Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir

(1)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA TUMBUHAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA FORMULASINYA

DALAM SEDIAAN PEWARNA BIBIR

SKRIPSI

OLEH : DEVI FARIMA NIM. 050804091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA TUMBUHAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA FORMULASINYA

DALAM SEDIAAN PEWARNA BIBIR

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DEVI FARIMA NIM 050804091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI Judul:

KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA TUMBUHAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA FORMULASINYA

DALAM SEDIAAN PEWARNA BIBIR

Oleh:

DEVI FARIMA NIM 050804091

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Agustus 2009

Pembimbing I, Panitia Penguji:

(Drs. Suryanto M.Si., Apt.) (Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt) NIP 196106191991031001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, (Drs. Suryanto M.Si.,Apt.) NIP 196106191991031001

(Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt)

NIP 195107231982032001 (Dra. Nazliniwati, M.Si., Apt) NIP 196005111989022001

(Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt) NIP 195011171980022001

Disahkan Oleh: Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002


(4)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis haturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Agung yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Karakterisasi dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) serta Formulasinya dalam Sediaan Pewarna Bibir” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahandaku Jakfar Hutasuhut dan Ibundaku Sari Siregar yang telah memberikan semangat dan cinta yang teramat tulus, untuk adik-adik ku tersayang Dessy, Adi, dan Indah, serta Kakandaku Ikhwan Muslim Nasution atas semua doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian semua.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Suryanto M.Si., Apt. dan Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan Bapak Drs. Saiful Bahri M.S., Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.


(5)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

4. Ibu Dr. Julia Reveny M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwati, M.Si, Apt, Ibu Fat Aminah M.Si, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Panal M.Si, Apt selaku Kepala Laboratorium Farmakognosi dan semua staf yang telah memberikan arahan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian

6. Sahabat-sahabat penulis: Yeni, Vera, Ika, Devi O, Lina, Rina, Gema, Suji, Cut, Intan, dan rekan-rekan mahasiswa Farmasi khususnya stambuk 2005 atas dukungan, semangat, bantuan dan persahabatan selama ini serta seluruh pihak yang telah, memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(6)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

ABSTRAK

KARAKTERISASI DAN EKSTRAKSI SIMPLISIA BUNGA MAWAR (Rosa hybrida L.) SERTA FORMULASINYA DALAM SEDIAAN

PEWARNA BIBIR

Telah dilakukan karakterisasi dan skrining fitokimia terhadap simplisia bunga mawar (Rosa hybrida L.). Karakterisasi simplisia bunga mawar meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air, dan penetapan kadar sari larut dalam etanol. Pembuatan ekstrak dari simplisia bunga mawar dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol ditambah dengan asam asetat 3%.

Formulasi sediaan pewarna bibir dibuat dalam 2 formula, yaitu formula I dengan bahan dasar berminyak (creamy tipe lipstick) dan formula II dengan bahan dasar tidak luntur (high stain tipe lipstick), dengan penambahan ekstrak bunga mawar 20%, 30% dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 35 hari pada suhu kamar, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pH, uji pelepasan zat warna (uji oles), uji iritasi, serta uji kesukaan (Hedonic Test).

Hasil karakteristik serbuk simplisia diperoleh kadar air 4,65%, kadar abu total 3,54%, kadar abu tidak larut asam 0,12%, kadar sari larut dalam air 25,38%, dan kadar sari larut dalam etanol 25, 26%. Hasil skrining fitokimianya menunjukkan adanya senyawa flavonoid dan tanin. Formulasi ekstrak bunga mawar dalam sediaan pewarna bibir formula I dan formula II, menunjukkan sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH berkisar antara 5-6 (sesuai dengan pH kulit), mudah dioleskan, serta tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan, dan sediaan yang paling disukai adalah sediaan 8 yaitu formula II dengan ekstrak bunga mawar 40%.


(7)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

ABSTRACT

CHARACTERIZATION AND EXTRACTION OF ROSE FLOWER SIMPLICIA (Rosa hybrida L.) ALSO WITH ITS FORMULATION IN

LIPSTICK

Phytochemical characterization and screening of rose flower simplicia had been done. Characterization of rose flower simplicia include determination of water value, determination of total ash value, determination of acid insoluble ash value, determination of water-soluble matter, and determination of ethanol-soluble matter. Extract from rose flower simplicia was made by using ethanol solvent added with acetic acid 3%.

Lipstick formulation has been carried out into 2 formula, there are first formula with creamy type lipstick and second formula with high stain type lipstick, also added with 20%, 30%, and 40% rose flower extract. Test of product from include stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 35 days at room temperature, homogenity test, pH check, colour releasing test, also iritation test.

The result of simplicia characterization include the following: water value 4,65%; total ash value 3,54%; acid-insoluble ash value 0,12%; water-soluble matter 25,38% and ethanol-soluble matter 25,26%. Phytochemical screening performed that there are flavonoid and tannin compounds. The formulation of rose flower extract in 1st formula and 2nd formula, showed that the product was stable, homogen, pH ranging between 5-6 (suitable with skin pH), easy to smear, also not irritating so that it’s safety enogh to use.


(8)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Bunga Mawar ... 5

2.2 Antosianin ... 6

2.3 Ekstraksi ... 7

2.4 Kosmetik ... 8

2.5 Bibir ... 10

2.6 Pewarna Bibir ... 11


(9)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Alat dan Bahan ... 18

3.1.1 Alat ... 18

3.1.2 Bahan ... 18

3.2 Penyiapan Sampel ... 19

3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 19

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan ... 19

3.2.3 Pengolahan Sampel... 19

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 19

3.3.1 Pereaksi Bouchardat ... 19

3.3.2 Pereaksi Dragendorff ... 20

3.3.3 Pereaksi Mayer ... 20

3.3.4 Pereaksi Besi (III) Klorida 1% ... 20

3.3.5 Pereaksi Molish ... 20

3.3.6 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M ... 20

3.3.7 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 20

3.3.8 Pereaksi Asam Klorida ... 20

3.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2 N ... 21

3.3.10 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N... 21

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 21

3.4.1 Pemeriksaan Organoleptis dan Makroskopik... 21

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 21

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 22

3.4.4 Penetapan Kadar Abu Total ... 22


(10)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.4.6 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 23

3.4.7 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 23

3.5 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia ... 24

3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida ... 24

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoida ... 24

3.5.3 Pemeriksaan Saponin ... 25

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida ... 25

3.5.5 Pemeriksaan Tanin ... 35

3.5.6 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoida ... 26

3.6 Pemisahan Ekstrak Bunga Mawar ... 26

3.7 Pembuatan Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar ... 26

3.7.1 Formula I ... 27

3.7.2 Formula II ... 29

3.8 Uji Kestabilan Fisik Pewarna Bibir... 30

3.8.1 Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau ... 30

3.8.2 Pemeriksaan Homogenitas ... 31

3.8.3 Pemeriksaan Pelepasan Zat Warna (Uji Oles) ... 31

3.8.4 Pemeriksaan pH ... 31

3.9 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 32

3.9.1 Uji Iritasi ... 32

3.9.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37


(11)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN ... 40


(12)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Modifikasi Formula I Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar ... 28

2. Modifikasi Formula II Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar ... 29

3. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) ... 46

4. Hasil Skrining Fitokimia ... 51

5. Hasil Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan ... 54

6. Hasil Pemeriksaan pH Sediaan ... 55

7. Hasil Uji Iritasi ... 56


(13)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Tanaman Mawar (Rosa hybrida L.) ... 42

3.2 Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos) ... 43

3.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos)... 44

3.4 Alat Penetapan Kadar Air ... 45

4.5 Sediaan Pewarna Bibir Formula I dari Ekstrak Bunga Mawar ... 52

4.6 Sediaan Pewarna Bibir Formula II dari Ekstrak Bunga Mawar ... 53


(14)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 41

2. Tanaman Mawar (Rosa hybrida L.) ... 42

3. Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos) ... 43

4. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos) ... 44

5. Gambar Alat Penetapan Kadar Air ... 45

6. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos) ... 46

7. Contoh Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia ... 47

8. Hasil Skrining Fitokimia ... 51

9. Sediaan Pewarna Bibir Formula I dari Ekstrak Bunga Mawar ... 52

10. Sediaan Pewarna Bibir Formula II dari Ekstrak Bunga Mawar ... 53

11. Hasil Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau ... 54

12. Hasil Pemeriksaan pH Sediaan ... 55

13. Hasil Uji Iritasi ... 56

14. Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 57


(15)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap wanita dimanapun berada mempunyai kecenderungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang, sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya.

Pewarna bibir adalah salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna bibir atau lebih dikenal dengan nama lipstik adalah produk yang sangat umum digunakan khususnya oleh para wanita, karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Wasitaatmadja, 1997).

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, sehingga menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih zat warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (Ditjen POM, 1985).

Dewasa ini terdapat ratusan kosmetik pewarna bibir yang beredar di pasaran dengan berbagai jenis warna dan dengan harga yang bervariasi pula. Akan tetapi, tidak semua kosmetik tersebut aman untuk digunakan. Berdasarkan hasil pengawasan dan pengujian laboratorium yang dilakukan sejak September 2008 hingga Mei 2009 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), ditemukan beberapa merek kosmetik pewarna bibir mengandung bahan pewarna berbahaya atau bahan pewarna yang dilarang, seperti bahan pewarna Merah K.10 (Rhodamin B), Merah K.3 (CL 15585), serta jingga K.1 (CL 12075) (Anonima, 2009). Bahan


(16)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

pewarna Merah K.10 (Rhodamin B), Merah K.3 (CL 15585), serta jingga K.1 (CL 12075) adalah zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai pewarna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna tersebut dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan merupakan zat yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan pada hati (lever) (Anonimb, 2006).

Indonesia kaya akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Diantara pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain berasal dari bunga mawar. Warna bunganya yang beraneka ragam, menunjukkan bunga tersebut mengandung zat warna antosianin yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pengganti pewarna sintetik.

Antosianin merupakan salah satu zat pewarna alami karena merupakan zat berwarna merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan. Penggunaan zat pewarna alami ini masih terbatas pada beberapa produk makanan dan minuman (Hidayat, N. dan Saati, E.A., 2006). Antosianin dapat diekstraksi dari tumbuhan menggunakan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (Harborne, 1987).

Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri, banyak ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga sebagai bunga potong ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena keindahan dan aromanya, serta bermanfaat dan memiliki banyak khasiat. Minyak maupun ekstraknya sudah sejak dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum, lotion kulit, dan obat-obatan. Mawar bisa ditemukan hampir di semua negara di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki sebagai “Ratu Segala Bunga (Queen of Flower)” (Suryowinoto, 1997).


(17)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Berdasarkan uraian di atas, juga karena karakterisasi simplisia dan skrining fitokimianya belum terdapat di literatur Materia Medika Indonesia, maka dilakukan karakteristik dan skrining fitokimia, serta dilanjutkan dengan formulasi sediaan pewarna bibir dari berbagai konsentrasi ekstrak bunga mawar.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah karakteristik dan hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia bunga

mawar yang diteliti sesuai dengan parameter Materia Medika Indonesia?

b. Apakah ekstrak bunga mawar dapat digunakan sebagai zat warna alami pengganti zat warna sintetik pada sediaan pewarna bibir?

c. Apakah formulasi sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar yang dibuat stabil dan tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: a. Karakteristik dan hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia bunga mawar yang

diteliti sesuai dengan parameter Materia Medika Indonesia.

b. Ekstrak bunga mawar dapat digunakan sebagai zat warna alami pengganti zat warna sintetik pada sediaan pewarna bibir.

c. Formulasi sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar yang dibuat stabil dan tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui karakteristik dan kandungan kimia serbuk simplisia bunga mawar yang diteliti.


(18)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

b. Untuk mengetahui ekstrak bunga mawar dapat digunakan sebagai zat warna alami pengganti zat warna sintesik pada sediaan pewarna bibir.

c. Untuk mengetahui kestabilan dan keamanan dari sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar.


(19)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga Mawar

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdo m : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosanales Famili : Rosaceae Genus : Rosa

Spesies : Rosa hybrida (Bappenas, 2000) Nama umum : mawar

Nama daerah : mawar Deskripsi:

Habitus : Semak, tinggi ± 2 m.

Batang : Tegak, bulat, berkayu, berduri, hijau keabu-abuan. Daun : Majemuk, lonjong, berseling, panjang 5-10 cm, lebar

1,5-2,5 cm, tepi beringgit, ujung runcing, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang ± 0,5 cm, hijau keabu-abuan.

Bunga : Majemuk, bulat, diujung cabang atau batang, tangkai silindris, panjang ± 2,5 cm, abu-abu, kelopak bentuk


(20)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

lonceng, benang sari bertangkai, panjang ± 0,7 cm, kepala sari, kuning, putik bulat, panjang ± 0,5 cm, mahkota halus, berbau harum, merah.

Buah : Lonjong, hijau kemerahan.

Biji : Bulat, coklat.

Akar : Tunggang, putih kotor.

Kandungan kimia: bunga mengandung flavonoid dan polifenol (Ditjen POM, 1999).

Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri, banyak ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga sebagai bunga potong ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena keindahan dan aromanya, serta bermanfaat dan memiliki banyak khasiat. Minyak maupun ekstraknya sudah sejak dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum, lotion kulit, dan obat-obatan. Mawar bisa ditemukan hampir di semua negara di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki sebagai “Ratu Segala Bunga (Queen of Flower)” (Suryowinoto, 1997).

2.2 Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, merah senduduk, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi (Harborne, 1987).

Pigmen antosianin yang merupakan kelompok flavonoid merupakan pigmen yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada berbagai organ tanaman,


(21)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

terutama pada bagian bunga (ditemukan hampir 30% terkandung dalam berat keringnya). Pelarut yang sering digunakan untuk mengekstraksi antosianin adalah alkohol: etanol dan metanol, isopropanol, aseton, atau dengan air (akuades), asam asetat, asam format, atau asam askorbat.

Tabel 1. Beberapa contoh hasil identifikasi pigmen antosianin dari bahan alami

No. Bahan Jenis Antosianin Keterangan

1. Buah Anggur Sianindin, Malvidin Bisa untuk makanan 2. Buah Strawberry Sianidin, Pelargonidin Bisa untuk makanan 3. Bunga mawar Sianidin, Pelargonidin Bisa untuk makanan

4. Bunga Kana Pelargonidin Masih diteliti, bisa untuk

kosmetik

5. Bunga Rosella Pelargonidin Bisa untuk makanan

6. Kulit Manggis Antosianin Masih diteliti

7. Kulit Rambutan Sianidin Masih diteliti

8. Bunga Pacar Air Pelargonidin, Malvidin Masih diteliti, bisa untuk kosmetik

9. Daun Bayam Merah Pelargonidin, Sianidin Bisa untuk makanan

10. Kayu Secang Antosianin Bisa untuk makanan

(Hidayat, N. dan Saati, E.A., 2006) 2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk


(22)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan (Depkes, 2000).

Ekstraksi antosianin dari tumbuhan adalah dengan menggunakan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida dan larutannya harus disimpan ditempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Cara yang dianjurkan untuk mengekstraksi antosianin dari tumbuhan adalah: jaringan tumbuhan yang jumlahnya banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan suhu 35o-40oC sampai volumenya kira-kira seperlima ekstrak asal (Harborne, 1987).

2.4 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ‘berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, S.M., 1997).


(23)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Definisi kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: “Kosmetik adalah bahan-bahan atau campuran bahan-bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan, dituangakan pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk golongan obat” (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).

Sub Bagian Kosmetik Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, membagi kosmetik atas:

a. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas: a. Kosmetik pembersih; b. Kosmetik pelembab; c. Kosmetik pelindung; d. Kosmetik penipis.

b. Kosmetik rias/dekoratif, yang terdiri atas: a. Kosmetik rias kulit terutama wajah; b. Kosmetik rias rambut; c. Kosmetik rias kuku; d. Kosmetik rias bibir; e. Kosmetik rias mata.

c. Kosmetik pewangi/parfum.

Dengan penggolongan yang sederhana ini, setiap jenis kosmetik akan dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi acuan bagi konsumen di dalam bidang kosmetologi (Wasitaatmadja, S.M., 1997).

Kekhasan kosmetik dekoratif (make up) adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi.

Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain:


(24)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

Pembagian kosmetik dekoratif:

a). Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

b). Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).

2.5 Bibir

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarangnya terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Depkes RI, 1985).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir


(25)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Depkes RI, 1985).

Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih muda luka dan mengalami pendarahan. Disamping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir menjadi lebih sensitif (Wibowo, D.S., 2005).

Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik, lip

crayon, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip liner),

dan lip sealer (Wasitaatmadja, S.M., 1997). 2.6 Pewarna Bibir

Pewarna bibir adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.

Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir hakekat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan nan menarik. Tetapi kenyataan kemudian warna lainpun dengan corak warna sangat tua mulai digemari orang, sehingga corak warna cat bibir


(26)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Depkes RI, 1985).

Persyaratan untuk pewarna bibir yang dituntut oleh masyarakat, antara lain: a. Melapisi bibir secara mencukupi.

b. Dapat bertahan di bibir selama mungkin.

c. Cukup melakat pada bibir, tetapai tidak sampai lengket. d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir. e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya. f. Memberikan warna yang merata pada bibir.

g. Penampilan harus menarik, baik warna maupun bentuknya.

h.Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik.

Bahan-bahan utama dalam pewarna bibir adalah: a). Lilin.

Misalnya: carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beeswax, candellila wax, spermaceti, ceresine. Semuanya berperan pada kekerasan pewarna bibir.

b). Minyak.

Fase minyak dalam pewarna bibir dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya: minyak castor, tetrahydrofufuryl alcohol, fatty acid alkylolamides, dihydric alcohol beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil.

c). Lemak.

Misalnya: krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya Hydrogenated castor oil), cetyl alcohol, oleyl alcohol, lanolin.


(27)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

d). Acetoglycerides

Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang pewarna bibir sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan pewarna bibir konstan. e). Zat-zat pewarna (coloring agents)

Zat pewarna yang di pakai secara universal di dalam pewarna bibir adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk pewarna bibir, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik untuk eosin adalah castor oil. Tetapi furfury alkohol beserta ester-esternya, terutama stearat dan ricinoleat, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylolamides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.

f). Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang di tambahkan dalam pembuatan pewarna bibir untuk memudahkan pembahasan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang padat. g). Antioksidan.

h). Bahan pengawet.

i). Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam pewarna bibir dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan

(Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007).

Secara umum pewarna bibir dibedakan menjadi dua tipe, yaitu pewarna bibir berminyak (creamy type lipstick), dan pewarna bibir tidak luntur (high-stain type

lipstick). Pewarna bibir dengan sifat berminyak akan membuat bibir selalu kelihatan

basah sekaligus dapat melembabkan bibir karena kandungan minyaknya yang tinggi, tetapi kekurangan pewarna bibir jenis ini adalah mudah terhapus dari bibir.


(28)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Sedangkan pewarna bibir tidak luntur melekat lama pada bibir, tetapi cenderung membuat bibir menjadi kering karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit .

Adapun formula dasar dari pewarna bibir berminyak (creamy type lipstick) adalah sebagai berikut:

Minyak/Emolien 50-70 %

Lilin 10-15 %

Lemak/Plastisizer 2-5 %

Pewarna 0,5-3 %

Pengkilap 1-4 %

Zat aktif 0-2 %

Texturing agent 1-3 %

Parfum 0,05-0,1 %

Pengawet 0,5%

Sedangkan formula dasar pewarna bibir (high-stain type lipstick) adalah sebagai berikut:

Minyak/Emolien 40-55 %

Lilin 8-13 %

Lemak/Plastisizer 2-4 %

Pewarna 3-8 %

Pengkilap 3-6 %

Zat aktif 0-2 %

Texturing agent 4-15 %

Parfum 0,05-0,1 % Pengawet 0,5 %


(29)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Zat aktif yang ditambahkan dalam formula pewarna bibir adalah sebagai pelembab dan pelembut, yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan pecah-pecah (Barel, A.O., dkk., 2000).

Secara umum metode pembuatan pewarna bibir adalah pencetakan hasil leburan menurut tahapan berikut ini:

a. Pelarutan zat warna dalam fase minyak. Proses pelarutan ini bila perlu dapat dibantu dengan pemanasan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

b. Penyiapan komponen basis lemak dan lilin dengan teknik peleburan/pelelehan, penyaringan (bila perlu), dan pengadukan. Komponen basis tersebut dapat dilelehkan bersamaan dalam atu wadah, tetapi sebaiknya dipisah antara lilin dan lemak, setelah keduanya melebur, baru dicampur.

c. Pendispersian zat warna kedalam campuran basis lemak dan lilin yang telah dilebur dengan pengadukan sampai homogen, setelah suhu turun ditambahkan pengharum. d. Pencetakan pewarna bibir. Setelah dicetak, pewarna bibir akan segera membeku dan siap untuk dikemas (Nowack, G.A., 1985).

2.7 Komponen Pewarna Bibir a. Minyak jarak (Oleum ricini)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji

Ricinus communis L. yang telah dikupas.

Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan. Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol

mutlak, dan dalam asam asetat glasial. Bobot per ml : 0,953 g – 0,964 g.


(30)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Khasiat : Laksativum (Ditjen POM, 1979). b. Cera alba (Malam putih)

Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah

Apis mellifera L.

Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%),

larut dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Suhu lebur : 62o – 64oC.

Khasiat : Zat tambahan (Ditjen POM, 1979). c. Oleum cacao (lemak coklat)

Lemak coklat adalah lemak coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang.

Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, agak rapuh.

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan eter.

Suhu lebur : 31o – 34oC.

Khasiat : Zat tambahan (Ditjen POM, 1979). d. Vaselin alba (Lilin putih)

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral.

Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eatnol (95%), larut dalam kloroform dan eter.


(31)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Jarak lebur : 38o – 56oC.

Khasiat : Zat tambahan (Ditjen POM, 1979). e. Meti paraben (Nipagin M)

Pemerian : Serbuk hablur putih, halus, hampir tidak berbau, tidak berasa, agak membakar diikuti rasa tebal.

Suhu lebur : 125oC – 128oC.

Khasiat : Zat tambahan, zat pengawet (Ditjen POM, 1979). f. Oleum rosae (Minyak mawar)

Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa lainnya.

Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25oC kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur.

Kelarutan : Larut dalam kloroform.

Berat jenis : 0,848 – 0,863 (Ditjen POM, 1979). g. Madu


(32)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metodologi penelitian meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, blender (National), neraca analitis (Mettler Toledo), neraca kasar (Ohaus), rotary evaporator (Buchi), cawan porselen berdasar rata, mikroskop (Olympus), oven, penangas air, indikator universal (Maacherey-Nagel), spatula, sudip, kaca objek, kaca penutup, dan pot plastik.

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga mawar (Rosa hybrida L.). Bahan kimia yang digunakan bila tidak dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis, antara lain: akuades (teknis), etanol 96% (teknis), asam asetat 3% (teknis), kloroform, besi (III) klorida, asam klorida pekat, kalium hidroksida, logam Mg, asam sulfat pekat, n-heksan, etil asetat, bismuth (II) nitrat, kalium iodida, iodium, raksa (II) klorida, -naftol, asam asetat anhidrida, timbal (II) asetat, asam nitrat pekat, natrium hidroksida, minyak jarak (Brataco), lilin putih (Brataco), vaselin (Brataco), lemak coklat (Brataco), parfum, madu (Al-Fathu), dan metil paraben.


(33)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, identifikasi tumbuhan, dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah bunga mawar merah yang terdapat di halaman rumah penduduk desa Sitinjak, Padangsidimpuan Barat.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 41.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Sampel yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari pengotor lain, dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan. Setelah itu ditimbang berat seluruhnya sebagai berat basah yaitu sebanyak 1,62 kg, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama lebih kurang 1 minggu hingga kering. Setelah kering, sampel ditimbang sebagai berat kering yaitu sebanyak 167 g, kemudian diserbukkan dengan menggunakan blender. Sebelum digunakan, serbuk disimpan di tempat yang kering. 3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi

Pembuatan larutan pereaksi menurut Materia Medika Indonesia Edisi VI (1995):

3.3.1 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.


(34)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.3.2 Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 g bismuth (II) nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang 27,2 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian campurkan kedua larutan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.3.3 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,3595 g raksa (II) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian keduanya dicampur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.

3.3.4 Pereaksi Besi (III) Klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml.

3.3.5 Pereaksi Molish

Sebanyak 3 g -naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml.

3.3.6 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml.

3.3.7 Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrida dan 1 bagian asam sulfat pekat. 3.3.8 Pereaksi Asam Klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml.


(35)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2 N

Asam sulfat pekat sebanyak 18 ml diencerkan dengan air suling secukupnya hingga volume 100 ml.

3.3.10 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g kristal natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan organoleptik, makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut dalam air, dan penetapan kadar sari larut dalam etanol (Ditjen POM, 1989).

3.4.1 Pemeriksaan Organoleptis dan Makroskopik

Pemeriksaan organoleptis dilakukan terhadap simplisia meliputi pemeriksaan warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia meliputi pemeriksaan bentuk, diameter, ketebalan, dan tekstur. Gambar tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 2.1, Lampiran 2, halaman 42 dan gambar simplisia dapat dilihat pada Gambar 2.2, Lampiran 3, halaman 43.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan larutan kloral hidrat di atas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.3, Lampiran 4, halaman 44.


(36)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung, dan tabung penerima 5 ml.

Cara kerja: Toluen sebanyak 200 ml dan air suling sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30 menit, dan dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml (volume I). Ke dalam labu alas bulat tersebut kemudian dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang dengan seksama, ditambahkan batu didih secukupnya, kemudian labu dipanaskan dengan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, didestilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi ditingkatkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bilas bagian dalam pendingin dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian labu penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar dan dibersihkan tetesan air yang mungkin masih terdapat pada dinding tabung penerima. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml (volume II). Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Hitung kadar air dalam persen (WHO, 1992). Gambar alat penetapan kadar air dapat dilihat pada Gambar 2.4, Lampiran 5, halaman 45.

3.4.4 Penetapan Kadar Abu Total

Caranya: Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh


(37)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1989).

3.4.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

Caranya: Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1989).

3.4.6 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air

Caranya: Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1989).

3.4.7 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol

Caranya: Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara


(38)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

(Ditjen POM, 1989). Hasil karakterisasi simplisia dari bunga mawar dapat dilihat pada Tabel 3, Lampiran 6, halaman 46, dan cotoh perhitungan karakterisasi simplisia dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 47.

3.5 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia 3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit. Dinginkan dan disaring. Filtrat digunakan untuk percobaan berikut :

- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.

- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.

- Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk warna merah atau jingga.

Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga percobaan di atas (Ditjen POM, 1989).

3.5.2 Pemeriksaan Flavonoida

Sebanyak 0,5 g simplisia disari dengan 10 ml metanol, lalu direfluks selama 10 menit. Kemudian disaring panas-panas melalui kertas saring kecil berlipat. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter, dikocok hati-hati dan didiamkan. Lapisan metanol diambil, lalu diuapkan pada suhu 400C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtrat digunakan untuk uji flavonoida dengan cara berikut:

a. Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1 sampai 2 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml HCl 2 N,


(39)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 ml HCl(p), dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoida.

b. Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%, lalu ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 ml HCl(p), terjadi warna merah jingga, menunjukkan adanya flavonoida (Ditjen POM, 1989). 3.5.3 Pemeriksaan Saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Ditjen POM, 1989).

3.5.4 Pemeriksaan Glikosida

Disari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran etanol 95 % dengan air (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N. Direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok dan didiamkan selama 5 menit, disaring. Disari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2). Sari air digunakan untuk percobaan berikutnya yaitu 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di atas penangas air, sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunujukkan adanya glikosida (Ditjen POM, 1995).

3.5.5 Pemeriksaan Tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, disari dengan 10 ml air suling lalu dipanaskan, disaring. Filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika


(40)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

terjadi warna biru atau hijau kehitaman, menunjukkan adanya tanin (Ditjen POM, 1989).

3.5.6 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoida

Sejumlah 1 g serbuk dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan di cawan penguap. Sisanya ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya steroida/triterpenoida (Ditjen POM, 1989). Hasil skrining fitokimia dari simplisia bunga mawar dapat dilihat pada Tabel 4, Lampiran 8, halaman 51.

3.6 Pembuatan Ekstrak Bunga Mawar

Bunga mawar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, ditimbang sebanyak 100 g, kemudian dimaserasi dengan 75 bagian penyari (etanol 95% - asam asetat 3%), tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring, lalu cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian (Ditjen POM, 1979), ekstrak dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary

evaporator pada suhu ± 400C sampai diperoleh ekstrak kental.

3.7 Pembuatan Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar dengan Berbagai Konsentrasi

Sediaan pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar dibuat dengan 2 formula, yaitu formula I dengan bahan dasar berminyak (creamy tipe lipstick) dan formula II dengan bahan dasar tidak luntur (high stain tipe lipstick). Berdasarkan hasil orientasi terhadap 5 konsentrasi ekstrak bunga mawar dalam sediaan pewarna bibir yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi ekstrak bunga mawar 10%, warna yang dihasilkan kurang baik, sedangkan pada konsentrasi ekstrak bunga mawar 50%, konsistensi sediaan yang dihasilkan kurang baik. Sehingga


(41)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

konsentrasi ekstrak bunga mawar yang digunakan dalam penelitan ini adalah 20%, 30%, dan 40%, karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik. 3.7.1 Formula I

Formula I yang dipilih pada pembuatan pewarna bibir adalah modifikasi formula dasar berminyak (creamy tipe lipstick) dengan komposisi formula dasar (Barel, A.O., dkk., 2000) yang terdiri dari:

R/ Minyak/Emolien 50-70 %

Lilin 10-15 %

Lemak/Plastisizer 2-5 %

Pewarna 0,5-3 %

Pengkilap 1-4 %

Zat aktif 0-2 %

Texturing agent 1-3 %

Parfum 0,05-0,1 %

Pengawet 0,5 %

Dari formula dasar tersebut kemudian dibuat sediaan pewarna bibir, sebagai zat warna digunakan ekstrak bunga mawar dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan sebagai pembanding adalah sediaan formula dasar tanpa penambahan ekstrak bunga mawar. Modifikasi formula I dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:


(42)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Tabel 1. Modifikasi Formula I Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar

Komposisi Sediaan (%)

1 2 3 4

Minyak jarak 74,8 54,8 44,8 34,8

Ekstrak bunga mawar 0 20 30 40

Lilin putih 12,5 12,5 12,5 12,5

Lemak coklat 6 6 6 6

Vaselin 2,5 2,5 2,5 2,5

Madu 4 4 4 4

Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

Parfum 0,1 0,1 0,1 0,1

Keterangan:

Sediaan 1: Formula dasar I tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 2: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% Sediaan 3: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 4: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40% Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Ekstrak bunga mawar dilarutkan dalam minyak jarak (campuran A). Lilin putih dan vaselin dilumerkan di atas cawan penguap dalam oven pada suhu 70-80oC, angkat, aduk, kemudian tambahkan lemak coklat dan madu sambil diaduk hingga bercampur (campuran B). Kemudian campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan hingga homogen, lalu tambahkan pengawet yaitu metil paraben dan parfum. Selagi cair, masukkan ke dalam wadah dan dibiarkan pada suhu kamar. Hasil pembuatan pewarna bibir Formula I dari ekstrak bunga mawar dapat dilihat pada Lampiran 9, Gambar 3.6, halaman 52.


(43)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.7.2 Formula II

Formula II yang dipilih dalam pembuatan pewarna bibir adalah modifikasi formula dasar lipstik tidak luntur (high stain tipe lipstick) dengan komposisi formula dasar (Barel, A.O., dkk., 2000) yang terdiri dari::

R/ Minyak/Emolien 40-55 %

Lilin 8-13 %

Lemak/Plastisizer 2-4 %

Pewarna 3-8 %

Pengkilap 3-6 %

Zat aktif 0-2 %

Texturing agent 4-15 %

Parfum 0,05-0,1 % Pengawet 0,5 %

Dari formula dasar tersebut kemudian dibuat sediaan pewarna bibir, sebagai zat warna digunakan ekstrak bunga mawar dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan sebagai pembanding adalah sediaan formula dasar tanpa penambahan ekstrak bunga mawar. Modifikasi formula II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Modifikasi Formula II Pewarna Bibir dari Ekstrak Bunga Mawar

Komposisi Sediaan (%)

5 6 7 8

Minyak jarak 78,8 58,8 48,8 38,8

Ekstrak bunga mawar 0 20 30 40

Lilin putih 13 13 13 13

Lemak coklat 3 3 3 3

Vaselin 1 1 1 1


(44)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

Parfum 0,1 0,1 0,1 0,1

Keterangan:

Sediaan 5: Formula dasar II tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 6: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% Sediaan 7: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 8: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40% Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Ekstrak bunga mawar dilarutkan dalam minyak jarak (campuran A). Lilin putih dan vaselin dilumerkan di atas cawan penguap dalam oven pada suhu 70-80oC, angkat, aduk, kemudian tambahkan lemak coklat dan madu sambil diaduk hingga bercampur (campuran B). Kemudian campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan hingga homogen, lalu tambahkan pengawet yaitu metil paraben dan parfum. Selagi cair, masukkan ke dalam wadah dan dibiarkan pada suhu kamar. Hasil pembuatan pewarna bibir Formula I dari ekstrak bunga mawar dapat dilihat pada Lampiran 10, Gambar 3.7, halaman 53.

3.8 Uji Kestabilan Fisik Sediaan Pewarna Bibir

Uji kestabilan fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan dari tiap formula. Uji kestabilan fisik sediaan meliputi: pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles), dan pemeriksaan pH.

3.8.1 Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan pewarna bibir dilakukan terhadap masing-masing sediaan dari tiap formula selama


(45)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-35. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5, Lampiran 11, halaman 54.

3.8.2 Pemeriksaan Homogenitas

Masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat dari ekstrak bunga mawar berbagai konsentrasi diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sediaan sejumlah tertentu pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).

3.8.3 Pemeriksaan Pelepasan Zat Warna (Uji Oles)

Pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan pewarna bibir pada kulit punggung tangan. Pelepasan zat warna yang tidak baik ditunjukkan dengan sedikitnya warna yang menempel pada kulit punggung tangan. Sedangkan pelepasan zat warna yang baik ditunjukkan dengan banyaknya warna yang dilepaskan dan menempel dengan baik pada kulit punggung tangan (Keithler, 1956). Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat.

3.8.4 Pemeriksaan pH

Masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat dari ekstrak bunga mawar berbagai konsentrasi diperiksa pH-nya dengan cara melelehkan sediaan dalam cawan penguap di atas penangas air sambil diaduk-aduk, kemudian dibiarkan sebentar hingga tidak terlalu panas, baru diukur pH-nya dengan menggunakan indikator universal. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 6, Lampiran 12, halaman 55.


(46)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

3.9 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan yang dibuat.

3.9.1 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan pewarna bibir yang dibuat dari ekstrak bunga mawar dengan maksud untuk mengetahui sediaan pewarna bibir yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch

Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka

dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama tiga hari berturut-turut untuk sediaan yang paling tinggi konsentrasi ekstrak bunga mawarnya yaitu konsentrasi 40% dari kedua formula, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-). Hasil uji iritasi sediaan dapat dilihat pada Tabel 7, Lampiran 13, halaman 56.


(47)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap pewarna bibir yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan pewarna bibir yang dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak bunga mawar dari kedua formula pada kulit punggung tangannya. Kemudian panelis memilih warna pewarna bibir mana yang paling disukainya dengan cara mengisi kuisioner. Panelis menuliskan S bila suka dan TS bila tidak suka. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan. Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 8, Lampiran 14, halaman 57, dan contoh perhitungan persentase kasukaan dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 58.


(48)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Rosa hybrida L. suku Rosaceae dengan nama Indonesia mawar.

Hasil pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dari simplisia bunga mawar diketahui bahwa simplisia berwarna merah kecoklatan, bau khas, tidak berasa, tekstur halus, dan ukuran diameternya 1-2 cm.

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia terlihat epidermis atas berupa papila berwarna merah (spesifik) dan terlihat pula berkas pengangkut.

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia diperoleh kadar air 4,65%. Persyaratan kadar air untuk simplisia dari bunga yaitu tidak lebih dari 5% (Ditjen POM, 1985). Kadar sari yang larut dalam air 25,38%, kadar sari yang larut dalam etanol 25,26%, kadar abu total 3,34%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,12%. Persyaratan untuk kadar tersebut tidak terdapat di Materia Medika Indonesia.

Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia bunga mawar menunjukkan adanya beberapa golongan senyawa yang memberikan hasil positif yaitu tanin dan flavonoida.

Hasil uji kestabilan fisik sediaan pewarna bibir menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat memiliki bentuk atau konsistensi yang baik. Warna yang dihasilkan juga cukup baik, dimana sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% memberikan warna merah muda, konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% memberikan warna merah maron, sedangkan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%


(49)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

memberikan warna merah tua. Sedangkan untuk bau yang dihasilkan oleh seluruh sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat adalah bau khas dari parfum yang digunakan. Dari hasil uji ini juga menunjukkan bahwa selama 35 hari pengamatan seluruh sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan bentuk, warna, maupun bau. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat cukup stabil.

Hasil pemeriksaan homogenitas memperlihatkan bahwa seluruh formula tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar bila diratakan di atas kaca objek. Maka dapat dikatakan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tersebut mempunyai susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979).

Hasil pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) yang dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan pewarna bibir pada kulit punggung tangan memperlihatkan bahwa formula II lebih baik dalam melepaskan zat warna dibandingkan dengan formula I, ditunjukkan dengan formula II yang dioleskan lebih banyak melepaskan warna dan menempel dengan baik pada kulit punggung tangan dibandingkan dengan formula I dengan konsentrasi ekstrak yang sama. Hasil pemeriksaan ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga mawar yang ditambahkan, semakin banyak pula warna yang dilepaskan, dimana pada penelitian ini penambahan ekstrak bunga mawar 40% lebih banyak melepaskan zat warna dibandingkan dengan konsentrasi 20% dan 30% (Keithler, 1956).

Hasil pemeriksaan pH terhadap seluruh sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat dari tiap formula memiliki pH antara 5-6. pH sediaan di atas berada pada rentang pH fisiologis kulit normal yaitu antara 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, 1997). Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan sebagai sediaan kosmetik pewarna bibir.


(50)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Hasil uji iritasi dari kedua formula dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar yang paling tinggi yaitu konsentrasi 40% dari kedua formula terhadap 10 orang panelis dengan cara mengoleskan sediaan yang dibuat pada kulit lengan bawah bagian dalam pada semua panelis selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif atau tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya reaksi iritasi atau alergi terhadap sediaan yang dibuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan tersebut cukup aman untuk digunakan (Tranggono, R.I. dan Latifah, F, 2007).

Dari hasil uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap kedua formula dengan berbagai konsentrasi terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa formula yang paling disukai warnanya oleh panelis adalah sediaan 8 yaitu formula II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%. Hal ini diketahui karena dari 30 panelis, 70% diantaranya memilih sediaan tersebut sebagai sediaan yang paling disukainya, sedangkan sediaan 7 dipilih oleh 16,67% panelis, sediaan 4 dan 6 dipilih oleh 6,67%, dan sediaan 2 dan 3 tidak dipilih oleh satupun panelis.


(51)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan organoleptis dan makroskopik simplisia adalah simplisia berwarna merah kecoklatan, bau kas, tidak berasa, dan tekstur halus. Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia terdapat papila berwarna merah (spesifik) dan berkas pengangkut.

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia bunga mawar (Rosae flos) diperoleh kadar air 4,65%, kadar abu total 3,54%, kadar abu tidak larut asam 0,12%, kadar sari yang larut dalam air 25,38%, dan kadar sari yang larut dalam etanol adalah 25,26%.

Hasil pemeriksaan skrining fitokimia dari serbuk simplisia menunjukka n adanya flavonoid dan tanin.

Hasil pengamatan uji fisik menunjukkan bahwa semua sediaan pewarna bibir yang dibuat cukup stabil, memiliki susunan yang homoge, pH berkisar antara 5-6, dan pemeriksaan pelepasan zat warna (uji oles) memperlihatkan bahwa formula II lebih baik dalam melepaskan zat warna dibandingkan dengan formula I.

Hasil pengamatan uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis, menunjukkan bahwa sediaan pewarna bibir yang dibuat tidak menyebabkan iritasi dan cukup aman untuk digunakan.


(52)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Hasil uji kesukaan (Hedonic Test) menunjukkan bahwa sediaan yang paling disukai oleh panelis adalah sediaan 8 yaitu formula II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%.

5.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai formulasi pewarna bibir dari ekstrak bunga mawar dalam bentuk sediaan lain seperti bentuk stik atau bentuk cair.


(53)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2009). 63 Kosmetik Berbahaya Ditarik BPOM dari Pasaran. Juni 2009.

Anonimb. (2006). Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.:

KH.00.01.3352 Tanggal: 7 September 2006 tentang Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Diakses tanggal 18 Juni 2009.

Bappenas. (2000). Mawar Barel, A.O., dkk. (2000). Handbook of Cosmetic Science and Tecnology. New York:

Marcel Dekker, Inc. Page: 670-672.

Ditjen POM. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 5-7.

Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 513-522, 536-540, 549-553.

Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 5-10.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 83, 85, 195-197.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 33, 144, 378, 453, 459, 633.

Ditjen POM. (1999). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 7.


(54)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Hidayat, N. dan Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana. Hal: 10.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Alih bahasa Kosasih Padmawinata. ITB Bandung. Hal: 78-80.

Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Page: 153-155.

Nowack, G.A. (1985). Cosmetic Preparation. Ausburg: Verlag fur chem. Page: 82. Rosiana, V. (2006). Pengaruh Propilen Glikol terhadap Daya Lekat Lipstik yang

Mengandung Gel Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) dengan Basis Berminyak.

Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta.

Suryowinoto, S.M. (1997). Flora Eksotika Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal: 98-101.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. (2007). Buku pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Hal: 100-102

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal: 124.

Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Hal: 165.

Word Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant


(55)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 1


(56)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.


(57)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.


(58)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 3


(59)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 4

Gambar 2.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos)

Keterangan:

1. Papila (Perbesaran 40x)

2. Berkas pengangkut (Perbesaran 40x)

1


(60)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 5


(61)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 6

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Bunga Mawar (Rosae flos)

No Pemeriksaan Kadar

(%)

1 Kadar air 4,65

2 Kadar sari yang larut dalam air 25,38 3 Kadar sari yang larut dalam etanol 25,26

4 Kadar abu total 3,54


(62)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 7

Contoh Perhitungan Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia 7.1 Perhitungan Kadar Air

% Kadar air =

1. Berat Sampel : 5,010 g Volume Air : 0,2 ml % Kadar Air =

2. Berat Sampel : 5,012 g Volume Air : 0,3 ml % Kadar Air =

3. Berat Sampel : 5,014 g Volume Air : 0,2 ml % Kadar Air =

% Kadar Air rata-rata =

7.2 Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100%

1. Berat simplisia = 5,037 g

Berat sari = 0,228 g


(63)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

2. Berat simplisia = 5,072 g

Berat sari = 0,294 g

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 28,98%

3. Berat simplisia = 5,037 g

Berat sari = 0,247 g

% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 25,52%

% Kadar sari larut dalam air rata-rata =

= 25,38%

7.3 Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100%

1. Berat simplisia = 5,009 g

Berat sari = 0,233 g

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 23,26%

2. Berat simplisia = 5,032 g

Berat sari = 0,278 g

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 27,62%

3. Berat simplisia = 5,039 g

Berat sari = 0,251 g

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 24,91%


(64)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

= 25,26% 7.4 Perhitungan Kadar Abu Total

% Kadar Abu Total = x 100%

1. Berat simplisia =2,0003 g

Berat abu = 0,0713 g

% Kadar Abu Total = x 100% = 3,56%

2. Berat simplisia = 2,0004 g

Berat abu = 0,0725 g

% Kadar Abu Total = x 100% = 3,62%

3. Berat simplisia = 2,0005 g

Berat abu = 0,0686 g

% Kadar Abu Total = x 100% = 3,43%

% Kadar Abu Total rata-rata =

7.5 Perhitungan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam % Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100%

1. Berat simplisia = 2,0003 g

Berat abu = 0,0047 g

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam= x 100% = 0,23%

2. Berat simplisia = 2,0004 g


(65)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% = 0,04%

3. Berat simplisia = 2,0005 g

Berat abu = 0,0021 g

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% = 0,10%

% Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam rata-rata =


(66)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 8

Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia

No Pemeriksaan Hasil

1 Alkaloida -

2 Saponin -

3 Tanin +

4 Flavonoida +

5 Steroida/Terpenoida -

6 Glikosida -

Keterangan : + : memberikan hasil - : tidak memberikan hasil


(67)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 9

Gambar 3.5 Sediaan Pewarna bibir Formula I dari Ekstrak Bunga Mawar Keterangan:

Sediaan 1: Formula dasar I tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 2: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20%

4 3

4

1

2 1

2


(68)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Sediaan 3: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 4: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%

Lampiran 10

Gambar 3.6 Sediaan Pewarna Bibir Formula II dari Ekstrak Bunga Mawar 5

8 7

8 7 6 6


(69)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Keterangan:

Sediaan 5: Formula dasar II tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 6: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% Sediaan 7: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 8: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%

Lampiran 11

Tabel 5. Hasil Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan

Pemeriksaan Formula Sediaan Pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30 35

Bentuk

Formula I

1 b b b b b b b b

2 b b b b b b b b

3 b b b b b b b b

4 b b b b b b b b

Formula II

5 b b b b b b b b

6 b b b b b b b b

7 b b b b b b b b

8 b b b b b b b b

Warna

Formula I

1 p p p p p p p p

2 mm mm mm mm mm mm mm mm

3 mr mr mr mr mr mr mr mr

4 mt mt mt mt mt mt mt mt

Formula II

5 p p p p p p p p

6 mm mm mm mm mm mm mm mm

7 mr mr mr mr mr mr mr mr

8 mt mt mt mt mt mt mt mt

Bau

Formula I

1 bk bk bk bk bk bk bk bk

2 bk bk bk bk bk bk bk bk

3 bk bk bk bk bk bk bk bk

4 bk bk bk bk bk bk bk bk

Formula II

5 bk bk bk bk bk bk bk bk

6 bk bk bk bk bk bk bk bk

7 bk bk bk bk bk bk bk bk

8 bk bk bk bk bk bk bk bk

Keterangan: b : baik p : putih

mm : merah muda mr : merah maron


(1)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

mt : merah tua bk : bau khas

Lampiran 12

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan pH Sediaan

Formula Sediaan pH

Formula I

1 6

2 5

3 5

4 5

Formula II

5 6

6 5

7 5

8 5

Keterangan:

Sediaan 1: Formula dasar I tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 2: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% Sediaan 3: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 4: Formula dasar I dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40% Sediaan 5: Formula dasar II tanpa ekstrak bunga mawar

Sediaan 6: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 20% Sediaan 7: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 30% Sediaan 8: Formula dasar II dengan konsentrasi ekstrak bunga mawar 40%


(2)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 13

Tabel 7. Hasil Uji Iritasi

Pengamatan

Formula Formula

I

Formula II

Kulit kemerahan ( - ) ( - )

Kulit gatal-gatal ( - ) ( - )

Kulit bengkak ( - ) ( - )

Keterangan: ( - ) : tidak terjadi iritasi

( + ) : kulit kemerahan

( ++ ) : kulit gatal-gatal


(3)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 14

Tabel 8. Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)


(4)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Keterangan: S : Suka TS : Tidak Suka

Sediaan 2 Sediaan 3 Sediaan 4 Sediaan 6 Sediaan 7 Sediaan 8

1 TS TS TS TS TS S

2 TS TS TS TS TS S

3 TS TS TS TS TS S

4 TS TS TS TS S TS

5 TS TS TS TS TS S

6 TS TS TS TS TS S

7 TS TS TS TS TS S

8 TS TS TS TS TS S

9 TS TS TS TS TS S

10 TS TS TS TS TS S

11 TS TS TS TS TS S

12 TS TS TS TS TS S

13 TS TS S TS TS TS

14 TS TS TS S TS TS

15 TS TS TS TS S TS

16 TS TS TS TS TS S

17 TS TS TS TS TS S

18 TS TS TS TS TS S

19 TS TS TS TS TS S

20 TS TS TS S TS TS

21 TS TS TS TS TS S

22 TS TS TS TS TS S

23 TS TS TS TS TS S

24 TS TS TS TS TS S

25 TS TS TS TS S TS

26 TS TS TS TS S TS

27 TS TS S TS TS TS

28 TS TS TS TS TS S

29 TS TS TS TS S TS


(5)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.

Lampiran 15

Contoh Perhitungan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Persentase Kesukaan =

Persentase Kesukaan Sediaan 2 = x 100% = 0 %

Persentase Kesukaan Sediaan 3 = x 100% = 0 %

Persentase Kesukaan Sediaan 4 = x 100% = 6,67 %

Persentase Kesukaan Sediaan 6 = x 100% = 6,67 %

Persentase Kesukaan Sediaan 7 = x 100% = 16,67 %


(6)

Devi Farima : Karakterisasi Dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya Dalam Sediaan Pewarna Bibir, 2009.