Teori Pembentuk Plesetan Landasan Teoretis 1. Hakikat Wacana

c. Teori Pembentuk Plesetan

Pada dasarnya bahasa plesetan bertujuan menimbulkan senyum, bahkan tawa orang yang menikmatinya. Berangkat dari pernyataan ini, humor merupakan aspek terpenting dari diciptakannya plesetan. Wilson 1979: 105 dalam Wuri Soedjatmiko, 1992: 70 mengemukakan bahwa ada tiga teori humor, yakni; teori pembebasan, teori konflik, dan teori ketidakselarasan. 1 Teori Pembebasan merupakan penjelasan dari sudut dampak emosional, berkaitan langsung dengan kondisi psikologi si pembuat dan si penerima; 2Teori Konflik memberikan tekanan pada implikasi perilaku humor, yaitu konflik antara dua dorongan yang saling bertentangan;dan 3 Teori Ketidakselarasan merujuk pada penjelasan kognitif, yaitu dua makna atau interpretasi yang tidak sama, yang digabungkan dalam satu makna gabungan yang kompleks.Teori humor menurut aliran semantik merupakan wujud pemanfaatan keambiguan di tingkat kata keambiguan leksikal, keambiguan di tingkat kalimat, dan di tingkat wacana. Teori yang menurut peneliti layak di pakai dalam analisis ini adalah teori pragmatik humor. Teori humor memanfaatkan penyimpangan tindak tutur Speed act dalam komunikasi yang wajar atau serius. Senada dengan pernyataan itu Wijana 2003: 19 merinci pendekatan pragmatik humor pada hakikatnya adalah penyimpangan dua jenis implikatur, yakni implikatur konvensional conventional implicature dan implikatur pertuturan cooperative implicature. Implikatur konvensional berisi bentuk linguistik yang menentukan makna. Implikatur pertuturan berisi wacana yang menentukan makna. Grice dalam Wuri Soedjatmiko, 1992: 76, merumuskan prinsip tindak ujar sebagai ungkapan: “Buatlah sumbangan komunikasi Anda seperlunya, sesuai dengan tujuan dan arah pembicaraannya”. Ungkapan tersebut dirinci menjadi beberapa maksim atau aturan penindakan ujaran, yaitu : 1 maksim kuantitas; 2 maksim kualitas; 3 maksim relevansi; dan 4 maksim cara. Keempat maksim tersebut berisi anjuran-anjuran agar peserta tutur mematuhi dalam peristiwa komunikasi yang wajar. Keempat maksim ini terangkum dalam sebuah prinsip kerja sama antara penutur dan lawan tutur.

d. Fungsi Plesetan