3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Masyarakat Baduy
Rumah bagi masyarakat Baduy hanya berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat pada malam hari atau ketika sakit ataupun saat ada keperluan yang mengharuskan mereka untuk tetap
tinggal. Rumah Baduy berupa panggung sederhana dari bahan kayu ringan dan bambu. Rumah pada umumnya berukuran antara 3 m, 4,5 m, 6 m dan 9 m. Besar kecil ukuran rumah tergantung pada
kemampuan pemilik dan kesedian lahan Widyarti, 2011. Struktur bangunan rumah Baduy adalah sistem rangka yang terbuat dari kayu berupa balok
dan tiang persegi empat. Penutup dinding terbuat dari anyaman bambu, yang dibiarkan pada warna dan karakter aslinya. Detail pengakhiran anyaman bambu untuk penutup dinding adalah bambu yang
dibelah. Konstruksi bangunan disambung dengan sistem ikatan, tumpuan, pasak, tumpuan berpaut, dan sambungan berkait. Bahan bangunan yang dipergunakan untuk mengikat suatu sambungan adalah
ijuk dan bambu. Menurut Permana 2006 struktur penutup lantai menggunakan bambu yang disebut dengan palupuh, sementara itu penutup atap menggunakan rumbia, yang didukung dengan konstruksi
bambu dan diikat dengan menggunakan rotan. Pembagian ruang di dalam rumah Baduy Dalam antara lain Imah yaitu ruang pusat atau inti rumah, Sosoro yaitu ruang depan setelah pintu masuk dan Tepas
yaitu ruang tanpa sekat dan lantai sejajar dengan Sosoro Widyarti, 2011.
2.2 Eco-house
Eco-house adalah sistem membangun rumah yang ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya Widyarti, 2011. Eco-house dikenal juga dengan bangunan yang
berkelanjutan, maksudnya pembangunan yang mengarah pada keuntungan dalam mengurangi biaya operasional, memperbaiki kesehatan penghuni rumah dengan memperbaiki kualitas udara dan
mengurangi buangan limbah baik cair maupun padat ke lingkungan dengan cara melakukan pengolahan treatment plan. Beberapa arsitek melihat proses desain sebagai jalur produksi dengan
bangunan sebagai produk yang akan dibangun pada suatu tempat dan tentunya memperhatikan aspek terhadap kualitas lingkungan akibat adanya pembangunan tersebut. Eco-house menerapkan konsep
desain ekologis dimana dalam membangun harus terikat pada tempat memanfaatkan hasil alam dengan bijak, mengelola air, angin serta denyut kehidupan alam dan sejarah lokal. Selain itu, prilaku
sederhana juga akan berkontribusi pada budaya berkelanjutan seperti terwujudnya kesehatan manusia dan ekosistem. Desain eco-house yang berkelanjutan adalah desain yang memastikan bahwa
dilakukan penelusuran terhadap dampak lingkungan dari desain yang dibuat.
2.3 Kenyamanan Termal Dalam Ruangan
Di daerah iklim tropis, kenyamanan termal dalam suatu ruang dapat dicapai apabila fluktuasi suhu didalam bangunan relatif sama dengan fluktuasi suhu diluar ruangan Givoni, 1989. Menurut
Mangun Wijaya Y.B 1994 secara umum suhu ruangan yang ideal ialah antara 20°C-25°C kelembaban 40-50 dan gerak udara yang sedang 5 cmdetik-20 cmdetik.
Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam
suatu ruangan tergantung dari banyak hal, seperti temperatur udara, kelembaban udara, temperatur radiasi rata-rata dari dinding dan atap, kecepatan gerakan udara, serta tingkat pencahayaan dan
4 distribusi cahaya pada dinding pandangan Frick, 1998. Berikut beberapa hasil penelitian batas-batas
Kenyamanan yang dinyatakan dalam temperatur efektif: Tabel 1. Hasil penelitian batas-batas kenyamanan dinyatakan dalam temperatur efektif
Pengarang Tempat
Kelompok Manusia Batas Kenyamanan
ASHRAE USA selatan 30
o
LU Peneliti
20,5-24,5
o
C TE Rao
Calkutta 22
o
LU India
20-24,5
o
C TE Webb
Singapura Khatulistiwa Malaysia, Cina
25-27
o
C TE Mom
Jakarta 6
o
LS Indonesia
20-26
o
C TE Ellis
Singapura Khatulistiwa Eropa
22-26
o
C TE
Lippsmeier 1980
2.4 Suhu Udara
Suhu udara merupakan salah satu faktor atau parameter lingkungan yang sangat penting bagi kenyamanan di dalam eco-house. Suhu udara dalam ruang dipengaruhi oleh energi radiasi dari
matahari, pindah panas konveksi, intensitas radiasi matahari, kecepatan dan arah angin, serta suhu udara lingkungan dilihat secara umum.
Bangunan didirikan untuk melindungi penghuni dari kondisi iklim luar bangunan dengan lingkungan dalam yang aman dan nyaman. Perlu dirancang bangunan yang mampu menanggapi
kondisi-kondisi iklim lingkungan luar dan dalam maupun persyaratan kenyamanan penghuni bangunan. Pada desain eco-house perlu adanya ruang gerak udara agar pertukaran udara bersih terus
berlangsung, hal ini juga bertujuan agar terjaganya suhu ruangan dimana suhu ruang yang sehat berkisar antara 20
o
C-25
o
C. Tingkat kenyamanan termal untuk orang Indonesia yang memakai pakaian harian biasa, batas atas nyaman optimal adalah 28
o
C dan kelembaban udara relatif 70 atau 25,8
o
C temperatur efektif, dan batas bawah adalah 24
o
C dengan kelembaban udara relatif 80 atau 22,8
o
C temperatur efektif Lippsmeier, 1980.
2.5 Aliran Udara