Evaluasi Konsentrasi Sedimen Dan Aliran Sungaidi Sungai BelawanDesa Lama Kecamatan Pancur Batu

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay.2007.

HidrologidanPenelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada

University Press.Yogyakarta.
Garde, R. J.,RangaRaju, K. G. 1977. Mechanics of Sediment Transportation and
Alluvial Stream Problems,Willey Eastern Limited, New Delhi. 273-275
Hamilton, S. Lawerences., dan King N. Peter., 1997. TROPICAL

FORESTED

WASTERSHEDS, Hydrologic and soil Response to Major Uses Or
Conversions, diterjemahkanoleh Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Indonesia.
Kartasapoetra,

A.G.,

1998.


Kerusakan

Tanah

Pertaniandan

Usaha

UntukMerehabilitasinya.PenerbitBinaAksara . Jakarta.
Kodoatie , J. RobetdanSjariefRoestam, 2010. Tata Ruang Air.Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
LeliWahidah, 2010. Model OptimasiPenggunaanLahan di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Deli dengan Goal Programing danAnalitycal Hierarchy Process.
SkripsiFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara.
Rjin, L.C.V., 1984, “Sediment Transport, part I : Bed Load Transport”, Journal of
Hydraulic Engineering, Vol. 110, No.10.
Schmidt F.H. dan J.H.A. Ferguson (1951).Rainfall Types Based on Wet and Dry
Periode Ratios For Indonesia with Western New Guinea. (cetakulang).
Djakarta:
KementrianPerhubunganDjawatanMeteorologidanGeofisika.

VerhandelingenNo. 42.
SitanalaArsyad. 2010. Konservasi Air dan Tanah.IPB Press. Bogor. Indonesia.
Soewarno.1991. Pengukuran Dan
(Hidrometri).Nova. Bandung

Pengelolaaan

Data

Aliran

Sungai

Subagyo,
H.,
1997.
PotensiPengembangandan
Tata
RuangLahanRawaUntukPertanian.Dalam
:ProsidingSimp.

NasionaldanKongres VI PersatuanAgronomi Indonesia.Jakarta, 25-26 Januari
1996.PERAGL. Jakarta. Hlm. 17-56.

Subroto,2003.PerencanaanPengembanganWilayah.FajarGemilang :Samarinda.

.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

eksploratif

yang


berusaha

mendeskripsikan besar jumlah sedimen di Daerah Aliran Sungai Belawan Kecamatan
Pancur Batu.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah berupa tempat yaitu daerah aliran sungai
Belawan pada bagian atas dimana adanya pertemuan dua sungaihulu , dan pada aliran
hilir sungai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan diuraikan sesuai dengan table :
Tabel 5. Alat dan Bahan
No.
Kegiatan
1
2
3

Bahan


Pengukuran luas penampang
vertikal
Pengukuran kecepatan air
rata-rata
Pengukuran
konsentrasi Sedimen
Sedimen
melayang

Alat
Mistar / meteran.
Stop watch, benda apung (Botol Aqua ).
Botol sampel, spidol permanen dan peralatan
laboratorium (kertas saring Whatman ,
corong, oven timbangan analitik dan cawan
porselin).

Metode Penelitian
Metode dengan pengambilan sampel acak sistematis metode survei.
Pengambilan sampel


dilakukan

tiga kali

seminggu, pengambilan sampel

air

dilakukan pada bagian permukaan, pada tepi kiri, tengah dan tepi kanan,
juga
sampel

berdasarkan cuaca hari tidak hujan dan hari hujan,
air

dilakukan

mulai


Juli

hingga

pengambilan

November

2014.

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Alat-Alat
Disiapkan pisau, botol, kayu, alat tulis, pakaian ganti yang digunakan untuk
berenang mengambil sampel dan data yang berada pada bagian pinggirkiri sungai,
tengah sungai, dan pinggir kanan sungai.
Pembuatan Benda Apung
Benda apung digunakan untuk mengukur kecepatan aliran. Adapun benda
apung yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol plastik 1 liter, yang akan
diisi dengan air secukupnya. Pemberian air dimaksudkan untuk meminimalisir
pengaruh dari angin sehingga diharapkan benda bergerak benar-benar, karena

pengaruh air.
Penyiapan Botol Sampel
Botol sampel yang digunakan untuk mengambil muatan sedimen berupa botol
plastik 1liter.Botol sampel yang digunakan untuk mengambil sampel pada sungai,
kiri, tengah dan kanan sebanyak 3 buah setiap kali pengamatan.
Corong dan Kertas Saring
Corong dan kertas saring untuk penyaringan sampel air agar sedimen dapat
terpisahkan dengan air sungai.
Oven
Oven digunakan untuk memanasi sedimen

yang telah didapatkan dari

penyaringan air sungai , agar air pada sedimen menguap dengan suhu 1050C, karena
pada suhu ini dianggap air pada ruang pori sedimen sudah menguap seluruhnya.

Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengukur berat dari sedimen yang telah di
ovenkan.
Pengukuran Kecapatan Aliran

Mistar duga vertikal dibuat dari kayu berukuran panjang 200cm, pada tongkat
tersebut dibuat skala pengukuran . Tongkat ini digunakan untuk mengukur kedalaman
aliran.Jumlah tongkat pengukur sebanyak 1 buah.
Pengambilan Sampel
Tempat sampel diambil pada dua titik yakni hulu dan hilir yang dapat kita
lihat pada gambar di bawah ini dimana titik satu adalah tempat pengambilan sampel
pada hulu sungai dan pada titik dua adalah tempat pengambilan sampel pada hilir
sungai.

1

2

Gambar 2. Titik pengambilan sampel
Pengambilan sampel

dilakukan

tiga kali


seminggu, pengambilan sampel

air

dilakukan pada bagian permukaan, pada tepi kiri, tengah dan tepi kanan, juga
berdasarkan cuaca hari tidak hujan dan hari hujan, dengan menggunakan botol
dengan kapasitas volume 1 liter, dan botol apung untuk mengukur kecepatan aliran
air sungai pengambilan sampel air dilakukan mulai Juli hingga November 2014.

Data muatan sedimen dan laju sedimentasi dianalisis untuk mengetahui
kategori konsentrasi sedimen melayang pada tiga outlet DAS tersebut digunakan
standar skala kualitas lingkungan Kep. Men. KLH No. 2/1988 yang disajikan pada
Tabel 4.
Parameter yang diamati pada penelitian adalah :
a. Debit aliran sungai (m3/detik)
b. Konsentrasi sedimen ( mg/L)
c. Debit sedimen ( gram/detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Analisis penggunaan lahan, konsentrasi sedimen melayang, debit aliran
sungai, dan debit sedimen.
Lokasi Pengambilan Sampel Pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan
Pengambilan Sampel air dilakukan pada hulu DAS dan hilir. Lokasi
pengambilan sampel air di DAS ditentukan menurut koordinat, ketinggian di atas
permukaan laut dan vegetasi yang ada di sekitar aliran sungai seperti tertera pada .
Tabel 6. Letak Pengambilan Contoh pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan
Lokasi Pengambilan
Koordinat
Ketinggian
Dasar
Sampel
Sungai
Hulu
N : 3o29’103”
45 m dpl
Pasir
o
E :98 35’177”
Hilir
N: 3o29’339”
41 m dpl
Pasir
o
E : 98 35’575”

Tabel 6 diatas menunjukkan tempat pengambilan contoh sampel pada dua muara
sungai pada sungai belawan, yang diamana letaknya adalah pada Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu, yang berdekatan dengan kota Medan, ketinggian tempat
contoh ini dikategorikan sedang.
Penggunan Lahan
Tata guna lahan di DAS Belawan yang melewati Desa Lama Kecamatan Pancur Batu
dapat dibedakan menjadi beberapa pengunaan lahan yaitu hutan di bagian hulu, serta
industri dan pemukiman di beberapa bagian pada daerah hilir. Berdasarkan data yang
di dapatkan dari BPS provinsi Sumatera Utara , Kecamatan Pancur Batu tahun 2014
adalah seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Penggunaan Lahan Kecamatan Pancur Batu 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7

Bentuk Tata Guna Lahan
Hutan
Pertanian
Lahan/Huma
Bangunan
Pdg.Rumput
Perkebunan
Lainya
Jumlah

Luas (Ha)
130,00
614,88
3296,99
731,20
37,0
2676,00
124,0
7610,07

Pesentase(%)
1,70
8,07
43,32
9,6
0,48
35,16
1,62
100

Berdasarkan kondisi tata guna lahan di DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur
Batu maka dapat kita lihat dari tabel di atas yang paling dominan adalah lahan yang
tidak digunakan sebesar 43,32 %, dan yang paling sedikit adalah penggunaan lahan
padang rumput sebesar 0,48%.
Tata Guna, Kemampuan dan Kesesuaian Lahan
Dari data yang didapatkan maka penggunaan lahan, yang tersedia untuk hutan adalah
seluas 130 hektar, maka Indeks Penutupan Lahan (IPL) adalah sebesar :
IPL = ( KPL/LUAS DAS ) x 100%
IPL = ( 130/7610,07) x 100%
IPL = 1,7 %.
Dari data yang didapatkan mengenai kesesuaian lahan yang ada di DAS
Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu sebesar 1,7% berarti bahwa angka
kesesuaian lahan masih di bawah angka yang seharusnya atau yang ditolelir yaitu
minimal sebesar 30% (UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan),jadi kesesuaian
lahan di DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu adalah sangat jelek.

Konsentrasi Sedimen Melayang di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu
Hasil pengukuran konsentrasi sedimen melayang pada kurun waktu 6 bulan
( Juni- November 2014) pada hulu dan hilir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Konsentrasi Sedimen Melayang Pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan Pada
BulanJuni- November 2014
Kosentrasi Sedimen Melayang (mg/L)
Bulan
Tidak Hujan
Setelah Hujan
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Juni 2014
28,07
27,54
28,39
30.25
Juli 2014
29,67
30,39
35,45
36.81
Agustus 2014
29,87
31,75
42,56
44.84
September 2014
31,33
32,44
36,56
37.84
Oktober 2014
32,87
33,06
46,61
47,77
November 2014
32,33
32,86
38,61
40,55
Hasil rataan di atas di dapatkan dengan cara menggunakan rumus berat basah
sedimen dikurangi dengan berat kering sediman di bagikan dengan volume botol
tempat pengambilan contoh yang dimana wadah botol ini memiliki volume sebesar
satu liter diamana jika dapat kita lihat pada tabel 8, bahwa rata-rata konesentrasi
sedimen pada saat hujan dan tidak hujan termasuk dalam kategori baik, tetapi hal ini
mungkin saja di karenakan tingkat kerusakan lingkungan yang sudah terlalu parah
sehingga sedimen di dalam air sudah menjadi sedikit dikarenakan penutupan lahan
bervegetasinya sudah sangat buruk dan debit air sungai yang tingginggi mengakibatkan yang terggerus oleh air bukan lagi tanhanya melainkan partikel- partikel batubatu kecil karena tanah yang berada di permukkan batu- batu berukuran kecil tersebut
sudah habis dikikis oleh air sungai dengan debit aliran air sungai yang besar.

Debit Aliran Sungai Dan Tinggi Muka Air Sungai Hulu dan Hilir Sungai
Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran debit aliran sungai pada
hulu dan hilir karena intensitas curah hujan yang berbeda. Pada bagian hulu
kedalaman sungai lebih rendah karena lebih luas penampang melintangnya dari pada
bagian hilir. Namun demikian debit aliran sungai tidak terlalu besar dibandingkan
debit aliran sungai pada hilir sungai.
Tabel 9. Rataan Debit Aliran Sungai di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu Juni- November 2014.
Debit Aliran Sungai (m/detik)
Bulan
Tidak Hujan
Setelah Hujan
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Juni 2014
21,812
21,92
31,456
36,686
Juli 2014
21.195
22,113
31,981
38,97
Agustus 2014
21.052
22.98
32,432
35,326
September 2014
21.619
23,209
31,867
33,327
Oktober 2014
21,512
25,326
39,624
48,345
November 2014
22.152
25.624
34,605
42,52
Rata-Rata
21,557
33,66
23,52
39,19
Tabel di atas menunjukkan debit air sungai pada DAS Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu yang rata-rata pada hulu sungai adalah 21,557 m3/s pada
waktu tidak hujan dan 33,66 m3/s sewaktu hujan disini terjadi peningkatan debit
sewaktu hujan diamana debit air ini menurut Kunkle (1976) adalah sangat jelek
begitu pula pada hilir sungai yang rata- rata debit air sungainya sebesar 23,52 m3/s
sewaktu tidak hujan dan 39,19 m3/s yang juga mengalami peningkatan debit air
sewaktu diukur setelah hari hujan menurut Kunkle (1976) juga debit air sungai ini
sangat jelek.

Tabel 10. Rataan Tinggi Muka Air Sungai di hulu dan hilir sungai Belawan Desa
Lama Kecamatan Pancur Batu Juni- November 2014 Hari Hujan dan Hari Tidak
Hujan
Tinggi Muka Air Sungai (m)
Bulan
Tidak Hujan
Setelah Hujan
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Juni 2014
0,413
0,68
0,54
1,045
Juli 2014
0,38
0,53
0,583
0,97
Agustus 2014
0,425
0,64
0,675
1,547
September 2014
0,43
0,65
0,689
1,32
Oktober 2014
0,45
0,67
0,76
1,873
November 2014
0,44
0,665
0,72
1,64
Tabel di atas menunjukan debit aliran sungai dan tinggi muka air sungai, kita dapat
melihat tingginya muka air sungai dipengaruhi juga oleh debit aliran sungai, semakin
besar debit aliran sungai maka akan semakin tinggi juga muka air sungai pada debit
aliran sungai di bulan oktober kita dapat melihat kenaikan tinggi muka air sungai
yang cukup draistis, hal ini juga dapat menyebabkan terkikisnya tanah pada daerah
pinggiran sungai.
Debit Sedimen di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan
Pancur Batu
Debit Sedimen pada hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama Kecamatan
Pancur Batu pada bualn Juni sampai dengan November 2014 dengan pengambilan
contoh sampel pada waktu hujan dan setelah hujan pada sungai tersebut diinginkan
uantuk dapat menujukkan perbedaan pada saat tidak hujan dan setelah hujan, debit
sedimen sangat penting untuk melihat banyaknya partikel yang melayang pada sungai
yang dapat diliahat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Rataan Debit Sedimen di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur BatuJuni- November 2014 Hari Tidak Hujan dan Hari Hujan
Debit Sedimen Sungai (gram/detik)
Bulan
Tidak Hujan
Setelah Hujan
Hulu
Hilir
Hulu
Hilir
Juni 2014
551,72
607,65
96,5067
1.481,14
Juli 2014
569,248
699,67
1.495,89
2.013,62
Agustus 2014
594,715
704,62
1.995,391
2.435,143
September 2014
701,237
884,73
1.874,55
2.112,12
Oktober 2014
831,52
939,73
2.097,3
2.535,143
November 2014
765,87
865,54
1.820,82
2.374,492
Tabel diatas menunjukan bahwa adanya peningkatan debit sedimen dari bulan juni ke
bulan november, juga adanya erosi karena pada hulu debit sedimen lebih besar
dibandingkan dengan hilir , ini membuktikan adanya pengikisan dari tanah-tanah
yang berada di pinggiran sungai sehingga terbawa sampai ke hilir , hal ini juga yang
dapat menyebabkan pendangkalan akan terjadi di sungai ini.
Pembahasan
Dari hasil analisis konsentrasi sedimen,debit aliran sungai, dan debit sedimen
pada Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu adanya perbedaan yang
juga berhubungan dengan curah hujan pada wilayah tersebut. Hal ini juga dinyatakan
oleh Paimin et al. (2006) menyebutkan bahwa DAS dapat dipandang sebagai suatu
sistem, dimana komponen input berupa curah hujan , prosesor adalah DAS itu sendiri
yang di dalamnya terdiri dari komponen biotik, dan abiotik, dan out put berupa
produksi, limpasan, erosi dan sebagainya.
Kondisi hulu dan hilir pada daerah DAS Belawan sangat berubah dari
sepuluh tahun yang lalu diamana dulunya ditumbuhi oleh tanaman tahunan yang
kemampuan memegang airnya sangat besar yang kemudian sekarang beruabah

menjadi tempat pemukiman penduduk dan aktivitas galian C dan pemukiman
penduduk, Warna air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar sungai, pada
daerah hilir dasar sungai berupa lumpur dan adanya kegiatan galin C pada daerah
sekitar sungai tersebut yang menyebabkan warna sungai menjadi keruh, sedangkan
pada hulu berupa pasir yang sangat diminati oleh para penacari material yang
kemudian di gali untuk dijual untuk bahan bangunan, kekuranagan pasir ini
manyebabkan warna air lebih jernih dari pada bagian hilir, dan pada bagian hulu
sungai penampang melintang sungai lebih luas dibandingkan dengan daerah hilir
sungai pada hulu sungai ditemukan dua sungai yang menyatu dan mengalir ke daerah
hulu sungai. Terjadinya perubahan warna aliran air sungai disebabkan adanya
konsentrasi sedimen yang melayang pada air sungai dan yang juga terdapat pada
dasar aliran sungai.
Pengelolaan lahan pertanian yang kurang intensif dan terbawa oleh air hujan
melalui aliran permukaan, sedangkan pada hilir DAS Sungai Belawan konsentrasi
sedimen menjadi menurun terjadi kehilangan sedimen, dikarenakan sedimen yang
terbawa berada pada dasar sungai (terjadi endapan lumpur), topografi datar
menyebabkan aliran sungai menjadi lambat dan sedimen terkonsentrasi ke dasar
sungai.Menurut Schmidt dan Ferguson(1951) Permasalahan erosi dan sedimentasi
pada DAS yang frekuensi dan cakupannya meningkat disebabkan oleh perubahan alih
fungsi lahan dan maraknya pemanfaatan lahan di kawasan resapan air tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap kawasan yang lebih luas.Pemanfaatan lahan di
kawasan yang berfungsi sebagai resapan air telah merusak keseimbangan sistem tata
air wilayah.

Konsentrasi sedimen yang terdapat pada tiap bulannya sudah dikategorikan
agak jelek hingga jelek, hal ini menunjukkan sudah terjadinya degradasi lahan pada
DAS Belawan Menurut Asdak, (2007) tidak semua tanah yang tererosi di permukaan
daerah tangkapan air akan sampai ke titik pengamatan, sebagian tanah tererosi
tersebut akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan tanah, di kaki-kaki lereng
dan bentuk-bentuk penampung lainnya. Dengan demikian besarnya konsentrasi
sedimen yang terdapat pada aliran sungai sangat dipengaruhi oleh faktor topografi,
vegetasi, iklim, pertanian dan karakteristik sungai pada setiap sub DAS.
Dari hasil analisis telah terjadinya erosi yang menyebabkan tingginya
sedimen, dan peninggkatan jumlah sedimen tiap bualannya pada bulan juni-november
2014 sehingga di perlukan cara - cara untuk mengatasinya hal ini dinyatakan oleh
Syah (1995) menyatakan salah satu usaha untuk pengelolaan tanaman adalah dengan
penanaman kembali daerah-daerah terbuka, melakukan reboisasi hutan dan
mengurangi penebangan liar atau pembukaan lahan baru. Alternatif lainnya adalah
dengan penanaman sela pada kebun-kebun kopi, sehingga tajuk semakin rapat dan
akan mengurangi dampak erosi yang terjadi, selain faktor pengelolaan tanaman yang
harus dilakukan, maka usaha lain yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan
teknik konservasi tanah yaitu dengan membuat terrasering, penutupan mulsa dan
melakukan pengolahan tanah yang sejajar garis, hujan membuat peningkatan
sedimentasi hal ini sesuai dengan (Wani, 1989) yang menyatakan tetesan hujan yang
menghantam muka bumi yang mengakibatkan terlemparnya partikel tanah ke udara.
Karena adanya gravitasi bumi dan sebagian partikel tanah ke udara.Karena adanya
gravitsi bumi, maka partikel - partikel tersebut jatuh kembali ke bumi dan sebagian

partikel halus menutup pori-pori tanah sehingga porositas menurun. Dengan
menutupnya pori - pori tanah, maka laju maupun kapasitas infiltrasi tanah
berkurang.Dengan demikian dapat menyebabkan terjadinya banjir hal ini sesuai
dengan (Hamilton dan King, 1998) yang menyatakan banjir terjadi karena terlalu
banyak hujan yang jatuh dalam waktu yang terlalu lama (berkepanjangan), di luar
kapasitas lapisan tanah untuk menampungnya dan kemampuan alur - alur sungai
untuk mengalirkannya. Sebenarnya pemerintah pun telah mengatur mengenai
pengelolaan pada daerah aliran DAS yakni ayat 2 pasal 18 UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan. Pemerintah menetapkan dan mempetahankan kecukupan luas
kawasan hutan dan penutupan hutan, minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas DAS
dan atau pulau dengan sebaran yang proposional untuk setiap DAS dan atau pulau,
guna optimalisai manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat yang
bermukim di sekitar DAS (Kodotie dan Sjarief, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Indeks penutupan lahan di kawasan DAS Belawan Kecamatan Pancur Batu
Desa Lama sangat jelek yaitu 1,7 % yang seharusnya paling tidak memiliki
luas 30 % dari Luas DAS.
2. Konsentrasi sedimen melayang tertinggi di sungai belawan masing-masing
sebesar 46,61 mg/L pada hulu, dan 47,77 mg/L pada hilir pada bulan Oktober
2014.
3. Debit aliran sungai tertinggi di sungai Belawan masing-masing 39,1604
m3/detik pada hulu, dan 48,345 m3/detik pada hilir.
4. Debit sedimen tertinggi di sungai belawan pada bualan Oktober 2014 sebesar
2.097,3 mg/detik pada hulu, dan 2.535,143 mg/detik pada hilir.
Saran
Agar masyarakat dan pemerintah lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya dan
menjaga kelestariannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang
berlangsung antara kompnen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya.
Adanya dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam
keseimbangan ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar.
Pengaruh bahan asing pada batas-batas kisaran tertentu masih dapat ditolerir dan
kondisi keseimbangan masih tetap dapat dipertahankan. Apabila suatu sungai
menerima limbah dalam jumlah sedikit atau masih dalam batas toleransinya, maka
limbah tersebut akan dapat dinetralisir oleh adanya dinamika ekologis tersebut
(Barus, 2004).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air,
wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)
(Maryono, 2005). Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan (Asdak, 2007).
Hidrologi
Gerakan air di permukaan bumi dapat ditelusuri melalui siklus hidrologi, yang
mencakup penguapan air dari permukaan bumi ke atmosfer kemudian kembali lagi ke
permukaan tanah dan ke laut (Gambar1). Dalam pergerakannya tersebut, air

akantertahan di sungai, danau/waduk, maupun dalam tanah, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia serta makhluk hidup lainnya (Soewarno, 1991).
Dalam siklus hidrologi, energi panas matahari menyebabkan terjadinya
proses evaporasi dan evapotranspirasi. Uap air tersebut akan terbawa oleh angin dan
kemudian naik ke atmosfer serta mengalami kondensasi. Apabila keadaan atmosfer
memungkinkan, maka air akan turun kembali ke bumi sebagai hujan. Air yang turun
sebagai hujan dapat tertahan oleh tajuk vegetasi maupun bangunan. Sebagian dari air
hujan tersebut akan tertahan pada permukaan tajuk tanaman sedangkan sebagian
sisanya ada yang jatuh langsung ke permukaan tanah, danau, sungai dan laut, yang
nantinya akan menguap kembali ke atmosfer dan mengalami proses yang sama
(Asdak 2007).

Gambar 1.Skema siklus hidrologi(NWS 2009)

Dalam proses hidrologi, aliran air sungai terbentuk dari beberapa sumber air
yang berada pada bukit atau gunung. Bukit dan gunung merupakan daerah penyerap
dan penyimpan cadangan air yang berasal dari air hujan.Cadangan air yang diserap
tersebut masuk ke dalam tanah dan batuan.Karena volume air tersimpan dalam
jumlah besar, air keluar ke permukaan melalui tekuk lereng.Air yang keluar tersebut
kemudian mengalir pada permukaan yang kemudian menjadi sungai.Aliran ini
mengalir ke permukaan yang memiliki ketinggian lebih rendah, sesuai dengan sifat
air yang mengalir dari tempat dengan tempat tinggi ke rendah.Saat dilakukan
pengukuran tinggi permukaan air oleh alat ukur, diperoleh debit sungai. Debit sungai
merupakan laju aliran air (volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu, di mana satuan besaran debit dalam satuan internasional
adalah meter kubik per detik (m3/dt) (Garde, 1997).
Sedimentasi
Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material berupa partikel
sedimen yang terbawa oleh aliran sungai material tersebut dapat terangkut kembali,
apabila

kecepatan

aliran cukup

tinggi. Besarnya

tergantung dari perubahan kecepatan
penghujan,

maupun

musim

volume sedimenterutama

aliran, karena perubahan padamusim
kemarau, serta

perubahan

kecepatan

yangdipengaruhi aktivitas manusia (Schuring, 1997).
Sebagai akibat dari perubahan volume sedimen adalah terjadi terjadinya
penggerusan (degredasi) di beberapa tempat serta pendangkalan (agradasi) di tempat
lain pada dasar sungai, dengan demikian pada umumnya bentuk dasar sungai akan
berubah. Apabila air mengalir pada suatu alur (sungai atau saluran), maka air tersebut

akan menyebabkan pengikisan (scour) pada permukaan tanahnya. Partikel-partikel
tanah yang berupa lumpur (sediment), kerikil, maupun kerikil agak besar diameternya
dapat terlepas dari dasar alur (bed) atau tebing (bank), partikel tersebut akan terbawa
oleh aliran air dan peristiwa ini lazim disebut " Pengangkutan sedimen (Sediment
Transport)". Untuk memperkirakan perubahan itu telah banyak dikembangkan
rumus-rumus berdasarkan percobaan lapangan maupun laboratorium hidrolika. Untuk
aliran turbulen, struktur aliran hanya dapat diberikan dengan cara empiris. Begitu
juga dengan gerakan partikel atau butiran.Hampir semua perobaan yang telah ada
diperoleh dari argumentasi fisika yang umum (Edi, 2005).
Kecepatan Arus
Kecepatan arus dari sungai sangat berpengaruh terhadap kemampuan sungai
untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar (Effendi, 2003). Arus cepat
akan menghilangkan semua bahan berat dan membawanya ke hilir. Ketika terjadi
hujan, jumlah air akan meningkat namun saluran tetap sama, sehingga air mengalir
lebih cepat. Ketika DAS sungai agak melebar, maka arus akan melambat. Selain itu,
sungai yang terdapat di dataran rendah kecepatan arus akan sangat lambat sehingga
terlihat sepertikolam. Pada daerah inilahterjadi endapan lumpur danpasir
(Maulana, 2001).
Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan (land use) merupakan campur tangan manusia terhadap
kondisi lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan
hidup baik material maupun spiritual.Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan

bukan pertanian.Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam
macam

penggunaan

lahan

berdasarkan

penyediaan

air

dan

lahan

yang

diusahakan.Berdasarkan hal itu, dikenal berbagai macam penggunaan lahan seperti
sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan, dan hutan. Penggunaan
lahan bukan pertanian dapat dibedakan menjadi penggunaan kota atau desa
(pemukiman), industri, rekreasi, dan sebagainya (Sitanala, 2010).
Kesulitan

ekonomi atau sangat minimnya pendapatan yang diperoleh

sebagian besar penduduk pedesaan , kerapkali menimbulkan usaha pertanian yang
dapat mendorong lebih besar terjadinya pengikisan tanah oleh aliran air permukaan
sehubungan dengan usaha untuk menigkatkan pendapatan/perekonomiannya. Hal ini
sangat berkaitan dengan macam-macam tanaman pangan yang diusahakannya, yang
hasilnya diperkirakan cepat laku dipasar dengan nilai agak baik guna mencukupi
pendapatan.Akan tetapi penanamannya kurang mempergunakan perhitungan.Apakah
keadaan tanahnya itu mampu, sesuai atau sudah tidak sesuai bagi perkembangan
usaha tani/penanamanya (Kartasapoetra, 1998).
Pengaruh perubahan hutan alam menjadi pertanaman pohon terhadap tanah
dan daur hidrologi bergantung pada sejauh mana perbedaan antara yang satu dengan
yang lain,dalam ciri-ciri seperti tanggapan perdaunan terhadap musim (apakah
meranggas atau tetap hijau selama musim dingin), kerapatan dan bentuk tajuk.
Keduannya juga tergantung pada ada atau tidakknya gangguan, seperti persiapan
lahan, yang terkait dengan kegiatan penanaman.Salah satu alas an untuk
mengkonversikan menjadi pertanaman pohon adalah untuk memungkinkan
pengelolaan yang lebih intensif dan pemugutan hasil yang lebih sering. Peraktek ini

menuntut pemeliharaan jaringan jalan dan pemasangan alat pengukur yang lebih
canggih, yang mempengaruhi proses-proses hidrologi dan tanah dalam DAS
(Hamilton dan King, 1997).
Penggunaan Lahan di DAS Kecamatan Pancur Batu
Di sepanjang daerah aliran sungai pada Kecamatan Pancur Batu yang
termasuk daerah

aliaran Sungai Deli

terdapat

beberapa penggunaan

lahan .

Penggunaan lahan dari waktu ke waktu dan luas masing - masing dapat lihat pada
Tabel di bawah ini :
Tabel 1. Penggunaan Lahan di DAS Deli
No.
Penggunaan lahan DAS Deli
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hutan
Belukar
Kebun rakyat
Kebuncoklat/k.sawit/kelapa
Sawah
Tanaman campuran
Tegalan
Perkebunan Tembakau
Alang-alang
Rawa
Pemukiman
Lain-lain
Jumlah
Sumber : BPDAS Sei Wampu Ular 2003

Luas (Ha)

Luas (%)

3.655
2.068
285
2.284
8.143
16.154
1.836
5.628
479
69
5.374
2.187
48.162

7,58
4,29
0,59
4,74
16,90
33,54
3,81
11,68
0,99
0,14
11,15
4,54
100

Dari table 1 di atas dilihat bahwa penggunaan lahan yang terluas adalah
tanaman campuran yaitu 16.154 ha dan yang paling rendah adalah untuk rawa yaitu
69 ha. Sedangkan penggunaan lahan untuk hutan 3.655 Ha atau 7,58 % dari luas
wilayah DAS Deli. Hal ini masih jauh dari angka 30 % dari luas penutupan lahan di
DAS Deli, karena dapat diketahui dalam UU No.41 tahun 1999 bahwa luas kawasan

hutan dan penutupan hutan untuk setiap DAS yang harus dipertahankan minimal
30%, agar manfaat lingkungan, social dan ekonomi masyarakat setempat lestari.
Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Pancur Batu yang Termasuk aliran
DAS Deli yakni meliputi pertanian, ladang, tegal kebon, bangunan dan halaman,
pandang rumput, perkebunan, hutan rakyat, dan lainya. Dapat dilihat pada Tabel di
bawh ini :
Tabel 2. Data Penggunaan Lahan di Kecamatan Pancur Batu
Penggunaan
Tahun (Ha)
Lahan
2005-2006 2007-2008 2009 - 2010 2011-2012

2013 -2014

Pertanian

8832,5

6148,88

6148,88

6148,88

6148,88

Lahan/Huma

3987,4

3265,53

3265,53

3265,53

3296,99

Bangunan &
Halaman

696,35

731,17

731,17

731,17

731,20

Pdg.Rumput

31

37,0

37,0

37,0

37,0

Perkebunan

2666

2676,00

2676,00

2676,00

2676,00

Lainnya

121,1

124,0

124,0

124,0

124,0

Sumber : BPS PROV SU , Kecamatan Pancur Batu dalam angka tahun 2005-2014.
Dari table 2 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang terluas adalah
pertanian dimana pada tahun 2005 luasannya adalah 8832,5 ha kemudian pada tahun
2014 berkurang menjadi 6148.88 ha, lahan pertanian berkurang sebesar 2.683,62 ha,
pada Ladang/Huma terjadi pengurangan sebesar 721.87 ha, pada luas tegalan kebon
terjadi pengurangan sebesar 754,61 ha, sedangkan pada luas bangunan terjadi
penambahan luas sebesar 35 ha.
Peran

strategis

DAS

sebagai

unit

perencanaan

dan

pengelolaan

sumberdaya semakin nyata pada saat DAS tidak dapat berfungsi optimal

sebagai media pengatur tata air dan penjamin kualitas air yang dicerminkan
dengan terjadinya banjir, kekeringan dan tingkat sedimentasi yang tinggi.
Dalam prosesnya maka kejadian-kejadian tersebut merupakan fenomena yang
timbul sebagai akibat dari terganggunya fungsi DAS sebagai satu kesatuan
sistem hidrologi yang melibatkan kompleksitas proses yang berlaku pada
DAS. Salah satu indikator dominan yang menyebabkan terganggunya fungsi
hidrologi DAS adalah terbentuknya lahan kritis, kriteria dan Indikator Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) pada penggunaan lahan salah satunya adalah penutupan
oleh vegetasi, dengan rumus perhitungan :
IPL={LVP/Luas DAS}x100%
Dimana :
IPL =Indeks penutupan lahan
LVP=Luas lahan bervegetasi permanen
Dengan standar :
IPL> 75%= baik
35%≤IPL ≤75% = baik
IPL 1,50

< 0,015

< 0,035

> 100

Baik

1,00

0,018

0,040

< 55,5

Sangat Baik

< 0,87

> 0,020

> 0,047

< 43,5

Sumber : Kunkle (1976)
Pengukuran Luas Penampang Vertikal Sungai
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam
suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu.
Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan
dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Suatu aliran dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain angin , besar kecilnya aliran, hujan, dan lain - lain (Rjin , 1984).

Gambar 2. Pengukuran penampang melintang sungai
Dengan melakukan pengukuran profil sungai, maka luas penampang sungai dapat
diketahui. Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan seluruh bagian
penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval jarak horisontal
dengan kedalaman air atau dapat dituliskan sebagai berikut:
A(m2) = L1D1+L2D2+……+LnDn
dimana:
L=lebar penampang horisontal (m); D=Kedalaman (m)
Pengukuran Konsentrasi Sedimen
Dibuat alat pengukuran kadar air pada daerah penelitian, dimasukkan ke
dalam botol sampel air kemudian dihitung untuk setiap harinya,konsentrasi sedimen
dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut (Chow, 1964):

Cs=

Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)

�2−�1


G2= berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg)

G1 = berat kertas filter (mg)
V = volume contoh sedimen (liter)
Tabel 4. Kualitas Lingkungan Berdasarkan Konsentrasi Sedimen Melayang
Komponen Nilai dan Rentangan
Nilai Kualitas
Sangat jelek
Jelek
Sedang
Baik
Sangat baik
Konsentrasi
Sedimen
>500
250-500
100-250
0-100
0
Melayang (mg/l)
Sumber :Kep. Men. KLH No. 2/1988
Pengukuran Debit Sedimen
Prediksi laju sedimentasi dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan debit
sedimen Qs (gram/detik) sebagai berikut Adapun persamaan umum hubungan keratan
antara Q dan Qs (Gregory and Walling, 1976) yaitu:
Qs = Q . Cs
Qs = debit sedimen air sungai (gram/detik)
Q = debit limpasan air sungai (m3/detik)
Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu menuju hilir.Sungai merupakan satu diantara beberapa
bagian dari siklus hidrologi. Sungai Belawan adalah sebuah sungai yang terletak di
Sumatera Utara, Indonesia.Sungai ini melintasi Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang.
DAS Belawan dialiri sungai yang berasal dari hulu mata air melewati
pusatKota Medan menuju laut di Belawan. DAS ini terbilang pendek dibandingkan
dengan DAS lainnya seperti DAS Ular dan DAS Wampu, DAS Belawan ini termasuk
komplek

dalam

tata

guna

lahannya,

sehingga

kita

bisa

memperkirakan

pengelolaannya yang rumit dan penerapan yang ada di lapangan berbeda, sehingga
dengan peruntukannya tidak seimbang.
Sungai Belawan merupakan sungai di Provinsi Sumatera Utara yang
panjangnya 11.997,05 m dan lebar 34 m sehingga luasannya 40.789,98 Ha. Sungai
Belwan secara administrasi berada pada 2 (dua) Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten
Deli Serdang seluas 38.029,30 Ha (93,23 %) dan Kota Medan seluas 2.760,69 Ha
(6,77 %). Pada data spasial sebagian kecil terdapat di Kabupaten Langkat, namun
dengan berbagai pertimbangan dileburkan ke Kabupaten Deli Serdang (Badan
Pengelola Daerah Aliran Sungai Wilayah Sumatera Utara, 2013).
Sungai Belawan yang melewati Desa Lama Kecamatan Pancur Batu
merupakan aliran sungai dari sungai Babura.Sungai ini berada pada bagian tengah
DAS Deli dengan bagian hulu berada di lahan Kabupaten Karo dan bagian hilir di

Kabupaten Deli Serdang.Kondisi di sekitar sungai Belawan mengalami alih fungsi
lahan.Dulunya lahan berupa kebun campuran dengan vegetasi jati, pohon rambutan,
pohon kelapa, ubi kayu, dan areal persawahan yang cukup luas. Pada kisaran tahun
2005-2014 terjadi alih fungsi lahan menjadi daerah wisata, daerah galian C,dan
perumahan penduduk.
Adanya aliran air yang memiliki energi yang mengakibatkan adanya
angkutan sedimen, yang berupa angkutan muatan dasar (bed load) dan angkutan
muatan layang (suspended load). Sedimentasi tersebut menimbulkan pendangkalan
badan perairan seperti sungai, waduk, bendungan atau pintu air dan daerah sepanjang
sungai, yang dapat menimbulkan banjir.Oleh karena itu perlunya suatu usaha
mengkaji sedimentasi yang dihasilkan oleh aliran sungai pada periode tertentu
(Manalu, 2012).
Tujuan Penelitian
a. Menganalisis konsentrasi sedimen melayang di hulu dan hilir sungai Belawan
Desa Lama Kecamatan Pancur Batu.
b. Menganalisis debit aliran sungai di hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu.
c. Menganalisis debit sedimen di hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu

Kegunaan Penelitian
1. Untuk melihat apakah sudah terjadi kerusakan lingkungan sungai Belawan Desa
Lama Kecamatan Pancur Batu.
2. Sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara , Medan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRACT
HENDRIYAN PERLAMBA-KARO KARO: Evaluation of concentration and
Belawan flow River, in the Desa Lama KecamatanPancurBatu.Supervised by Kemala
Sari Lubis and BintangSitorus.
The purpose of this study was to evaluate the concentration of sediment,
sediment flow, and sediment discharge at the upstream and downstream
BelawanDesa Lama KecamatanPancurBatu to see environment damage occurs. The
research carried out in the upstream and downstream BelawanOld Village District of
PancurBatu, with a height of ± 45 m upstream and downstream ± 41 m, starting from
the month of June 2014 to November 2014 to finish.
Based on the results of research conducted Index of land cover in the
watershed areas BelawanSubdistrictPancurBatu very ugly is 1.7%. The highest
concentration in the river sediment drift Belawan respectively - each amounting to
46.61 mg / L in the upstream, and 47.77 mg / L in the downstream in October 2014.
The highest river flow rate in the river Belawan each 39.1604 m3 / sec on the
upstream, and 48.345 m3 / sec in downstream. The highest sediment discharge in the
river bluff Belawan in October 2014 amounted to 2,097.3 grams / sec upstream, and
2,535.143 grams / sec downstream.
Keywords: evaluation, rivers, sediment

EVALUASI KONSENTRASI SEDIMEN DAN ALIRAN SUNGAI DI SUNGAI
BELAWAN DESA LAMA KECAMATAN PANCUR BATU

SKRIPSI
OLEH:

HENDRIYAN PERLAMBA KARO-KARO
100301134
Ilmu Tanah

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

EVALUASI KONSENTRASI SEDIMEN DAN ALIRAN SUNGAI DI SUNGAI
BELAWAN DESA LAMA KECAMATAN PANCUR BATU

SKRIPSI
OLEH:

HENDRIYAN PERLAMBA KARO-KARO
100301134
Ilmu Tanah

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Judul Skripsi : Evaluasi Konsentrasi Sedimen Dan Aliran

Sungaidi Sungai

BelawanDesa Lama Kecamatan Pancur Batu
Nama

: Hendriyan Perlamba Karo-Karo

NIM

: 100301134

Program Studi : Agroekoteknologi
Minat Studi

: Ilmu Tanah

Disetujui,
Komisi Pembimbing :

Ketua

Anggota

(Kemala Sari Lubis S.P., M.P.)
NIP.197008311995102001

(Ir. Bintang Sitorus, M.P.)
NIP.19600703196032001

Mengetahui,

(Prof.Dr.Ir. T . Sabrina, Msc)
NIP. 19640620 198903 2 001
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

RIWAYAT HIDUP
Hendriyan Perlamba lahir di Tanjung Karang, Lampung pada tanggal 6
Feberuari 1992 anak dari ibu Setiawati br. Tarigan dan ayah Betriadi Karo-Karo
penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Swasta Methodist PancurBatu (19962002), dan di lanjutkan di SMP Swasta Methodist PancurBatu (2002-2005), Penulis
lulus dari SMA Negeri 17 Medan pada tahun 2010.
Penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur SMPTN di
Fakultas Pertanian, Program studi Agroekotenologi. Selama mengikuti perkuliahan,
penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi seperti menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Karo, sebagai anggota Ikatan mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) dan aktif
mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa dalam bidang olahraga bola basket.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) Kebun Sei Kopas
PTP.Nusantara IV dengsn judul "Pemanen Kelapa Sawit di Kebun Sei Kopas”. Untuk
menyelesaikan program sarjana, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi
berjudul “Evaluasi Konsentrasi Sedimen Dan Aliran Sungaidi Sungai BelawanDesa
Lama Kecamatan Pancur Batu Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Lahan DAS
Terhadap Pendangklan Sungai”.

ABSTRAK
HENDRIYAN PERLAMBA KARO-KARO : Evaluasi Konsentrasi dan Aliran
Sungai di Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu. Dibimbing oleh
Kemala Sari Lubis dan Bintang Sitorus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi konsentrasi sedimen,
debit aliran sedimen, dan debit sedimen di hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama
Kecamatan Pancur Batu untuk melihat adanya keruskan lingkungan yang terjadi.
Peneltian dilaksanakan di hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama Kecamatan
Pancur Batu, dengan ketinggian hulu ± 45 m dpl dan Hilir ± 41 m dpl , mulai dari
bulan Juni 2014 samapai dengan November 2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Indeks penutupan lahan di
kawasan DAS Belawan Kecamatan Pancur Batu Desa Lama sangat jelek yaitu 1,7 %.
Konsentrasi sedimen melayang tertinggi di sungai belawan masing-masing sebesar
46,61 mg/L pada hulu, dan 47,77 mg/L pada hilir pada bulan Oktober 2014. Debit
aliran sungai tertinggi di sungai Belawan masing-masing 39,1604 m3/detik pada hulu,
dan 48,345 m3/detik pada hilir. Debit sedimen tertinggi di sungai belawan pada
bualan Oktober 2014 sebesar 2.097,3 gram/detik pada hulu, dan 2.535,143
gram/detik pada hilir.
Kata kunci: evaluasi, sungai, sedimen

ABSTRACT
HENDRIYAN PERLAMBA-KARO KARO: Evaluation of concentration and
Belawan flow River, in the Desa Lama KecamatanPancurBatu.Supervised by Kemala
Sari Lubis and BintangSitorus.
The purpose of this study was to evaluate the concentration of sediment,
sediment flow, and sediment discharge at the upstream and downstream
BelawanDesa Lama KecamatanPancurBatu to see environment damage occurs. The
research carried out in the upstream and downstream BelawanOld Village District of
PancurBatu, with a height of ± 45 m upstream and downstream ± 41 m, starting from
the month of June 2014 to November 2014 to finish.
Based on the results of research conducted Index of land cover in the
watershed areas BelawanSubdistrictPancurBatu very ugly is 1.7%. The highest
concentration in the river sediment drift Belawan respectively - each amounting to
46.61 mg / L in the upstream, and 47.77 mg / L in the downstream in October 2014.
The highest river flow rate in the river Belawan each 39.1604 m3 / sec on the
upstream, and 48.345 m3 / sec in downstream. The highest sediment discharge in the
river bluff Belawan in October 2014 amounted to 2,097.3 grams / sec upstream, and
2,535.143 grams / sec downstream.
Keywords: evaluation, rivers, sediment

DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
LatarBelakang ................................................................................ 1
TujuanPenelitian ............................................................................ 2
Kegunaan Penelitian....................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
Sungai............................................................................................ 4
Hidrologi ....................................................................................... 4
Sedimentasi ................................................................................... 6
Kecepatan Arus ............................................................................. 7
Tata Guna Lahan ............................................................................ 7
Penggunan Lahan di DAS Kecamatan Pancur Batu ...................... 9
Sungai Belawan............................................................................ 11
Pengukuran Sedimen dan Konsentrasi Sedimen Pengukuran Debit
Aliran Sungai ............................................................................... 12
Pengukuran Luas Penampang Vertikal Sungai ............................ 13
Pengukuran Kosentrasi Sedimen.................................................. 14
Pengukuran Debit Sedimen .......................................................... 15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN .............................................. 16
Tempat danWaktu ........................................................................... 16
Sumber Data .................................................................................... 16
Bahan dan Alat ................................................................................ 16
Metode Penelitian ........................................................................... 16
PELAKSANAAN PENELITIAN .......................................................... 17
Persiapan Alat-Alat ......................................................................... 17
Pembuatan Benda Apung ................................................................ 17
Penyiapan Botol Sampel ................................................................. 17

Corong dan Kertas Saring ........................................................... 17
Oven ............................................................................................ 17
Timbangan .................................................................................. 18
Pengukuran Kecapatan Aliran.................................................... 18
Pengambilan Sampel .................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 20
Hasil .......................................................................................................... 20
Lokasi Pengambilan Sampel Pada Hulu dan Hilir
Sungai Belawan........................................................................... 20
Pengunaan Lahan ........................................................................ 20
Tata Guna, Kemampuan, danKesesuaianLahan.......................... 21
Konsentrasi Sedimen Melayang di Hulu dan Hilir Sungai Belawan
Desa Lama Kecamatan Pancur Batu .......................................... 22
Debit Aliran Sungai Dan TinggiMuka Air Sungai di Hulu dan Hilir
Sungai BelawanDesa Lama Kecamatan Pancur Batu ................. 23
Debit Sedimen di Hulu dan Hilir Sungai Belawan
Desa Lama Kecamatan PancurBatu ............................................ 24
Pembahasan ............................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 29
Kesimpulan ................................................................................... 29
Saran.............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 30

DAFTAR TABEL
No.

Judul

Hal.

1. Penggunaan Lahan di DAS Deli .................................................... 9

2. Data Penggunaan Lahan di Kecamatan Pancur Batu .................. 10

3. Kriteria Debit Aliran Sungai........................................................ 13

4. Kualitas Lingkungan Berdasarkan Konsentrasi Sedimen
Melayang .................................................................................... 15
5. Alatdan Bahan ............................................................................. 16

6. Letak Pengambilan Contoh pada Hulu dan Hilir Sungai
Belawan ....................................................................................... 20
7. Penggunaan Lahan Kecamatan Pancur Batu ............................... 21
8.

Konsentrasi Sedimen Melayang Pada Hulu dan Hilir Sungai
Belawan Pada Bulan Juni- November 2014 ............................... 22

9. Rataan Debit Aliran Sungai di Huludan Hilir Sungai
Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu
Juni- November 2014 .................................................................. 23

10. RataanTinggiMuka Air Sungai di hulu dan hilir sungai
Belawan Desa Lama Kecamatan PancurBatu
Juni- November 2014 Hari Hujan dan
Hari Tidak Hujan ....................................................................... 24
11. Rataan Debit Sedimen di Hulu dan Hil