Reklasifikasi Ultisol Arboretum Usu Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

REKLASIFIKASI ULTISOL ARBORETUM USU KWALA BEKALA KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI OLEH: KRISTINA LASTIAR MSS 100301023
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

REKLASIFIKASI ULTISOL ARBORETUM USU KWALA BEKALA KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI OLEH: KRISTINA LASTIAR MSS 100301023 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Program Studi Minat

: Reklasifikasi Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang : Kristina Lastiar MSS : 100301023 : Agroekoteknologi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Purba Marpaung, SU Ketua


Ir. Hardy Guchi, MS Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Penelitian bertujuan mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Penelitian ini dilakukan di lahan Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang pada bulan April sampai dengan September 2014 dengan melakukan pengamatan profil meliputi sifat-sifat fisik tanah dilanjutkan analisa kimia tanah meliputi tekstur tanah, bulk density, pH H20, pH KCl, P2O5, C-organik, KTK, KB, Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan Na-dd. Hasil pengamatan lapangan dan analisis menunjukkan bahwa klasifikasi tanah Arboretum USU Kwala Bekala berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 adalah Imogolitik, Hiperthermik, Typic Humudept. Kata kunci : Arboretum USU Kwala Bekala, Klasifikasi Tanah, Taksonomi Tanah
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT The research is aimed to reclassification of Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala, Subdistrict Pancur Batu, District Deli Serdang based on Soil Taxonomy 2014. This research was conducted at Arboretum USU Kwala Bekala, Subdistrict Pancur Batu, District Deli Serdang start from April up to September 2014 with an observation of profil include physical characteristics of soil and continued by soil chemical analysis include soil texture, bulk density, pH H2O, pH KCl, P2O5, organic carbon, CEC, base saturation, Ca-exchange, Mg-exchange, K-exchange and Na-exchange. The results of field observation and soil analysis shows if classification of soil in Arboretum USU Kwala Bekala based on Soil Taxonomy 2014 is Imogolitic, Hyperthermic, Typic Humudept. Key words : Arboretum USU Kwala Bekala, Soil Classification, Soil Taxonomy
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandung pada tanggal 18 Maret 1992 dari Ayah Lismer Sirumapea dan Ibu Delima Sinaga. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis : - SD Ignatius Slamet Riyadi Bandung lulus pada tahun 2004 - SMP Ignatius Slamet Riyadi Bandung lulus pada tahun 2007 - SMA Santo Mikhael Pangururan lulus pada tahun 2010 - Masuk USU pada tahun 2010 melalui jalur Peningkatan Minat dan Prestasi
program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi, Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah, Ikatan Mahasiswa Katolik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, sebagai asisten praktikum Laboratorium Genesis dan Klasifikasi Tanah, Laboratorium Agrogeologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Dasar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Metodish Indonesia tahun ajaran 2014/2015.
Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) Universitas Sumatera Utara tahun 2011/2012, meraih dana hibah kewirausahaan porgram Bussines Plan Student Enterpreneurship Center Universitas Sumatera Utara tahun 2012, penerima beasiswa Tanoto Foundation 2013/2014.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara III Kebun Bangun pada tanggal 15 Juli 2013 sampai dengan 24 Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reklasifikasi Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ir. Purba Marpaung, SU selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hardy Guchi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing serta kepada semua staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan juga kepada seluruh rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Medan, Nopember 2014 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Hal.
1. Hasil Identifikasi Penentuan Jenis Mineral Tanah Dengan Analysis Differential Thermal (DTA) ......................................................................11
2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil..............................................18 3. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil............................................19
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR No. Hal.
1. Pola Distribusi Mineral Liat Pada Profil 3 (Podsolik Merah Kuning)...........11 2. Penampang Profil Tanah Arboretum USU Kwala Bekala.............................17
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal.
1. Data Curah Hujan Stasiun Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.................29 2. Suhu Udara Kabupaten Deli Serdang (0C) 2012 Stasiun Sampali................. 30 3. Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian .............................................................31 4. Peta Lokasi Penelitian....................................................................................32 5. Peta Ketinggian Lokasi Penelitian .................................................................33 6. Peta Geologi Lokasi Penelitian......................................................................34 7. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian................................................................35
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT ........................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................1 Tujuan Penelitian ....................................................................................2 Kegunaan Penelitian................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol ......................................................................................................3 Inceptisol .................................................................................................5 Klasifikasi Tanah ....................................................................................7 Taksonomi Tanah ...................................................................................9
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................12 Bahan dan Alat........................................................................................12 Metode Penelitian....................................................................................13 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................13 Pengolahan Data......................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................16 Pembahasan .............................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan..............................................................................................26 Saran ........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral

dan bahan organik), cairan, dan gas, terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut : horison-horison atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari proses penambahan, penghilangan, transfer, dan perubahan bentuk dari energi dan bahan; atau kemampuan dalam menyokong tanaman berakar pada lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1998).
Arboretum USU Kwala Bekala merupakan kawasan hutan pendidikan seluas 30 Ha yang terletak dibagian selatan kampus baru USU Kwala Bekala. Kawasan ini merupakan taman hutan raya sebagai bagian dari kegiatan akademik Fakultas Pertanian USU yang memungkinkan terlaksananya fungsi area hijau sebagai daerah konservasi kawasan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan di Arboretum USU Kwala Bekala antara lain Carey (2009) yang melakukan penelitian menentukan tingkat perkembangan tanah menurut metode morfologi tanah, menurut mineral liat dan mineral indeks dengan hasil bahwa tingkat perkembangan tanah berdasarkan morfologi tanah adalah muda dan dewasa. Kemudian Kuhon (2009) yang mengkaji pola distribusi mineral liat berdasarkan tingkat perkembangan tanah diperoleh bahwa berdasarkan klasifikasi Dudal-Supraptohardjo (1961) tingkat perkembangan tanah (tua) lanjut termasuk Podsolik Coklat Kemerahan setara Ultisol dalam Sistem Klasifikasi USDA (2006).
Universitas Sumatera Utara

Tarigan (2013) juga telah mengidentifikasi horison argilik dengan metode irisan tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala dengan hasil bahwa Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang tidak mempunyai horison argilik karena tidak terdapat selaput liat pada horison Ultisol, lebih sesuai termasuk horison kambik dan klasifikasi tanah termasuk Inseptisol.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai lahan Arboretum USU Kwala Bekala yang menunjukkan adanya sanggahan bahwa tanah bukan Ultisol tetapi klasifikasi tanah mengarah ke Inceptisol dan belum pernah diklasifikasikan berdasarkan Taksonomi Tanah 2014, peneliti tertarik untuk mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Tujuan Penelitian
Mengklasifikasi kembali Ultisol Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi dalam mendapatkan nama jenis tanah yang tepat
bagi kepentingan ilmu pengetahuan yang kemudian dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengelolaan tanah di Arboretum USU Kwala Bekala. 2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah kering sampai
tropika, mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik, terutama tanah Podsolik Merah Kuning (Munir, 1996).
Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 80 C. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang (Hardjowigeno, 2003).
Proses terbentuknya Ultisol diawali oleh proses podsolisasi yang merupakan proses pencucian yang mirip dengan latosolisasi. Hasil dari proses ini adalah tanah yang mempunyai lapisan atas pucat, karena semua unsur tercuci kecuali silikat (sebagai kuarsa). Curah hujan dan suhu yang tinggi memungkinkan terjadinya pencucian terhadap basa-basa sehingga dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan kejenuhan basa rendah dan tanah menjadi masam. Kelangsungan proses podsolisasi tersebut ditunjang oleh adanya asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik yang mempunyai daya pelarut yang efektif pada iklim yang basah dan panas (Soepardi, 1983).
Universitas Sumatera Utara

Dalam Soil Survey Staff (2014) Ultisol mempunyai salah satu berikut : 1. Horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan, dan kejenuhan basa
(berdasarkan jumlah kation) sebesar kurang dari 35 persen pada satu kedalaman berikut : a. Apabila seluruh epipedon mempunyai kelas besar-butir berpasir atau

skeletal-berpasir : (1) Pada kedalaman 125 cm di bawah batas atas horison argilik (tetapi
tidak lebih dari 200 cm di bawah permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dalam ; atau (2) Pada kontak densik, litik, paralitik, atau petroferik, apabila lebih dangkal; atau b. Yang paling dangkal dari kedalaman berikut : (1) Pada 125 cm di bawah batas atas horison argilik atau kandik; atau (2) Pada 180 cm di bawah permukaan mineral; atau (3) Pada kontak densik, litik, paralitik, atau petroferik; atau 2. Fragipan dan kedua sifat berikut : a. Horison argilik atau kandik yang berada di atas, di dalam, atau di bawahnya, atau memilih lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih pada satu subhorisonnya atau lebih; dan b. Kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman paling dangkal berikut : (1) Kedalaman 75 cm di bawah; batas atas fragipan; atau (2) Kedalaman 200 cm di bawah permukaan tanah mineral; atau (3) Pada kontak densik, litik, paralitik, aatau petroferik
Universitas Sumatera Utara

Inceptisol Inceptisol adalah tanah yang belum matang (Immature) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Beberapa Inceptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah (Hardjowigeno, 2003).
Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur.Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain (Soil Survey Staff, 2010).
Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Biasanya memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung tingkat pelapukan bahan induknya. Di dataran rendah pada umumnya dijumpai solum yang tebal, sedangkan pada daerah lereng curam solumnya tipis (Munir, 1996).
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan Inceptisol adalah : 1. Bahan induk yang resisten. 2. Posisi dalam landskap yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah. 3. Pembentukan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah
belum lanjut. Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun proses pedogenik adalah aktif. Ditempat dengan bahan induk yang resisten, proses pembentukan liat terhambat (Hardjowigeno, 2003).
Universitas Sumatera Utara

Inceptisol mempunyai salah satu sifat berikut : 1. Satu atau lebih sifat berikut :
a. Horison kambik yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman 25 cm atau lebih di bawah permukaan tanah mineral; atau
b. Horison kalsik, petrokalsik, gipsik, petrogipsik, atau placik, atau duripan, yang batas atasnya di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan tanah mineral; atau
c. Fragipan, atau horison oksik, sombrik, atau spodie, yang batas atasnya di dalam 200 cm dari permukaan tanah mineral; atau
d. Horison sulfurik yang mempunyai batas atas di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral; atau
e. Rejim suhu cryik dan horison kambik; atau 2. Tidak terdapat bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral;
dan kedua sifat berikut : a. Satu horison atau lebih di antara kedalaman 20 dan 50 cm di bawah
permukaan tanah mineral, baik memiliki nilai n 0,7 atau kurang, atau kandungan liat dalam fraksi tanah-halus kurang dari 8 persen; dan b. Salah satu kedua sifat berikut : (1) Terdapat horison salik atau epipedon histik, molik, plagen, atau

umbrik; atau (2) Pada 50 persen atau lebih lapisan-lapisan yang terletak di antara
permukaan tanah mineral dan kedalaman 50 cm, persentase natrium dapat-tukar sebesar 15 persen atau lebih (atau rasio adsorpsi natrium
Universitas Sumatera Utara

13 atau lebih), yang berkurang seiring bertambahnya kedalaman di bawah 50 cm, dan juga terdapat air tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral pada sebagian waktu selama setahun ketika tanah tidak membeku di beberapa bagiannya (Soil Survey Staff, 2014). Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dengan cara ini maka tanah-tanah yang mempunyai sifat-sifat yang sama dapat dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama, dan demikian pula sebaliknya. Klasifikasi tanah sangat erat kaitannya dengan pedogenesis atau proses pembentukan tanah karena proses yang berbeda akan menghasilkan tanah yang berbeda pula (Hardjowigeno, 2003). Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga (3) sistem klasifikasi tanah yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan, yaitu : 1. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961), 2. Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan 3. Sistem FAO/UNESCO (1974). Namun dalam perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988 lebih banyak digunakan sesuai dengan hasil keputusan Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (Soil Survey Staff, 1998).
Universitas Sumatera Utara

Tujuan klasifikasi tanah adalah : − Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah. − Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama lain. − Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah. − Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis
dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik, menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian. − Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru. (Buol, dkk, 2011).
Klasifikasi sangat penting dan praktis untuk komunikasi baik secara ilmiah maupun awam. Dalam hal ini nama tanah dapat memudahkan komunikasi di antara manusia dalam pembicaraan sosial (pertanian) dan ekonomi. Demikian pula di kalangan akademisi pembicaraan percobaan atau penelitian pertanian akan terkait erat dengan nama tanah di mana penelitian tersebut diadakan (Rachim dan Arifin, 2011). Ilmuwan membuat suatu sistem klasifikasi tanah dalam usahanya untuk memudahkan pengelompokannya dan dalam usaha untuk memudahkan interpretasinya (Balai Penelitian Tanah, 2004).
Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan. Tujuan umum klasifikasi tanah adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan mengenai tanah dan hubungannya dengan tanaman, baik mengenai produksi maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak
Universitas Sumatera Utara

akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah (Darmawijaya, 1997). Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri (Rayes, 2007).
Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horison dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2004).
Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti : 1. Deskripsi profil tanah. 2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain. 4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo,
kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri. (Soil Survey Staff, 1998).
Dalam mengklasifikasi suatu tanah tertentu penggunaan taksonomi tanah memulai dengan melakukan pengecekan pada seluruh “Kunci Ordo Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, yang berdasarkan kriteria tertulis, sesuai
Universitas Sumatera Utara


dengan tanah yang diklasifikasi. Langkah berikutnya adalah mencari halaman yang telah ditentukan untuk memperoleh “Kunci Sub Ordo” dari ordo yang bersangkutan. Selanjutnya pengguna secara sistematis mempelajari seluruh kunci untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang diklasifikasi, yaitu yang pertama dijumpai dalam daftar, semua kriteria yang diperlukan dipenuhi oleh tanah yang diklasifikasi. Prosedur yang sama digunakan untuk mengidentifikasi kelas group yang terdapat dalam “Kunci Group” dan kelas sub group yang terdapat dalam “Kunci Sub Group” sampai pada kelas seri tanah (Soil Survey Staff, 2014).
Menurut Taksonomi Tanah 2014 terdapat : - 8 epipedon penciri yaitu :
Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen ; - 19 horison bawah penciri yaitu :
Agrik, Albik, Anlydritik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik. - 12 ordo yaitu : Gelisol, Histosol, Spodosol, Andisol, Alfisol, Oksisol, Vertisol, Aridisol, Ultisol, Mollisol, Inceptisol, Entisol Dalam taksonomi tanah 2014 terdapat pembagian sub ordo dan great group yang dibagi berdasarkan setiap jenis tanah (Soil Survey Staff, 2014).
Berikut data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya di profil yang sama pada Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang :
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Hasil Identifikasi Penentuan Jenis Mineral Tanah Dengan Analysis Differential Thermal (DTA)

Horizon

Kedalaman

Puncak Endotermik (0C)

Jenis Mineral Liat

80 Alofan A


Ap 0 – 10/17

270

Imogolit

475 Imogolit

80 Alofan A

Bt 10/17 – 89/98

280

Imogolit

475 Imogolit

Bw 89/98 - 140


60 480

Alofan A Imogolit

Sumber : Puncak Termogram Pada Profil 3 (Podsolik Merah Kuning)

Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu,

Kabupaten Deli Serdang ; Kuhon (2009)

0
0 -20

Kadar Mineral (mg) 0,2 0,4

0,6

Kedalaman Tanah (cm)

-40


-60

-80

-100
Mineral Alofan -120

Gambar 1. Pola Distribusi Mineral Liat Pada Profil 3 (Podsolik Merah Kuning); Kuhon (2009)
Pola distribusi mineral liat pada profil yaitu mineral alofan-A dengan pola maksimum, mineral imogolit dengan pola berkurang. Mineral imogolit banyak terbentuk pada lapisan yang dekat dengan permukaan tanah (litosfer) sehingga telah terjadi perkembangan mineral dari mineral amorpus menuju kristalin yang ditunjukkan dengan adanya pertambahan jumlah mineral imogolit yang terbentuk dari pada mineral alofan-A (imogolit > alofan-A) (Kuhon, 2009).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan
Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Fakultas Pertaniann Universitas Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara Medan dan Laboratorium Kesuburan dan Nutrisi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung dilaksanakan pada April 2014 sampai dengan September 2014. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah dari setiap lapisan profil, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium, formulir isian deskripsi profil tanah, dan bahan lain untuk analisis tanah di lapangan dan di laboratorium.
Adapun alat yang digunakan adalah peta administrasi Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang skala 1:50.000, peta satuan lahan dengan asosiasi jenis tanah daerah Arboretum USU Kwala Bekala skala 1:50.000, peta lokasi pengambilan sampel Arboretum USU Kwala Bekala skala 1:50.000, GPS untuk mengetahui letak titik koordinat lokasi penelitian dan lokasi profil tanah pewakil, kompas untuk menentukan arah mata angin, meteran untuk mengukur ketebalan horison atau lapisan tanah, Munsell Soil Colour Chart untuk menentukan warna tanah, ring sampel untuk mengambil contoh tanah tidak terganggu, kamera untuk mendokumentasikan profil tanah serta keadaan daerah penelitian, kantong plastik untuk tempat sampel tanah, pisau
Universitas Sumatera Utara


pandu untuk menentukan horison dan batas horison, cangkul untuk menggali profil tanah, label nama sebagai penanda sampel tanah, alat tulis dan alat pendukung lainnya seperti spidol permanen dan parang. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode survei dengan melakukan pengamatan di lapangan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik tanah bagi pengklasifikasian tanah hingga pada kategori Famili menurut Keys to Soil Taxonomy 2014. Pelaksanaan Penelitian Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan telaah pustaka, pengumpulan semua data penunjang yang dibutuhkan, pengadaan peta yang diperlukan mengadakan pra survey ke lapangan dan penyediaan bahan serta peralatan yang digunakan saat di lapangan. Kegiatan di Lapangan a) Penentuan titik dan lokasi profil pewakil
Penentuan titik koordinat dan lokasi pembuatan lubang profil pewakil dilakukan berdasarkan peta lokasi penelitian menggunakan GPS dengan mengambil titik lokasi profil yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu pada koordinat 3028’44,22’’ LU dan 98038’11,0’’ BT. b) Pembuatan profil tanah
Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (solum tanah) dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya.
Universitas Sumatera Utara

c) Pengamatan sifat-sifat tanah pada profil tanah Pengamatan sifat-sifat tanah ini meliputi kedalaman efektif, warna,
struktur tanah, tekstur tanah, kondisi perakaran, konsistensi tanah dan batas horison atau lapisan tanah. d) Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis di laboratorium, pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan menggunakan ring sample, dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan. e) Penyimpanan contoh tanah
Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda sesuai dengan horison tanahnya. Tahap analisis a) Analisis di laboratorium, meliputi :
• Tekstur tanah dengan metode pipet • Bulk Density dengan metode ring sampel • C-organik dengan menggunakan metode Walkey and Black • Basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) dengan menggunakan
metode NH4OAc pH 7 • P2O5 dengan ekstrak HCl 25% • pH H2O dan pH KCl dengan menggunakan metode Electrometry • Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah dengan menggunakan metode
NH4OAc pH 7
Universitas Sumatera Utara

b) Analisis Data Klasifikasi Tanah Data-data hasil penelitian di lapangan dan laboratorium
selanjutnya digunakan untuk pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014.
Proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2014 sebagai berikut : 1. Ditentukan simbol horison utama dan sub horison 2. Ditentukan horizon atas penciri 3. Ditentukan horizon bawah penciri 4. Ditentukan ordo tanah 5. Ditentukan sub ordo 6. Ditentukan great group, 7. Ditentukan sub group, dan 8. Ditentukan famili Pengolahan Data
- Diinput data lapangan dan analisis tanah di laboratorium. - Dideskripsikan profil tanah berdasarkan data lapangan, batas dan
kedalaman horison setiap profil pegamatan serta hasil analisis fisik dan kimia tanah di laboratorium. - Ditentukan horison atas penciri, horison bawah penciri dan sifat-sifat penciri lain untuk penamaan tanah sampai ke tingkat famili menggunakan Keys to Soil Taxonomy 2014.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi Profil

Deskripsi profil Arboretum USU Kwala Bekala :

Lokasi

: Arboretum USU Kwala Bekala,

Kecamatan Pancur Batu,

Koordinat

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara : 3028’44,22’’ LU dan 98038’11,0’’ BT

Elevasi

: 70 m di atas permukaan laut

Topografi

: Datar

Kemiringan lereng

:3%

Bahan Induk

: Satuan Singkut

Kedalaman efektif

: 76 cm

Drainase

: Baik

Rezim lengas tanah Suhu udara rata-rata tahunan

: Udik : 25,1 0C

Vegetasi

: Ubi kayu (Manihot esculenta),

jambu (Psidium guajava L.),

rumput-rumputan (Graminae),

sirsak (Anona muricata L.),

lamtoro (Leucaena leucocepala),

jati (Tectona grandis).

Tanggal

: 16 April 2014

Universitas Sumatera Utara

Profil

Horizon BA Bw1
Bw2

Kedalaman (cm)
0 – 16/20 16/20 – 39/43
39/43 – 101/97

Deskripsi
Warna merah kehitaman (2,5 YR 3/2), merah lemah (2,5 YR 5/2) kering ; tekstur lempung liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi agak lekat, agak plastis (basah), gembur (lembab), agak keras (kering); poripori halus banyak, sedang dan kasar sedikit; akar halus banyak, sedang dan kasar sedikit; sangat masam; beralih nyata berangsur ke............ Warna coklat kemerahan (2,5 YR 4/4), coklat kemerahan (2,5 YR 5/3) kering; tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi lekat, plastis (basah), teguh (lembab), agak keras (kering); pori-pori halus banyak, sedang dan kasar sedikit; akar halus dan sedang sedikit; sangat masam; beralih nyata berangsur ke............ Warna merah (2,5 YR 4/6), coklat kemerahan (2,5 YR 5/4) kering; tekstur liat berdebu, struktur gumpal bersudut, sedang, halus; konsistensi lekat, plastis (basah), teguh (lembab), keras (kering); pori-pori halus dan sangat halus sedikit; akar halus sedikit; sangat masam; beralih nyata bernagsur ke.............

Warna merah (2,5 YR 5/6), merah (2,5 YR 5/8) kering; tekstur liat, struktur gumpal bersudut, sedang, sangat halus; konsistensi sangat Bw3 +101/97 lekat, sangat plastis (basah), teguh (lembab), sangat keras (kering); pori-pori sangat halus sedikit; tidak terdapat akar, sangat masam; terdapat struktur batuan Gambar 2. Penampang Profil Tanah Arboretum USU Kwala Bekala

Universitas Sumatera Utara

Analisis Laboratorium :

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir

fraksi (tekstur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil

Horizon

Kedalaman (cm)

Pasir (%)

Debu (%)

Liat (%)

Tekstur

BD (g/cm3)

BA 0-16 18,1446 44,8094 37,0960 LliD 1,19

Bw1

16-39

9,8871 39,9872 50,1257 LiD

1,04

Bw2 39-101 11,6909 38,0660 50,2430 LiD 1,07

Bw3 101-150 16,9684 15,8759 67,1556 Li

1,13

Keterangan : LliD = Lempung liat berdebu, LiD = Liat berdebu, Li = Liat

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O dan KCl,

basa-basa tukar, KTK, kandungan C-organik dan bahan organik dapat dilihat pada

tabel 3 :

Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil

Horizon

Kedalaman (cm)

% KA

pH H2O

pH KCl

P2O5 (mg/100 g)

BA

0-16 10,98 4,87 4,31

2,04

Bw1

16-39

15,77 5,06 4,49

0,60

Bw2

39-101

16,45 4,82 4,43

1,25

Bw3 101-150 16,64 4,64 4,04

1,66

C-org (%) 1,09 0,38
0.15
0,09

% BO 1,87 0,65
0,25
0,15

Horizon
BA Bw1 Bw2 Bw3

Kedalaman (cm) 0-16
16-39
39-101
101-150

KTK me/100g
17,77

KB (%)
33.31

Ca-dd me/100g
3,31

20,29 34,10 3,77

18,58 35,03 3,18

19,41 30,96 2,22

Mg-dd me/100g
1,94
1,99
2,23
2,52

K-dd me/100g
0,32
0,44
0,55
0,56

Na-dd me/100g
0,35
0,72
0,55
0,71

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan Klasifikasi Tanah
Berdasarkan data-data yang diperoleh baik data laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2014). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horison atas penciri (epipedon), horison bawah penciri (endopedon) serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group. Penentuan Horizon Atas Penciri - Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar
1500 miligram per kilogram yaitu 2,04 miligram per 100 gram yang tidak mengalami penurunan secara teratur mencapai kedalaman 125 cm kemudian besar kejenuhan basa tidak sebesar 50% atau lebih dan kandungan bahan organik tidak sebesar 25% atau lebih. - Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif. - Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal. - Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih. - Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.
Universitas Sumatera Utara

- Termasuk epipedon Umbrik karena struktur tidak massive, berstuktur gumpal, warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab sebesar 3 (2,5 YR 3/2), dan dalam keadaan kering sebesar 5 (2,5 YR 5/2), sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab sebesar 2 (2,5 YR 3/2). Kandungan C-organik lebih besar dari 0,6% yaitu sebesar 1,87%. Nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 33,31% dan n-value kurang dari 0.7 yaitu 0,11.
Penentuan Horison Bawah Penciri - Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan
olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus. - Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak
ada horison A2 = E. - Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. - Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3. - Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan
horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya yaitu sebesar 50,1257%, mengalami kerusakan kecil tanpa akumulasi dan tidak memenuhi kriteria argilik.
Penentuan Ordo - Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost. - Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. - Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.
Universitas Sumatera Utara

- Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. - Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik. - Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison
petrokalsik. - Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan
horison salik. - Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. - Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dengan nilai
kejenuhan basa lebih besar dari 50%. - Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik,
kandik atau natrik. - Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison
bawah penciri kambik.
Penentuan Sub Ordo - Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada
kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah . - Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik. - Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik. - Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. - Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik. - Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim
kelembaban tanah udik; tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif), setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara

Penentuan Group - Tidak termasuk Sulfudepts karena tidak mempunyai horison sulfurik yang
batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah. - Tidak termasuk Durudepts karena tidak mempunyai duripan yang batas atasnya
di dalam 100 cm dari permukaan. - Tidak termasuk Fragiudepts karena tidak mempunyai fragipan yang batas
atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah. - Tidak termasuk Eutrudepts karena tidak memiliki kejenuhan basa sebesar 60%
atau lebih pada satu horison atau lebih di antara kedalaman 25 cm dan 75 cm dari permukaan tanah. - Termasuk Humudepts karena memiliki epipedon umbrik.
Penentuan Sub Group - Tidak termasuk Lithic Humudepts karena tidak terdapat kontak litik di dalam
50 cm dari permukaan tanah. - Tidak temasuk Vertic Humudepts karena tidak mempunyai permukaan linier
sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah dan kontak densik, litik, atau paralitik. - Tidak temasuk Aquandic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah. - Tidak temasuk Andic Oxyaquic Humudepts karena tanah tidak mengalami jenuh air selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
Universitas Sumatera Utara

- Tidak temasuk Andic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Vitrandic Humudepts karena tidak memiliki fraksi tanah halus sebesar 30% pada keseluruhan horison dengan ketebalan 18 cm dalam 75 cm dari permukaan tanah.
- Tidak termasuk Fluvaquentic Humudepts karena tidak memiliki kandungan bahan organik sebesar 0,2% atau lebih pada kedalaman 125 cm.
- Tidak termasuk Aquic Humudepts karena tidak terdapat deplesi redoks berkroma 2 atau kurang, dan tidak memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.
- Tidak termasuk Oxyaquic Humudepts karena tanah tidak mengalami jenuh air selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.
- Tidak termasuk Psammentic Humudepts karena tidak memiliki kelas besarbutir berpasir pada keseluruhan penampang.
- Tidak termasuk Oxic Humudepts karena memiliki persen karbon organik lebih dari 1.00 yaitu sebesar 1.09%
- Tidak termasuk Cumulic Humudepts karena memiliki epipedon umbrik yang berada dengan ketebalan kurang dari 50 cm.
- Tidak termasuk Fluventic Humudepts karena tidak memliki kandungan bahan organik sebesar 0,2% atau lebih pada kedalaman 125 cm.
- Tidak termasuk Pachic Humudepts karena memiliki epipedon umbrik yang berada dengan ketebalan kurang dari 50 cm.
Universitas Sumatera Utara

- Tidak termasuk Eutric Humudepts karena tidak memiliki kejenuhan basa sebesar 60% atau lebih.
- Tidak termasuk Eutric Humudepts karena memiliki horizon penciri kambik. - Termasuk Typic Humudepts yang merupakan Humudepts yang lain.
Penentuan Famili - Kelas Mineralogi
Termasuk Imogolitik, berdasarkan batas penampang kontrol yang terletak pada kedalaman lebih dangkal dari 100 cm di bawah permukaan tanah yang terdapat pada lapisan horizon Bw pada kedalaman 89/98 - 140 cm dari hasil identifikasi penentuan jenis mineral tanah yang dilakukan oleh Kuhon (2009) pada profil yang sama, diperoleh jenis mineral dominan tanah adalah imogolit. - Kelas Suhu Tanah Termasuk Hiperthermik, karena tanah memiliki perbedaan suhu tanah sebesar 7,8 0C bernilai di atas 6 0C yang diperoleh dari selisih suhu tanah rata-rata maksimum dikurangi suhu tanah rata-rata minimum (Rayes, 2006) yaitu 31,8 0C – 24,0 0C = 7,8 0C dan suhu rata-rata tahunan (0C) sebesar 27,6 0C yang diperoleh dari estimasi suhu tanah rata-rata tahunan (0C) untuk daerah tropis dengan perhitungan suhu udara rata-rata tahunan + 2,5 0C (Rayes, 2006) yaitu 25,1 0C + 2,5 0C = 27,6 0C.
Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 maka tanah pada Arboretum USU
Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang memiliki klasifikasi Imogolitik, Hiperthermik, Typic Humudepts. Saran
Hasil klasifikasi lahan Arboretum USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dapat dijadikan pedoman dalam mempersiapkan rencana pengembangan penggunaan lahan.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor
Buol, S.., R. J. Southard, R. C. Graham, P. A. McDaniel. 2011. Soil Genesis and Classification. Sixth Edition. Wiley-Blackwell. ISBN-13: 978-0-81380769-0.The IOWA State University Press. Ames.
Carey, J. S. 2009. Perbandingan Tingkat Perkembangan Tanah Menurut Metode Morfologi Tanah, Mineral Liat dan Mineral Indeks Van Wambake pada Tiga Pedon Pewakil di Arboretum USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 40
Darmawijaya, M. I., 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV Akamedika Pressindo. Jakarta.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2004. Diakses dari http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah
Kuhon, R.V.G. 2009. Kajian Pola Distribusi Mineral Liat pada Tiga Jenis Tanah Berdasarkan Tingkat Perkembangan Tanah di lahan kampus Baru Penelitian USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal 53
Munir, M. 1996. Geologi Dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya. Jakarta.
Rachim, D. A. dan Arifin, M. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Taksonomi Tanah. Pustaka Reka Cipta. Bandung
Rachim, D. A. dan Arifin, M. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Pustaka Reka Cipta. Bandung
Rayes, M. L. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Rayes., M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. CV Andi Yogyakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Universitas Sumatera Utara

Soil Survey Staff. 2010. Keys To Soil Taxonomy. Eleventh Edition. 2010. United States Departement of Agriculture-Natural Resources Conservation Service. Washington, DC
Soil Survey Staff. 2014. Keys To Soil Taxonomy. Twelfth Edition. 2014. United States Departement of Agriculture-Natural Resources Conservation Service. Washington, DC
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor
Tarigan, C. N. 2013. Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal i, 31
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1.

Data Curah Hujan Stasiun Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun

2004 2005 2006

2007 2008 2009 2010 2011

Bulan

mm mm mm

mm mm mm mm mm

Januari

85 423 178

192 151 95 395 114

Februari

89 46 112 133 135 188 13 15

Maret

386 95 142

121 188 387 288 153

April

170 86 151

162 215 252 115

93

Mei

187 322 305

269 224 450 169 190

Juni

228 189 383

176 119 232 164 233

Juli

317 192 170

187 154 148 207 224

Agustus

231 123 250

220 179 316 158 282

September

547 223 232

378 256 358 73

195

Oktober

460 345 285

485 314 479 205 486

Nopember

192 157 226

336 248 313 481 285

Desember

221 181 199

293 219 190 193 291

Jumlah Bulan Basah

10

9

12

12 12 11 10 10

Jumlah Bulan Kering

0

1

0

0 001 1

Sumber : Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika ; Stasiun Klimatologi Sampali Medan 2014

2012 mm 153 138 136 297 474 83 272 217 257 323 328 195
11
0

2013 mm 177 366 171 123 373 136 190 308 298 419 169 432
12

Rata-rata 10,9

0 0,3

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2.

Suhu Udara Kabupaten Deli Serdang (0C) 2012 Stasiun Sampali

Bulan

Rata-rata

Maksimum

Rata-rata

Absolut

Januari

24,0 31,0 34,2

Februari

24,8 31,7 33,2

Maret

25,2 32,3 33,8

April

25,3 32,2 33,4

Mei 25,5 32,3 32,6

Juni 25,4 33,1 34,4

Juli 25,0 32,4 35,8

Agustus

25,0 32,0 34,2

September

25,2 31,8 33,6

Oktober

25,2 31,0 32,4

Nopember

25,3 31,5 33,0

Desember

25,5 31,0 31,8

Rata-rata

25,1 31,8 33,5

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi, Sampali Medan 2013

Minimum

Rata-rata

Absolut

23,7 22,0

24,1 23,0

24,1 23,0

24,0 22,0

24,3 21,4

24,0 21,6

23,7 22,8

23,8 22,6

24,1 22,8

24,8 22,0

24,1 22,4

24,3 23,2

24,0 22,4

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Peta Satuan Lahan Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Peta Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Peta Ketinggian Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Peta Geologi Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara