1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kimia air merupakan komponen penting untuk ditangani, terutama pada reaktor penelitian yang telah dioperasikan dalam jangka waktu lama. Hal ini
disebabkan air yang tidak memenuhi persyaratan kualitas akan menjadi substansi yang korosif. Air bebas mineral yang digunakan dalam suatu reaktor penelitian,
ditampung dalam suatu tangki. Tangki air reaktor pada reaktor penelitian umumnya terbuat dari baja tahan karat 304 untuk tipe 104 dan Aluminium tipe
AA 1050. Komposisi dari baja tahan karat 304 adalah C = 0,08; Si = 0,99; Mn = 1,99; Cr = 19,99; Ni = 11,99; P = 0,04; S = 0,03; dan Fe = 64,89 sedangkan
komposisi dari aluminium tipe AA 1050 adalah Si = 1,00; Fe = 1,00; Cu = 0,20; Mn = 0,05; Zn = 0,10 dan Al = 97, 64 Sutjipto, Lahagu, dan
Sardjono, 1991. Logam-logam yang merupakan komponen penyusun tangki reaktor pada
suatu reaktor penelitian, seperti yang di reaktor penelitian Kartini dikondisikan dalam keadaan asam. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi pada bahan
reaktor yang terbuat dari aluminium dan logam-logam campuran lainnya. Ion-ion logam hasil dari korosi akan larut dalam Air Tangki Reaktor ATR yang
mengakibatkan paparan radiasi menjadi meningkat dan jika degradasi struktur material reaktor telah melampui batas keselamatan maka umur operasi reaktor
tidak dapat lagi diperpanjang Sumijanto, 2003. Oleh karena itu keberadaan ion- ion logam dalam ATR harus selalu termonitor. Pada keadaan dioperasikan,
kontrol dilakukan tiap bulannya. Khusus untuk logam Cr mempunyai nilai ambang yang relatif kecil. Data reaktor Kartini yang diperoleh setiap bulannya
dengan metode spektrofotometri serapan atom SSA di laboratorium PTAPB BATAN Yogyakarta tidak dapat terdeteksi kandungan ion Cr dalam ATR, dimana
limit deteksi metode spektrofotometri serapan atom reaktor Kartini yang digunakan adalah 0,03 ppm untuk Cr Sumijanto, 2004 sehingga bisa dikatakan
kandungan Cr dalam ATR dibawah 0,03 ppm 30 ppb. Menurut Basuki,
1
2
Sardjono, Sutjipto, Supriyanto, dan Sukarman 2003 nilai kritis ke tingkat bahaya kandungan Cr dalam ATR Kartini adalah 1 ppm. Sebelum mencapai nilai kritis
tersebut, kandungan Cr sekecil apapun harus diwaspadai. Karena bila terdapat konsentrasi yang besar, maka korosi yang terjadi pada dinding tangki reaktorpun
besar, sehingga tangki air reaktor perlu diganti. Di lain pihak telah diketahui bahwa metode spektrofotometri UV-VIS menunjukkan unjuk kerja yang lebih
teliti dalam penentuan kandungan Al dalam ATR Kartini Khasanah, 2005 dan penentuan kandungan Si dalam ATR Kartini Rahmawati, 2005 dibandingkan
dengan metode spektrofotometri serapan atom SSA. Peneliti mencoba menentukan kandungan Cr dalam ATR pada reaktor
penelitian dengan metode spektrofotometri UV-VIS. Metode ini diharapkan dapat menentukan ion Cr yang terdapat dalam ATR yang konsentrasinya sangat kecil
dengan nilai kisaran yang lebih pasti.
B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah