Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

(1)

KARAKTERISTIK TERSANGKA PENDERITA RABIES DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh :

ITA EVALINA NIM 061000209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

KARAKTERISTIK TERSANGKA PENDERITA RABIES DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2007

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : ITA EVALINA NIM. 061000209

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

KARAKTERISTIK TERSANGKA PENDERITA RABIES DI PUSKESMAS PANCUR BATU KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2007 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ITA EVALINA NIM. 061000209

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 17 Desember 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes dr. Achsan Harahap, MPH NIP : 132 084 988 NIP : 130 318 031

Penguji II Penguji III

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes NIP : 390 009 523 NIP : 131 996 168

Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, Msi NIP : 131 124 053


(4)

ABSTRAK

Penyakit Rabies di Indonesia merupakan masalah Kesehatan. Di Indonesia rata-rata pertahun dalam lima tahun terakhir (2000-2004) dari seluruh data orang meninggal karena rabies adalah 91 orang, kasus tertinggi 120 orang pada tahun 2000 dan terendah tahun 2001 berjumlah 68 orang. Di Kecamatan Pancur Batu tahun 2005 kasus gigitan hewan penular rabies dari 27 orang, pemberian VAR 16 orang, tahun 2006 dari 20 orang dengan peberian VAR 20 orang dan tahun 2007 dari 101 orang pada bulan Mei 2007 dilaporkan 1 orang meninggal akibat rabies.

Untuk mengetahui karakteristik tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series. Populasi 101 orang tersangka penderita Rabies dan sampel 101 orang ( seluruh populasi).

Hasil menunjukkan bahwa, tersangka penderita Rabies menurut umur dengan proporsi tertinggi 5-9 tahun 24,8%, jenis kelamin proporsi tertinggi pada laki-laki 54,5%, tipe exsposure proporsi tertinggi akibat gigitan 99,0%, letak luka proporsi tertinggi pada kaki 60,3%, yang mendapat VAR (Vaksin Anti Rabies) proporsi tertinggi 69,3%, keadaan akhir tersangka penderita proporsi tertinggi dengan keadaan hidup 99,0%, jenis hewan penular proporsi tertinggi pada anjing 98,0%, keadaan akhir hewan proporsi tertinggi dengan keadaan mati 64,4%, hasil laboratorium proporsi tertinggi tidak diperiksa 98,0%, wilayah kerja proporsi tertinggi di desa Namo Riam 41,5%, waktu kejadian proporsi tertinggi bulan April 26,7%. Tidak ada perbedaan proporsi umur dengan letak luka p=0,236 (p>0,05), tidak ada perbedaan proporsi umur dengan jenis kelamin dengan nilai p=0,167 (p>0,05) dan tidak ada perbedaan proporsi pemberian VAR dengan keadaan akhir tersangka penderita dengan nilai p=0,307 (p=005).

Diharapkan adanya peningkatan kerjasama antara Dinas Perternakan dan Dinas Kesehatan, melalui Puskesmas dalam upaya pencegahan Rabies kepada masyarakat dan pencatatan pelaporan kasus di Puskesmas. Kepada Dinas Peternakan melalui mantri hewan di Kecamatan melakukan vaksinasi anjing secara periodik dan menganjurkan masyarakat untuk segera ke Puskesmas/petugas kesehatan apabila digigit dan dicakar oleh hewan tersangka Rabies.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Karakteristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007”. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari, Lubis M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku Kepala Bagian Departemen Epidemiologi Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan motivasi serta masukan yang sangat berharga, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi serta masukan yang sangat berharga, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen Penguji I 6. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen Penguji II.

7. Ibu Eka Mahyuni Lestari, SKM, M.Kes selaku Dosen Akademik yang telah membimbing penulis selama diperkuliahan.


(6)

9. Bapak Kepala Puskesmas Pancur Batu Drg. Natanael Tarigan dan Bapak Jamal selaku petugas yang menangani penyakit Rabies.

10. Terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan dan doa dari kedua orang tuaku Ayahanda B. Ketaren dan Ibunda C Br Sembiring serta adik-adikku Thomas Raya Ketaren dan Desra Putra Ketaren serta kakakku Alm. Jan Indah Br Ketaren.

11. Terima kasih buat suamiku Jhon Ricardo Tambunan yang telah banyak memberikan semangat selama penulis dalam pendidikan di FKM USU hingga selesainya skripsi ini.

12. Ibu mertua N Br Gultom terima kasih atas perhatiannya selama ini.

13. Kepada teman-teman di FKM USU baik kakak, abang serta adik-adik yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Segala kritikan dan saran di terima untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkatnya kepada kita semua, amin.

Medan, Desember 2008


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ITA EVALINA

Tempat/Tanggal Lahir : Pancurbatu / 5 Januari 1984 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Menikah Jumlah Saudara : 2 Orang

Alamat : Jl. Deli Tua No. 14 Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kab. Deli Serdang Kode Pos -20353

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1990 – 1996 : SD Inpres No. 104219 Tanjung Anom 2. Tahun 1996 – 1999 : SLTP Negeri 1 Pancur Batu

3. Tahun 1999 – 2002 : SMU Negeri 1 Pancur Batu

4. Tahun 2002 – 2005 : Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan

5. Tahun 2006 – 2008 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan………. i

Abstrak………... ii

Kata Pengantar………... iii

Riwayat Hidup Penulis ………. v

Daftar Isi……… vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar... xi

BAB 1. PENDAHULUAN…………... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan... 4

1.3.1. Tujuan Umum... 4

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Pengertian Rabies... 7

2.2. Sejarah Rabies... 7

2.3. Etiologi... 8

2.4. Masa Inkubasi ... 9

2.5. Gejala Klinis... 10

2.5.1. Pada Hewan... 10

2.5.2. Pada Manusia... 11

2.6. Type Rabies Pada Anjing... 12

2.7. Patogenesis... 13

2.8. Diagnosa... 15

2.8.1. Diagnosa Lapangan ... 15

2.8.2. Diagnosa Laboratorium... 16

2.9. Epidemiologi... 17

2.10. Kejadian rabies Dilapangan... 19

2.10.1. Pola Penggigitan... 19

2.10.2. Pola Penyebaran... 20

2.11. Pembagian Status Daerah Rabies... 20

2.12. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies... 22

2.13. Tipe-tipe Vaksin………... 25

2.14. Pencegahan Dan Pengendalian Rabies... 26

2.14.1. Pencegahan... 26

2.14.2. Pengendalian... 29


(9)

3.1. Kerangka Konsep... 31

3.2. Defenisi Operasional... 31

BAB 4. METODE PENELITIAN... 34

4.1. Jenis Penelitian... 34

4.2. Lokasi Penelitian... 34

4.3. Waktu Penelitian... 34

4.4. Populasi... 34

4.5. Sampel... 35

4.6. Jenis dan Sumber Data... 35

4.7. Pengolahan dan Analisa Data………... 35

BAB 5. HASIL PENELITIAN……….. 36

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian………. 36

5.1.1. Keadaan Geografis Puskesmas Pancur Batu……… 36

5.1.2. Fasilitas Puskesmas Pancur Batu………. 37

5.1.3. Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu………... 39

5.1.4. Populasi Anjing…………...……….... 40

5.2. Tersangka Penderita Rabies Menurut Orang………. 41

5.2.1. Umur Tersangka Penderita Rabies ....……….. 41

5.2.2. Jenis Kelamin Tersangka Penderita Rabies ...…….. 42

5.2.3. Tipe Exsposure Tersangka Penderita Rabies ... 42

5.2.4. Letak Luka Tersangka Penderita Rabies ...…… 43

5.2.5. Status VAR Tersangka Penderita Rabies ...………… 43

5.2.6. Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies... 44

5.3. Tersangka Penderita Rabies Menurut Reservoir……... 44

5.3.1. Jenis Hewan Penular Tersangka Penderita Rabies ...…. 44

5.3.2. Keadaan Akhir Hewan Tersangka Penderita Rabies...….. 45

5.3.3. Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular Tersangka Penderita Rabies………... 45

5.4. Tersangka Penderita Rabies Menurut Tempat………... 46

5.5. Tersangka Penderita Rabies Menurut Waktu………...… 47

5.6. Analisa Statistik... 48

5.6.1. Distribusi Umur Berdasarkan Letak Luka…………..…... 48

5.6.2. Distribusi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin…………... 49

5.6.2. Distribusi status VAR Berdasarkan Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies…….………. 49


(10)

6.1. Karakteristik Menurut Orang ……….. 51

6.1.1. Kelompok Umur………... 51

6.1.2. Jenis Kelamin……… 52

6.1.3. Tipe Exsposure Oleh Hewan Penular Rabies………... 53

6.1.4. Letak Luka Oleh Hewan Penular Rabies……….. 54

6.1.5. Status Vaksin Anti Rabies ( VAR)……..……….. 55

6.1.6. Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies………. 56

6.2. Karakteristik Menurut Reservoir ……….……….. 57

6.2.1. Jenis Hewan Penular Rabies……….……… 57

6.2.2. Keadaan Akhir Hewan Penular Rabies ……….…… 58

6.2.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Hewan Penular Rabies………... 60

6.3. Karakteristik Menurut Tempat………..…..……… 61

6.4. Karakteristik Menurut Waktu (Bulan)……… 62

6.5. Analisa statistik……….. 64

6.5.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Letak Luka……….. 64

6.5.2. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin……. 65

6.5.3. Distribusi Proporsi Pemberian VAR Berdasarkan Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies………. 66

BAB.7. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 68

7.1. Kesimpulan……… 68

7.2. Saran……….. 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2007 ………...39 Tabel 5.2. Distribusi Populasi Anjing Menurut Wilayah Kerja Puskesmas

Pancur Batu Tahun 2007 ………...……….40 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Umur di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………...41 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Jenis Kelamin di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……...……41 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Tipe Exsposure Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas

Pancur Batu Tahun 2007 ………42 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Letak Luka Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas

Pancur Batu Tahun 2007 ………43 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Status VAR di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………....……43 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas

Pancur Batu Tahun 2007 ………44 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Jenis Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2007 ……….44 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Keadaan Akhir Hewan Penular Rabies Pada Tersangka

Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 …………..45 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular


(12)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2007 ……….46 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Waktu (bulan) di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……..………47 Tabel 5.14. Tabulasi Umur Berdasarkan Letak Luka Pada Tersangka

Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ...48 Tabel 5.15. Tabulasi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tersangka

Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ...49 Tabel 5.16 Tabulasi Status VAR Berdasarkan Keadaan Akhir

Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar Struktur Virus Rabies ... 9

Gambar 2.2. Negri body di neuron ...14

Gambar 2.3. Skema patogenesis infeksi virus rabies ...15

Gambar 2.4. Penatalaksanaan Kasus gigitan Hewan Tersangka Rabies ...22

Gambar 6.1. Diagram Batang dan Gragik Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Umur di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……….51

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……….52

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Tipe Exsposure Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………..53

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Letak Luka Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………..54

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Status VAR di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……….55

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 …………...………...56

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Jenis Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………57

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Keadaan Akhir Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007...………...58


(14)

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Hasil Laboratorium Terhadap Hewan

Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………60 Gambar 6.10. Diagram Batang Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies

Berdasarkan Tempat (Wilayah Kerja) di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……….……61 Gambar 6.11. Diagram Batang Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies

Berdasarkan Waktu (Bulan) di Puskesmas Pancur Batu

Tahun 2007 ………...62 Gambar 6.12. Diagram Batang Umur Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Letak Luka di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ……….….64 Gambar 6.13. Diagram Batang Umur Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan

Jenis Kelamin di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 ………….…65 Gambar 6.14. Diagram Batang Status VAR Berdasarkan Keadaan Akhir

Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu


(15)

ABSTRAK

Penyakit Rabies di Indonesia merupakan masalah Kesehatan. Di Indonesia rata-rata pertahun dalam lima tahun terakhir (2000-2004) dari seluruh data orang meninggal karena rabies adalah 91 orang, kasus tertinggi 120 orang pada tahun 2000 dan terendah tahun 2001 berjumlah 68 orang. Di Kecamatan Pancur Batu tahun 2005 kasus gigitan hewan penular rabies dari 27 orang, pemberian VAR 16 orang, tahun 2006 dari 20 orang dengan peberian VAR 20 orang dan tahun 2007 dari 101 orang pada bulan Mei 2007 dilaporkan 1 orang meninggal akibat rabies.

Untuk mengetahui karakteristik tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series. Populasi 101 orang tersangka penderita Rabies dan sampel 101 orang ( seluruh populasi).

Hasil menunjukkan bahwa, tersangka penderita Rabies menurut umur dengan proporsi tertinggi 5-9 tahun 24,8%, jenis kelamin proporsi tertinggi pada laki-laki 54,5%, tipe exsposure proporsi tertinggi akibat gigitan 99,0%, letak luka proporsi tertinggi pada kaki 60,3%, yang mendapat VAR (Vaksin Anti Rabies) proporsi tertinggi 69,3%, keadaan akhir tersangka penderita proporsi tertinggi dengan keadaan hidup 99,0%, jenis hewan penular proporsi tertinggi pada anjing 98,0%, keadaan akhir hewan proporsi tertinggi dengan keadaan mati 64,4%, hasil laboratorium proporsi tertinggi tidak diperiksa 98,0%, wilayah kerja proporsi tertinggi di desa Namo Riam 41,5%, waktu kejadian proporsi tertinggi bulan April 26,7%. Tidak ada perbedaan proporsi umur dengan letak luka p=0,236 (p>0,05), tidak ada perbedaan proporsi umur dengan jenis kelamin dengan nilai p=0,167 (p>0,05) dan tidak ada perbedaan proporsi pemberian VAR dengan keadaan akhir tersangka penderita dengan nilai p=0,307 (p=005).

Diharapkan adanya peningkatan kerjasama antara Dinas Perternakan dan Dinas Kesehatan, melalui Puskesmas dalam upaya pencegahan Rabies kepada masyarakat dan pencatatan pelaporan kasus di Puskesmas. Kepada Dinas Peternakan melalui mantri hewan di Kecamatan melakukan vaksinasi anjing secara periodik dan menganjurkan masyarakat untuk segera ke Puskesmas/petugas kesehatan apabila digigit dan dicakar oleh hewan tersangka Rabies.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksana pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.1

Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan visi baru pembangunan kesehatan yang dinyatakan dengan Indonesia Sehat 2010. Namun demikian, disadari bahwa dalam rangka disentralisasi dibidang kesehatan, pencapaian Indonesia Sehat 2010 sangat ditentukan oleh pencapaian Provinsi sehat, Kabupaten/Kota sehat dan bahkan Kecamatan sehat.2

Upaya kesehatan yang dilakukan untuk tercapainya Pembangunan Nasional bidang kesehatan adalah mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, meningkatkan dan memperluas jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan dasar.1


(17)

Penyakit rabies merupakan penyakit menular akut bersifat zoonosis dari susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Ditularkan oleh hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera melalui gigitan, aerogen,

transplantasi atau kontak dengan bahan yang mengandung virus rabies pada kulit

yang lecet atau mukosa.3

Penyakit Rabies dilaporkan terjadi di seluruh dunia kecuali di beberapa negara seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru.4 Pada tahun 1980 – 1997 di seluruh dunia terdapat 35.000 – 50.000 kasus rabies manusia, kasus terbanyak adalah di negara-negara berkembang dimana rabies anjing masih endemis dan kebanyakan rabies manusia timbul dari gigitan anjing yang positif rabies.5

Penyakit Rabies di Indonesia merupakan masalah kesehatan. Perkembangan kejadian kasus rabies yang dilaporkan sejak tahun 1996 menunjukkan bahwa di Indonesia untuk tahun 1996 jumlah kasus 54 dengan jumlah kematian 6 orang, tahun 1997 jumlah kasus 268 dengan jumlah kematian 10 orang dan untuk tahun 1998 jumlah kasus 336 orang dengan jumlah kematian 18 orang.6 Tahun 2001 jumlah kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 11.942 orang dengan jumlah kematian 60 orang, tahun 2002 jumlah kasus 13.805 orang dengan kematian 84 orang, tahun 2003 jumlah kasus sebanyak 14.875 orang dengan kematian 84 orang, tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 14.996 orang dengan kematian 99 orang, tahun 2005 jumlah kasus 13.993 orang dengan kematian 121 orang, tahun 2006 jumlah kasus 13.929 orang dengan kematian 106 orang.2


(18)

berjumlah 120 orang pada tahun 2000 dan terendah tahun 2001 yang berjumlah 68 orang.Untuk pulau Sumatera rata-rata kasus rabies selama periode tahun 1997-2004 umumnya tinggi, yaitu dalam skala 295-959 kasus rabies atau rata-rata 693 kasus per tahun atau hampir 2 kasus per hari.7

Di Sumatera Utara kasus rabies masih tergolong tinggi yaitu pada tahun 2000 jumlah penderita sebanyak 1272 kasus, pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) sebanyak 765 orang, tahun 2001 sebanyak 1102 kasus dengan pemberian VAR 732 orang, tahun 2002 sebanyak 1107 kasus, pemberian VAR 644 orang, tahun 2003 sebanyak 1559 kasus pemberian VAR 1031 orang, tahun 2004 sebanyak 1290 kasus dengan pemberian VAR 1012 orang, tahun 2005 kasus gigitan sebanyak 1430 kasus pemberian VAR sebanyak 897 orang. Tahun 2006 jumlah kasus gigitan sebanyak 1640 kasus, pemberian VAR sebanyak 1205 orang. Provinsi Sumatera Utara sangat rawan dari serangan penyakit rabies, hal ini disebabkan populasi hewan penular rabies pada jenis hewan anjing adalah sebanyak 190.042 ekor yang menyebar pada 25 kabupaten/kota.8

Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di Sumatera Utara pada tahun 2005 terjadi di Medan jumlah kasus 55 orang dengan positif rabies sebanyak 36 orang, Deli Serdang jumlah 43 kasus dengan positif rabies sebanyak 31 orang, Langkat jumlah 13 kasus dengan positif rabies 9 orang, Karo jumlah 19 kasus dengan positif rabies sebanyak 9 orang, Asahan jumlah 21 kasus dengan positif rabies sebanyak 10 orang, Tapanuli Tengah jumlah 30 kasus dengan positif rabies 16 orang, Pematang Siantar jumlah 7 kasus dengan positif rabies sebanyak 3 orang, Serdang Bedagai jumlah 6 kasus dengan positif rabies sebanyak 4 orang.9


(19)

Di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2005 kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 53 kasus, pemberian VAR 43 orang, tahun 2006 terjadi kasus gigitan sebanyak 73 kasus, pemberian VAR sebanyak 72 orang. 10

Di Puskesmas Pancur Batu merupakan salah satu Puskesmas di Kab. Deli Serdang yang dalam 3 tahun terakhir selalu masuk dalam urutan 5 besar kasus rabies terbanyak di Kab. Deli Serdang. Adapun empat puskesmas lainnya termasuk daerah kasus rabies terbesar di Kab. Deli Serdang yaitu : Puskesmas Talun Kenas, Kutalimbaru, Namorambe, dan Sibiru-biru.10

Di Kecamatan Pancur Batu pada tahun 2005 kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 27 orang, pemberian VAR sebanyak 16 orang, tahun 2006 terjadi kasus gigitan sebanyak 20 orang, peberian VAR sebanyak 20 orang dan tahun 2007 terjadi kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 101 orang dan pada bulan Mei 2007 dilaporkan 1 orang meninggal akibat rabies.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik tersangka penderita rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya Karakteristik Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.


(20)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Karakteristik Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut umur.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut tipe exsposure oleh hewan penular rabies.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut letak luka oleh hewan penular rabies.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut status VAR (Vaksin Anti Rabies).

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut keadaan akhir tersangka penderita Rabies.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut jenis hewan penular rabies.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi keadaan akhir hewan penular rabies pada tersangka penderita rabies.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi hasil pemeriksaan laboratorium terhadap hewan penular rabies di Puskesmas Pancur Batu.


(21)

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut wilayah kerja puskesmas.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu menurut waktu (bulan).

l. Untuk mengetahui perbedaan umur tersangka penderita Rabies dengan letak luka. m. Untuk mengetahui perbedaan umur tersangka penderita Rabies dengan jenis

kelamin tersangka penderita rabies.

n. Untuk mengetahui perbedaan pemberian VAR dengan keadaan akhir tersangka penderita Rabies.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai masukan bagi Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dan instansi terkait setempat dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit rabies.

b. Sebagai masukan bagi penulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penyakit rabies.

c. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang penyakit rabies.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rabies

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.11

2.2. Sejarah Rabies

Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, bahkan sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Prasasti rabies yang berisikan aturan denda bagi pemilik anjing, yang positif rabies menggigit manusia hingga mati telah dibuat pada zaman kekuasaan raja Hamurabi (2300 SM). Rabies pada anjing dan kucing telah digambarkan oleh Democritus (500 SM) dan Aristoteles (322 SM), Celcus (100 tahun sesudah masehi) untuk pertama kalinya memperkenalkan hubungan antara gejala takut air (hidrofobia) pada manusia dengan rabies pada hewan.12

Di Indonesia rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884), kemudian oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. De Haan pada manusia (1894), selanjutnya selama pendudukan Jepang situasi daerah tertular rabies tidak


(23)

diketahui dengan pasti, namun setelah Perang Dunia II peta rabies di Indonesia berubah. Secara kronologis tahun kejadian penyakit rabies mulai di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), D.I. Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah (1978), Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997).13

Pada akhir tahun 1997, KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies muncul di Kab. Flores Timur-NTT sebagai akibat pemasukan secara ilegal anjing dari pulau Buton-Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik rabies. Sampai dengan saat ini selain beberapa provinsi di kawasan Timur Indonesia yang tersebut diatas pulau-pulau kecil di sekeliling Pulau Sumatera masih dinyatakan bebas rabies.13

2.3. Etiologi

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).

Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.


(24)

Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa tahun.14

Gambar 2.1. Gambar Struktur Virus Rabies15

2.4. Masa Inkubasi

Masa inkubasi rabies pada anjing 10 – 15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi.16

Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang genetik, status immun, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari


(25)

titik pintu masuknya ke susunan saraf pusat.5 Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan di tangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.17

2.5. Gejala Klinis 2.5.1. Pada Hewan

Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium : 1. Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan. 2. Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada

provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan.

Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.


(26)

3. Stadium Paralisis.

Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.7, 16

2.5.2. Pada Manusia18,30

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium. 1. Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. 2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.


(27)

4. Stadium Paralis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

2.6. Type Rabies Pada Anjing a. Rabies Ganas

- Tidak menuruti lagi perintah pemilik. - Air liur keluar berlebihan

- Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha.

- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang

- Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.

- Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat. - Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar

berlebihan.


(28)

2.7. Patogenesis

Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa).2 Cakaran oleh kuku hewan penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva yang ditempatkan pada permukaan mukosa seperti konjungtiva mungkin infeksius. Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang diciptakan oleh kelelawar. Penularan rabies melalui

transplan kornea dari penderita dengan ensefalitis rabies yang tidak didiagnosis pada resipen/penerima sehat telah direkam dengan cukup sering. Penularan dari orang ke

orang secara teoritis mungkin tetapi kurang terdokumentasi dan jarang terjadi.19 Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.21 Bagian otak yang terserang adalah medulla

oblongata dan annon’s hoorn.14

Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam

neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan

pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam


(29)

jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.17, 21


(30)

Gambar 2.3. Skema patogenesis infeksi virus rabies. Nomor pada gambar menunjukkan urutan kejadian.17

2.8. Diagnosa

2.8.1. Diagnosa Lapangan

Untuk memperoleh tingkat akurasi yang tinggi, cara yang paling tepat adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;

- Anjing yang menggigit harus ditangkap dan diobservasi. - Riwayat penggigitan, ada tidaknya provokasi.


(31)

Penahanan dan observasi klinis selama 10 - 15 hari dilakukan terhadap anjing, kucing yang walaupun tampak sehat dan diketahui telah menggigit orang (sedangkan anjing atau kucing yang tidak ada pemiliknya dapat langsung dibunuh dan diperiksa otaknya)13

Berdasarkan pengalaman di lapangan, anjing menggigit lebih dari satu orang tanpa didahului oleh adanya provokasi dan anjing tersebut mati dalam masa observasi yang kemudian specimen otaknya diperiksa dilaboratorium hasilnya adalah positif rabies, selanjutnya indikasi kecenderungan rabies di lapangan tanpa adanya tindakan

provokasi dapat ditentukan sebagai berikut :

- Hewan menggigit 1 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 25 %.

- Hewan menggigit 2 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 50 %.

- Hewan menggigit 3 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 75 %.

- Hewan menggigit 4 orang tanpa provokasi kemungkinan (positif) rabies 100 %.22

2.8.2. Diagnosa Laboratorium

Diagnosa rabies secara laboratorium didasarkan atas : a. Penemuan badan negri (negri body)

b. Penemuan antigen

c. Penemuan virus (isolasi)23

Antigen, badan negri dan virus banyak ditemukan pada sel saraf (neuron)

sedangkan kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus tetapi badan negri tidak selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah anjing. Adanya kontaminasi pada


(32)

specimen dapat mengganggu pemeriksaan dan khususnya untuk ”isolasi virus”

pengiriman harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelestarian hidup virus dalam

specimen tetap terjamin sampai ke laboratorium.23

Bahan pemeriksaan dapat berupa seluruh kepala, otak, hippocampus, cortex

cerbri dan cerebellum, preparat pada gelas objek dan kelenjar ludah. Bila negri body

tidak ditemukan, supensi otak (hippocampus) atau kelenjar ludah sub maksiler diinokulasikan intrakranial pada hewan coba (suckling animals), misalnya hamster, tikus (mice) atau kelinci (rabbits).24

Cara diagnosis rabies secara laboratoris dapat dilakukan dengan :

a. Mikroskopis untuk melihat dan menemukan badan negri, yakni pewarnaan cepat Sellers, FAT (Fluorescence Antibody Technique) dan histopatologik. b. Antigen-antibody reaksi dengan uji virus nertralisasi, gel agar presipitasi atau

reaksi peningkatan komplemen dan FAT

Isolasi virus secara biologis pada mencit atau in vitro pada biakan jaringan diikuti

identifikasi isolat dengan cara pewarnaan FAT atau uji virus netralisasi.23

2.9. Epidemiologi

Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies.7 Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim, dan kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.20


(33)

Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.19

Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).25

Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004, Banten sejak tahun 1996, dan provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK Mentan bebas rabies ini, maka seluruh pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta telah lebih dahulu dibebaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997.25

Daerah yang secara historis bebas rabies (belum pernah ada kasus) adalah provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan Barat, Papua, Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas


(34)

Manusia yang menderita rabies selalu berakhir dengan kematian (100% Case

Fatality Rate), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%) diikuti

kucing (0,29%) dan hewan lain, kera dan hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%). Bagian tubuh manusia yang digigit meliputi kepala (5%), tangan (28%), kaki(57%), lain-lain (10%).14

2.10. Kejadian Rabies Dilapangan

Kejadian (kasus) positif rabies di lapangan dipengaruhi oleh : 2.10.1. Pola Penggigitan

Ada 2 pola penggigitan oleh anjing terhadap manusia yaitu : a. Penggigitan karena provokasi

Penggigitan yang terjadi disini didahului oleh adanya gangguan langsung atau tidak langsung. Pada anjing yang sedang beranak biasanya naluri untuk melindungi anaknya sangat kuat sehingga sangat mudah sekali anjing menyerang dan menggigit apalagi kalau diganggu. Bentuk-bentuk provokasi terhadap anjing sangat beragam dari mulai memukul, menyeret ekor sampai dengan menggoda anjing yang sedang tidur. Hal tersebut akan menstimulasi anjing untuk menggigit. Bahkan pada kejadian lain orang membawa makanan yang lewat didepan anjing yang sedang lapar dapat memicu terjadinya penggigitan.

b. Penggigitan tanpa provokasi

Dalam hal ini anjing menyerang dan menggigit secara tiba-tiba tanpa adanya gangguan dalam bentuk apapun. Dilapangan anjing yang menggigit secara tiba-tiba tadi biasanya sudah menjadi ”wandering-dog” atau anjing lontang-lantung


(35)

yang berjalan tanpa tujuan dan menyerang serta menggigit siapa saja yang ditemuinya. Anjing tersebut biasanya adalah anjing liar atau anjing peliharaan yang ditelantarkan sehingga menjadi liar.13

2.10.2. Pola Penyebaran

Penularan rabies di lapangan (rural rabies) berawal dari suatu kondisi anjing yang tidak dipelihara dengan baik atau anjing liar yang merupakan ciri khas yang ada di perdesaan yang berkembang dan sulit dikendalikan. Suatu kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah endemis. Secara alami yang sering terjadi pola penyebaran rabies.

Pada umumnya manusia merupakan ”dead end” atau terminal akhir dari korban gigitan. Karena sampai saat ini belum ada kasus manusia menggigit anjing. Baik anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar maupun anjing peliharaan, setiap saat dapat menggigit manusia. Sementara itu anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar dapat menggigit satu sama lain.

Kalau salah satu diantara anjing yang menggigit tersebut positif rabies, maka akan terjadi kasus-kasus positif (+) rabies yang semakin tinggi.13

2.11. Pembagian Status Daerah Rabies 1. Daerah Bebas

Kriterianya :


(36)

- Daerah yang tertular rabies tapi dalam 2 tahun terakhir tidak ada kasus secara klinis dan epidemiologis serta sudah dikonfirmasi secara laboratoris.

2. Daerah Tertular Kriterianya :

- Daerah yang dalam 2 tahun terakhir pernah ada kasus pada hewan dan manusia (baik secara berurutan atau tunggal) secara klinis

epidemiologis dan dikonfirmasi secara laboratoris. Khusus untuk manusia kasusnya berasal dari daerah tersebut (bukan kasus import) 3. Daerah Tersangka

Kriterianya :

- Daerah yang dalam 2 tahun terakhir ada kasus rabies secara klinis dan epidemiologis tapi belum dibuktikan secara laboratoris.

- Daerah yang berbatasan langsung dalam satu daratan dengan daerah tertular.18


(37)

2.12. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Gambar 2.4. Penatalaksanaan Kasus gigitan Hewan Tersangka Rabies18 Kasus Gigitan Anjing,

Kucing, Kera

Hewan penggigit dapat ditangkap & diobservasi 10-14 hari Hewan penggigit lari/hilang & tidak

dapat ditangkap, mati/dibunuh

Luka resiko tinggi Luka resiko rendah Luka resiko rendah Segera diberi VAR Segera diberi VAR & SAR Luka resiko tinggi Segera diberi VAR & SAR Tidak diberi VAR tunggu hasil observasi Jika tidak dapat diperiksa laboratorium lanjutkan VAR

Specimen otak hewan dapat diperiksa dilaboratorium Hewan sehat Hewan mati Hewan mati Hewan sehat

Positif Negatif

VAR lanjutan

Stop

VAR Beri/

lanjutkan VAR

Tidak di VAR

Specimen otak hewan diperiksa dilaboratorium

Positif Negatif e


(38)

Penderita gigitan Anjing, Kucing, Kera segera :

- Cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama 10 – 15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll)

- Segera ke Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit untuk mencari pertolongan selanjutnya.

Di Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit di lakukan : Penanganan luka gigitan :

- Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama 10 – 15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll)

- Amamnesis apakah didahului tindakan provokatif, hewan yang

menggigit menunjukkan gejala rabies, penderita gigitan hewan pernah divaksinasi dan kapan, hewan penggigit pernah divaksinasi dan kapan. - Identifikasi luka gigitan

 Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa, leher, kepala), luka pada jari tangan, kaki, genetalia, luka lebar/dalam dan luka yang banyak multiple wound)

 VAR (Vaksin Anti Rabies)

1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)


(39)

Dosis Dewasa/anak sama yaitu : hari ke 0 (pertama berkunjung ke Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit). Diberikan 2 dosis @ 0,5 ml diberikan deltoideus kanan/kiri.

Hari ke 7 dan 21 diberikan 0,5 ml lagi secara intra muskuler di

deltoideus kanan/kiri. Apabila VAR Verorab + SAR perlu diberikan booster pada hari ke 90.

2. Suckling Mice Brain Veccine (SMBV)

Produksi Bio Farma Bandung.

Dosis : Dewasa, dasar 2 ml, diberikan 7x setiap hari sub cutan didaerah sekitar pusar/umbillus. Ulangan 0,25 ml diberikan ke 11,15,30 dan 90 secara intra cutan dibagian fleksor lengan bawah. Anak-anak 3 tahun ke bawah, dasar 1 ml diberikan 7x setiap hari sub

cutan disekitar daerah sekitar pusar/umbillus. Ulangan 0,1 ml

diberikan hari ke 11,15,30,dan 90 secara intra cutan dibagian fleksor lengan bawah. Pemberian SMBV + SAR (Serum Anti Rabies) Jadwal pemberian VAR dasar sama ulangan boostar jadwalnya 11, 15, 25, 35, dan 90.

SAR (Serum Anti Rabies)

SAR Heterolog (serum kuda) produksi Bio Farma Bandung, dosis 40 IU/Kg BB, harus dilakukan skin test positif tidak boleh diberikan, kemasan vial = 20 ml(1 ml = 100 IU)


(40)

disuntikkan secara infiltrasi disekitar luka sebanyak mungkin sisanya

intra muskuler di gluleus/pantat.18

2.13. Tipe-tipe Vaksin5

Semua vaksin rabies untuk manusia mengandung virus rabies yang telah diinaktifkan.

1. Vaksin sel diploid manusia (HDCV)

Untuk mendapkatkan suatu suspensi virus rabies yang bebas dari protein asing dan protein sistem saraf, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam lini sel

fibroblast normal manusia WI-38. Preparasi virus rabies dipekatkan oleh ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan β-propiolakton. Tidak ada reaksi ensefalitik

ataupun anafilaktik serius yang pernah dilaporkan. 2. Vaksin rabies, terabsorbsi (RVA)

Suatu vaksin yang dibuat dalam lini sel diploid yang berasal dari sel-sel paru janin kera rhesus diijinkan di AS tahun 1988. Virus vaksin ini diinaktivasi oleh β -propiolakton dan dipekatkan oleh adsorbsi dengan aluminium fosfat.

3. Vaksin sel embrio ayam yang dimurnikan (PCEC)

Vaksin ini dipreparasi dari strain virus rabies fixed flury LEP yang tumbuh dalam fibroblast ayam. Diinaktivasi oleh β-propiolakton dan dimurnikan lebih


(41)

4. Vaksin jaringan saraf

Dibuat dari otak domba, kambing atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Menimbulkan

sensitisasi pada jaringan saraf dan menghasilkan ensefalitis pasca vaksinasi (suatu

penyakit alergi) dengan frekuensi subscansial (0,05%). Perkiraan efektivitasnya pada orang yang digigit oleh hewan buas/gila bervariasi dari 5 sampai 50%.

5. Vaksin embrio bebek

Vaksin ini dikembangkan untuk meminimalkan masalah ensefalitis pasca

vaksinasi. Virus rabies ditanam dalam telur bebek berembrio. Jarang terdapat reaksi anafilaktik, tetapi antigenisitas vaksinnya rendah, sehingga beberapa dosis harus

diuji untuk mendapatkan respon antibodi yang memuaskan. 6. Virus hidup yang dilemahkan

Virus hidup yang dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh pada embrio ayam (misalnya, strai flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadang-kadang vaksin demikian bisa menyebabkan kematian oleh rabies pada kucing atau anjing yang disuntik. Virus rabies yang tumbuh pada biakan sel hewan yang berlainan telah dipakai sebagai vaksin untuk hewan piaraan.

2.14. Pencegahan Dan Pengendalian Rabies 2.14.1. Pencegahan

a. Pencegahan Primer

1. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.


(42)

2. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies.

3. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerah-daerah bebas rabies.

4. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus. 5. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing

yang telah divaksinasi.

6. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.

7. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.

8. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan

berangus (beronsong).

9. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.

10.Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.


(43)

11.Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurang-kurangnya 1 meter.26,7

b. Pencegahan Sekunder

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan. 7

Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi rabies.7

c. Pencegahan Tersier

Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau menghalangi perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif yang mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata menderita rabies berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas


(44)

Perternakan, maka orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan pengobatan khusus (Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies dengan lengkap.3

2.14.2. Pengendalian a. Aturan Perundangan

Upaya pencegaan dan pengendalian rabies telah dilakukan sejak lama, di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu secara lintas sektoral antara lain dengan adanya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri No: 279A/MenKes/SK/VIII/1978; No: 522/Kpts/Um/8/78; dan No: 143/tahun1978.7

Penerapan aturan perundangan ini perlu ditegakkan, agar pelaksanaan di lapangan lebih efektif dan secara tegas memberikan otoritas kepada pelaksana untuk melakukan kewajibannya sesuai dengan aturan perundangan yang ada, baik tingkat nasional, tingkat kawasaan, maupun tingkat lokal.7

b. Surveilans

Pelaksanaan surveilans untuk rabies merupakan dasar dari semua program dalam rangka pengendalian penyakit ini. Data epidemiologi harus dikumpulkan sebaik mungkin, dianalisis, dipetakan, dan bila mungkin segera didistribusikan secepat mungkin. Informasi ini juga penting untuk dasar perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program pengendalian.7


(45)

c. Vaksinasi Rabies

Untuk mencegah terjadinya penularan rabies, maka anjing, kucing, atau kera dapat diberi vaksin inaktif atau yang dilemahkan (attenuated). Untuk memperoleh kualitas vaksin yang efektif dan efisien, ada beberapa persyaratan yang harus dipenui, baik vaksin yang digunakan bagi hewan maupun bagi manusia, yakni :

 Vaksin harus dijamin aman dalam pemakaian.

 Vaksin harus memiliki potensi daya lindung yang tinggi.

 Vaksin harus mampu memberikan perlindungan kekebalan yang lama.

 Vaksin arus mudah dalam cara aplikasinya.

 Vaksin harus stabil dan menghasilkan waktu kadaluwarsa yang lama.


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Tersangka Penderita Rabies 1. Orang

Umur

Jenis Kelamin

Tipe exsposure oleh hewan penular rabies Letak luka

Status VAR

Keadaan akhir tersangka penderita rabies

2. Reservoir

Jenis hewan penular rabies

Keadaan akhir hewan penular rabies

Hasil pemeriksaan laboratorium dari hewan penular rabies

3. Tempat

Wilayah kerja Puskesmas 4. Waktu

Bulan ( Januari – Desember 2007 )

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Tersangka penderita rabies adalah orang yang tercatat berdasarkan data laporan kasus rabies di Puskesmas Pancur Batu.

3.2.2. Umur adalah umur tersangka penderita rabies berdasarkan data yang tercatat dalam laporan kasus yaitu :

1.< 1 tahun 2.1-4 tahun 3.5-9 tahun 4.10-14 tahun 5.15-19 tahun 6.20-44 tahun


(47)

7.45-54 tahun 8.55-59 tahun 9.60-69 tahun 10.> 70 tahun

Untuk kelompok umur uji statistik dikategorikan menjadi : 1. < 15 tahun

2. ≥ 15 tahun

3.2.3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Jenis hewan penular rabies adalah jenis hewan penular rabies yang dapat mengakibatkan terjadinya rabies pada tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Anjing 2. Kucing 3. Kera/Monyet

3.2.5. Tipe Exsposure adalah jenis transmisi penyakit tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Di gigit 2. Di cakar

3.2.6. Letak luka adalah letak dimana lokasi gigitan atau cakaran hewan penular rabies pada tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Kepala 2. Badan 3. Tangan 4. Kaki

Untuk letak luka uji statistik dikategorikan menjadi : 1. Kepala dan Badan


(48)

3.2.7. Status VAR (Vaksin Anti Rabies) adalah tersangka penderita rabies yang mendapatkan Vaksin Anti Rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Mendapat 2. Tidak mendapat

3.2.8. Keadaan akhir tersangka penderita rabies adalah keadaan akhir dari tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Hidup 2. Meninggal

3.2.9. Keadaan akhir hewan penular rabies adalah keadaan akhir dari hewan yang menggigit dan mencakar tersangka penderita rabies berdasarkan data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Hidup 2. Mati 3. Hilang

3.2.10.Hasil pemeriksaan labortorium dari hewan penular rabies adalah hasil pemeriksaan yang diperoleh dari dinas perternakan yang terdapat pada data laporan kasus dan pengelompokannya adalah :

1. Positif 2. Negatif

3. Tidak diperiksa

3.2.11.Tempat adalah wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang meliputi 22 desa.

3.2.12.Waktu adalah waktu kejadian kasus tersangka penderita gigitan hewan rabies dalam tahun 2007 yaitu 12 bulan ( Januari – Desember )


(49)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series dan dilanjutkan dengan analisa statistik.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

4.3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2007 dengan kegiatan survei awal, bulan Januari hingga Februari pencarian literatur, penulisan proposal bulan Maret hingga April, konsultasi proposal bulan April hingga Mei, seminar proposal bulan Juni, perbaikan proposal bulan Juni hingga Juli, pengumpulan, pengolahan dan analisa data dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus, penulisan skripsi bulan Agustus hingga September, konsultasi skripsi bulan September hingga November dan sidang skripsi bulan Desember 2008.

4.4. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh tersangka penderita rabies yang tercatat di Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2007 yaitu sebanyak 101 kasus.


(50)

4.5. Sampel

Besar sampel 101 kasus adalah sama dengan seluruh populasi (Total

Sampling) berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium pada tahun 2007.

4.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang bersumber dari laporan Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2007.

4.7. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah ada dikumpulkan, diolah dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan derajat kepercayaan  = 0,05 kemudian dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekwensi, diagram pie dan diagram batang.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

5.1.1. Keadaan Geografis Puskesmas Pancur Batu

Puskesmas Pancur Batu terletak di jalan Jamin Ginting km 17,5 Desa Tengah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dengan luas wilayah kerja 4.037 Ha dengan 22 desa wilayah kerja dan jumlah penduduk sebanyak 65.480 jiwa.

Kecamatan Pancur Batu berada pada ketinggian 160 meter dari permukaan laut dengan batas-batas daerah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan / Sunggal

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru

Keadaan alam kecamatan Pancur Batu adalah datar, landai dan berbukit (dataran tinggi) dengan ketinggian rata-rata ± 60 meter diatas permukaan laut, Beriklim sedang serta dipengaruhi musim panas dan musim penghujan. Adapun penduduk terdiri dari beberapa suku antara lain, suku Karo 6013 KK, Jawa 4810 KK, Tapanuli Utara 2104 KK, Tapanuli Selatan 1052 KK, Minang 752 KK, Cina 150 KK, Nias 90 KK, Tamil 60 KK. Mata pencaharian penduduk sebagai petani 71 %, Pedagang 12 %, Pegawai Negeri 0,9 %, Karyawan 0,4 % dan buruh harian lepas


(52)

0,4%. Keagamaan penduduk adalah Islam 33488 jiwa, Kristen 31599 Jiwa, Budha 262 jiwa dan Hindu 131 jiwa.

5.1.2. Fasilitas Puskesmas Pancur Batu

Puskesmas Pancur Batu melaksanakan kegiatannya didukung oleh berbagai fasilitas, antara lain :

1. Gedung Puskesmas Permanen Antara lain :

a. Kamar Kepala Puskesmas : 1 buah m. Ruang Loket Karcis : 1 buah b. Klinik Gigi : 1 buah n. Ruang Tata Usaha : 1 buah c. Kamar KIA : 1 buah o. Ruang Data : 1 buah d. Ruang KB : 1 buah p. Kamar Mandi : 7 buah e. Ruang IVA : 1 buah q. Ruang Tunggu : 1 buah

f. Ruang Kontap : 1 buah r. Apotek : 1 buah

g. Ruang Rawat Inap : 2 buah s. Laboratorium : 1 buah h. Ruang Bersalin : 1 buah t. Poliklinik/ruang konseling : 1 buah i. Ruang PKM : 1 buah u. Ruang Manajemen Terpadu

j. Ruang Dapur : 1 buah Balita Sehat (MTBS) : 1 buah k. Ruang Imunisasi : 1 buah


(53)

2. Sumber Daya Manusia

Fasilitas sumber daya puskesmas antara lain:

a. Dokter Umum : 7 orang

b. Dokter Gigi : 4 orang

c. SKM : 1 orang

d. Bidan/Akbid : 53 orang

e. Perawat : 37 orang

f. SPAG/Akzi : 4 orang

g. SAA : 2 orang


(54)

5.1.3. Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Puskesmas Pancur Batu melaksanakan kegiatannya dengan melayani 22 desa. Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga dan Jenis

Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007 Jenis Kelamin

No Desa Jumlah

KK Lk Pr

Jumlah Penduduk

1 Baru 1077 2003 1991 3994

2 Bintang Meriah 370 683 679 1362

3 D. Simbelang A 528 1119 1110 2229

4 Durin Jangak 284 892 848 1740

5 Durin Tonggal 659 1168 1158 2326

6 Hulu 830 1869 1853 3722

7 Lama 1008 2115 2057 4172

8 Namo Simpur 347 660 648 1308

9 Namo Riam 358 775 761 1536

10 Namo Rih 329 520 509 1029

11 Namo Bintang 838 1610 1599 3209

12 Pertampilan 338 698 673 1371

13 Salam Tani 240 413 411 824

14 Simalingkar A 703 1355 1341 2696

15 Sembahe Baru 340 725 695 1420

16 Sugau 425 889 863 1752

17 Tanjung Anom 1333 3048 2988 6036

18 Tuntungan I 707 1467 1424 2891

19 Tuntungan II 958 2085 2063 4148

20 Tiang Layar 381 925 887 1812

21 Tengah 494 950 1052 2002

22 P. Simalingkar 2484 6956 6945 13901

Jumlah 15.031 32.925 32.555 65.480

Sumber: Kantor Camat Pancur Batu Tahun 2007

Tabel 5.1. di atas menunjukkan bahwa distribusi penduduk berdasarkan kepala keluarga dan jenis kelamin di Kecamatan Pancur Batu yang tertinggi adalah desa P. Simalingkar yaitu sebanyak 13901 jiwa yang terdiri dari 2484 Kepala Keluarga, dimana 6956 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 6945 jiwa berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah penduduk yang terendah adalah desa Salam


(55)

Tani yaitu sebanyak 824 jiwa yang terdiri dari 240 Kepala Keluarga, dimana 413 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 411 jiwa berjenis kelamin perempuan.

5.1.4. Populasi Anjing

Populasi anjing menurut wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Populasi Anjing Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Desa f %

1 Baru 269 10.7

2 Bintang Meriah 123 4.9

3 D. Simbelang A 132 5.2

4 Durin Jangak 64 2.6

5 Durin Tonggal 142 5.7

6 Hulu 134 5.4

7 Lama 178 7.1

8 Namo Simpur 87 3.5

9 Namo Riam 119 4.8

10 Namo Rih 82 3.3

11 Namo Bintang 102 4.1

12 Pertampilan 112 4.5

13 Salam Tani 60 2.4

14 Simalingkar A 115 4.6

15 Sembahe Baru 95 3.8

16 Sugau 97 3.9

17 Tanjung Anom 23 0.9

18 Tuntungan I 35 1.4

19 Tuntungan II 33 1.3

20 Tiang Layar 127 5.1

21 Tengah 164 6.6

22 P. Simalingkar 204 8.2

Jumlah 2497 100

Sumber: Kantor Camat Pancur Batu Tahun 2007

Tabel 5.2. di atas menunjukkan bahwa distribusi populasi anjing menurut wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu yang tertinggi adalah Desa Baru yaitu


(56)

sebanyak 269 ekor (10,4%) dan terendah adalah Desa Tanjung Anom sebanyak 23 ekor (0,9%).

5.2. Tersangka Penderita Rabies Menurut Orang

Tersangka penderita Rabies menurut orang di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 yang diteliti dalam penelitian ini adalah berdasarkan umur, jenis kelamin, tipe exsposure, letak luka, status VAR dan keadaan akhir tersangka penderita Rabies.

5.2.1 . Umur Tersangaka Penderita Rabies

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Umur di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Umur (tahun) f %

1 < 1 0 0

2 1-4 17 16,8

3 5-9 25 24,8

4 10-14 16 15,8

5 15-19 8 7,9

6 20-44 19 18,8

7 45-54 8 7,9

8 55-59 0 0

9 60-69 5 5,0

10 > 70 3 3,0

Jumlah 101 100

Sumber: Data Puskesmas Pancur Batu

Tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan umur yang tertinggi adalah pada kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 25 orang (24,8%) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun dan 55-59 tahun dengan tidak ada kasus tersangka penderita Rabies.


(57)

5.2.2. Jenis Kelamin Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Jenis Kelamin f %

1 Laki-laki 55 54,5

2 Perempuan 46 45,5

Jumlah 101 100

Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah pada laki-laki yaitu sebanyak 55 orang (54,5%) dan pada perempuan sebanyak 46 orang (45,5%).

5.2.3. Tipe Exsposure Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Tipe Exsposure Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Tipe Exsposure f %

1 Di gigit 100 99,0

2 Di cakar 1 1,0

Jumlah 101 100

Tabel 5.5. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan tipe exsposure yang tertinggi adalah pada gigitan yaitu sebanyak 100 orang (99,0%) dan terendah pada cakaran sebanyak 1 orang (1,0%).


(58)

5.2.4. Letak Luka Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Letak Luka Oleh Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Letak Luka f %

1 Kepala 2 2,0

2 Badan 4 4,0

3 Tangan 34 33,7

4 Kaki 61 60,3

Jumlah 101 100

Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan letak luka oleh hewan penular Rabies yang tertinggi adalah pada kaki yaitu sebanyak 61 orang (60,3%) dan terendah pada kepala sebanyak 2 orang (2,0%).

5.2.5. Status VAR Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Status VAR di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Status VAR f %

1 Mendapat 70 69,3

2 Tidak mendapat 31 30,7

Jumlah 101 100

Tabel 5.7. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan status Vaksin Anti Rabies (VAR) yang tertinggi adalah pada yang mendapat VAR yaitu sebanyak 70 orang (69,3%) dan tidak mendapat VAR sebanyak 31 orang (30,7%).


(59)

5.2.6. Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Keadaan Akhir di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Keadaan Akhir f %

1 Hidup 100 99,0

2 Meninggal 1 1,0

Jumlah 101 100

Tabel 5.8. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan keadaan akhir yang tertinggi adalah pada keadaan hidup yaitu sebanyak 100 orang (99,0%) dan yang meninggal sebanyak 1 orang (1,0%).

5.3. Tersangka Penderita Rabies Menurut Reservoir

Tersangka penderita Rabies menurut reservoir di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 yang diteliti dalam penelitian ini adalah berdasarkan jenis hewan penular, keadaan akhir hewan penular dan hasil laboratorium terhadap hewan penular.

5.3.1. Jenis Hewan Penular Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Jenis Hewan Penular di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Jenis Hewan Penular f %

1 Anjing 99 98,0

2 Kera/Monyet 2 2,0

Jumlah 101 100

Tabel 5.9. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan jenis hewan penular yang tertinggi adalah pada anjing yaitu sebanyak 99 orang (98,0%) dan terendah pada kera/monyet sebanyak 2 orang (2,0%).


(60)

5.3.2. Keadaan Akhir Hewan Penular Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Keadaan Akhir Hewan Penular di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Keadaan Akhir Hewan f %

1 Hidup 27 26,7

2 Mati 65 64,4

3 Hilang 9 8,9

Jumlah 101 100

Tabel 5.10. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan keadaan akhir hewan penular yang tertinggi adalah pada keadaan mati yaitu sebanyak 65 ekor (64,4%) dan terendah pada keadaan hilang sebanyak 9 ekor (8,9%).

5.3.3. Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Hasil Laboratorium f %

1 Positif 2 2,0

2 Negatif 0 0

3 Tidak diperiksa 99 98,0

Jumlah 101 100

Tabel 5.11. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan hasil laboratorium terhadap hewan penular rabies yang positif adalah sebanyak 2 ekor (2,0%) dan tidak diperiksa adalah sebanyak 99 ekor (98,0%).


(61)

5.4. Tersangka Penderita Rabies Menurut Tempat

Tersangka penderita Rabies menurut tempat di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 yang diteliti dalam penelitian ini adalah wilayah kerja puskesmas yang terdiri dari 22 desa.

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Wilayah Kerja Puskesmas f %

1 Baru 1 1,0

2 Bintang Meriah 0 0

3 D. Simbelang A 3 3,0

4 Durin Jangak 0 0

5 Durin Tonggal 0 0

6 Hulu 13 12,8

7 Lama 3 3,0

8 Namo Simpur 4 4,0

9 Namo Riam 42 41,5

10 Namo Rih 6 5,9

11 Namo Bintang 5 5,0

12 Pertampilan 4 4,0

13 Salam Tani 1 1,0

14 Simalingkar A 4 4,0

15 Sembahe Baru 8 7,9

16 Sugau 0 0

17 Tanjung Anom 0 0

18 Tuntungan I 0 0

19 Tuntungan II 0 0

20 Tiang Layar 0 0

21 Tengah 7 6,9

22 P. Simalingkar 0 0

Jumlah 101 100

Tabel 5.12. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan wilayah kerja Puskesmas yang tertinggi adalah pada desa Namo Riam yaitu sebanyak 42 orang (41,5%), terendah dengan tidak ada kasus tersangka yaitu


(62)

pada desa Bintang Meriah, Durin Jangak, Durin Tonggal, Sugau, Tanjung Anom, Tuntungan I, Tuntungan II, Tiang Layar dan P. Simalingkar.

5.5. Tersangka Penderita Rabies Menurut Waktu

Untuk mengetahui karakteristik tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu pada Tahun 2007 yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu waktu (bulan) yaitu mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember Tahun 2007.

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies Berdasarkan Waktu di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

No Waktu (bulan) f %

1 Januari 10 9,9

2 Februari 3 3,0

3 Maret 6 5,9

4 April 27 26,7

5 Mei 20 19,8

6 Juni 11 10,9

7 Juli 2 2,0

8 Agustus 6 5,9

9 September 5 5,0

10 Oktober 1 1,0

11 Nopember 0 0

12 Desember 10 9,9

Jumlah 101 100

Tabel 5.13. di atas dapat dilihat bahwa tersangka penderita Rabies berdasarkan waktu (bulan) di Puskesmas yang tertinggi adalah pada bulan April yaitu sebanyak 27 orang (26,7%) dan terendah dengan tidak terjadi kasus yaitu pada bulan Nopember.


(63)

5.6. Analisa Statistik

5.6.1. Distribusi Umur Berdasarkan Letak Luka

Tabel 5.14. Tabulasi Umur Berdasarkan Letak Luka Pada Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

Umur

< 15 Tahun ≥ 15 Tahun Jumlah

No Letak Luka

f % f % f %

1 Kepala dan Badan 5 83,3 1 16,7 6 100

2 Tangan dan Kaki (extremitas) 53 55,8 42 44,2 95 100

X2 = 1,751 df = 1 p = 0,236

Tabel 5.14. dapat dilihat bahwa dari 95 tersangka penderita Rabies berdasarkan letak luka pada tangan dan kaki (extremitas) terdapat 53 orang (55,8%) pada kelompok umur <15 tahun dan 42 orang (44,2%) pada kelompok umur ≥ 15 tahun sedangkan pada kepala dan badan terdapat 5 orang (83,3%) pada kelompok umur < 15 tahun dan 1 orang (16,7%) pada kelompok umur ≥ 15 tahun.

Berdasarkan analisa statistik dengan uji Exact Fisher's diperoleh p = 0,236 (p > 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi umur dengan letak luka pada tersangka penderita Rabies.


(64)

5.6.2. Distribusi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.15. Tabulasi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

Umur

< 15 Tahun ≥ 15 Tahun Jumlah

No Jenis Kelamin

f % f % f %

1 Laki-laki 35 63,6 20 36,4 55 100

2 Perempuan 23 50,0 23 50,0 46 100

X2 = 1,905 df = 1 p = 0,167

Tabel 5.15. diatas dapat dilihat bahwa dari 55 orang tersangka penderita Rabies yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 35 orang (63,6%) pada kelompok umur < 15 tahun dan 20 orang (36,4%) pada kelompok umur ≥ 15 tahun. Sedangkan pada perempuan dari 46 orang tersangka penderita Rabies terdapat 23 orang (50,0%) pada kelompok umur < 15 tahun dan 23 orang (50,0%) pada kelompok umur ≥ 15 tahun.

Berdasarkan analisa uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,167 (p > 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi umur tersangka penderita Rabies dengan jenis kelamin pada tersangka penderita rabies.

5.6.3. Distribusi Status VAR Berdasarkan Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies

Tabel 5.16. Tabulasi Status VAR Berdasarkan Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007

Keadaan Akhir Tersangka Hidup Meninggal

Jumlah

No Status VAR

f % f % f %

1 Mendapat 70 100 0 0 70 100

2 Tidak mendapat 30 96,8 1 3,2 31 100


(65)

Tabel 5.16. dapat dilihat bahwa dari 70 orang tersangka penderita Rabies yang mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) terdapat 70 orang (100%) dengan keadaan akhir penderita hidup. Sedangkan dari 31 orang tersangka penderita Rabies yang tidak mendapatkan VAR terdapat 30 orang (96,8%) dengan keadaan akhir tersangka penderita hidup dan 1 orang (3,2%) dengan keadaan akhir tersangka penderita meninggal.

Berdasarkan analisa statistik dengan uji Exact Fisher's diperoleh p = 0,307 (p

> 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan pemberian Vaksin Anti Rabies


(1)

Hulu 13 12.9 12.9 51.5

Lama 3 3.0 3.0 54.5

Namo Simpur 4 4.0 4.0 58.4

Namo Riam 42 41.6 41.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Waktu (bulan)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Januari 10 9.9 9.9 9.9

Februari 3 3.0 3.0 12.9

Maret 6 5.9 5.9 18.8

April 27 26.7 26.7 45.5

Mei 20 19.8 19.8 65.3

Juni 11 10.9 10.9 76.2

Juli 2 2.0 2.0 78.2

Agustus 6 5.9 5.9 84.2

September 5 5.0 5.0 89.1

Oktober 1 1.0 1.0 90.1

Desember 10 9.9 9.9 100.0

Valid


(2)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pemberian VAR *

Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies

101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Pemberian VAR * Keadaan Akhir Tersangka Penderita Rabies Crosstabulation

Keadaan Akhir Tersangka

Penderita Rabies

Hidup Meninggal Total

Count 70 0 70

Expected Count 69.3 .7 70.0

% within Pemberian

VAR 100.0% .0% 100.0%

Mendapat VAR

% of Total 69.3% .0% 69.3%

Count 30 1 31

Expected Count 30.7 .3 31.0

% within Pemberian

VAR 96.8% 3.2% 100.0%

P e m b e r i a n V A R

Tidak mendapat VAR

% of Total

29.7% 1.0% 30.7%

Count 100 1 101

Expected Count 100.0 1.0 101.0

% within Pemberian

VAR 99.0% 1.0% 100.0%

Total


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.281a 1 .131

Continuity Correctionb .177 1 .674

Likelihood Ratio 2.385 1 .123

Fisher's Exact Test .307 .307

N of Valid Casesb 101

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Umur

Tersangka 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Jenis Kelamin * Umur Tersangka Crosstabulation Umur Tersangka

<15 tahun >=15 tahun Total

Count 35 20 55

Expected Count 31.6 23.4 55.0

% within Jenis Kelamin 63.6% 36.4% 100.0% Jenis Kelamin 1


(4)

Count 23 23 46

Expected Count 26.4 19.6 46.0

% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0% 2

% of Total 22.8% 22.8% 45.5%

Count 58 43 101

Expected Count 58.0 43.0 101.0

% within Jenis Kelamin 57.4% 42.6% 100.0% Total

% of Total 57.4% 42.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square 1.905

a

1 .167

Continuity

Correctionb 1.388 1 .239

Likelihood

Ratio 1.907 1 .167

Fisher's Exact

Test .225 .119

N of Valid

Casesb 101

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.58. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Letak Luka * Umur

Tersangka 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Letak Luka * Umur Tersangka Crosstabulation Umur Tersangka

<15 tahun >=15 tahun Total

Count 5 1 6

Expected Count 3.4 2.6 6.0

% within Letak Luka 83.3% 16.7% 100.0% Kepala dan Badan

% of Total 5.0% 1.0% 5.9%

Count 53 42 95

Expected Count 54.6 40.4 95.0

% within Letak Luka 55.8% 44.2% 100.0% Let

ak Lu ka

Tangan dan Kaki (extremitas)

% of Total 52.5% 41.6% 94.1%

Count 58 43 101

Expected Count 58.0 43.0 101.0

% within Letak Luka 57.4% 42.6% 100.0% Total

% of Total 57.4% 42.6% 100.0%


(6)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square

1.751a 1 .186

Continuit y

Correctio nb

.806 1 .369

Likelihoo

d Ratio 1.952 1 .162

Fisher's Exact Test

.236 .187

Linear-by-Linear Associati on

1.734 1 .188

N of Valid Casesb

101

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.55.

b. Computed only for a 2x2 table