SLTA sebanyak 495 orang, Dip. IV-S1 sebanyak 22 orang, Dip. I-II sebanyak 11 orang, Dip. III sebanyak 8 orang, dan SII-SIII 0.
2. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Untuk Mengetahui jumlah penduduk di Desa Karang Rejo menurut Mata Pencaharian yaitu sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencahariaan di Desa Karang Rejo Tahun 2007
No Mata
Pencaharian Laki-laki
Perempuan Jumlah Orang
Persentase
1 Pertanian
119 10
129 5,85
2 Industri
2 -
2 0,09
3 Perdagangan
57 33
90 4,08
4 Transportasi
22 -
22 0,99
5 Jasa
Pemerintahan 363
113 476
21,61 6
Lainnya 537
946 1483
67,34
Jumlah 1100
1102 2202
100,00
Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 2202 orang, yaitu laki-laki sebanyak 1100 orang, perempuan 1102 orang, mata
pencaharian penduduk terbesar adalah di bidang jasa atau pemerintahan yaitu sebesar 476 orang atau 21,61 , pertanian 129 orang atau 5,85 , perdagangan 90
orang atau 4,08 , industri 2 orang atau0,09 , dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu
per satu sebesar 1483 orang.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Tanah
Pola penggunaan lahan di Desa Karang Rejo dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 8. Keadaan Tata Guna Lahan Desa Karang Rejo Tahun 2007 No
Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Ha
1 Lahan Sawah
115 2
Tanah Kering 60
3 Bangunan Pekarangan
143 4
Lain – lain 2
Jumlah 320
Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008
Dari Tabel 8 diketahui bahwa lahan yang paling luas adalah bangunan pekarangan yaitu sebesar 143 ha, sedangkan lahan sawah sebesar 115 ha, tanah
kering 60 ha, dan lahan lainnya yaitu 2 ha.
Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Karang Rejo Tahun 2007 No Saran dan Prasarana
Jumlah Unit
1. Sekolah
a. SD
b. SLTP
c. SMU
2 1
1
2. Fasilitas Kesehatan
a. Puskesmas
b. Klinik
c. Tenaga Medis
1 1
6
3. Tempat Peribadatan
a. Masjid
b. Gereja
7 1
Sumber: BPS Simalungun Kecamatan Gunung Maligas Dalam Angka, 2008
Universitas Sumatera Utara
Sarana dan prasarana belum cukup tersedia dalam membantu dan mempermudah aktivitas kehidupan dan perekonomian masyarakat Desa Karang
Rejo dan juga untuk usaha kerajinan sangkar burung seperti belum adanya pasar dan lokasinya jauh dari desa dan belum adanya tempat hiburan bagi masyarakat.
Karakteristik Pengusaha Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha kerajinan sangkar burung dari bambu serta
jumlah produksi kerajinan sangkar burung rata-rata perbulan.
Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Sampel di Daerah Penelitian No.
Uraian Rata-rata
Rentang
1. Umur tahun
42.66 32-60
2. Tingkat Pendidikan Tahun
9 6-12
3. Pengalaman Berusaha Tahun
13 4-30
4. Jumlah Tanggungan jiwa
3.5 2-5
5. Jumlah Produksi Sangkar Burung
Per Bulan unit 12555
9720-16200
Sumber:Analisis Data Primer, 2008 Lampiran 1
Dari Tabel 10 diketahui karakteristik Pengrajin sangkar burung rata-rata berusia 42.66 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa usia pengrajin sangkar burung
berada pada usia produktif. Pengrajin sangkar burung rata-rata telah menempuh pendidikan formal selama 9 tahun. hal ini berarti seluruh pengrajin telah
menamatkan sekolah dasar dan sebagian telah menamatkan sekolah lanjutan. Rata-rata pengrajin memiliki pengalaman membuat sangkar burung selama 13
tahun. Lamanya pengalaman berusaha mempengaruhi produksi sangkar burung yang dihasilkan. Rata-rata produksi sangkar burung sebanyak 12555 unit
perbulan. Jumlah tanggungan yang dimiliki pengrajin sangkar burung rata-rata berjumlah 3.5 orang.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan Pekerjaan Kerajinan Sangkar Burung
- Tahap 1 Bambu yang sudah ditebang di bersihkan lalu dihaluskan, lalu dirajut atau
diraut menjadi bulat.
- Tahap2 Rotan dilingkarkan dengan menggunakan alat gulungan rotan, lalu dibulatkan
sesuai dengan ukuran sangkar burung.
- Tahap 3 Pengerjaan selanjutnya rotan dilubangi dengan bor , selesai dilubang dibuat
kerangka sangkar burung.
Universitas Sumatera Utara
- Tahap 4 Selanjutnya bambu yang sudah dirajutdiraut menjadi bulat dimasukkan pada
masing-masing rotan yang sudah dilubangi.
- Tahap 5 Setelah selesai merangka dibuat alas bawah dan tutup alas atas dengan bahan
yaitu papan yang dibentuk sesuai dengan model sangkar dan ditambahkan kawat pada tutup alas atasnya, agar sangkar dapat digantung.
- Tahap 6 Setelah selesai pengerjaan dilakukan finishing, agar sangkar burung tampak
lebih indah, lebih tahan lama. Finishing ini berupa cet atau di vernis. Setelah finishing sangkar burung dikeringkan hingga warnanya benar-benar
kering, setelah sangkar burung sudah kering, sangkar burung siap untuk dipasarkan ke agen.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hasil Penelitian Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung
Pendapatan bersih adalah hasil bersih yang diperoleh pengrajin dari usaha kerajinan sangkar burung yang dinyatakan dalam rupiah, yang diperoleh dari
selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi.
Penerimaan
Penerimaan pengrajin sangkar burung diperoleh dari hasil perkalian antara produksi sangkar burung yang diperoleh dengan harga jual. Pada waktu diadakan
penelitian, harga jual sangkar burung ditetapkan oleh pengrajin sangkar burung yaitu Rp 11.500 hingga Rp 12.000,-Unit. Hasil penjualan sangkar burung tiap
pengusaha dijual secara borongan kepada agen yang dipesan terlebih dahulu. Untuk melihat jelas tentang penerimaan usaha kerajinan sangkar burung
dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :
Tabel 11. Penerimaan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Per Pengrajin Rata-Rata Per Tahun, Tahun 2008
No Komponen
Pendapatan Rataan
1 Produksi unit
Per Pengrajin Per Tahun unit 12555
2 Harga Sangkar Burung Rpunit
11.790 3
Penerimaan Rp Per Pengusaha Tahun Rp
147.555.000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Lampiran 18
Dari tabel 11 diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi sangkar burung pertahunnya adalah 12555 unit, dengan harga sangkar burung Rp 11.790 per unit,
dan penerimaan per pengrajin sangkar burung sebesar Rp. 147.555.000,-per tahun.
Universitas Sumatera Utara
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengrajin dalam memproduksi sangkar burung. Biaya produksi terdiri dari sarana produksi, tenaga
kerja, dan penyusutan peralatan. Untuk lebih jelas tentang biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Biaya Produksi Sangkar Burung Per Pengusaha Per Tahun, Tahun 2008
Ket Biaya
Produksi Rp
Biaya Tenaga Kerja
Rp Biaya
Penyusutan Rp
Total Biaya Rp
Total 290.836.400
902.431.000 4.937.950
1.198.224.950
Rataan 24.236.367
75.202.583 411.495
99.852.079
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Lampiran 11
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa total biaya produksi Rp 290.836.400 dengan rataan 24.236.367 per tahunnya, biaya tenaga kerja Rp 902.431.000
dengan rataan Rp 75.202.583 per tahunnya, sedangkan biaya penyusutan dengan total Rp 4.937.950 dengan rataan Rp 411.495 per tahunnya. Sehingga total biaya
keseluruhannya yaitu Rp 1.198.224.950 dengan rata-rata Rp 99.825.079.
Pendapatan Bersih Usaha Kerajinan Sangkar Burung
Pendapatan pengrajin sangkar burung dihitung dengan analisis tabulasi sederhana, yaitu pendapatan pengrajin diperoleh dari hasil penerimaan sangkar
burung dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Untuk melihat lebih jelas tentang pendapatan bersih usaha kerajinan
sangkar burung per pengrajin per tahun dilihat pada tabel 13 dibawah ini :
Tabel 13. Pendapatan Bersih Usaha Sangkar Burung Per Pengrajin Per Tahun 2008
Keterangan Penerimaan
Rp Biaya Produksi
Rp Pendapatan
Rp Tahun Total
1.770.660.000 1.198.224.950
629.723.000
Rataan 147.555.000
99.852.079 52.476.916
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Lampiran 15
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usaha kerajinan sangkar burung Rp147.555.000Per Pengusaha Per tahun, biaya Rp 99.852.079
pertahunnya. Sedangakan pendapatan pengusaha per Tahun rata-rata Rp 52.476.916. Jika dibandingkan dengan dengan Upah Minimum Propinsi UMP
yaitu sebesar Rp. 905.000 per bulannya maka pendapatan pengrajin kerajinan sangkar burung digolongkan tinggi UMP. Hal ini berarti bahwa hipotesis
yang menyatakan pendapatan pengrajin sangkar burung diatas UMP diterima.
Kelayakan Dikembangkannya Usaha Kerajinan Sangkar Burung
Dapat dilihat dengan analisa RC dan ROI sebagai berikut :
No Keterangan
RC ROI
1 Jumlah
18,18 624,39
2 Rata-Rata
1,52 52,03
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 16, 17
Biaya Produksi
Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo Kabupaten Simalungun terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, dan biaya
penyusutan yang diukur dalam satuan rupiah. Untuk biaya sarana produksi terdiri dari biaya bambu, rotan, kawat, papan,
paku dan cet. Biaya sarana produksi rata-rata per bulan dan per tahun dapat dilihat pada Tabel 14.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Biaya Sarana Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun No
Keterangan Biaya Rata-Rata Rp
1 Bambu
1.757.700 2
Rotan 2.184.000
3 Kawat
3.069.000 4
Papan 9.652.000
5 Paku
2.184.000 6
Cet 4.983.000
Total Biaya 24.236.367
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 5
Tabel 14 menunjukkan bahwa biaya sarana produksi pertahun sebesar Rp. 24.236.367,- per tahunnya, yakni bambu Rp1.757.700, Rotan Rp 2.184.000,
kawat Rp 3.069.000, papan Rp 9.652.000, paku Rp 2.184.000, dan cet Rp 4.983.000 per tahunnya.
Untuk biaya tenaga kerja, besarnya biaya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang digunakan. Biaya tenaga kerja rata-rata pada usaha kerajinan sangkar
per tahunnya dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan
Total Biaya Tenaga Kerja Rp
Total 902.431.000
Rataan 75.202.583
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 13
Tabel 15 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja rata-rata dalam 1 tahun adalah sebesar Rp 75.202.583,- per tahunnya.
Untuk biaya penyusutan, diukur dari total nilai penyusutan alat-alat yang digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo yang
nilainya dipengaruhi oleh harga beli alat-alat yang digunakan tersebut. Adapun alat-alat yang digunakan pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang
Rejo adalah dompeng, bor duduk, bor tangan, ketem mesin, gergajih bunga,
Universitas Sumatera Utara
gergajih potong, gunting, tang, palumartel, dan pisau. Biaya penyusutan rata-rata pada usaha kerajinan sangkar burung dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Penyusutan Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan
Jumlah Sangkar Burung Biaya Penyusutan
Rp
Tahun 150660
4.937.950
Rataan 12555
411.495
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 14c
Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya penyusutan rata-rata dalam 1 tahun adalah sebesar Rp 411.495.
Biaya produksi pada usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah total biaya dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya
penyusutan. Biaya produksi rata-rata pada usaha kerajinan sangkar burung dalam 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Produksi Rata-Rata dalam 1 Tahun Keterangan
Jumlah Sangkar Burung Biaya Produksi
Rp
Tahun 150660
1.198.224.950
Rataan
12555 99.852.079
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran16
Tabel 17 menunjukkan bahwa biaya produksi rata-rata dalam 1 tahun adalah sebaesar Rp. 99.852.079.
RC Ratio
Analisis kelayakan dikembangkannya usaha sangat perlu dilakukan dalam setiap usaha kerajinan yang akan dijalankan ataupun yang sedang dijalankan.
Dari analisis ini dapat diketahui bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan bersih yang diperoleh.
Untuk mengetahui kelayakan usaha kerajinan sangkar burung dianalisis dengan metode analisis RC Ratio. Analisis RC ratio adalah analisis yang
Universitas Sumatera Utara
membandingkan nilai penerimaan revenue usaha kerajinan sangkar burung dengan total biaya produksi cost yang dikorbankan dengan batasan sebagai
berikut : •
RC Ratio 1, maka usaha kerajinan sangkar burung menguntungkan dan layak untuk dikembangkan
• RC Ratio 1, maka usaha kerajinan sangkar burung rugi dan tidak
layak untuk dikembangkan •
RC Ratio = 1, maka usaha kerajinan sangkar burung berada pada titik impas Break Event Point.
Untuk mengetahui nilai RC pada usaha kerajinan sangkar burung didaerah penelitian dapat dilihat pad tabel 18.
Tabel 18. Analisis Rata-Rata RC Ratio Usaha Kerajinan Sangkar Burung Dalam 1 Tahun, Tahun 2008
Keterangan Rata-Rata
Penerimaan Rata-Rata
Total Biaya Produksi
Nilai RC Ratio
Per Tahun 147.555.000
99.852.079 1,52
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 Lampiran 21
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata RC adalah 1,52per tahunnya artinya menunjukkan bahwa dari Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan
diperoleh keuntungan sebesar 1,52 hal ini berarti RC Ratio 1 yang artinya usaha kerajinan sangkar burung didaerah penelitian layak untuk dikembangkan.
Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa usaha kerajinan sangkar burung layak untuk dikembangkan dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
ROI
Berdasarkan nilai ROI tingkat pengembalian modal dapat diketahui bagaimana peluang usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di daerah
penelitian. Nilai ROI per pengrajin rata-rata per tahun sebesar 52,03 artinyasetiap penanaman modal sebesar Rp 100 akan diperoleh keuntungan bersih
sebesar Rp 52,03. Nilai ROI diatas tingkat suku bunga 6,25 menunjukkan bahwa usaha
kerajinan sangkar burung dari bambu layak diusahakan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan usaha kerajinan sangkar burung adalah usaha yang
menguntungkan dan layak untuk diusahakan diterima.
Peluang dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sangkar Burung Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Adapun faktor-faktor strategi eksternal dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :
a. Peluang
- Permintaan pasar terhadap sangkar burung cukup tinggi.
Dari hasil wawancara terhadap pengusaha sampel dilapangan, diketahui bahwa pengusaha masih sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan
mereka. Permintaan tidak hanya dari sekitar desa saja, tetapi juga di kota hingga keluar kota. Padahal permintaan tersebut masih untuk keperluan
hobi saja, juga motif yang beranekaragam, dan aneka warna sesuai dengan permintaan dan selera pelanggan.
- Relasi mendukung
Universitas Sumatera Utara
Relasi-relasi yang dapat menampung produksi kerajinan sangkar burung. -
Harga sangkar burung relatif stabil Harga sangkar burung antara pengrajin dengan pengrajin lainnya tidak
berbeda, pengrajin mengikuti harga pasar. -
Pembeli membuat hubungan yang baik dengan pengrajin Pembeli memahami bahwa produksi sangkar burung ini masih dirasakan
kurang sehingga ia harus membuat hubungan yang baik dengan pengrajin. Untuk sangkar burung yaitu dengan memesan terlebih dahulu,
pemesan datang untuk mengambil pesanan, dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi pengrajin.
b. Ancaman - Adanya persaingan bentuk dan motif
Pengrajin dituntut lebih kreatif dalam membuat design sangkar burung, warna yang dipilih, serta ketahanan bahan dan warna, sehingga dapat
menyaingi pengrajin lainnya dalam menciptakan model-model sangkar burung yang lebih baik lagi
- Serangan hama dan penyakit
Serangan hama penyakit yang ada dilingkungan merupakan ancaman bagi pengrajin sangkar burung, misalnya penyakit flu burung, dan hari libur
atau hari besar menyebabkan terhambatnya produksi sangkar burung. Hal ini akan mengakibatkan penurunan pendapatan pada pengusaha sangkar
burung. -
Lembaga-lembaga terkait kurang berperan
Universitas Sumatera Utara
Kurang berperannya antar pengrajin dapat mengakibatkan informasi- informasi tentang perkembangan kerajinan sangkar burung saat ini.
Pengrajin juga tidak dapat berdiskusi tentang masalah yang dihadapi serta bagaimana mengatasi masalah. Hal ini juga akan berakibat terhadap
kemajuan usahanya.
Menentukan Faktor Strategi Internal
Adapun faktor-faktor strategi internal dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan
- Tanaman bambu mudah diperoleh
sebagian besar penduduk memeiliki tanaman bambu yang ditanam tidak jauh dari tempat tinggalnya
- Keterampilan pengrajin tinggi
Rata-rata pengrajin sudah berpengalaman lebih dari 9 tahun dapat dilihat pada lampiran 1, sehingga pengrajin tidak kesulitan lagi dalam membuat
sangkar burung, pengrajin hanya tinggal mengembangkan ide-idenya dalam membuat model baru untuk mengembangkan usahanya.
b. Kelemahan -
Modal terbatas Modal terbatas dapat diketahui dari input produksi yang dimiliki rata-rata
pengrajin sampel masih terbatas. Hal ini dapat mengakibatkan produktifitas usaha mereka tidak optimal.
- Kurangnya seni dan hobby
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan pengrajin tidak begitu memperhatikan model sangkar burungnya yang monoton, kurang kreatif membuat model baru, corak dan
warna, baik untuk memberi nilai tambah berupa sentuhan seni dan kreatifitas agar lebih menarik. Hanya kurang dari 10 dari 30 pengrajin sangkar burung
ini yang memiliki keterampilan yang lebih dalam membuat kerajinan sangkar burung dari bambu ini. Hali ini berdampak juga terhadap
pendapatan pengrajin.
Penentuan Alternatif Strategi
Penentuan alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu adalah dengan cara membuat matrik SWOT.
Matrik SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik eksternal maupun internal yang terdiri dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Berdasarkan Matrik SWOT maka dapat disusun empat strategi utama yaitu SO, WO, ST, dan WT. Alternatif strategi bagi pengembangan usaha kerajinan
sangkar burung dari bambu dapat dilihat pada Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT
Internal Eksternal
Kekuatan S Kelemahan W
1. Tanaman bambu mudah diperoleh
2. Keterampilan pengrajin tinggi
1. Modal terbatas 2.Kurangnya seni dan
hobby
Peluang O Strategi ‘SO’
Strategi ‘WO’
1. Permintaan pasar terhadap sangkar
burung cukup tinggi 2. Relasi mendukung
3. Harga sangkar burung relatif stabil
4. Pembeli membuat hubungan yang baik
dengan pengrajin 1. Memperluas jaringan
pemasaran S
1
, S
2
, O
2
, O
3
, O
4
2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan
S
2
, O
4
1. Inisiatif kredit untuk menambah modal
W
1
, O
1
, O
2
, O
3
, O
4
2. Sangkar burung dipasarkan setiap hari
S
1
, O
2
, O
4
3. Mengikuti pelatihan- pelatihan untuk
menambah kreatifitas O
2
, O
4
Ancaman T
Strategi ‘ST’ Strategi ‘WT’
1. Adanya persaingan bentuk dan motif
2. Serangan hama penyakit
3. Lembaga-lembaga yang terkait kurang
berperan 1.Menciptakan harga
kompetitif S
2
, T
1
2.Memanfaatkan pengetahuan pengrajin
dalam memberikan sentuhan kreatifitas
agar kerajinan sangkar burung tetap menarik
S
2
, T
1
3. Menggunakan pengetahuan yang ada
dalam menghadapi serangan penyakit pada
lingkungan S
2
, T
2
4. Komunikasi antar pengrajin ditambah,
agar informasi semakin bertambah S
2
, T
3
1. Meminta pemerintah agar peduli dalam
pengembangn kerajinan sangkar
burung, dan menambah informasi
mengenai kerajinan sangkar burung W
1
, T
3
2. Mencari informasi dari koran, radio,
dinas terkait untuk menambah
pengetahuan tentang teknologi W
2
, T
1
, T
2
Gambar 2. Penentuan Strategi dengan Matrik SWOT
Universitas Sumatera Utara
Strategi ‘SO’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung dari bambu di Desa Karang Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada, yaitu : 1. Memperluas jaringan pemasaran S
1
, S
2
, O
2
, O
3
, O
4
Bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi kerajinan sangkar burung untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi dengan didukung oleh harga yang
relatif stabil sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengusaha. 2. Menjaga hubungan baik dengan pelanggan S
2
, O
4
Bertujuan agar pelanggan tidk beralih ke pengrajin lain yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengusaha yang bersangkutan.
Strategi ‘WO’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada,
yaitu : 1. Inisiatif kredit untuk menambah modal W
1
, O
1
, O
2
, O
3
, O
4
Skala usaha yang lebih luas umumnya bermodal besar namun demikian dapat memperkecil biaya usaha kerajinannya, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan keluarga. 2. Sangkar burung dipasarkan setiap hari S
1
, O
2
, O
4
Informasi pasar yang tinggi dengan didukung oleh hubungan yang baik dengan pembeli, dapat menyebabkan kerajinan sangkar burung yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan setiap harinya terjual, Sehingga kerajinan sangkar burung terjual semuanya.
3. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah kreatifitas O
2
, O
4
Pengrajin dapat mengetahui bagaimana cara memberikan nilai tambah pada kerajinan sangkar burung sehingga pengrajin dapat meningkatkan pendapatan
keluarganya.
Strategi ‘ST’
Strategi pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di Desa Karang Rejo dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada,
yaitu : 1. Menciptakan harga kompetitif S
2
, T
1
Bertujuan agar pasar kerajinan sangkar burung tetap ada, sehingga usaha kerajinan sangkar burung tetap exist.
2. Memanfaatkan pengetahuan pengrajin dalam memberikan sentuhan kreatifitas agar kerajinan sangkar burung tetap menarik S
2
, T
1
Bertujuan agar konsumen khususnya bagi yang hobby memelihara burung tetap senang memakai sangkar burung.
3. Menggunakan pengetahuan yang ada dalam menghadapi serangan penyakit pada lingkungan S
2
, T
2
Bertujuan agar produksi yang dihasilkan setiap harinya optimal sehingga keuntungan yang diperoleh pengusaha maksimal.
4. Komunikasi antar pengrajin ditambah, agar informasi semakin bertambah S
2
, T
3
Universitas Sumatera Utara
Bertujuan agar terjalin kerjasama yang baik dan dapat memecahkan masalah secara bersama-sama, sehingga tujuan lebih mudah tercapai yaitu memperoleh
laba yang maksimal.
Strategi ‘WT’
1. Meminta pemerintah agar peduli dalam pengembangn kerajinan sangkar burung, dan menambah informasi mengenai kerajinan sangkar burung W
1
, T
3
Bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada pengrajin yang hobby membuat sangkar burung dengan inovasi dan corak yang baru dan berbeda, dan
cara-cara pembuatannya, sehingga produksi optimal. 2. Mencari informasi dari koran, radio, dinas terkait untuk menambah
pengetahuan tentang teknologi W
2
, T
1
, T
2
Pengrajin perlu mengetahui informasi tentang teknologi, terlebih karena sangkar burung motif dan coraknya diberbagai daerah dan kota sudah semakin
banyak dengan menggunakan alat dan teknologi yang lebih canggih, sehingga sangat membantu dalam memproduksi kerajinan sangkar burung. Sehingga
dapat menjadi sebuah usaha berwawasan agribisnis, yang pada akhirnya juga akan menambah pendapatan kelurga.
Universitas Sumatera Utara
Hambatan yang Dihadapi dan Upaya Untuk Mengatasinya Hambatan
Dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung di daerah penelitian, banyak ditemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh pengusaha
sangkar burung dari bambu, baik masalah internal maupun masalah eksternal. Kendala-kendala tersebut dapat menghambat pengembangan usaha kerajinan
sangkar burung di daerah penelitian. Dibawah ini akan diuraikan kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi
oleh pengusaha dalam pengembangan usaha kerajinan sangkar burung, yaitu :
1. Modal terbatas