Prinsip Kerja Sama Prinsip Kesopanan

menyarankan suggesting, membual boasting, mengeluh complaining, dan mengklaim claiming. 2 Direktif directives, yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memesan ordering, memerintah commanding, memohon requesting, menasehati advising, dan merekomendasi recomanding. 3 Ekspresif exspressives, adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih thanking, memberi selamat congratulating, meminta maaf pardoning, menyalahkan blaming, memuji praising, dan berbelasungkawa condoling. 4 Komisif commissives, yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji promising, bersumpah vowing, dan menawarkan sesuatu offering. 5 Deklarasi declarations, yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah resigning, memecat dismissing, membabtis christening, memberi nama naming, meng- angkat appointing, mengucilkan excommunicating, dan menghukum sentencing. Hal penting yang perlu digarisbawahi dari penggolongan tindak tutur menurut Searle, yakni satu tindak tutur dapat mempunyai fungsi dan maksud yang beragam. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Searle, Leech dan Blum-Kulka dalam Kunjana Rahardi, 2002:37, menyatakan bahwa: Satu maksud atau satu fungsi bahasa dinyatakan dalam bentuk tuturan yang bermacam-macam. Menyuruh commanding misalnya, dapat dinyatakan dengan berbagai macam cara seperti 1 dengan kalimat imperatif Tutup pintu itu, 2 dengan kalimat performatif eksplisit Saya minta saudara menutup puntu itu, 3 dengan kalimat performatif berpagar Sebenarnya saya mau minta saudara menutup puntu itu, 4 dengan pernyataan keharusan Saudara harus menutup pintu itu, 5 dengan pernyataan keinginan Saya ingin pintu itu ditutup, 6 dengan rumusan saran Bagaimana kalau pintu itu ditutup?, 7 dengan persiapan pertanyaan Saudara dapat menutup pintu itu?, 8 dengan isyarat yang kuat Dengan pintu seperti itu, saya kedinginan, dan 9 dengan isyarat halus Saya kedinginan .

c. Prinsip Kerja Sama

Sebuah komunikasi yang wajar dalam arti serius mempunyai prinsip- prinsip yang harus dipatuhi penutur dan lawan tutur agar berjalan lancar makna dari penutur tersampaikan seperti yang dikehendaki lawan tutur. Penyimpangan terhadap prinsip-prinsip ini akan membuat komunikasi mengalami ketidak- wajaran. Ketidakwajaran inilah yang salah satu dasar mengapa bahasa plesetan terjadi. Menurut Wuri Soejatmiko dalam Wijana, 2003: 20, humor ditingkat wacana diciptakan lewat penyimpangan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Plesetan sebagai bagian dari humor menganut penyimpangan kedua prinsip tersebut. Prinsip kerja sama sebagaimana diungkapkan Grice dalam Wijana, 1996: 46 – 53, berisi empat maksim atau aturan penindakan ujaran yang harus dipatuhi peserta tutur, yaitu meliputi : 1 Maksim Kuantitas Maksim ini menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan lawan bicaranya; 2 Maksim Kualitas Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai; 3 Maksim Relevansi Maksim ini menghendaki setiap peserta tindak tutur memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan; dan 4 Maksim Pelaksanaan Maksim ini juga disebut maksim cara, karena mewajibkan peserta tutur berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, tidak berlebih-lebihan dan runtut.

d. Prinsip Kesopanan

Prinsip kesopanan Politeness Principle merupakan salah satu prinsip dalam teori pragmatik yang harus dipatuhi. Prinsip kesopanan mempunyai enam maksim Wijana, 1996: 55 – 66, yaitu : 1 Maskim Kebijaksanaan Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain; 2 Maksim Penerimaan Maksim ini mewajibkan peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri; 3 Maksim Kemurahan Menuntut setiap peserta petuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain; 4 Makim Kerendahan Hati Menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidak hormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri; 5 Maksim Kecocokan Menggariskan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan diantara mereka; dan 6 Maksim Kesimpatian Mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa anti pati pada lawan tuturnya.

e. Fenomena Pragmatik