Karakteristik Kimia Tanah Di Bawah Beberapa Jenis Tegakan di SubdasPetaniKabupaten Deli Serdang

46 

 

LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Pengambilan Sampel Tanah di Bawah Tegakan Tanaman

Tanaman

Universitas Sumatera Utara

47 

 

Lampiran 2. Data analisis tanah
Terhadap Contoh Kering 105 ˚ C
Nomor Contoh
Bahan Organik
Walkley
&

Kode Urut Sampel
Black C
Kjeldahl N
..............%.................
0
1
Hutan 1 2,27
0,60
0
2
Hutan 2 2,28
0,55
0
3
Hutan 3 2,12
0,51
0
4
Hutan 4 2,04
0,53

0
5
Hutan 5 2,08
0,52
0
6
Hutan 6 2,02
0,49
0
7
Hutan 7 1,50
0,35
0
8
Hutan 8 2,03
0,54
0
9
Hutan 9 2,22
0,61

0
10
Hutan 10 2,30
0,59
1
1
AR 1
1,70
0,13
1
2
AR 2
1,43
0,12
1
3
AR 3
2,30
0,21
1

4
AR 4
1,01
0,06
1
5
AR 5
1,39
0,11
1
6
AR 6
1,93
0,21
1
7
AR 7
2,19
0,25
1

8
AR 8
1,67
0,13
1
9
AR 9
3,16
0,22
1
10
AR 10
1,15
0,13
2
1
DR 1
1,38
0,13
2

2
DR 2
2,23
0,31
2
3
DR 3
2,48
0,24
2
4
DR 4
3,68
0,28
2
5
DR 5
1,77
0,21
2

6
DR 6
1,41
0,08
2
7
DR 7
2,82
0,31
2
8
DR 8
2,88
0,27
2
9
DR 9
1,31
0,13
2

10
DR 10
1,93
0,20
3
1
KR 1
1,50
0,12
3
2
KR 2
1,19
0,08
3
3
KR 3
0,85
0,05
3

4
KR 4
0,89
0,06
3
5
KR 5
1,43
0,17
3
6
KR 6
0,92
0,06
3
7
KR 7
1,15
0,09


Bray
P2O5
ppm
50,13
48,46
13,54
32,70
33,42
13,37
38,44
15,04
53,48
16,36
3,0
1,7
2,3
2,3
6,6
3,9
6,8

6,8
2,3
3,8
1,7
3,2
7,5
4,0
8,1
5,5
9,4
8,3
11,8
9,3
2,2
2,6
3,2
14,0
5,2
11,7
12,2

Nilai Tukar
pH
1 Kation
H2O
K

KTK

0,60
0,70
0,42
0,41
0,47
0,59
0,52
0,55
0,54
0,66
0,27
0,49
0,56
0,36
0,46
0,24
0,27
0,28
0,32
0,73
0,24
0,70
0,57
0,26
0,65
0,42
0,34
0,73
0,37
0,19
0,15
0,11
0,15
0,14
0,18
0,14
0,10

21,40
21,84
21,12
25,48
18,63
24,09
44,01
32,37
28,82
30,32
10,67
9,18
9,31
8,28
11,21
11,80
9,39
9,78
8,30
10,30
8,81
9,40
9,55
10,21
11,40
8,68
12,28
11,78
9,35
9,34
10,76
9,10
9,22
7,77
9,83
7,85
9,70

Universitas Sumatera Utara

5,2
5,3
5,1
4,9
4,9
5,0
5,2
5,2
5,0
5,0
5,0
4,8
4,7
4,5
5,0
5,2
5,2
5,4
5,2
5,6
4,6
5,2
5,4
5,6
5,5
5,3
5,6
4,8
5,0
5,2
5,2
5,2
5,0
5,3
4,7
5,1
5,4

48 

 

3
3
3

8
9
10

KR 8
KR 9
KR 10

1,34
1,06
0,75

0,15
0,07
0,06

6,7
14,0
3,2

0,13
0,32
0,06

10,22
9,53
7,68

Universitas Sumatera Utara

4,8
5,3
5,3

49 

 

Lampiran 3. Rataan pH Tanah Pada Berbagai Tegakan
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

5,08
5,06
5,08
5,22
5,08
5,13
5,06
5,22
5,06
5,13
5,22
5,13

0,176

0,86

-1,216

0,24

-0,585

0,57

-1,073

0,30

-0,549

0,59

0,698

0,49

Lampiran 4. Rataan C-organik Tanah Pada Berbagai Tegakan
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

2,086
1,793
2,09
2,19
2,09
1,11
1,793
2,189
1,79
1,11
2,19
1,11

1,367

0,189

-0,401

0,693

8,891

,000

-1,245

0,23

3,154

0,01

4,165

0,00

Universitas Sumatera Utara

50 

 

Lampiran 5. Rataan N-total Tanah Pada Berbagai Tegakan
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

0,529
0,157
0,53
0,22
0,53
0,09
0,157
0,216
0,16
0,09
0,22
0,09

12,228

0,00

9,005

,000

16,226

,000

-1,843

0,08

2,826

0,01

4,344

0,00

Lampiran 6. Rataan P-tersedia Tanah Pada Berbagai Tegakan
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

31,494
3,95
31,49
6,88
31,49
7,50
3,95
6,88
3,95
7,50
6,88
7,50

5,379

0,00

4,753

0,00

4,515

0,00

-2,454

0,02

-2,102

0,05

-0,334

0,74

Universitas Sumatera Utara

51 

 

Lampiran 7. Rataan K-tukar Tanah Pada Berbagai Tegakan
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

0,546
0,398
0,55
0,45
0,55
0,15
0,398
0,447
0,40
0,15
0,45
0,15

2,520

0,02

1,408

0,176

10,679

,000

-0,605

0,55

4,560

0,00

4,457

0,00

Lampiran 8. Rataan Kapasitas Tukar Kation Tanah Pada Berbagai Tanah
Tegakan

Rataan

t Test

Sig

Hutan
Aren
Hutan
Durian
Hutan
Karet
Aren
Durian
Aren
Karet
Durian
Karet

26,808
9,822
26,81
10,08
26,81
9,17
9,822
10,08
9,82
9,17
10,08
9,17

7,081

0,00

6,96

,000

7,368

,000

-0,469

0,64

1,305

0,21

1,724

0,10

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian
Bogor Press
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan
Ketiga (revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Anonimous, 1998. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Buku Panduan
Kehutanan Indonesia.
Azwar, R., N. Alwi, dan Sunarwidi. 1989. Kajian komoditas dalam pembangunan
hutan tanaman industri. Prosiding Lokakarya Nasional Hutan Tanaman
Industri Karet, Medan, 28 30 Agustus 1989. Pusat Penelitian Karet,
Sungei Putih.
BPDAS Wampu – Sei Ular. 2003. Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Terpadu Deli. BPDAS Wampu – Sei Ular. Medan
Boerhendhy I, Agustina DS. 2006. Potensi Pemanfaatan Kayu Rakyat Untuk
Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat. Palembang : Balai
Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet.
Buckman dan Nyle.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta
Fathurrohman, D. 2008. Masalah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas di Jawa Timur : Solusi dan Model Kolaborasi. J. Agritek 16(5) :
949 – 952.
Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisumarto.
Erlangga, Jakarta.
Goenadi, D. H., Supriadi, M., dan Prayugo, U. H. 2005. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Karet,
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Hardjowigwno,S.2007.Ilmu Tanah Jakarta:Penerbit Pusaka Utama
Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, S. G. Nugroho, A. M. Lubis, M. R. Saul, M. A. Diha,
G. B. Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Lampung: Universitas Lampung.
Hasibuan, B. E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Iin Widiatni (2008). Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan di Sub DAS Keduang
Ditinjau Dari Aspek Hidrologi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

 

44 
Universitas Sumatera Utara

45 

 

Lathifah,H,D.2013.Hubungan antara fungsi tutupan vegetasi dan erosi DAS
secang kabupaten kalonprogo.
Lempang, M. 2012. Pohon aren dan manfaat produksinya. Jurnal Teknis Eboni.
Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Dan Tanaman. USU press, Medan.
Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Pulung, M.A. Amroh, A.G, Munawar, A. Hong, G.B
dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung,S Bandar
Lampung.
Ramadani P., I. Khaeruddin, A. Tjoa dan I.F. Burhanuddin. 2008. Pengenalan
Jenis-Jenis Pohon Yang Umum di Sulawesi. UNTAD Press, Palu.
Ruhiyat, D. 1993. Dinamika Unsur Hara dalam Pengusahaan Hutan Alam dan
Hutan Tanaman; Siklus Biogeokimia Hutan. Rimba Indonesia.
Satto, T. and H.A.I Madgwick. 1982. Forestry Biomass. Martinus Nihjhoff, M. /
Dr. W. Junk Publishers The Hague / Boston / London
Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Setiawan, A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Kanisius,
Yogyakarta.
Soedarya, A.P. (2009). Agribisnis Durian. Bandung: Penerbit CV Pustaka
Grafika.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah.
Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Bina Aksara. Jakarta
Tisdale, S.L, Nelson, W.L. Beaton, J.D. and. Havlin, J.L 1993. Soil Fertility and
Fertilizers. Macmillan Publishing Company. New York.
Premono, E. M. 1994. Jasad Renik Pelarut Fosfat, pengaruhnya terhadap P tanah
dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yulnafatmawita, Utry Luki, Afri Yana. 2007. Kajian sifat fisika tanah beberapa
penggunaan lahan di bukit Gajabuih dan sekitarnya, kawasan hutan
hujan tropic Gunung Gadut Padang Proc. Seminar Tahunan BKS 22-25
Juli 2007 Pekan Baru

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai dengan
oktober 2015 melalui 2 tahap kegiatan yaitu kegiatan lapangan dan kegiatan
laboratorium. Tahapan kegiatan lapangan dilaksanakan di Desa Buluh Awar
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian + 503 meter
diatas permukaan laut. Contoh tanah dianalisis di Laboratorium BPT Bogor,Bogor
dan Laboratorium PT.SOCFINDO Medan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah
terganggu, yang diambil di bawah tegakan vegetasi aren, karet, durian dan tanah
hutan kantong plastik dan kertas label untuk memberi nama sampel serta bahan –
bahan yang digunakan untuk analisis di Laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, bor tanah sebagai alat
untuk mengambil sampel tanah terganggu, pisau atau parang sebagai alat untuk
membantu pengambilan contoh tanah, clinometer sebagai alat mengukur
kemiringan lereng, kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan dan
alat tulis sebagai alat untuk menulis data dilapangan.
Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekskriptif
dengan teknik observasi lapangan. Teknik sampling berdasarkan metode
purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu dilakukan pada tutupan/tegakan aren,

 

26 
Universitas Sumatera Utara

27 

 

karet, durian,dan vegetasi hutan berada pada areal daerah aliran sungai, waktu dan
kemudahan pencapaian lokasi. Data di analisis dengan menggunakan uji t dengan
taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,
penyusunan ulang usulan penelitian, pengadaan peta–peta yang dibutuhkan dan
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pelaksanaan
Kegiatan lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah. Sampel
tanah diambil pada lokasi di sekitaran aliran sungai Petani. Sampel tanah diambil
di bawah tegakan tanaman serba guna (MPTs) dengan komoditi :
1. Aren (Arenga pinnata Merr.)
2. Durian (Durio zibethinus Murr.)
3. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Dan juga dilakukan pengambilan sampel tanah hutan di sekitar areal DAS
sebagai perlakuan kontrol dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sampel tanah terganggu diperoleh dari pengeboran 4 titik di setiap tegakan
tanaman serbaguna (MPTs) dan tanaman hutan, kemudian dikompositkan dan
diambil + 1 kg untuk setiap sampel tanah dan dimasukkan kedalam wadah yang
telah disediakan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel dengan rincian

Universitas Sumatera Utara

28 

 

10 sampel tanah dari tegakan karet,10 sampel tanah dari tegakan durian dan 10
sampel dari tegakan aren dan 10 sampel tanah dari hutan.
Analisis Laboratorium
Sampel

tanah

didapatkan

di

lapangan selanjutnya dianalisis di

laboratorium.
Parameter Pengamatan
-

pH H2O metode elektrometri

-

C- Organik dengan metode Walkly and Black

-

KTK dengan metode NH4Oac pH 7

-

P- Tersedia dengan metode Bray I

-

N- Total dengan metode Kjeldhal

-

K- Tukar dengan metode Amonium Asetat (NH4Oac) pH 7

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH tanah
Hasil pengamatan diperoleh Rataan pH tanah pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 1 ).
Tabel 1. Rataan pH tanah (%) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan pH tanah
Hutan
5,10
Aren
5,10
Karet
5,10
Durian
5,20

Kriteria
Masam
Masam
Masam
Masam

Pada Tabel 1 menunjukan bahwa nilai Rataan pH tertinggi diperoleh pada
tanah di bawah tegakan durian yaitu sebesar 5,2 dan terendah diperoleh pada
tanah di bawah tegakan hutan,karet,Aren yaitu sebesar 5,1.
Hasil uji t pada Rataan pH pada tiap tanaman serbaguna diperoleh seperti
yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji t pada parameter Rataan pH pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
tn
0,176
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,86
tn
-1,216
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,24
tn
-0,585
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,57
tn
-1,073
1,73
Tidak
berbeda nyata
Aren vs Durian
0,30
tn
-0,549
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,59
tn
0,698
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,49
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa Rataan pH pada tegakan aren, durian,
dan karet, tidak berbeda nyata dengan tegakan kemudian pada tegakan durian dan
karet tidak berbeda nyata dengan tegakan aren begitu juga pada tegakan karet
menunjukan tidak berbeda nyata terhadap tegakan durian (Lampiran 3).

 

29 
Universitas Sumatera Utara

30 

 

C – Organik
Hasil pengamatan diperoleh rataan C - organik pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 3 ).
Tabel 1. Rataan C - organik (%) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan C – Organik(%)
Hutan
2,08
1,79
Aren
1,10
Karet
2,18
Durian

Kriteria
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai rataan C – organik tertinggi
diperoleh pada tanah di bawah tegakan durian yaitu sebesar 2,189 % dan terendah
diperoleh pada tanah di bawah tegakan karet yaitu sebesar 1,10 %. 
Hasil uji t pada parameter C – organik pada tiap tanaman serbaguna
diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji t pada parameter C – organik pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
1,367
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,189tn
tn
-0,401
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,693
*
8,891
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,000
tn
-1,245
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,223
*
3,154
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,005
*
4,165
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,001
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 4 menjelaskan bahwa C - organik pada tegakan aren dan
durian tidak berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak
berbeda nyata dengan tegakan aren sedangkan pada tegakan karet menunjukan
berbeda nyata terhadap tegakan hutan, aren dan durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

31 

 

N - Total
Hasil pengamatan diperoleh rataan N - total pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 5).
Tabel 5. Rataan N - total (%) pada sampel tanah
Jenis Tegakan
Rataan N – Total (%)
Hutan
0,52
Aren
0,15
Karet
0,09
Durian
0,21

Kriteria
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sedang

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai rataan N - total tertinggi diperoleh
pada tanah di bawah tegakan hutan yaitu sebesar 0,529 % dan terendah diperoleh
pada tanah di bawah tegakan karet yaitu sebesar 0,091 %. 
Hasil uji t pada parameter N - total pada tiap tanaman serbaguna diperoleh
seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 6. Uji t pada parameter N - total pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
12,228
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
9,005
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,00
16,226
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00*
tn
-1,843
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,08
*
2,826
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,01
*
4,344
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,00
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 6 menjelaskan bahwa N - total pada tegakan aren, durian dan
karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan karet berbeda nyata
dengan tegakan aren dan durian, sedangkan pada tegakan durian menunjukan
tidak berbeda nyata terhadap tegakan aren (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

32 

 

P-Tersedia
Hasil pengamatan diperoleh rataan C - organik pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 7 ).
Tabel 7 . Rataan P-tersedia (ppm) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan P-tersedia (ppm)
Hutan
31,49
4,00
Aren
7,50
Karet
Durian
6,90

Kriteria
Tinggi
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa tegakan Hutan memberikan
rataan P-tersedia tanah tertinggi yaitu 31,59 ppm sedangkan rataan P-tersedia
terendah pada tegakan Aren yaitu 4,00 ppm.
Hasil uji t pada Rataan P-tersedia (ppm) pada tiap tanaman serbaguna
diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji t pada parameter P-tersedia pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
5,379
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
4,753
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,00
*
4,515
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00
*
-2,454
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Durian
0,02
tn
-2,102
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,05
tn
-0,334
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,74
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 8 menjelaskan bahwa P-tersedia pada tegakan aren, karet,dan
durian berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak
berbeda nyata dengan tegakan karet dan tegakan aren tidak berbada nyata dengan
karet, sedangkan pada tegakan aren menunjukan berbeda nyata terhadap tegakan
durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

33 

 

K-Tukar
Hasil pengamatan diperoleh rataan Rataan K-tukar pada tiap tegakan
tanaman serbaguna (Tabel 9 ).
Tabel 9. Rataan K-tukar (cmol/kg) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan K-tukar (cmol/kg)
Hutan
0,55
0,40
Aren
0,15
Karet
0,45
Durian

Kriteria
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa Tegakan Hutan memberikan rataan Ktukar tanah tertinggi yaitu 0,55 cmol/kg sedangkan rataan K-tukar terendah pada
tegakan Karet yaitu 0,15 cmol/kg.
Hasil uji t pada parameter K-tukar pada tiap tanaman serbaguna diperoleh
seperti yang tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji t pada parameter K-tukar pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
2,520
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,02*
tn
1,408
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,176
*
10,679
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00
tn
-0,605
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,55
*
4,560
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,00
*
4,457
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,00
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 10 menjelaskan bahwa K-tukar pada tegakan aren, dan karet
berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak berbeda nyata
dengan tegakan hutan, sedangkan pada tegakan karet menunjukan berbeda nyata
terhadap tegakan, aren dan durian kemudian tegakan aren tidak berbeda nyata
dengan tegakan durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

34 

 

Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Hasil pengamatan diperoleh rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada
tiap tegakan tanaman serbaguna (Tabel 11 ).
Tabel 11. Rataan K-tukar (cmol/kg) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan KTK (cmol/kg)
Hutan
26,81
9,82
Aren
10,08
Karet
9,17
Durian

Kriteria
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa Tegakan Hutan memberikan
rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi yaitu 26,81 cmol/kg
sedangkan rataan KTK tanah terendah pada tegakan karet yaitu 9,17 cmol/kg.
Hasil uji t pada parameter Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tiap
tanaman serbaguna diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 11.
Tabel 12. Uji t pada parameter KTK pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
7,081
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
6,96
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,000
*
7,368
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,000
tn
-0,469
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,64
tn
1,305
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,21
tn
1,724
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,10
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 12 menjelaskan bahwa Kapasitas Tukar Kation pada tegakan
aren, durian dan karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan
durian dan karet tidak berbeda nyata dengan tegakan aren maupun pada tegakan
karet menunjukan tidak berbeda nyata terhadap tegakan durian (Lampiran 3).
Pembahasan
Nilai Rataan pH tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan durian
yaitu sebesar 5,2 dan terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan

Universitas Sumatera Utara

35 

 

hutan,karet,Aren yaitu sebesar 5,1. Dari hasil analisis uji t taraf 5% menjelaskan
bahwa pH pada tegakan aren, durian, dan karet, tidak berbeda nyata dengan
tegakan hutan kemudian pada tegakan durian dan karet tidak berbeda nyata
dengan tegakan aren begitu juga pada tegakan karet menunjukan tidak berbeda
nyata terhadap tegakan durian.
Kandungan

bahan

organik

dan

tipe

vegetasi

juga

akan

mempengaruhi kemasaman tanah. Hal tersebut sesuai dengan keterangan Soepardi
(1983), yang menyebutkan bahwa proses dekomposisi bahan organik akan
menghasilkan

asam-asam

organik

maupun

asam

anorganik,

sehingga

menimbulkan suasana asam. Analisis uji T menunjukkan bahwa pengaruh
berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap pH H2O yang menyatakan tidak
berbeda nyata
Salah satu faktor yang menyebabkan pH setiap tegakan tersebut masam
adalah dekomposisi akhir bahan organik yang menghasilkan senyawa-senyawa
resisten seperti humus dan senyawa sederhana seperti CO2. Hasil dari senyawa
sederhana yaitu CO2 terakumulasi dapat bereaksi dengan air sehingga membentuk
asam karbonat (H2CO3) yang dapat memasamkan tanah. Ini sesuai dengan
literatur Hanafiah (2005) bahwa hasil akhir berupa gas CO2 jika terakumulasi
dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang meskipun asam lemah,
-

+

namun jika terakumulasi akan terurai menjadi HCO3 + H yang memasamkan
tanah
Nilai rataan C – organik tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi durian yaitu sebesar 2,189 % dan terendah diperoleh pada tanah di

Universitas Sumatera Utara

36 

 

bawah tegakan karet yaitu sebesar 1,108 %. Dari hasil analisis uji t taraf 5%
menjelaskan bahwa C - organik pada komoditi aren dan durian tidak berbeda
nyata dengan areal hutan sedangkan pada tegakan karet menunjukan berbeda
nyata.
Nilai rataan C – organik tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi durian dan hutan, disebabkan oleh masukan sumber bahan organik,
aktivitas organisme dan serasah yang menahan erosi pada tanah sehingga
ketersediaan bahan organik dan peningkatan bahan organik tinggi. Hal ini sesuai
dengan literatur Saribun (2007), yang menyatakan bahwa kandungan bahan
organik tanah yang tinggi pada penggunaan lahan hutan dan lahan agroforestry
diduga terjadi karena kualitas dan kuantitas masukkan sumber bahan organik,
aktivitas organisme, dan serasah yang lebih banyak dalam menekan proses erosi.
Tegakan karet dapat mempengaruhi sifat biologi tanah berupa C - organik
tanah yang berbeda dengan C - organik tanah pada areal hutan. Hal ini disebabkan
karena pola pengelolaan tanah pada tegakan karet berbeda dengan areal hutan
seperti pembersihan piringan yang memungkinkan adanya perubahan bahan
organik pada tegakan karet. Hal ini sesuai dengan literatur Yasin (2007), yang
menyatakan setiap tanah memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda
sesuai dengan karakteristik tanahnya dan penggunaan lahannya. Perubahan
vegetasi atau penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah menyebabkan
perubahan kandungan bahan organik tanah .
Nilai rataan N - total tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi Hutan yaitu sebesar 0,529 % dan terendah diperoleh pada tanah di
bawah tegakan karet yaitu sebesar 0,091 %. Dari hasil analisis uji T taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

37 

 

menjelaskan bahwa N - total pada komoditi aren, durian dan karet berbeda nyata
dengan areal hutan.
Nilai rataan N – total tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
hutan. Hal ini disebabkan oleh hasil dekomposisi bahan organik pada tanah hutan
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk., (2010),

yang

menyatakan bahwa sumber utama nitrogen dalam tanah adalah dari hasil
dekomposisi bahan organik. Selanjutnya dalam dekomposisi protein akan dilapuki
oleh jasad renik menjadi asam amino kemudian menjadi ammonia (NH4) dan
Nitrat (NO3) yang larut dalam tanah. Selain itu faktor kelembaban pada vegetasi
hutan mempengaruhi ketersediaan kandungan N dalam tanah melalui proses
nitrifikasi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk., (2010), yang
menyatakan proses nitrifikasi lebih baik berada pada kelembaban tanah yang
tinggi, namun demikian masih dapat berlangsung pada kondisi sedikit dibawah
titik layu permanen.
Nilai rataan N – total terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan
karet. Hal ini disebabkan karena pembersihan piringan di bawah tegakan aren
yang menyebabkan N sangat mudah tercuci pada saat hujan. Hal ini sesuai dengan
literatur Hardjowigeno (2007), bahwa kehilangan N disebabkan karena sangat
mudah tercuci oleh air hujan (leaching).
Tegakan aren, karet dan durian memiliki nilai N – Total yang lebih rendah
dibandingkan pada tegakan hutan. Hal ini diduga disebabkan N lebih mudah
hilang pada tegakan aren, karet maupun durian akibat tercuci oleh air hujan
dibanding pada tegakan hutan yang tutupan lahannya lebih rapat. Hal ini sesuai
dengan literatur Hanafiah (2005) dalam Wasis (2012) menyatakan Hilangnya

Universitas Sumatera Utara

38 

 

N dari tanah juga disebabkan penggunaan untuk metabolisme tanaman selain itu
juga N dalam bentuk nitrat sangat mudah tercuci oleh air hujan .
Nilai rataan P-tersedia tanah tertinggi pada tanah hutan yaitu 31,59 ppm
sedangkan rataan P-tersedia terendah pada tegakan Aren yaitu 4,00 ppm. Dari
hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan bahwa P-tersedia pada tegakan aren,
karet,dan durian berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian
tidak berbeda nyata dengan tegakan karet dan selanjutnya tegakan aren tidak
berbada nyata dengan karet sedangkan pada tegakan aren menunjukan berbeda
nyata terhadap tegakan durian.
Nilai rataan P – tersedia tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
hutan.hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa
pengaruh bahan organik yang berasal dari serasah tegakan hutan padat
mengpengaruhi terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam tanah melalui hasil
pelapukannya yaitu asam-asam organik CO2. Asam-asam organik seperti asam
malonat, tartarat, humat, fulvik, akan menghasilkan anion organik. Anion-anion
organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca ion-ion ini akan
bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah.
Proses pengikatan logam seperti Al, Fe, Ca oleh senyawa asam-asam organic
komplek disebut dengan proses Khelasi dan senyawa kompleknya disebut Khelat
Nilai rataan P – tersedia terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan
aren dan disusul juga dengan tegakan karet dan durian hal ini disebabkan adanya
erosi dan rendah setiap tegakan dalam memproduksi serasah yang dimana bahan
organik yang dihasilkan rendah dibandingkan dengan tegakan hutan hal ini sesuai
dengan literatur nurmasyitah dkk (2013) bahwa tingkat kertersediaan p yang

Universitas Sumatera Utara

39 

 

sangat rendah disebabkan oleh pH tanah, mengikatnya ion Al, Fe, dan Mn dalam
larutan tanah,meningkatkan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik
rendah serta kegiatan jasad renik.
Nilai rataan K-tukar

tanah tertinggi pada tegakan hutan yaitu 0,55

cmol/kg sedangkan rataan K-tukar terendah pada tegakan Karet yaitu 0,15
cmol/kg. Dari hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan bahwa K-tukar pada
tegakan aren, dan karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan
durian tidak berbeda nyata dengan tegakan hutan sedangkan pada tegakan karet
menunjukan berbeda nyata terhadap tegakan, aren dan durian kemudian tegakan
aren tidak berbeda nyata dengan tegakan durian.
Nilai rataan k-dd dilihat bahwa nilai k-dd di setiap tegakan cukup rendah
hal ini disebabkan oleh reaksi tanah yang agak masam dimana ph tanah setiap
tegakan berkisar 5,1 sampai 5,2 dimana menurut puslitanak (2000) bahwa Reaksi
tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat yang cukup
tinggi dan kandungan ion Kalium relatif rendah berkisar 0,1 – 02 me/100 gr tanah.
tanah inseptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga
fiksasi K sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi K pada larutan tanah
berkurang. Hal ini menyebabkan unsur K pada tanah Inceptisol relatif rendah.
Nilai rataan K-tukar tanah tertinggi diperoleh pada tanah tegakan hutan
dimana Bahan organik yang berasal dari pelapukan serasah – serasah tegakan
vegetasi mempengaruhi ketersediaan unsur K+

dimana melalui proses
+

mineralisasi dan akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia seperti K

hal ini sesuai dengan literatur hanafiah (2007) bahwa Senyawa sisa mineralisasi
dan senyawa sulit terurai lainnya melalui proses humifikasi akan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

40 

 

humus tanah yang terutama berperan secara koloidal dimana koloidal organik ini
melalui muatan listriknya akan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
yang akan menyebabkan ketersediaan basa-basa meningkat, secara fisik bahan
+

organik meningkatkan daya tahan menahan air sehingga hara K yang terfiksasi
oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah
+

yang mengakibatkan K lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Nilai rataan K - dd terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan karet.
Hal ini disebabkan karena pembersihan piringan di bawah tegakan dimana
mnyebabkan terjadinya pencuciaan hal ini sesuai dengan literatur Ismunadji
(1989) yang menyatakan bahwa Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah
tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa.
Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi pada tanah
tegakan hutan yaitu 26,81 cmol/kg sedangkan rataan KTK tanah terendah pada
tegakan karet yaitu 9,17 cmol/kg. Dari hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan
bahwa Kapasitas Tukar Kation pada tegakan aren, durian dan karet berbeda nyata
dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian dan karet tidak berbeda nyata
dengan tegakan aren maupun pada tegakan karet menunjukan tidak berbeda nyata
terhadap tegakan durian.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi pada tegakan
hutan.hal ini disebabkan oleh pada setiap tegakan memiliki perbedaan tingkat
pelapukan dan tingkat pelapukan sempurna pada tanah hutan Karena jika bahan
organik sudah terdekomposisi sempurna maka akan menyumbangkan koloid
humus yang dapat meningkatkan nilai KTK. Hal ini sesuai dengan literatur

Universitas Sumatera Utara

41 

 

Yulnafatmawita, dkk., (2007) bahwa bahan organik yang sudah sangat
terdekomposisi jika diberikan ke tanah maka akan meningkatkan KTK tanah
karena semakin besar pula koloid humus yang disumbangkan sehingga muatan
negatif tanah meningkat yang mengakibatkan KTK tanah juga meningkat.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah terendah pada tegakan
karet dimana adanya erosi dan pencuciaan yang menyebabkan hilangnya bahan
organik pada tegakan karet yang menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas
tukar kation hal ini sesuai dengan literatur Kumalasari (2011) Dengan semakin
menurunnya kandungan bahan organik tanah, humus (koloid organik) sebagai
sumber muatan negatif tanah juga semakin berkurang sehingga jumlah muatan
positif (kation-kation) dalam tanah yang dapat dipertukarkan juga semakin
rendah.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perubahan tegakan hutan menjadi berbagai tegakan serba guna menurunkan
kandungan C – Organik tanah, N – Total tanah, P- tersedia tanah, K- tukar
tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK) di Sub DAS Petani Kecamatan
Sibolangit Deli Serdang. 
2. Perubahan tegakan hutan menjadi tegakan serba guna yang menunjukkan
tingkat penurunan terendah terdapat pada tegakan durian dan tegakan yang
mengalami penurunan tertinggi terdapat pada tegakan karet 
Saran
Sebaiknya ditanam tanaman aren dan durian apabila dalam keadaan
terpaksa perlu mengganti penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian di
Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Deli Serdang .

 

42 
Universitas Sumatera Utara

10 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya di bagi menjadi daerah hulu,
tengah, hilir dan pesisir. Sistem ekologi DAS bagian hulu pada umumnya
dipandang sebagai suatu ekosistem pedesaan. Ekosistem DAS hulu terdiri atas
empat komponen utama, yaitu desa, sawah/ladang, sungai dan hutan. Di dalam
ekosistem DAS terdapat hubungan timbal-balik antar komponen. Fungsi suatu
DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor / komponen
yang ada di dalam DAS. Apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen
maka akan mempengaruhi ekosistem DAS tersebut (Widiatni, 2008).
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang
terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan
organisme hidup lainnya) serta kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan
saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan
ekosistem, hal ini berarti bahwa apabila keterkaitan sudah terselenggara maka
pengelolaan hutan, tanah, air, masyarakat dan lain–lain harus memperhatikan
peranan dari komponen–komponen ekosistem tersebut (Sudaryono, 2002).
Sebuah DAS ditandai dengan adanya sungai utama yang langsung
bermuara ke danau atau ke laut. Ke dalam sungai utama tersebut bermuara anak
sungai yang airnya berasal dari tangkapan air hujan dari wilayah yang dibatasi
pembatas topografi menuju ke anak sungai tersebut. Batas wilayah hingga ke
pembatas topografi yang mengalirkan air hujan yang ditangkapnya menuju anak
sungai itu disebut sebagai kawasan Sub DAS (Rauf dkk, 2011).

Universitas Sumatera Utara

11 

 

Di Bawah Tegakan Tanaman Serbaguna
Jenis pohon serbaguna atau Multipurpose Trees (MPTs) mengandung
pengertian pohon–pohon dan semak yang digunakan atau dikelola untuk lebih dari
satu kegunaan produk dan atau jasa, penekanan pada penanaman pohon ini untuk
tujuan ekonomi dan ekologi dari satu sistem pengunaan lahan dengan keluaran
ganda (Sabarnurdin, 1998 ; Suryanto dan Prasetyawati, 2014).
Beberapa jenis tanaman yang biasanya dikembangkan oleh kelompok
pembibitan, yaitu tanaman dari jenis Multi Purposes Trees Species (MPTs) dan
Kekayuan. MPTs adalah tanaman yang memiliki fungsi selain kayu, misalnya
dapat dimanfaatkan buah atau bagian tanaman lainnya. Sedangkan tanaman
kekayuan merupakan tanaman yang khusus dimanfaatkan kayunya saja. Tanaman
jenis MPTs lebih cenderung memiliki sifat konservatif, karena tanaman tersebut
jarang ditebang oleh masyarakat. Meskipun demikian tetap saja perbandingan
tanaman kayu lebih banyak dibandingkan dengan tanaman MPTs. Contoh
tanaman MPTs seperti Aren (Arenga saccharifera),Picung (Pangium edule
REINW) (buahnya untuk bumbu masak) dan lain sebagainya. Sedangkan
kekayuan contohnya seperti Sengon (Albasia falcataria) dan Jati (Tectona
grandis) (Hafsah dan Heriyanto, 2012).
Berbagai

komposisi

tegakan

tanaman

yang

berbeda–beda

akan

mempengaruhi kondisi tanah baik pada sifat fisik maupun kimia tanah.
Masing–masing komposisi tegakan tanaman tersebut mempunyai jenis vegetasi
yang beragam dominasi tegakan tanaman maupun penutupan oleh tajuk tanaman
yang semuanya akan mempengaruhi kondisi tanah di bawahnya terutama pada
sifat fisika dan kimia tanah (Kumalasari dkk, 2011).

Universitas Sumatera Utara

12 

 

Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dalam pernbentukan dan
pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah
karena akar akarnya dapat mengikat partikel–partikel tanah dan juga mampu
menahan daya tumbuk butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah
sehingga penghancuran tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari
daun–daunnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah
yang dapat mengakibatkan perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu
pembentukan struktur tanah yang baik maupun peningkatan porositas yang dapat
meningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi (Tolaka dkk, 2013).
Jenis-jenis pohon yang ditanam pada kegiatan Hutan Kemasyarakatan
adalah jenis pohon serba guna atau pohon kehidupan yang sesuai dan cocok
dengan kondisi tanah dan lingkungannya. Dengan penanaman serba guna tersebut,
di harapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan
hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan (seperti, mede, kemiri, durian, aren
dll); getah-getahan (seperti damar, jelutung, lak, pinus) ; rotan ; gaharu ; dan
sebagainya. Dalam hal ini, yang dimaksud pohon serba guna adalah tanaman
tahunan atau pohon yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat
bagi masyarakat disamping dapat meningkatkan mutu hutan.
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.)
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang
menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang
tumbuhan

ini

kurang

mendapat

perhatian

untuk

dikembangkan

atau

dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Begitu banyak
ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang berasal dari bahan baku pohon

Universitas Sumatera Utara

13 

 

aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan ekspor
maupun kebutuhan dalam negeri semakin meningkat. Hampir semua bagian
pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari
bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya (nira,
pati/tepung dan buah). Selama ini permintaan produk-produk yang bahan bakunya
dari pohon aren masih dipenuhi dengan mengandalkan pohon aren yang tumbuh
liar. Jika pohon aren ditebang untuk diambil tepungnya tentu saja populasi pohon
aren mengalami penurunan yang cepat karena tidak diimbangi dengan kegiatan
penanaman. Di samping itu, perambahan hutan dan konversi kawasan hutan alam
untuk penggunaan lain juga mempercepat penurunan populasi pohon aren
(Lempang, 2012).
Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon
soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm
(Ramadani et al, 2008). Pohon aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan
diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan
tajuk daun yang menjulang di atas batang (Soeseno, 1992). Waktu pohon masih
muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun,
ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan
batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai
daun.
Begitu banyak ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang bahan
bakunya berasal dari pohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik
untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor semakin meningkat. Hampir
Semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai

Universitas Sumatera Utara

14 

 

kebutuhan, baik bagian fisik (daun, batang, ijuk, akar, dll.) maupun bagian
produksinya (buah, nira dan pati/tepung). Pohon aren adalah salah satu jenis
tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam
batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai
ekonomi (Lempang , 2012).
Tanaman durian (Durio zibethinus L. Murr.)
Buah durian yang berasal dari pohon durian (Durio zibethinus L.) banyak
tumbuh di hutan maupun di kebun milik penduduk. Tumbuhan berbentuk pohon,
tinggi 27 - 40 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah pecah, permukaan kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak, arah
mendatar. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling, permukaan atas
berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset,
panjang 6,5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat, permukaan
atas mengkilat, permukaan bawah buram, tidak pernah meluruh, bagian bawah
berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan. Bunga muncul di batang atau
cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng berwarna putih
hingga cokelat keemasan. Buah bulat atau lonjong, kulit dipenuhi duri-duri tajam,
warna coklat keemasan atau kuning, Universitas Sumatera Utara bentuk biji
lonjong, berwarna coklat, berbuah setelah berumur 5 - 12 tahun. Perbanyakan
Generatif (biji) (Soedarya, 2009).
Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase
baik.durian juga memerlukan lindungan alam,agar pohon atau cabang –
cabangnya yang sarat buah tidak patah di terpah agin yang kuat.Temperatur udara
yang sangat di inginkan pohon durian berkisar antara 25 -28 C,meskipun dapat

Universitas Sumatera Utara

15 

 

tumbuh pada kisaran temperatur 20 – 350C.Tanah dengan tekstur sedang,agak
halus dan halus dengan pH 5,5-7,8 dan berdrainase baik hingga sedang ,sangat
sesuai untuk pohon durian.pohon ini umumnya mengisi sistem pertanian
campuran atau pertanian – hutan (agroforestry) yang selalu berdampingan dengan
pohon jengkol,petai,karet,kemiri,dan lain – lain menyerupai hutan multispesies.
(Abdul rauf,2011)
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi
dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang
tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di
beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke
arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama
lateks (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Sedangkan menurut Setiawan (2000) tanaman karet merupakan pohon
yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Pohon dewasa dapat mencapai
tinggi antara 15 – 30 m. Perakarannya cukup kuat serta akar tunggangnya dalam
dengan akar cabang yang kokoh. Pohonnya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas.
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan
ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kayu karet juga akan mempunyai
prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan.

Universitas Sumatera Utara

16 

 

Indonesia sebagai negara dengan luas areal kebun karet terbesar dan produksi
kedua terbesar di dunia (Goenadi et al., 2005).
Indraty (2005, dalam Boerhendhy dan Agustina, 2006) menyebutkan
bahwa tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu
penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan.
Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa
dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti
rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi
tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah
kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman
karet yang demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman
karet paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan pertanaman karet
sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena mampu berperan sebagai
penyimpan dan sumber energi. Hal senada dikemukakan oleh Azwar et al. (1989,
dalam Boerhendhy dan Agustina, 2006) bahwa laju pertumbuhan biomassa ratarata tanaman karet pada umur 3−5 tahun mencapai 35,50 ton bahan kering/ha/
tahun. Hal ini berarti perkebunan karet dapat mengambil alih fungsi hutan yang
berperan penting dalam pengaturan tata guna air dan mengurangi peningkatan
pemanasan bumi (global warming).

Universitas Sumatera Utara

17 

 

Sifat kimia tanah
Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah, makin tinggi nilai kadar ion H+ dalam tanah,
makin masam tanah tersebut. Nilai pH berkisar dari 0−14 dengan pH 7 disebut
netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pHnya dengan menambahkan kapur ke
dalam tanah sedangkan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan
penambahan belerang.
Dalam tanah pH sangat penting dan erat hubungannya dengan hal-hal
berikut
ini:
1. Menunjukkan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap tanaman. Pada pH sekitar netral,
unsur hara mudah diserap akar tanaman karena pada pH tersebut mudah
larut dalam air. Pada tanah masam unsur P diikat (difiksasi) oleh Al,
sedangkan pada tanah alkalis unsur P diikat oleh Ca sehingga unsur
tersebut tidak dapat diserap tanaman.
2. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun. Pada tanah masam,
unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, Co) mudah terlarut sehingga ditemukan
unsur mikro berlebih sedangkan pemakaiannya dalam jumlah kecil
sehingga menjadi racun.

Universitas Sumatera Utara

18 

 

3. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri (bakteri pengikat
nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi) berkembang baik pada pH 5,5
atau lebih, sedang jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat
kemasaman tanah (Hardjowigeno 2003).
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5, maka unsur hara tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka
ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan
molibdenum menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0
akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga dan
seng ketersediannya relatif jadi sedikit (Sarief, 1986).
Nitrogen Total
Nitrogen yang didapat dari tanah diusahakan dari bahan-bahan seperti sisa
tanaman, pupuk kandang, pupuk buatan, dan garam amonium dan nitrat yang
diendapkan. Lagipula ada fiksasi nitrogen atmosfir yang diusahakan oleh
mikroorganisme tanah tertentu. Hilangnya dari tanah disebabkan oleh tanaman
yang dipanen dan diangkut, drainase, erosi, dan hilang sebagai gas dalam bentuk
unsur dan amoniak (Buckman and Brady, 1982).
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Unsur ini
bersifat labil karena mudah berubah bentuk dan mudah hilang baik lewat
volatilisasi (gas N2) maupun lewat perlindian (NO3-). Di atmosfer unsur N
merupakan unsur dominan karena merupakan 80% dari gas yang ada, tetapi
bentuk gas ini tidak secara langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Universitas Sumatera Utara

19 

 

Pemanfaatannya hanya dapat dilakukan lewat bantuan mikrobia pengikatnya
(fiksasi), yang mengubah bentuk N2 menjadi ammonium (NH4+) yang tersedia
bagi tanaman, baik lewat mekanisme simbiotik maupun non simbiotik
(Hanafiah, 2005).
Sejumlah besar nitrogen dalam tanah berada dalam bentuk organik.
Dengan demikian dekomposisi nitrogen merupkan sumber utama nitrogen tanah,
disamping juga dapat berasal dari air hujan dan irigasi. Dekomposisi merupakan
proses kimia yang menghasilkan N dalam bentuk ammonium dan dioksidasi lagi
menjadi nitrat. Proses dekomposisi ini dilkukan oleh jasad renik yang peka
lingkungan. Jika bahan organik yang secara relatif mengandung lebih banyak C
dari N ditambahkan ke tanah maka proses tersebut akan terbalik. Karena ada
sumber energi yang banyak, jasad renik akan menggunakan N yang ada untuk
pertumbuhan. Dengan demikian, N diikat pada tubuh jasad renik dan N akan
kurng tersedia di tanah (Hakim, dkk, 1986).
Bahan organik merupakan sumber Nitrogen (N) yang utama di dalam
tanah. Pada bahan organik halus jumlah N tinggi maka perbandingan C/N rendah,
sedangkan bahan organik kasar jumlah N rendah sehingga C/N tinggi. Nitrogen
berfungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh
pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau dan berperan dalam pembentukan
protein. Nitrogen diambil tanaman dalam bentuk amonium (NH4 +) dan nitrat
(NO3 -). Tambahan nitrogen pada tanah berasal dari hujan dan debu, penambatan
secara tak simbiosis, penambatan secara simbiosis dan kotoran hewan dan
manusia. Kehilangan nitrogen dari tanah disebabkan oleh penguapan, pencucian,
denitrifikasi, pengikisan dan penyerapan oleh tanaman. Denitrifikasi terjadi

Universitas Sumatera Utara

20 

 

karena drainase buruk, lokasi tergenang, dan tata udara dalam tanah buruk
(Hardjowigeno 2003).
Menurut Handayanto, dkk (1999) pelepasan N dari bahan organik
tergantung pada sifat fisik, kimia bahan organik, kondisi lingkungan, dan
komunitas organisme perombak. Terhambatnya pelepasan N mungkin disebabkan
oleh tingginya rasio C/N bahan organik dan immobilisasi N mikrobia yang terikat.
Saat immobilisasi, N tersedia yang ada sebelumnya di dalam tanah diambil
mikroorganisme untuk mencukupi kebutuhannya, karena tidak tercukupi dari
bahan organik yang dirombak sehingga keberadaan N tersedia tanah menjadi
sangat sedikit bagi tanaman yang akan menyebabkan tanaman kekurangan N.
Kehilangan Nitrogen dalam bentuk gas lebih besar daripada kehilangan
yang disebabkan oleh pencucian. Kehilangan lain dapat juga berupa panen, tercuci
bersama air drainase dan terfiksasi oleh mineral. Kehilangan N juga akan
diperbesar lagi bila jumlah pupuk N yang diberikan ke dalam tanah cukup besar
dengan keadaan tanah yang reduksi. Kehilangan N dari urea yang diberikan pada
sawah yang keadaan airnya macak-macak akan lebih besar. Hilangnya N dari
tanah juga disebabkan karena digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO3mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan sehingga N menjadi rendah dan tanah
yang memilkiki tekstur pasir mudah melepaskan air sehingga N menjadi rendah
daripada tanah liat (Hakim, dkk, 1986).
Tinggi rendahnya kandungan nitrogen total tanah ini dipengaruhi oleh
jenis dan sifat bahan organik yang diberikan terutama tingkat dekomposisinya.
Dengan semakin lanjut dekomposisi suatu bahan organik maka semakin banyak

Universitas Sumatera Utara

21 

 

pula nitrogen organik yang mengalami mineralisai sehingga akumulasi nitrogen di
dalam tanah semakin besar jumlahnya (Yulnafatmawita,dkk., 2007).
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dinyatakan dalam mg
(milligram