32 sehingga waktu tanam menjadi mundur karena lahan yang belum siap. Namun
keadaan tersebut tidak mengganggu kondisi bibit karena bibit ditanam dalam polybag.
Jumlah tanaman per plot adalah lima tanaman. Beberapa minggu setelah tanam terdapat beberapa tanaman yang mati dan beberapa tanaman
pertumbuhannya sangat lambat. Kematian tanaman hasil okulasi umumnya disebabkan oleh lepasnya mata tunas batang atas yang ditempelkan pada batang
bawah, sehingga batang atas tidak memperoleh air maupun nutrisi dari batang bawah. Akibatnya batang atas tersebut mengering dan mati. Pertumbuhan yang
lambat dapat disebabkan oleh kondisi mata tunas dan batang bawah yang kurang baik atau sistem perakaran batang bawah yang kurang berkembang atau sebab lain
yang belum dapat diketahui. Tidak dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati dan yang mengalami pertumbuhan terlambat, karena terjadi setelah lebih dari
dua minggu tanaman ditanam. Namun demikian, keadaan tersebut tidak mengurangi jumlah unit percobaan karena kejadian tersebut hanya terjadi pada
beberapa genotipe dan tidak terjadi pada semua ulangan, disamping itu jumlah penarikan anak contoh adalah tiga, sehingga jumlah tanaman yang hidup dan
tumbuh dengan normal masih memenuhi jumlah unit percobaan. Hal lain yang mengganggu adalah adanya serangan ulat daun dan kutu
daun. Serangan ini terjadi pada minggu ke-33 setelah tanam. Ulat daun memakan daun dan kuncup bunga bahkan pada serangan yang hebat ulat menyerang tunas
muda, sehingga tunas tersebut tidak berkembang dan tidak bisa menghasilkan bunga. Kutu daun menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan sel
tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi mengkerut atau keriting. Kedua serangan hama ini mengakibatkan penurunan kuantitas maupun kualitas bunga.
4.2. Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi yang Diamati
Hasil analisis ragam karakter kuantitatif menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotipe yang diuji pada selang kepercayaan 5, kecuali karakter
panjang ruas, panjang leher bunga, diameter kuncup dan umur panen. Tingkat keragaman ditentukan oleh nilai koefisien keragaman genetik KVG. Hasil
pengamatan terhadap 14 karakter kuantitatif, memperlihatkan perbedaan tingkat
33 keragaman yang cukup tinggi khususnya keragaman gen etik yaitu antara 3.415-
87.561. Tingkat keragaman genetik paling tinggi terdapat pada karakter jumlah duri kecil 87.561 diikuti oleh karakter jumlah petal 40.773 dan jumlah duri
besar 29-520. Sementara itu, tingkat keragaman terkecil terdapat pada karakter lama kesegaran bunga 3.415 dan umur panen 3.968, data selengkapnya
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Keragaman, Koefisien Variasi Genetik dan Dua Kali Standar Deviasi Genetik Karakter Kuantitatif yang Diamati
Keragaman s
2
Karakter Genetik
s
2 g
Fenotipe s
2 p
Lingkungan s
2 e
KVG 2s
2 g
Kriteria Panjang Tangkai
62.106 76.691
14.5853 12.928
15.761 Luas Diameter Tangkai
0.002 0.004
0.0014 8.632
0.091 Sempit Panjang Ruas
0.209 0.221
0.0126 11.771
0.913 Sempit Jumlah Buku
5.698 6.422
0.7236 18.856
4.774 Luas Jumlah Daun
5.379 6.354
0.9752 16.204
4.638 Luas Panjang Leher
Bunga 2.567
2.649 0.0820
17.610 3.204
Sempit Jumlah Duri Besar 244.996 298.474
53.4780 29.520
31.305 Luas Jumlah Duri Kecil
0.299 0.341
0.0423 87.561
1.094 Sempit Diameter Kuncup
0.027 0.029
0.0021 6.453
0.330 Sempit Diameter Bunga
Mekar 0.002
0.002 0.0002
4.129 0.082
Sempit Jumlah Petal
265.200 272.783 7.5828
40.773 32.570 Luas
Lama Kesegaran Bunga
0.068 0.126
0.0582 3.415
0.520 Sempit
Umur Panen 21.496
38.528 17.0319
3.968 9.273 Luas
Jml BungaTan 0.075
0.117 0.0419
14.195 0.548 Sempit
Hasil pengamatan terhadap jumlah duri kecil menunjukkan kisaran yang yang sangat jauh yaitu antara 0-209. Genotipe dengan jumlah duri kecil relatif
sedikit 0-4 duri adalah 95.033-01, 97.030-12, 97.026-13, 96.016-01, 97.028-15, 97.029-82, 97.029-51, 97.032-09, 97.025-14, 97.004-01, 97.167-01, 97.104-03
dan 97.008-03, sedangkan genotipe dengan jumlah duri kecil sangat banyak adalah 97.105-80. Jumlah duri besar berkisar antara 16-160. Genotipe 95.033-01
dan 97.104-03 mempunyai jumlah duri kecil relatif sedikit yaitu 23 dan 25, sedangkan jumlah duri besar paling banyak terdapat pada genotipe 97.105-80.
Jumlah duri merupakan karakter yang tidak diinginkan karena akan menyulitkan
34 dalam penanganan pascapanen dan pembuatan rangkaian bunga, sehingga seleksi
terhadap genotipe yang mempunyai jumlah duri relatif sedikit lebih diutamakan. Jumlah petal berkisar antara 20-93, dengan jumlah terbesar terdapat pada
genotipe 97.030-12, 97.170 -01 dan 97.032-09 yang masing-masing mempunyai 83, 75 dan 62 helai. Sementara jumlah petal paling sedikit terdapat pada genotipe
95.090-04 dan 95.136-01 dengan 21 helai petal. Jumlah petal bunga potong mawar yang ideal adalah 25-35 helai, sehingga membentuk tipe ganda, artinya
setiap kuntum bunga mempunyai lebih dari 20 helai petal yang tersusun dalam beberapa lapis atau lingkaran Darliah et al. 2001. Jumlah tersebut memadai
untuk membentuk kuntum bunga yang baik sebagai bunga potong, yaitu cukup padat dan penuh dengan susunan petal tidak terlalu terbuka pada saat mekar
penuh. Lama kesegaran bunga berkisar antara 6.6-8.7 hari sehingga karakter
tersebut mempunyai tingkat keragaman yang paling kecil 3.415. Genotipe 97.032-12 dan 95.090-04 mempunyai lama kesegaran bunga yang paling lama,
sedangkan yang paling cepat diperoleh dari genotipe 95.033 -01. Namun demikian semua genotipe yang diuji digolongkan mempunyai lama kesegaran yang
memenuhi standar, karena bunga potong mawar yang baik harus mempunyai lama kesegaran selama lima sampai enam hari Morey 1969. Umur panen berkisar
antara 100 -148 hari setelah tanam hst. Genotipe yang mempunyai umur panen paling genjah adalah 97.170-01 dan umur panen terpanjang diperoleh dari
genotipe 97.008-03. Umur panen yang genjah lebih diinginkan karena tanaman akan lebih cepat menghasilkan.
Panjang tangkai genotipe-genotipe yang diamati berkisar antara 50.47 cm sampai 99.80 cm. Panjang tangkai terpanjang terdapat pada genotipe 97.105-80
dan panjang tangkai terpendek terdapat pada genotipe 97.106-42. Berdasarkan kelas kualitas pada Tabel 1, maka 30 dari genotipe-genotipe yang diamati
termasuk ke dalam kelas ekstra super, 43 termasuk ke dalam kelas super dan sisanya termasuk ke dalam kelas panjang. Kelas eksrta super terdiri atas genotipe
97.105-80, 97.174-01, 97.029 -82, 97.077-01, 95.090-64, 97.030-12, 97.167-01, 96.016-01 dan 97.032-09. Kelas super terdiri atas genotipe 97.025-14, 97.100-61,
97.105-66, 97.026-13, 97.104-03, 97.028 -15, 97.100-31, 95.031 -04, 97.027-71,
35 97.170-01, 97.004-01, 97.104-05 dan 97.136-01. Dengan demikian semua
genotipe yang diamati mempunyai panjang tangkai yang memadai sebagai bunga potong, karena standar bunga potong mawar harus memiliki panjang tangkai tidak
kurang dari 40 cm. Akan tetapi panjang tangkai kelas ekstra super lebih dikehendaki karena memiliki harga jual yang lebih tinggi Darliah et al. 2001.
Berdasarkan Tabel 1 diameter kuncup yang dikehendaki tidak kurang dari 2.5 cm Darliah et al. 2001. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter
kuncup berkisar antara 2.27-3.02 cm dan hanya 20 dari genotipe yang diamati memiliki diameter kuncup kurang dari 2.5 cm. Genotipe-genotipe tersebut adalah
97.028-15, 95.033-01, 95.136-01, 97.029-51, 97.104 -03 dan 96.016-01, maka sebagian besar genotipe mempunyai diameter kuncup yang memenuhi kriteria
kelas kualitas yang ditentukan. Diamater kuncup terbesar diperoleh dari genotipe 97.032-09 dan terkecil diperoleh dari genotip e 96.016-01.
Diameter bunga mekar berkisar antara 7.0-14.9 cm, diameter bunga mekar terbesar diperoleh dari genotipe 97.027-71 dan terkecil adalah genotipe 95.090-
04. Umumnya diameter bunga mekar di atas 8 cm dikelompokan ke dalam bunga yang mempunyai diameter cukup besar. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat
dua genotipe yang berdiameter bunga mekar di bawah 8 cm yaitu 95.090 -04 dan 95.136-04. Genotipe 97.030-12, 97.026-13, 97.028-15, 97.029-82, 97.029-51,
97.032-09, 97.025-14, 97.170-01, dan 97.027-71 berdiameter bunga mekar di atas 10 cm dan yang lainnya mempunyai diameter bunga mekar antara 8.44 - 9.98 cm.
Dengan demikian 97 genotipe yang diuji mempunyai diameter bunga mekar yang cukup besar.
Karakter jumlah bunga per tanaman berkisar antara 2.2-7.6 tangkai. Jumlah bunga paling sedikit diperoleh dari genotipe 97.170-01 dan tiga genotipe
dengan jumlah bunga terbanyak adalah 97.100-31, 97.027-71 dan 97.026-13, dengan jumlah bunga berturut-turut 7.6, 6.8 dan 6.2 tangkai.
Berdasarkan nilai koefisien keragaman genetik KVG pada Tabel 4, karakter jumlah duri besar, jumlah duri kecil dan jumlah petal memiliki tingkat
keragaman yang tinggi karena mempunyai nilai di atas 20, sehingga peluang perbaikan terhadap ketiga karakter tersebut melalui pemuliaan akan lebih berhasil
Gomez dan Gomez 1984. Sementara itu karakter yang lainnya termasuk dalam
36 kriteria masih dapat diterima kecuali karakter diameter bunga mekar, lama
kesegaran bunga dan umur panen yang mempunyai nilai KVG di bawah 6. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4, terdapat delapan karakter
yang mempunyai keragaman sempit, yaitu karakter diameter tangkai, panjang ruas, jumlah duri kecil, diamater kuncup, diameter bunga mekar, lama kesegaran
bunga dan jumlah bunga per tanaman, sedangkan sisan ya mempunyai keragaman yang luas. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Darliah et al. 2001
yang menyimpulkan bahwa karakter -karakter di atas mempunyai keragaman yang luas kecuali karakter diamater kuncup. Hal tersebut disebabkan oleh populasi
yang berbeda dan cara pendugaan keragaman yang berbeda pula. Pada penelitian ini penyertaan komponen penarikan anak contoh cukup signifikan mengurangi
besarnya galat percobaan, sehingga ragam lingkungan menjadi lebih kecil dan ragam genetik menjadi lebih besar karena nilai penyebut yang lebih kecil.
Keragaman yang luas menunjukkan genotipe-genotipe dalam populasi tersebut relatif heterogen sehingga memiliki peluang yang besar dalam melakukan
seleksi dan akan mempermudah memperoleh karakter yang diingin kan Allard 1960. Oleh karena itu suatu karakter pada populasi yang memiliki keragaman
genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Menurut Falconer
1981, keragaman yang sempit menunjukkan genotipe-genotipe yang diuji relatif seragam, sehingga perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya tidak efektif.
Disamping karakter kuantitatif, karakter kualitatif seperti warna bunga, susunan petal bunga yang rapi dan padat, bentuk kuncup dan bentuk bunga saat
mekar sangat menentukan nilai jual Morey 1960. Hasil pengamatan terhadap karakter-karakter kualitatif disajikan pada Lampiran 3-9.
Hasil pengamatan terhadap warna bunga menunjukkan nomor-nomor warna yang berbeda, kecuali genotipe 96.016-01 dengan 95.062-03, 97.027-71
dengan 97.028-15 dan 97.025 -14 dengan 97.026 -13, hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 13-15. Genotipe-genotipe tersebut menunjukkan nomor warna yang
sama. Akan tetapi bila dilihat dari tekstur warna dan kecerahan, tidak ada warna bunga yang sama bahkan pada persilangan dengan tetua yang sama. Tingkat
perbedaan tekstur warna dan kecerahan tersebut tidak dapat ditentukan dengan
37 menggunakan color chart yang digunakan dalam penelitian ini. Warna-warna
bunga genotipe yang digunakan dalam penelitian ini sangat beragam mulai dari warna merah gelap, merah, merah-orange, orange, merah jambu, kuning sampai
putih, seperti terlihat pada Gambar 2.
95.031 -04 95.033-01
95.062-03 95.077-01
95.090-04
95.136 -01 96.016-01
97.004-01 97.008-03
97.025 -14
97.026 -13 97.027-71
97.028-15 97.029-51
97.029 -82
97.030 -12 97.032-09
97.100-31 97.100-36
97.100 -45
97.100 -61 97.102-46
97.104-03 97.104-05
97.105 -66
97.105 -80 97.106-42
97.167-01 97.170-01
97.174 -01
Gambar 2 Warna dan Bentuk Bunga Mawar yang Diamati. Warna batang muda didominansi oleh warna merah keunguan, abu-abu
kemerahan dan merah kecoklatan, sedangkan warna batang tua didominansi warna hijau dan hijau kekuningan. Warna daun muda umumnya hampir sama
dengan warna batang muda dengan dominansi warna dan gradasi warna yang tidak jauh berbeda, hasil selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.
38 Hal yang sama diperoleh dari hasil pengamatan terhadap warna daun tua.
Hasil pengamatan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4. Warna daun tua didominansi oleh warna hijau tua, bahkan sebagian besar genotipe memiliki warna
daun yang sama. Tingkat perbedaan warna pada genotipe-genotipe yang diuji sangat sempit, sehingga diperoleh nomor-nomor warna yang sama dan hanya
dibedakan oleh gradasi warna yang agak berbeda. Gradasi warna yang berbeda tersebut dinotasikan dengan huruf A, B, C
dan D, huruf A menunjukkan warna yang lebih tua, huruf B, C dan D berturut- turut menunjukkan gradasi warna yang lebih muda. Sebagai contoh, genotipe
97.077-01, 95.033-01 dan 97.008-03 memiliki warna daun tua yang hampir sama yaitu masing -masing dengan nomor warna green 137A, green 137B dan green
137C. Ketiga genotipe tersebut mempunyai nomor yang sama, tetapi warnanya sedikit berbeda. Perbedaan warna yang sedikit tersebut ditunjukkan oleh
gradasinya yang dinotasikan dengan huruf A, B dan C. Warna green 137A sedikit lebih tua dari green 137B dan green 137B sedikit lebih tua dari green 137C.
Warna stamen bagian luar berkisar antara warna putih, kuning, merah jambu sampai merah keunguan. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada warna
stamen yang sama tetapi gradasinya tidak jauh berbeda, seperti terlihat pada Lampiran 4.
Warna bintik spot petal cukup beragam mulai dari putih, putih kehijauan, kuning sampai merah keunguan dengan gradasi warna yang cukup nyata. Hasil
selengkapnya disajikan pada Lampiran 4. Warna stamen dan warna spot petal, secara estetika tidak memberi pengaruh yang besar terhadap penampilan karena
letaknya di bagian dalam kuntum bunga, akan tetapi dapat digunakan sebagai salah satu penciri untuk membedakan satu kultivar dengan kultivar yang lainnya.
Pada Lampiran 10, ditunjukkan sketsa gambar bentuk-bentuk bagian bunga yang dapat digunakan sebagai pembeda varietas-varietas bunga potong
mawar bersadarkan UPOV. Hasil pengamatan bentuk kuncup dan bentuk duri besar disajikan pada Lampiran 5. Bentuk kuncup dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu membundar round, membundar telur-lebar broad-ovate dan membundar telur ovate masing-masing memiliki skor 3, 5 dan 7. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut, empat genotipe memiliki bentuk membundar round
39 yaitu 95.136 -01, 97.026-13, 97.032-09 dan 97.105-66. Tiga geno tipe memiliki
bentuk membundar telur ovate yaitu 97.027-71, 97.167-01 dan 97.008-03, sedangkan genotipe yang lain memiliki bentuk kuncup membundar telur-lebar
broad -ovate. Bentuk kuncup merupakan salah satu karakter yang diperhatikan dalam penampilan bunga, dan bentuk yang membundar telur-lebar broad-ovate
sampai membundar lebih disukai karena akan memberikan ukuran diameter kuncup yang relatif lebih besar.
Sketsa bentuk duri besar digambarkan pada Lampiran 10. Bentuk tersebut dikelompokkan ke dalam lima kriteria dengan nilai skor 1, 3, 5, 7 dan 9. Hasil
pengamatan menunjukkan genotipe 97.077-01, 97.026-13, 96.016-01, 97.029-82, 97.029-51, 97.170-01, 97.027-71, 97.104-05, 97.100 -31 dan 97.008-03 memiliki
bentuk duri besar sangat cekung deep concave, sehingga untuk genotipe- genotipe tersebut diberi skor 1, sedangkan bentuk duri besar genotipe yang
lainnya adalah cekung concave sehingga diberi skor 3. Bentuk dasar daun terminal dibagi ke dalam 4 kelompok dengan nilai skor
1, 2, 3 dan 4 seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 10. Hasil pengamatan bentuk daun terminal disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan Tabel 6, sebagian
besar genotipe memiliki dasar daun terminal berbentuk menumpul obtuse sehinga diberi skor 2, dan hanya satu genotipe yang memiliki dasar daun terminal
berbentuk menjantung cordate yaitu 97.031 -04 sehingga diberi skor 4. Genotipe 97.033-01, 95.090 -04, 97.032-12, 97.032-09, 97.106-42 dan 97.008-03 baji
wedge-shaped , genotipe tersebut diberi skor 1, sedangkan genotipe yang lain memiliki dasar daun terminal berbentuk membundar rounded dan diberi skor 3.
Contoh bentuk dasar daun terminal disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Contoh Bentuk Dasar Daun Terminal.
Bentuk Baji Membundar Menumpul wedge -shaped rounded obtuse
40 Helaian petal terbagi dalam tiga zona yaitu zona pinggir, zona tengah dan
zona dasar. Zona dasar spot petal terbagi lagi menjadi sembilan zona, seperti yang ditunjukkan oleh gambar pada Lampiran 10. Zona dasar tersebut umumnya
berbentuk bintik spot. Hasil pengamatan zona dasar spot petal disajikan pada Lampiran 6. Genotipe-genotipe yang diuji memiliki zona spot dasar yang
beragam. Dua genotipe dengan spot dasar pada zona 9 adalah 95.033-01 dan 97.008-03. Genotipe 97.0004 -01 memiliki spot dasar pada zona 8 dan 97.170-01
memilikii spot dasar pada zona 7, sedangkan genotipe 97.062-03 dan 97.105-80 memiliki spot dasar pada zona 4 dan genotipe lainnya memiliki spot pada zona 1,
2 dan 3. Hasil pengamatan penampakan samping bagian atas dan bagian bawah
bunga disajikan pada Lampiran 7. Penampakan samping bagian atas bunga dibagi ke dalam tiga kelompok, seperti ditunjukkan pada Lampiran 10. Genotipe
97.030-12, 97.106 -42, 97.105-66 dan 97.100-31 memiliki bagian atas bunga berbentuk cembung convex dan diberi skor 3. Genotipe 97.136-01, 95.033-01,
95.062-03, 97.028-15, 97.029-82, 97.032 -09, 97.100-36, 97.100 -61, 97.174-01, 97.102-46 dan 97.105-80 memiliki bagian atas bunga berbentuk datar flat dan
diberi skor 1, sedangkan genotipe lainnya memiliki bagian atas bunga berbentuk cembung datar flattened convex dan diberi skor 2.
Penampakan samping bagian bawah bunga dibagi ke dalam empat kelompok yaitu cekung concave, datar flat, cembung datar flattened convex
dan cembung convex, tetapi kelompok terakhir tidak ditemukan pada genotipe- genotipe yang diuji. Genotipe-genotipe yang termasuk ke dalam kelompok
cembung datar flattened convex dengan skor 3 adalah 95.077 -01, 95.090-04, 97.032-09, 97.106-42, 97.100 -31, 97.105-66, 97.100 -31 dan 97.105 -80. Genotipe
yang memiliki bagian bawah bunga berbentuk cekung dan diberi skor 1 adalah 95.031-04, 95.033-01, 97.030-12, 96.019 -01, 97.170-01, 97.167 -01, 97.104-03,
dan 97.008-03, sedangkan genotipe lain memiliki bagian bawah bunga berbentuk datar flat dan diberi skor 2.
Mawar mempunyai lima helai kelopak bunga. Bentuk kelopak bunga tersebut dikelompokan ke dalam lima kriteria dengan nilai skor 1, 3, 5, 7 dan 9.
Hasil pengamatan bentuk kelopak bunga dan jumlah masing-masing kriteria
41 bentuk kelopak bunga disajikan pada Lampiran 8. Umumnya genotipe-genotipe
yang diamati memiliki dua atau tiga kriteria bentuk kelopak bunga kecuali 97.167.01, 97.104-05 dan 97.174-01 yang hanya memiliki satu bentuk kelopak
masing-masing dengan kriteria 5, 1 dan 1. Semua genotipe yang diuji memiliki dua atau tiga helai kelopak bunga yang bentuknya masuk ke dalam kriteria 1
kecuali genotipe 97.026-13 dan 97.170-01, kedua genotipe tersebut memiliki bentuk kelopak bunga yang bentuknya masuk ke dalam kriteria 5 untuk semua
helai kelopak bunga. Sementara itu, genotipe-genotipe yang lain memiliki bentuk kelopak bunga dengan dua atau tiga kombinasi kriteria yang berbeda.
Kewangian bunga dibagi dalam lima kategori yaitu tidak beraroma atau beraroma sangat lemah, aroma lemah, aroma sedang, aroma kuat dan aroma
sangat kuat. Hasil pengamatan terhadap karakter kewangian disajikan pada Lampiran 9. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan empat genotipe mempunyai
karakter wangi kuat sampai sangat kuat, genotipe tersebut adalah 95.136-01, 97.028-15, 97.025-14 dan 97.008-03. Empat genotipe yang mem punyai karakter
wangi lemah sampai sedang yaitu 95.031-04, 97.026-13, 97.104-03 dan 97.100- 61. Genotipe 95.062-03, 95.090-04, 97.032-09, 97.027-71, 97.167.1, 97.104-05,
97.106-42, 97.105-66, 97.100 -31 dan 97.102-46 mempunyai karakter tidak wangi atau sangat lemah sampai lemah, sedangkan genotipe yang lain mempunyai
kewangian yang lemah. Karakter kewangian bunga merupakan salah satu karakter yang dikehendaki, sehingga genotipe-genotipe yang mempunyai kewangian
sedang sampai sangat kuat lebih dikehendaki.
4.3. Pendugaan Heritabilitas Karakter Kuantitatif yang Diamati