Pakar Sosiologi Raih Guru Besar
Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id
Pakar Sosiologi Raih Guru Besar
Surya : Minggu, 2009-04-05 | 12:54 WIB
LOWOKWARU | SURYA -Dosen humoris idola mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM), Muslan Abdurrahman, akhirnya mendapatkan gelar profesornya, Sabtu (4/4) kemarin. Pengukuhan guru besar
Muslan, dilakukan Rektor UMM, Dr Muhajir Effendy MAP di UMM Dome. Yang istimewa, Muslan menjadi guru besar
pertama yang dimiliki Fakultas Hukum UMM.
Muslan dikukuhkan sebagai guru besar berkat berbagai penelitiannya seputar sosiologi hukum. Salah satunya, dia
mencermati kelemahan sistem hukum di Indonesia, yang masih melihat hukum sebagai sebuah produk yang bersifat
logis dan konsisten.
”Hal seperti ini akhirnya hanya bisa dilihat oleh ahli dan praktisi hukum saja. Hukum menjadi tidak mampu melihat
berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakat,” ujar Muslan dalam orasinya.
Untuk itu, dalam dunia hukum, menurut Muslan, diperlukan kecerdasan spiritual daripada sekadar logika dan perasaan.
”Filosofinya, hukum itu untuk manusia, bukan sebaliknya, sebagaimana yang berlaku saat pemerintahan orde baru,”
tambah suami dari Ernaningsih SH ini.
Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, mantan peraih predikat dosen teladan nasional 1991 lalu ini meraih gelar
master dari Universitas Airlangga, serta mengambil gelar doktoral di Universitas Diponegoro Semarang. k3
page 1 / 1
www.umm.ac.id
Pakar Sosiologi Raih Guru Besar
Surya : Minggu, 2009-04-05 | 12:54 WIB
LOWOKWARU | SURYA -Dosen humoris idola mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM), Muslan Abdurrahman, akhirnya mendapatkan gelar profesornya, Sabtu (4/4) kemarin. Pengukuhan guru besar
Muslan, dilakukan Rektor UMM, Dr Muhajir Effendy MAP di UMM Dome. Yang istimewa, Muslan menjadi guru besar
pertama yang dimiliki Fakultas Hukum UMM.
Muslan dikukuhkan sebagai guru besar berkat berbagai penelitiannya seputar sosiologi hukum. Salah satunya, dia
mencermati kelemahan sistem hukum di Indonesia, yang masih melihat hukum sebagai sebuah produk yang bersifat
logis dan konsisten.
”Hal seperti ini akhirnya hanya bisa dilihat oleh ahli dan praktisi hukum saja. Hukum menjadi tidak mampu melihat
berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakat,” ujar Muslan dalam orasinya.
Untuk itu, dalam dunia hukum, menurut Muslan, diperlukan kecerdasan spiritual daripada sekadar logika dan perasaan.
”Filosofinya, hukum itu untuk manusia, bukan sebaliknya, sebagaimana yang berlaku saat pemerintahan orde baru,”
tambah suami dari Ernaningsih SH ini.
Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, mantan peraih predikat dosen teladan nasional 1991 lalu ini meraih gelar
master dari Universitas Airlangga, serta mengambil gelar doktoral di Universitas Diponegoro Semarang. k3
page 1 / 1