berdiri sendiri (Independen) atau yang terpisah dari perusahaan, seperti bank atau perusahaan asuransi. Badan tersebut akan mengelola dana yang terkumpul melalui berbagai investasi danmelakukanpembayaran penisunkepada karyawan yang telah berhak menerimanya.

2) Program Rencana Pensiun Yang Tidak Didanai ( Unfunded Pension Plans Program)

Pada program ini perusahaan melakukan sendiri pembayaran pensiun kepada karyawan, baik dengan penumpukan dana maupun tidak dengan penumpukan dana. Pada program ini dana seluruhnya dikelola oleh perusahaan sendiri dan buakn oleh lembaga pengelola.16

15Ibid., h. 9-10

16 Amin Widjaya Tunggal, Dasar-Dasar Akuntansi Dana Pensiun,( Jakarta : Reneka Cipta, 1995 ), Cet Ke 1, hal. 13-14


(31)

e. Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun

Pada saat akan menerima pensiun, biasanya perusahaan menawarkan 2 (dua) macam sistem pembayaran kepada karyawannya. Pembayaran ini ditujukan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan karyawan itu sendiri, dengan kata lain setiap sistem pembayaran mengandung suatu maksud tertentu yang saling menguntungkan.

Meurut keputusan Menteri Keuangan No 343/KMK.0.17/1998, tanggal 13 juli 1998. Pembayaran pensiun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Pembayaran secara sekaligus ( lump sum ) 2) Pembayaran secara bulanan atau berkala ( anuili )

Sulit untuk menentukan cara mana yang lebih baik dari kedua cara pembayaran manfaat tersebut karena hal ini tergantung dari keinginan penerima manfaat pensiun.

Seseorang lebih cenderung memilih pembayaran manfaat pensiun dengan cara sekaligus, karena selain nilai uang yang diterima sekarang tentunya lebih tinggi daripada waktu yang akan datang,juga manfaat yang diterima secara lump sum dapat dipakai untuk melakukan suatu usaha yang memberikan hasil secara kontinu. Namun tidak semua orang dapat berbuat demikian, bahkan dalam banyak hal, pembayaran secara sekaligus oleh yang bersangkutan kemungkinan akan habis terpakai untuk dikonsumsi, maka dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan keuangan.

Karena pertimbangan-pertimbangan diatas, maka banyak perusahaan baik swasta maupun pemerintah memberikan manfaat pensiun


(32)

kepada pegawai yang telah mencapai usia pensiun dengan jalan menggunkan sistem pembayaran dengan secara berkala (bulanan), kebijakan semacam ini juga diberlakukan di Indonesia dengan UU No. 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.

Adapun fungsi program dana pensiun bagi para peserta antara lain:

1. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum mencapai usia pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama.

2. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan dapat dilihat setiap bulan sebagai tabungan bagi para pesertanya.

3. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama sejak mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta, dan janda/duda peserta.17

f. Manajemen Kekayaan Dana Pensiun

Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka memenuhi ketentuan dan untuk tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan yang nantinya digunakan untuk

17Y. Sri Susilo dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 217-218


(33)

membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi. Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-biaya langsung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti.

Dana pensiun biasanya mengembangkan suatu kebijakan investasi secara tertulis dalam pengelolaan kekayaannya.Namun tidak semua program pensiun memiliki kebijakan investasi formal, kalaupun ada biasanya relatif sederhana dan banyak didelegasikan kepada perusahaan investasi atau perusahaan asuransi.

Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk. Portofolio investasi dana pensiun umumnya didominasi dalam bentuk saham, obligasi jangka menengah-panjang, instrument pasar uang, kontrak anuitas grup dan jenis investasi lainnya. Porsi yang relative lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, surat-surat berharga asing, dan instrument investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan rata-rata.Dana pensiun di Indonesia masih belum diperkenankan melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan pihak luar negeri.

Investasi dana pensiun secara umum diarahkan pada deposito berjangka di bank, deposito pada bank, sertifikat deposito pada bank, obligasi yang tercatat di bursa efek, tanah, bangunan, tanah dan bangunan, reksadana, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga yang diterbitkan pemerintah, saham,


(34)

surat pengakuan utang badan hukum RI, penyertaan atau penempatan langsung pada badan hukum RI.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor, 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun dapat melakukan investasi dananya pada:

a. Surat berharga Negara b. Tabungan pada Bank

c. Deposito berjangka pada bank d. Deposito on call pada bank e. Sertifikat deposito pada bank f. Sertifikat Bank Indonesia

g. Saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia h. Obligasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia i. Sukuk yang tercatat di bursa efek di Indonesia j. Unit penyertaan reksadana, dari :

1. Reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham.

2. Reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan dengan reksadana indeks.

3. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas. 4. Reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. k. Efek beragun asset dari kontrak investasi kolektif efek beragun asset l. Unit penyertaan dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi kolektif


(35)

m. Kontrak opsi paham yang tercatat di bursa efek di Indonesia n. Penempatan langsung pada saham

o. Tanah di Indonesia dan/atau p. Bangunan di Indonesia

Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, maka kebijakan investasi harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumen-instrumen yang dibenarkan menurut Fatwa DSN- MUI.Dana pensiun syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya pada portofolio instrument syariah.Hampir seluruh investasi yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan di atas sudah tersedia dalam bentuk syariah.

Kebijakan investasi dana pensiun syariah di samping terpenuhinya prinsip syariah juga minimal mencakup komponen:

a. Tingkat keuntungan (rate of return), yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan memaksimalkan keuntungan dengan memperhatikan keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi dapat dilakukan baik dengan tidak menyebutkan suatu jumlah tertentu, menyebutkan besaran jumlah pengembangan yang diinginkan atau menyatakan tingkat bunga nominal keuntungan.

b. Resiko yang diterima, yaitu penentuan jumlah resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan investasi.


(36)

c. Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil, apabila ada kebutuhan likuiditas khusus, maka perlu ditetapkan dalam pedoman kebijakan investasi.

d. Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari resiko investasi dan memenuhi kebutuhan likuiditas. Diversifikasi portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kekayaan, sektor dan kualitas perangkat asset yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.

3. Dasar Hukum Dana Pensiun

Mengingat akan adanya pengembangan dana yang berperan pula terhadap manfaat pensiun, maka lembaga DPLK wajib mengarahkan pesertanya agar dapat menyimpan atau menginvestasikan dananya pada sasaran yang tepat dalam arti kata lain, diperoleh keuntungan yang maksimal dan dapat menghindari resiko yang timbul sebagai akibat dari penempatan tersebut.18

Di dalam lembaga DPLK, tidak ditetapkan secara pasti akan peraturan dana pensiun terhadap manfaat yang diterima oleh peserta, tetapi hanya ditetapkan besarnya iuran pasti. Hal ini disebabkan karena manfaat yang akan diterima dan disesuaikan dengan pertumbuhan investasi setiap tahunnya, sehingga perolehan keuntungan dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidaktetap tergantung kepada hasil usaha yang benar-benar dihasilkan oleh bank sebagai pengelola dana

18 Dahlan Siamat,Manajemen Lembaga Keuangan, ( Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2004, edisi keempat), h. 472-476


(37)

(mudhaarib). Untuk itu, pengelola dana akan berusaha mengoptimalkan keuntungan dari pemakai dana. Keuntungan inidinamakan sistem bagi hasil.

Yang dimaksud dengan sistem bagi hasil ialah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara bank dan nasabah penerima dana. Hasil usaha bank yang dibagikan kepadapenyimpan adalah laba usaha yang telah dihitung selama periode tertentu.

Apabila besar keuntungan ini telah ditetapkan terlebih dahulu secara pasti di muka (fixed) dalam bentuk persentase (%), keuntungan yang diperoleh ini termasuk ke dalam bunga. Sedangkan, membungakan uang merupakan kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko karena perolehan pengembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap.Membungakan uang adalah sangat dilarang oleh Allah SWT, dankegiatan ini tidaklah sesuai dengan syariat Islam.

Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran (Surat Ar-rum 39)

َّلا

د

ن

ع

و

ر

ي

ل

ف

س

ان

لا

ل

ا

مو

أ

ي

ف

و

رٌ

ل

ا

ر

من

م

تٌت

آ

ام

و

و

ف

ض

لا

م

ه

ك

ئل

و

أف

َّل

ا

ه

ج

و

و

دي

ر

ت

ةا

ك

ن

م

متٌ

تآ

ا

م

و

Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah


(38)

Berdasarkan surat tersebut, apabila bunga yang ditetapkan di muka (fixed), dianggap mendahului takdir karena seolah-olah meminjam uang dipastikan akan memperoleh keuntungan sehingga mampu membayar pokok pinjaman dan juga bunganya pada waktu yang telah ditetapkan.19

Demikianlah ayat yang menegaskan tentang pendirian Islam terhadap bunga begitu pasti dan tidak dapat ditawar-tawarlagi. Maka bunga dan riba adalah sama, dan dilarang dalam segala bentuknya.

4. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah

Pengelolan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah. Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari esok agar lebih baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat setelah pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.Dengan pencadangan tersebut ketika seseorang memasuki masa kurang produktif, masih memiliki sumber pendapatan.

Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia dengan sejumlah alasan:

19 Karnaen, A. Perwaatmadja, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h.146


(39)

1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program dana pensiun. Kecuali pegawai negeri yang secara otomatis menjadi anggota taspen dan Askes, pegawai swasta dan pegawai mandiri (wiraswasta) yang jumlahnya sangat besar sangat potensial untuk menjadi target pasar program dana pensiun syariah. 2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah,

tentunya SDM yang bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar khusus yang jelas bagi dana pensiun syariah.

3. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya industri keuangan dan bisnis syariah yang terus membaik akan menjadi modal dasar yang penting untuk terus memperbesar konsumen dan nasabah yang loyal, terutama bagi dana pensiun syariah.

Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan program tersebut diharapkan mencukupi untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang dan memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya manusia bagi dana pensiun syariah. Selain itu, sasaran selanjutnya yang juga penting adalah melibatkan seluruh stakeholder dana pensiun syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung jawab, dan kompetensi masing-masing.


(40)

Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal:

1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi, dan pasar modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi pengembangan masing- masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam kebijakan dan strategi pengembangan Industri Dana Pensiun Tahun 2007-2011.

2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi, dan reksa dana syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan Fatwa DSN-MUI, maka dana pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan Fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus dan mendetail.

3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun. Selama ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah mengeluhkan tentang produk investasi terikat (Mudharabah muqayyadah/restricted investment) yang berpotensi besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK


(41)

Syariah. Produk mudharabah muqayadah merupakan produk bank syariah berupa investasi di bidang properti atau infrastruktur dengan nilai proyek sangat besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini bank syariah kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan batas maksimum pemberian kredit.

Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam revisi UU Dana Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrument investasi yang sesuai dengan karakternya. Keterbatasan instrument investasi ini kemudian berakibat dana kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk obligasi, saham, dan reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi besar masyarakat muslim dan dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun syariah memiliki harapan masa depan yang cerah.20

B. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Dalam fiqih Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk kerjasama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang.Istilah mudharabah oleh ulama fiqih Hijaz menyebutkan dengan Qiradh.Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

301-304


(42)

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya untuk menjalankan usahanya.21

Secara terminologi, ulama fiqih mendefinisikan mudharabah atau qiradh dengan, “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Definisi ini menunjukkan bahwa yang diserahkan kepada pekerja tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti menyewakan rumah.22

“pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan”.

Menurut Abdur Rahman L. Doi, mudharabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu (Ras Al Mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rabb Al Mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan itu. Orang

21Muhammad Syafiin Antoni, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 95.

22 Abdul Aziz Dahlan,et.al. Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, Jilid 4), h. 1196


(43)

ini disebut mudharib.Perjanjian ini adalah suatu contract of copartnership.23

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN- MUI/IV/2000, pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.

Jadi, definisi yang representative sebagai jalan tengah kelengkapan definisi dari ahli maupun mazhab menurut hemat penulis, pembiayaan mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola dimana keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama.

2. Dasar Hukum Mudharabah

Akad mudharabah dibenarkan dalam Islam, karena bertujuan selain membantu antara pemilik modal dan orang yang memutarkan uang.24Secara umum, landasan dasar syariah al mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadist berikut ini:

23 Sultan Remi Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Temprint, 1999), h. 29

24 Dr. Muhammad Muslehudin, Sistem Perbankan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 65


(44)

a. Al-Quran

1) Ash Shad : 24

ا

ا

لا

ص

لا

ا

و

ع

و

ا

و

نم

آ

ن

يذ

لا

ل

ن

ض

ى

ع

م

ه

ض

ي

غيٌ

ل

ءا

ط

خ

لا

ن

م

را

ٌث

ك

ن

و

م

ه

ما

لٌ

ق

و

Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagianmereka berbuat zalim kepada sebagian orang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS Ash Shad: 24)

2) Al-Jumuah: 10

َّلا

ا

و

ر

ك

اذ

و

َّلا

ل

ض

ف

ن

م

او

غت

ا

و

ض

لأ

ا

ي

ف

او

ر

ش

تن

اف

ة

ل

ص

لا

ت

ٌ

ض

ق

ذا

إف

و

ا

فت

م

كل

را

ٌث

ك

Artinya:“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah”(QS Al-Jumuah: 10)

Pada potongan ayat dari surat Al-Jumuah ayat 10 diatas telah memberi sebuah penjelasan bahwa Allah telah mewajibkan seorang muslim untuk menunaikan shalat sebagai bukti tingkat ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam ayat ini juga memberikan penjelasan bahwa Allah telah mewajibkan seorang muslim mencari karunia Allah di muka bumi yang telah diperintahkan Allah agar seorang muslim tersebut


(45)

mendapat kemuliaan dan hidup yang makmur di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya Allah adalah yang Maha sebaik-baiknya pemberi rezeki.

b. Ijma

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim yaitu sebagai mudharabah dan tidak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’.25

c. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al musaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian dengan adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

d. Fatwa DSN

Undang-undang No. 21 tahun 2008 Pasal 1 angka 21 yang mengatur perbankan syariah memberikan rumusan pengertian tabungan, yaitu: “Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang

25 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)


(46)

tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syariat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Dewan Syariah Nasional mengatur tabungan syariah dalam fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV /2000, yaitu:

“Produk tabungan yang dibenarkan atau diperbolehkan secara syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

wadiah, sehingga kita mengenal tabungan mudharabah dan

tabungan wadiah”.

e. Peraturan Bank Indonesia

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, yang dimaksud dengan mudharabah adalah:

“Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung rugi (profit and lost sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya”


(47)

3. Jenis-Jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitumudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.

a. Mudharabah Muthlaqah

Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasanfiqih ulama salaf al Shalih sering kali dicontohkan dengan ungkapan if al ma syi‟ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.

Dalam dunia perbankan mudharabah muthlaqah ini sering disebut juga dengan istilah General Investment. Yang dimana dalam aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah time deposit biasa.26

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah retricted mudharabah/spesicified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal memasuki

26Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 150


(48)

dunia usaha.27Atau dalam pengertian lain dari akad Mudharabah Muqayyadah adalah pekerja tertentu. Mengikuti syarat-syarat yang dicantumkan dalam perjanjian yang dikemukakan oleh pemilik modal. Umpamanya,harus memperdagangkan barang-barang tertentu, di daerah tertentu dan membeli barang di pabrik (toko) tertentu.28

4. Rukun-rukun Akad Mudharabah

Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas, tentunya akad mudharabah mempunyai beberapa rukun dan syarat-syarat tertentu dalam menjalankannya.Dan dari rukun dan syarat-syarat tersebut mempunyai banyak pandangan, yang dilihat dari beberapa mazhab.

Menurut ulama mazhab Hanafi rukun mudharabah hanya ijab (dari pemilik modal) dan qobul (dari pedagang/pelaksana). Sedangkan menurut Jumhur Ulama berpendapat lain tentang rukun mudharabah, bahwa rukun mudharabah adalah orang yang berakal, modal, keuntungan, kerja, dan akad.29

Sehingga didapat rukun-rukun dari akad mudharabah dari berbagai macam pandangan para ulama. Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

27Ibid,. h.97

28 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 172-173

29 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam:Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.170


(49)

b. Objek mudharabah (modal dan kerja) c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qobul) d. Nisbah Keuntungan

Pelaku, dalam akad mudharabah harus ada minimal 2 (dua) pelaku transaksi.Pihak pertama, bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau

„amil).Tanpa adanya 2 (dua) pelaku ini maka akad mudharabah tidak dapat terlaksana.

Objek mudharabah, merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah.Modal yang diserahkan sebagai objek mudharabah bisa berupa uang atau berbentuk barang yang dirinci berapa nilai uangnya.Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.Tanpa dua objek ini, akad mudharabah juga tidak dapat terlaksana.

Persetujuan kedua belah pihak (ijab qobul), merupakan konsekuensi dari prinsip an-taradin minkum (sama-sama rela).Si pemilik dan harus setuju mengkontribusikan dananya untuk menjadi modal usaha, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerjanya.

Nisbah keuntungan, faktor keempat inilah yang menjadi ciri khas dari akad mudharabah yang menjadi pembeda dengan akad jual beli lainnya.


(50)

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.30

5. Syarat-syarat Akad Mudharabah

Adapun syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:31

a. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu berbentuk emas atau perak batangan (tabar) emas hiasan atau barang dagangan lainnya, maka mudharabah tersebut dianggap batal.

b. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antar modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebutyang akan dibagikan kepada dua belah pihak, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

c. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasinya, umpamanya setengah, sepertiga, seperempat.

d. Pemilik dana memberi kebebasan kepada pengelola. Maksudnya, pemilik dana tidak boleh mengikat pengelola di dalam mengelola

30Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 205

31Sahrani, Sohari dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h. 199


(51)

dananya kepada satu macam barang yang biasanya tidak ada di waktu itu.

Oleh sebab itu, apabila modal itu berbentuk barang, maka menurut ulama tidak diperbolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya.Demikian halnya dengan hutang, tidak bisa dijadikan modal mudharabah.Namun, apabila modal itu berupa al-wadi‟ah (titipan) pemilik modal kepada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah.

Menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’I apabila modal itu dipegang sebagiannya oleh pemilik modal tidak diserahkan sepenuhnya, maka akad itu tidak dibenarkan. Namun, menurut mazhab Hambali, boleh saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal, asal saja tidak mengganggu kelancaran jalan perusahaan tersebut.

6. Keunggulan Sistem Mudharabah

Salah satu keistimewaan dari sistem mudharabah adalah para peran ganda dari mudharib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra.Mudharib adalah wakil dari rabb ala maal dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi mitra dan rabb al maal ketika ada keuntungan, karena mudharabah adalah sebuah kemitraan dalam keuntungan, dan seorang wakil tidak berhak mendapatkan keuntungan atas dasar kerja dia setelah munculnya keuntungan. Tapi ia menjadi seorang mitra dalam situasi ini disebabkan oleh perjanjian kemitraan.


(52)

Ada beberapa manfaat sekaligus menjadi keunggulan dari konsep mudharabah yang diterapkan dalam bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan untuk nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap. Tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas untuk nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan prudent “hati-hati” mencari usaha

yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi hasil mudharabah /musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan tetap menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.32

32 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasiona,(Jakarta: Gema Insani, 2004, Cet.I), h. 337


(53)

7. Berakhirnya Akad Mudharabah

Akad mudharabah dinyatakan berakhir atau batal dalam hal sebagai berikut:

a. Masing-masing pihak menyatakan batal, atau pekerja dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau pemilik modal menarik modalnya.

b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.

c. Salah seorang yang berakad gila, karena orang gila tidak cakap lagi bertindak hukum.

d. Pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam), menurut Imam Abu Hanifah, akad mudharabah batal.

C. Penelitian Terdahulu

Adapun kajian yang berkaitan dengan masalah yang ingin dibahas oleh penulis yang diambil dari redaksi terdahulu yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum atau dari referensi lain yang pernah melakukan penelitian terlebih dahulu, antara lain:


(54)

No. Judul karya Ilmiah Subtansi Perbedaan dengan penulis

1.

2.

Mulyani/2011”Manajemen

Pengelolaan Dana DPLK PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Ditinjau dari Aspek Hukum Islam”

Iing Suprihatin/2012 “Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Terhadap Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK Muamalat)”

Menjelaskan bagaimana

pengelolaan dana pensiun di DPLK Bank Muamalat Indonesia.

Membahas apa saja

factor yang

mempengaruhi minat nasabah terhadap dana pensiun lembaga

keungan (DPLK

Muamalat).

Penulis hanya meneliti

kesesuaian Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-

MUI/XI/2013 pada penerapan pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.

Penulis hanya meneliti

kesesuaian Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-


(55)

pada penerapan pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.

D. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori dan Konseptual

Dalam konteks penelitian ini, aspek-aspek yang diukur dalam pengelolaan dana pensiun syariah adalah akad , sumber dana , alokasi dana dan regulasi yang terkait.

a. Akad yang dimaksudkan disini adalah akad mudharabah muthlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.33

b. Sumber dana yang dimaksud disini adalah dana pensiun ini diperoleh dari setoran peserta atau pemberi kerja kepada pengelola dana pensiun yang dibukukan pada rekening masing – masing peserta.

33Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. 150


(56)

c. Alokasi dana yang dimaksud disini adalah dana pensiun yang dikelola PT Bank Syariah Mandiri akan dialokasikan ke sektor masyarakat sesuai dengan prinsip syariah seperti UMKM dan Pembiayaan.

d. Regulasi yang dimaksud disini adalah pengelolaaan dana pensiun syariah harus sesuai dengan undang-undang, peraturan atau fatwa yang berkaitan dengan penyelenggaraan program pensiun pada DPLK, yaitu Fatwa Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 dimana fatwa ini berisi tentang pedoman penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip syariah.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.34

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung di lapangan.35Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.36

Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari orang- orang yang berkompeten dibidangnya.

h. 82

34Suharsimi Arikunto, Management Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005), h.234 35Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 36Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 166


(58)

B. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.37

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti.38 Data primer diperoleh langsung

dengan cara wawancara kepada narasumber bagian Department Head di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram- diagram.39

C. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka (Library Research)

Studi pustaka yang dilakukan antara lain melalui beberapa buku dan literatur yang dipandang mewakili (resprentatif) dan berkaitan (relevan) dengan objek penelitian. Objek penelitian yang dimaksud adalah

37Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011,cet.29), h.157

38 Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet.VI), h.42


(59)

dana pensiun syariah yang dikelola PT Bank Syariah Mandiri Pusat dengan tujuan apakah sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/201340

b. Studi Lapangan (Field Research)

Metode ini dilakukan dengan cara mengunjungi lembaga yang menjadi objek penelitianya, yaitu Bapak Lilik Priyadi selaku Department Head PT Bank Syariah Mandiri bagian produk Tabungan Pensiun Syariah.

Studi lapangan ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi, yaitu Teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung terhadap objek penelitian. Observasi juga merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.41Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian yaitu PT Bank Syariah Mandiri untuk mendapatkan data yang tepat.

2. Wawancara, yaitu Salah satu cara pengumpulan informasi dengan tanya jawab secara bertahap dengan muka responden42. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dengan Bapak Lilik Priyadi selaku Department Head PT Bank Syariah Mandiri Kantor Pusat.

40http://www.dsnmui.or.id/index ( diakses: Jakarta, 15 July 2014)

41Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metedologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet.4), h.54

42Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Revisi ,(Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi manajemen Perusahaan YKPN, 2003), hal.96


(60)

3. Studi Dokumentasi, yaitu Pengumpulan data diambil dari dokumentasi-dokumentasi yang penulis dapatkan selama observasi. Mendapatkan data yang diperlukan, mengumpulkan dan mempelajari dipandang mewakili (representatif),relevan dan berhubungan dengan objek penelitian.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, factual dan akurat mengenai analisa kesesuaian pengelolaan Dana Pensiun Syariah terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 .Maka dari hasil kajian kepustakaan akan dianalisis secara deskriptif analitis, yaitu pengumpulan data, beberapa pendapat pakar untuk diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.

Secara detail analisis data ini memiliki langkah-langkah dalam menggambarkan tentang bagaimana mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah, kemudian manfaatnya membantu program pemerintah, serta tinjauan hukum Islam dan kesesuaian terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN- MUI/XI/2013

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Dengan pengamatan terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang digunakan belum ada polanya yang jelas.43


(61)

Metode yang dipakai adalah metode deskriptif analisis komparitif, yakni mendeskripsikan masalah secara utuh sebagai sebuah masalah dan menganilisis masalah tersebut, kemudian memberikan komparasi dengan hukum Islam dan memberikan solusi terhadap masalah tersebut.

E. Waktu dan Tempat Wawancara

Tempat wawancara dilakukan di PT Bank Syariah Mandiri Pusat yang beralamat di Wisma Mandiri II, Jl. MH.Thamrin No. 5 Jakarta 10340 – Indonesia,dimana wawancara ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2015.


(62)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan

Saat ini dunia perbankan tidak haya didominasi oleh bank yang berkonsep konvensional, tetapi bank yang berkonsep syariah pun mulai menjamur untuk meramaikan persaingan antar bank di Indonesia. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank yang berkonsep syariah di Indonesia. Bank Syariah Mandiri juga merupakan salah satu pelopor berdirinya bank-bank berkonsep syariah di Indonesia dan merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia saat ini.

PT Bank Syariah Mandiri didirikan pada tanggal 25 Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Modal dasar pendirian Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 2,5 Triliyun dengan modal disetor sebanyak Rp. 1.489.021.935,- (satu trilyun empat ratus delapan puluh sembilan milyar dua puluh satu juta sembilan ratus tiga puluh lima ribu rupiah). dengan modal sebesar itu sampai Desember 2010 aset bank Syariah Mandiri mencapai Rp. 32,48 triliyun.44

Saat ini Bank Syariah Mandiri telah memiliki total kantor cabang mencapai, 1.171 kantor, di luar cabang unit bisnis mikro. Dari jumlah tersebut, sebanyak 977 unit berstatus Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu

44 Asset Bank Syariah Mandiri Rp. 32,48 Trilyun, Kompas, 19 April 2011, h. 14 53


(63)

(KCP) serta 194 unit berupa Kantor Kas (KK) yang semuanya tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Selain itu Bank Syariah Mandiri juga memiliki jaringan ATM sejumlah 921 ATM Syariah Mandiri, 11.886 ATM Mandiri, 60.922 ATM Bersama (termasuk ATM Mandiri dan ATM BSM), 74.050 ATM Prima, 196.870 unit EDC BCA, 10.596 ATM BCA dan 12.010 unit Malaysia Electronic Payment System (MEPS).

Sampai saat ini hampir 100 persen BSM Masih milik Mandiri.Hanya satu lembar saham yang dimiliki oleh Mandiri sekuritas. Ini membuktikan bahwa Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank dengan prinsip syariah terbesar di Indonesia.

B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah lama tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya.Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997- 1998.Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multidimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negative yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagaian bank-bank di Indonesia.


(64)

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbksebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank


(65)

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.45

C. Visi dan Misi

Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

Misi

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.

45http:/www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2014


(66)

b. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

c. Merekrut dan mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

e. Menyelenggarakan operasional bank standar perbankan yang sehat.

PT Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada akhlakul karimah yaitu sikap pribadi kaum muslimin. Sikap tersebut terangkum dalam sikap dasar yang disingkat dengan kata SIFAT yaitu: a. Siddiq (Integritas)

b. Istiqomah (Kesabaran) c. Fathonah (Profesionalisme) d. Amanah (Terpercaya) e. Tabligh (Kasih Sayang)

Selain itu, dalam operasionalnya, PT Bank Syariah Mandiri mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Keadilan b. Kemitraan c. Transparasi

d. Universal dan kemitraan46


(67)

D. Shared Values

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawi sejakpertengahan tahun 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC

1. Excellence:

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.

2. Teamwork:

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi 3. Humanity:

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang reigius. 4. Integrity

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji. 5. Consumer Focus;

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra terpercaya dan menguntungkan.

E. Pengertian Mekanisme Pengelolaan Dana Pensiun Syariah

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, definisi dari mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi47, pengelolaan adalah jumlah uang yang

228


(68)

disediakan untuk suatu keperluan48. Pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan49. Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang menyelenggarakan program pensiun berdasarkan prinsip syariah. Jadi pengertian dari mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah adalah cara kerja suatu organisasi dalam pengurusan atau penyelenggaraan sejumlah uang yang nantinya akan digunakan untuk pembayaran hak karyawan disaat karyawan telah berhenti bekerja atau pensiun berdasarkan prinsip syariah.

Dalam pendaftaran menjadi nasabah program pensiun syariah di Bank Syariah Mandiri yang bekerja sama dengan PT TASPEN ada beberapa tahapan:

a. Proses pendaftaran

Pada proses pendaftaran, yang pertama-tama dilakukan kantor pelaksana memberikan pelayanan kepada peserta/penerima pensiun antara lain berupa penyampaian paket formulir/dokumen lain/informasi yang diterima dari kantor cabang PT TASPEN melalui cabang coordinator. Kemudian, membuka rekening peserta yaitu rekening tabungan BSM atas nama peserta atau membuka rekening khusus pensiun yaitu rekening tabungan BSM atas nama penerima pensiun yang

48 Ibid, hal. 307

49 Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002, hal 307


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)