BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teoretis 1. Hakikat Wacana
a. Pengertian Wacana
Istilah wacana secara etimologi berasal dari bahasa Latin discursus yang bermakna ‘lari kian kemari’. Kata discursus terbentuk dari dua kata yaitu Dis,
yang berarti ‘dari dalam arah yang berbeda’ dan Currere yang berarti ‘lari’. Dalam kamus Webster wacana berarti, 1 komunikasi pikiran dengan kata-kata,
ekspresi ide-ide atau gagasan, konversi atau percakapan; 2 komunikasi secara umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah; 3 risalah tulisan,
disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah dalam Tarigan, 1987: 23. Istilah wacana di Indonesia sendiri muncul pada tahun 1970-an sebagai terjemahan
istilah discourse, dari bahasa Inggris Djajasudarma, 1994: 1. Dalam pandangan Linguistik, yang dimaksud dengan wacana adalah suatu
rangkaian sinambung bahasa khususnya lisan yang lebih luas dari kalimat Crystal dalam Dede Oetomo, 1993: 9. Definisi tersebut masih sangat umum,
dapat diterapkan secara berbeda-beda, sesuai sudut pandang yang berbeda-beda pula. Sementara itu, sudut pandang psikologi memandang wacana sebagai suatu
proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur penampilan orang dalam interaksi kebahasaan Crystal dalam Dede Oetomo, 1993: 4.
Menurut Tarigan 1987: 27, wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi
tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis. Definisi di atas dapat lebih jelas dengan
memperhatikan yang dimaksud koherensi dan kohesi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dan unsur yang lain dalam wacana, sedangkan
koherensi adalah kepaduan wacana sehingga komunikatif mengandung suatu ide Djajasudarma, 1994: 5.
Berbeda dengan pandangan ahli lainnya, Moeliono, dkk., dalam Djajasudarma, 1994: 3 mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan. Dari pengertian itu, Djajasudarma 1994: 1 lebih
lanjut menjelaskan makna proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan-kalimat statement.
Bertolak dari pendapat beberapa ahli linguistik di atas terlihat bahwa pendefinisian wacana selalu berkembang dan bersifat sesuai sudut pandang yang
diambil. Wacana merupakan satuan bahasa yang tertinggi dan terlengkap. Hal inilah yang akan menjadi lahan bahasa para linguis berikutnya untuk lebih
mendalami bidang wacana terutama yang berkaitan dengan analisisnya.
b. Analisis Wacana