Karakteristik Kimia Tanah Di Bawah Beberapa Jenis Tegakan di SubdasPetaniKabupaten Deli Serdang Chapter III V

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai dengan
oktober 2015 melalui 2 tahap kegiatan yaitu kegiatan lapangan dan kegiatan
laboratorium. Tahapan kegiatan lapangan dilaksanakan di Desa Buluh Awar
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian + 503 meter
diatas permukaan laut. Contoh tanah dianalisis di Laboratorium BPT Bogor,Bogor
dan Laboratorium PT.SOCFINDO Medan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah
terganggu, yang diambil di bawah tegakan vegetasi aren, karet, durian dan tanah
hutan kantong plastik dan kertas label untuk memberi nama sampel serta bahan –
bahan yang digunakan untuk analisis di Laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, bor tanah sebagai alat
untuk mengambil sampel tanah terganggu, pisau atau parang sebagai alat untuk
membantu pengambilan contoh tanah, clinometer sebagai alat mengukur
kemiringan lereng, kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan dan
alat tulis sebagai alat untuk menulis data dilapangan.
Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekskriptif
dengan teknik observasi lapangan. Teknik sampling berdasarkan metode
purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu dilakukan pada tutupan/tegakan aren,

 

26 
Universitas Sumatera Utara

27 

 

karet, durian,dan vegetasi hutan berada pada areal daerah aliran sungai, waktu dan
kemudahan pencapaian lokasi. Data di analisis dengan menggunakan uji t dengan
taraf 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,
penyusunan ulang usulan penelitian, pengadaan peta–peta yang dibutuhkan dan
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pelaksanaan
Kegiatan lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah. Sampel
tanah diambil pada lokasi di sekitaran aliran sungai Petani. Sampel tanah diambil
di bawah tegakan tanaman serba guna (MPTs) dengan komoditi :
1. Aren (Arenga pinnata Merr.)
2. Durian (Durio zibethinus Murr.)
3. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Dan juga dilakukan pengambilan sampel tanah hutan di sekitar areal DAS
sebagai perlakuan kontrol dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sampel tanah terganggu diperoleh dari pengeboran 4 titik di setiap tegakan
tanaman serbaguna (MPTs) dan tanaman hutan, kemudian dikompositkan dan
diambil + 1 kg untuk setiap sampel tanah dan dimasukkan kedalam wadah yang
telah disediakan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel dengan rincian

Universitas Sumatera Utara


28 

 

10 sampel tanah dari tegakan karet,10 sampel tanah dari tegakan durian dan 10
sampel dari tegakan aren dan 10 sampel tanah dari hutan.
Analisis Laboratorium
Sampel

tanah

didapatkan

di

lapangan

selanjutnya


dianalisis di

laboratorium.
Parameter Pengamatan
-

pH H2O metode elektrometri

-

C- Organik dengan metode Walkly and Black

-

KTK dengan metode NH4Oac pH 7

-

P- Tersedia dengan metode Bray I


-

N- Total dengan metode Kjeldhal

-

K- Tukar dengan metode Amonium Asetat (NH4Oac) pH 7

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH tanah
Hasil pengamatan diperoleh Rataan pH tanah pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 1 ).
Tabel 1. Rataan pH tanah (%) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan pH tanah
Hutan
5,10

Aren
5,10
Karet
5,10
Durian
5,20

Kriteria
Masam
Masam
Masam
Masam

Pada Tabel 1 menunjukan bahwa nilai Rataan pH tertinggi diperoleh pada
tanah di bawah tegakan durian yaitu sebesar 5,2 dan terendah diperoleh pada
tanah di bawah tegakan hutan,karet,Aren yaitu sebesar 5,1.
Hasil uji t pada Rataan pH pada tiap tanaman serbaguna diperoleh seperti
yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji t pada parameter Rataan pH pada tiap tanaman
T test

T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
tn
0,176
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,86
tn
-1,216
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,24
tn
-0,585
1,73
Tidak berbeda nyata

Hutan vs Karet
0,57
tn
-1,073
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,30
tn
-0,549
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,59
tn
0,698
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,49

Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa Rataan pH pada tegakan aren, durian,
dan karet, tidak berbeda nyata dengan tegakan kemudian pada tegakan durian dan
karet tidak berbeda nyata dengan tegakan aren begitu juga pada tegakan karet
menunjukan tidak berbeda nyata terhadap tegakan durian (Lampiran 3).

 

29 
Universitas Sumatera Utara

30 

 

C – Organik
Hasil pengamatan diperoleh rataan C - organik pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 3 ).
Tabel 1. Rataan C - organik (%) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan

Rataan C – Organik(%)
Hutan
2,08
Aren
1,79
Karet
1,10
Durian
2,18

Kriteria
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai rataan C – organik tertinggi
diperoleh pada tanah di bawah tegakan durian yaitu sebesar 2,189 % dan terendah
diperoleh pada tanah di bawah tegakan karet yaitu sebesar 1,10 %. 
Hasil uji t pada parameter C – organik pada tiap tanaman serbaguna

diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji t pada parameter C – organik pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
1,367
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,189tn
tn
-0,401
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,693
*
8,891
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,000
tn
-1,245
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,223
*
3,154
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,005
*
4,165
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,001
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 4 menjelaskan bahwa C - organik pada tegakan aren dan
durian tidak berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak
berbeda nyata dengan tegakan aren sedangkan pada tegakan karet menunjukan
berbeda nyata terhadap tegakan hutan, aren dan durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

31 

 

N - Total
Hasil pengamatan diperoleh rataan N - total pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 5).
Tabel 5. Rataan N - total (%) pada sampel tanah
Jenis Tegakan
Rataan N – Total (%)
Hutan
0,52
Aren
0,15
Karet
0,09
Durian
0,21

Kriteria
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sedang

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai rataan N - total tertinggi diperoleh
pada tanah di bawah tegakan hutan yaitu sebesar 0,529 % dan terendah diperoleh
pada tanah di bawah tegakan karet yaitu sebesar 0,091 %. 
Hasil uji t pada parameter N - total pada tiap tanaman serbaguna diperoleh
seperti yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 6. Uji t pada parameter N - total pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
12,228
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
9,005
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,00
16,226
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00*
-1,843
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,08tn
*
2,826
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,01
*
4,344
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,00
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 6 menjelaskan bahwa N - total pada tegakan aren, durian dan
karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan karet berbeda nyata
dengan tegakan aren dan durian, sedangkan pada tegakan durian menunjukan
tidak berbeda nyata terhadap tegakan aren (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

32 

 

P-Tersedia
Hasil pengamatan diperoleh rataan C - organik pada tiap tegakan tanaman
serbaguna (Tabel 7 ).
Tabel 7 . Rataan P-tersedia (ppm) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan P-tersedia (ppm)
Hutan
31,49
Aren
4,00
Karet
7,50
Durian
6,90

Kriteria
Tinggi
Sangat Rendah
Sangat Rendah
Sangat Rendah

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa tegakan Hutan memberikan
rataan P-tersedia tanah tertinggi yaitu 31,59 ppm sedangkan rataan P-tersedia
terendah pada tegakan Aren yaitu 4,00 ppm.
Hasil uji t pada Rataan P-tersedia (ppm) pada tiap tanaman serbaguna
diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji t pada parameter P-tersedia pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
5,379
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
4,753
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,00
*
4,515
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00
*
-2,454
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Durian
0,02
tn
-2,102
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,05
tn
-0,334
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,74
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 8 menjelaskan bahwa P-tersedia pada tegakan aren, karet,dan
durian berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak
berbeda nyata dengan tegakan karet dan tegakan aren tidak berbada nyata dengan
karet, sedangkan pada tegakan aren menunjukan berbeda nyata terhadap tegakan
durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

33 

 

K-Tukar
Hasil pengamatan diperoleh rataan Rataan K-tukar pada tiap tegakan
tanaman serbaguna (Tabel 9 ).
Tabel 9. Rataan K-tukar (cmol/kg) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan K-tukar (cmol/kg)
Hutan
0,55
Aren
0,40
Karet
0,15
Durian
0,45

Kriteria
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa Tegakan Hutan memberikan rataan Ktukar tanah tertinggi yaitu 0,55 cmol/kg sedangkan rataan K-tukar terendah pada
tegakan Karet yaitu 0,15 cmol/kg.
Hasil uji t pada parameter K-tukar pada tiap tanaman serbaguna diperoleh
seperti yang tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji t pada parameter K-tukar pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
2,520
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,02*
tn
1,408
1,73
Tidak berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,176
*
10,679
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Karet
0,00
tn
-0,605
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,55
*
4,560
1,73
Berbeda nyata
Aren vs Karet
0,00
*
4,457
1,73
Berbeda nyata
Durian vs Karet
0,00
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 10 menjelaskan bahwa K-tukar pada tegakan aren, dan karet
berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian tidak berbeda nyata
dengan tegakan hutan, sedangkan pada tegakan karet menunjukan berbeda nyata
terhadap tegakan, aren dan durian kemudian tegakan aren tidak berbeda nyata
dengan tegakan durian (Lampiran 3).

Universitas Sumatera Utara

34 

 

Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Hasil pengamatan diperoleh rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada
tiap tegakan tanaman serbaguna (Tabel 11 ).
Tabel 11. Rataan K-tukar (cmol/kg) pada sampel tanah.
Jenis Tegakan
Rataan KTK (cmol/kg)
Hutan
26,81
Aren
9,82
Karet
10,08
Durian
9,17

Kriteria
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa Tegakan Hutan memberikan
rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi yaitu 26,81 cmol/kg
sedangkan rataan KTK tanah terendah pada tegakan karet yaitu 9,17 cmol/kg.
Hasil uji t pada parameter Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tiap
tanaman serbaguna diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 11.
Tabel 12. Uji t pada parameter KTK pada tiap tanaman
T test
T tabel
Keterangan
Tegakan
Signifikan
7,081
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Aren
0,00*
*
6,96
1,73
Berbeda nyata
Hutan vs Durian
0,000
*
7,368
1,73
Berbeda
nyata
Hutan vs Karet
0,000
tn
-0,469
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Durian
0,64
tn
1,305
1,73
Tidak berbeda nyata
Aren vs Karet
0,21
tn
1,724
1,73
Tidak berbeda nyata
Durian vs Karet
0,10
Keterangan : Angka yang diikuti * menunjukan berbeda nyata menurut uji t 5%
Pada Tabel 12 menjelaskan bahwa Kapasitas Tukar Kation pada tegakan
aren, durian dan karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan
durian dan karet tidak berbeda nyata dengan tegakan aren maupun pada tegakan
karet menunjukan tidak berbeda nyata terhadap tegakan durian (Lampiran 3).
Pembahasan
Nilai Rataan pH tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan durian
yaitu sebesar 5,2 dan terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan

Universitas Sumatera Utara

35 

 

hutan,karet,Aren yaitu sebesar 5,1. Dari hasil analisis uji t taraf 5% menjelaskan
bahwa pH pada tegakan aren, durian, dan karet, tidak berbeda nyata dengan
tegakan hutan kemudian pada tegakan durian dan karet tidak berbeda nyata
dengan tegakan aren begitu juga pada tegakan karet menunjukan tidak berbeda
nyata terhadap tegakan durian.
Kandungan

bahan

organik

dan

tipe

vegetasi

juga

akan

mempengaruhi kemasaman tanah. Hal tersebut sesuai dengan keterangan Soepardi
(1983), yang menyebutkan bahwa proses dekomposisi bahan organik akan
menghasilkan

asam-asam

organik

maupun

asam

anorganik,

sehingga

menimbulkan suasana asam. Analisis uji T menunjukkan bahwa pengaruh
berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap pH H2O yang menyatakan tidak
berbeda nyata
Salah satu faktor yang menyebabkan pH setiap tegakan tersebut masam
adalah dekomposisi akhir bahan organik yang menghasilkan senyawa-senyawa
resisten seperti humus dan senyawa sederhana seperti CO2. Hasil dari senyawa
sederhana yaitu CO2 terakumulasi dapat bereaksi dengan air sehingga membentuk
asam karbonat (H2CO3) yang dapat memasamkan tanah. Ini sesuai dengan
literatur Hanafiah (2005) bahwa hasil akhir berupa gas CO2 jika terakumulasi
dapat bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang meskipun asam lemah,
-

+

namun jika terakumulasi akan terurai menjadi HCO3 + H yang memasamkan
tanah
Nilai rataan C – organik tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi durian yaitu sebesar 2,189 % dan terendah diperoleh pada tanah di

Universitas Sumatera Utara

36 

 

bawah tegakan karet yaitu sebesar 1,108 %. Dari hasil analisis uji t taraf 5%
menjelaskan bahwa C - organik pada komoditi aren dan durian tidak berbeda
nyata dengan areal hutan sedangkan pada tegakan karet menunjukan berbeda
nyata.
Nilai rataan C – organik tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi durian dan hutan, disebabkan oleh masukan sumber bahan organik,
aktivitas organisme dan serasah yang menahan erosi pada tanah sehingga
ketersediaan bahan organik dan peningkatan bahan organik tinggi. Hal ini sesuai
dengan literatur Saribun (2007), yang menyatakan bahwa kandungan bahan
organik tanah yang tinggi pada penggunaan lahan hutan dan lahan agroforestry
diduga terjadi karena kualitas dan kuantitas masukkan sumber bahan organik,
aktivitas organisme, dan serasah yang lebih banyak dalam menekan proses erosi.
Tegakan karet dapat mempengaruhi sifat biologi tanah berupa C - organik
tanah yang berbeda dengan C - organik tanah pada areal hutan. Hal ini disebabkan
karena pola pengelolaan tanah pada tegakan karet berbeda dengan areal hutan
seperti pembersihan piringan yang memungkinkan adanya perubahan bahan
organik pada tegakan karet. Hal ini sesuai dengan literatur Yasin (2007), yang
menyatakan setiap tanah memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda
sesuai dengan karakteristik tanahnya dan penggunaan lahannya. Perubahan
vegetasi atau penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah menyebabkan
perubahan kandungan bahan organik tanah .
Nilai rataan N - total tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
komoditi Hutan yaitu sebesar 0,529 % dan terendah diperoleh pada tanah di
bawah tegakan karet yaitu sebesar 0,091 %. Dari hasil analisis uji T taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

37 

 

menjelaskan bahwa N - total pada komoditi aren, durian dan karet berbeda nyata
dengan areal hutan.
Nilai rataan N – total tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
hutan. Hal ini disebabkan oleh hasil dekomposisi bahan organik pada tanah hutan
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk., (2010),

yang

menyatakan bahwa sumber utama nitrogen dalam tanah adalah dari hasil
dekomposisi bahan organik. Selanjutnya dalam dekomposisi protein akan dilapuki
oleh jasad renik menjadi asam amino kemudian menjadi ammonia (NH4) dan
Nitrat (NO3) yang larut dalam tanah. Selain itu faktor kelembaban pada vegetasi
hutan mempengaruhi ketersediaan kandungan N dalam tanah melalui proses
nitrifikasi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk., (2010), yang
menyatakan proses nitrifikasi lebih baik berada pada kelembaban tanah yang
tinggi, namun demikian masih dapat berlangsung pada kondisi sedikit dibawah
titik layu permanen.
Nilai rataan N – total terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan
karet. Hal ini disebabkan karena pembersihan piringan di bawah tegakan aren
yang menyebabkan N sangat mudah tercuci pada saat hujan. Hal ini sesuai dengan
literatur Hardjowigeno (2007), bahwa kehilangan N disebabkan karena sangat
mudah tercuci oleh air hujan (leaching).
Tegakan aren, karet dan durian memiliki nilai N – Total yang lebih rendah
dibandingkan pada tegakan hutan. Hal ini diduga disebabkan N lebih mudah
hilang pada tegakan aren, karet maupun durian akibat tercuci oleh air hujan
dibanding pada tegakan hutan yang tutupan lahannya lebih rapat. Hal ini sesuai
dengan literatur Hanafiah (2005) dalam Wasis (2012) menyatakan Hilangnya

Universitas Sumatera Utara

38 

 

N dari tanah juga disebabkan penggunaan untuk metabolisme tanaman selain itu
juga N dalam bentuk nitrat sangat mudah tercuci oleh air hujan .
Nilai rataan P-tersedia tanah tertinggi pada tanah hutan yaitu 31,59 ppm
sedangkan rataan P-tersedia terendah pada tegakan Aren yaitu 4,00 ppm. Dari
hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan bahwa P-tersedia pada tegakan aren,
karet,dan durian berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian
tidak berbeda nyata dengan tegakan karet dan selanjutnya tegakan aren tidak
berbada nyata dengan karet sedangkan pada tegakan aren menunjukan berbeda
nyata terhadap tegakan durian.
Nilai rataan P – tersedia tertinggi diperoleh pada tanah di bawah tegakan
hutan.hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa
pengaruh bahan organik yang berasal dari serasah tegakan hutan padat
mengpengaruhi terhadap ketersediaan hara fosfat di dalam tanah melalui hasil
pelapukannya yaitu asam-asam organik CO2. Asam-asam organik seperti asam
malonat, tartarat, humat, fulvik, akan menghasilkan anion organik. Anion-anion
organik ini dapat mengikat logam-logam seperti Al, Fe dan Ca ion-ion ini akan
bebas dari pengikatan logam tersebut sehingga tersedia di dalam larutan tanah.
Proses pengikatan logam seperti Al, Fe, Ca oleh senyawa asam-asam organic
komplek disebut dengan proses Khelasi dan senyawa kompleknya disebut Khelat
Nilai rataan P – tersedia terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan
aren dan disusul juga dengan tegakan karet dan durian hal ini disebabkan adanya
erosi dan rendah setiap tegakan dalam memproduksi serasah yang dimana bahan
organik yang dihasilkan rendah dibandingkan dengan tegakan hutan hal ini sesuai
dengan literatur nurmasyitah dkk (2013) bahwa tingkat kertersediaan p yang

Universitas Sumatera Utara

39 

 

sangat rendah disebabkan oleh pH tanah, mengikatnya ion Al, Fe, dan Mn dalam
larutan tanah,meningkatkan Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik
rendah serta kegiatan jasad renik.
Nilai rataan K-tukar

tanah tertinggi pada tegakan hutan yaitu 0,55

cmol/kg sedangkan rataan K-tukar terendah pada tegakan Karet yaitu 0,15
cmol/kg. Dari hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan bahwa K-tukar pada
tegakan aren, dan karet berbeda nyata dengan tegakan hutan kemudian tegakan
durian tidak berbeda nyata dengan tegakan hutan sedangkan pada tegakan karet
menunjukan berbeda nyata terhadap tegakan, aren dan durian kemudian tegakan
aren tidak berbeda nyata dengan tegakan durian.
Nilai rataan k-dd dilihat bahwa nilai k-dd di setiap tegakan cukup rendah
hal ini disebabkan oleh reaksi tanah yang agak masam dimana ph tanah setiap
tegakan berkisar 5,1 sampai 5,2 dimana menurut puslitanak (2000) bahwa Reaksi
tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat yang cukup
tinggi dan kandungan ion Kalium relatif rendah berkisar 0,1 – 02 me/100 gr tanah.
tanah inseptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga
fiksasi K sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi K pada larutan tanah
berkurang. Hal ini menyebabkan unsur K pada tanah Inceptisol relatif rendah.
Nilai rataan K-tukar tanah tertinggi diperoleh pada tanah tegakan hutan
dimana Bahan organik yang berasal dari pelapukan serasah – serasah tegakan
vegetasi mempengaruhi ketersediaan unsur K+

dimana melalui proses
+

mineralisasi dan akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia seperti K

hal ini sesuai dengan literatur hanafiah (2007) bahwa Senyawa sisa mineralisasi
dan senyawa sulit terurai lainnya melalui proses humifikasi akan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

40 

 

humus tanah yang terutama berperan secara koloidal dimana koloidal organik ini
melalui muatan listriknya akan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
yang akan menyebabkan ketersediaan basa-basa meningkat, secara fisik bahan
+

organik meningkatkan daya tahan menahan air sehingga hara K yang terfiksasi
oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah
+

yang mengakibatkan K lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Nilai rataan K - dd terendah diperoleh pada tanah di bawah tegakan karet.
Hal ini disebabkan karena pembersihan piringan di bawah tegakan dimana
mnyebabkan terjadinya pencuciaan hal ini sesuai dengan literatur Ismunadji
(1989) yang menyatakan bahwa Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah
tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa.
Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi pada tanah
tegakan hutan yaitu 26,81 cmol/kg sedangkan rataan KTK tanah terendah pada
tegakan karet yaitu 9,17 cmol/kg. Dari hasil analisis uji T taraf 5% menjelaskan
bahwa Kapasitas Tukar Kation pada tegakan aren, durian dan karet berbeda nyata
dengan tegakan hutan kemudian tegakan durian dan karet tidak berbeda nyata
dengan tegakan aren maupun pada tegakan karet menunjukan tidak berbeda nyata
terhadap tegakan durian.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tertinggi pada tegakan
hutan.hal ini disebabkan oleh pada setiap tegakan memiliki perbedaan tingkat
pelapukan dan tingkat pelapukan sempurna pada tanah hutan Karena jika bahan
organik sudah terdekomposisi sempurna maka akan menyumbangkan koloid
humus yang dapat meningkatkan nilai KTK. Hal ini sesuai dengan literatur

Universitas Sumatera Utara

41 

 

Yulnafatmawita, dkk., (2007) bahwa bahan organik yang sudah sangat
terdekomposisi jika diberikan ke tanah maka akan meningkatkan KTK tanah
karena semakin besar pula koloid humus yang disumbangkan sehingga muatan
negatif tanah meningkat yang mengakibatkan KTK tanah juga meningkat.
Nilai rataan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah terendah pada tegakan
karet dimana adanya erosi dan pencuciaan yang menyebabkan hilangnya bahan
organik pada tegakan karet yang menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas
tukar kation hal ini sesuai dengan literatur Kumalasari (2011) Dengan semakin
menurunnya kandungan bahan organik tanah, humus (koloid organik) sebagai
sumber muatan negatif tanah juga semakin berkurang sehingga jumlah muatan
positif (kation-kation) dalam tanah yang dapat dipertukarkan juga semakin
rendah.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perubahan tegakan hutan menjadi berbagai tegakan serba guna menurunkan
kandungan C – Organik tanah, N – Total tanah, P- tersedia tanah, K- tukar
tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK) di Sub DAS Petani Kecamatan
Sibolangit Deli Serdang. 
2. Perubahan tegakan hutan menjadi tegakan serba guna yang menunjukkan
tingkat penurunan terendah terdapat pada tegakan durian dan tegakan yang
mengalami penurunan tertinggi terdapat pada tegakan karet 
Saran
Sebaiknya ditanam tanaman aren dan durian apabila dalam keadaan
terpaksa perlu mengganti penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian di
Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Deli Serdang .

 

42 
Universitas Sumatera Utara