HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU MODELING PADA REMAJA

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi, perkembangan

dunia yang semakin maju, saat ini banyak cara untuk mendapatkan informasi yang
sangat cepat, mudah, dan efektif. Menyimak perkembangan informasi, berita dan
hiburan pada media massa adalah salah satu contohnya.
Salah satu media massa yang dapat memberikan informasi dan hiburan yang
cepat dijangkau semua lapisan masyarakat adalah televisi. Televisi merupakan alat
yang sifatnya dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience
yang luas dan heterogen, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak
secara bersama-sama. Tidak memandang usia, jenis kelamin, jabatan dan sebagainya.
Dibanding dengan media komunikasi lain, televisi dapat memberi pengaruh yang
lebih kuat dibanding radio, surat kabar ataupun majalah. Televisi juga tidak hanya
menjadi cermin masyarakat tetapi juga pembentuk sikap dan perilaku audience

(Nurudin 2007).
Semaraknya acara-acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan
banyaknya saluran televisi di Indonesia yang berlomba-lomba untuk menarik
perhatian penonton dengan menyajikan siaran-siaran yang menarik. Mulai dari
sinetron, film, kuis, musik dan sebagainya.
Persaingan media televisi saat ini semakin tinggi guna menarik perhatian
khalayak, oleh karena itu tayangan yang menjadi perhatian saat ini adalah Demam
Korea dimana-mana. Sehingga Indonesia pun terkena imbasnya, mulai dari trend
film-film serial korea, sampai acara musik yang selalu tayang di berbagai stasiun
televisi Indonesia.
Seperti pada contoh kasus bagaimana acara ini mempunyai ulasan yang kuat.
Yakni pada dua stasiun televisi Indosiar dan B channel. Indosiar mempunyai sederet
acara korea yang dimulai setiap hari, tujuh hari dalam seminggu pukul 12.00-18.00
WIB. Hal ini serupa pula dengan stasiun televisi B channel yang ditayangkan lima

2

hari dalam seminggu yakni hari senin sampai jumat pukul 09.30 WIB dan 15.30
WIB. (jadwaltvindonesia, 2011). Meski acara tersebut tidak dikemas “seketat”
channel Indosiar.

Acara inipun dimulai bukan tanpa sebab. Sengaja dimulai dan berakhir pada jamjam sibuk, dimana banyak remaja yang sudah selesai melakukan aktifitas, seperti
sekolah maupun bekerja. Saat santai tersebut sengaja “ditangkap” oleh pihak televisi.
Sehingga tayangan tersebut menjadi menu yang ditunggu-tunggu oleh pemirsanya.
Tayangan korea kini akhirnya menambah durasinya yang pada awalnya hanya tayang
pada hari senin hingga jumat mulai pukul 14.00 sampai 18.00 WIB, kini bertambah
pada hari sabtu dan minggu pukul 12.00 WIB. Sehingga acara tersebut tayang tujuh
hari penuh.
Oleh karena itu, dari sekian banyak stasiun televisi swasta saat ini, yang
menayangkan tayangan hiburan korea terdapat dua stasiun televisi yakni Indosiar dan
Bchannel, walaupun stasiun televisi lain memungkinkan untuk menayangan tayangan
hiburan korea, namun tidak dapat di prediksi penayangannya. Sumbangsih juga
muncul pada banyaknya tabloid atau majalah yang membahas tentang Korea. Mulai
dari artis, gaya berpakaian atau mode, hingga kuliner. Yakni Gaul, Asian Plus, dan
Keren Beken serta My Idol adalah beberapa tabloid yang mengulas budaya Asia
khususnya Korea ini terbit setiap minggunya.
Kombinasi antara tayangan audio visual melalui tayangan hiburan korea di
televisi dan visual melalui majalah dan tabloid yang mengulas mengenai budaya
korea dapat mudah diterima oleh remaja.
Begitu populernya drama korea di Indonesia, mengakibatkan beberapa remaja
mulai meniru gaya berbusana aktor dan aktris korea. Mulai dari model baju, sepatu,

hingga model rambut. Pernak-pernik seperti aksesoris pun juga tidak ketinggalan.
Menurut mereka, gaya berbusana artis-artis korea sangat unik, berani mempadupadankan warna-warna cerah sehingga dapat menonjolkan apa yang menjadi ciri
khas pribadinya.
Selain itu keberadaan aliran musik Pop-Korea atau biasa disebut K-pop juga
mulai di gemari oleh kalangan anak muda. Ini terlihat dengan banyaknya boy band
dan girl band yang bermunculan di Indonesia (kompasiana, 2011).

3

Yang patut menjadi perhatian adalah remaja, secara psikologis, remaja
merupakan orang yang paling mudah menerima sesuatu yang baru, karena secara
mental, jiwa yang dimiliki remaja masih labil. Ia cenderung menyukai sesuatu yang
baru dan selalu ingin mencoba-coba demi mencari jati diri. Masa remaja sebagai
masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, masa mancari
jati diri, maka remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan
intelektualnya.
Mereka umumnya mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh yang dianggap
sebagai idola atau orang yang dianggap penting, maka mereka berupaya bagaimana
dirinya mampu menyerupai tokoh idolanya tersebut. Caranya dengan meniru tingkah
laku, kebiasaan, dan apa yang dipakai oleh tokoh idola tersebut. Dalam kehidupan

bermasyarakat dewasa ini banyak perilaku model itu diambil dalam bentuk simbolik.
Film dan televisi banyak menayangkan contoh-contoh tingkah laku yang dapat
mempengaruhi para observernya (penonton).
Bandura dalam (Crain, 2007) berpendapat bahwa didalam situasi-situasi sosial,
manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah laku
orang lain. Sebagai contohnya, ketika anak-anak belajar lagu-lagu baru atau bermain
rumah-rumah rumahan meniru sikap orang tua, maka mereka sering kali
mereproduksi secara instan urutan panjang tingkah laku baru. Menurut Bandura, inti
dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru sesungguhnya
tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar
menirukan atau mengulang apa yang dilakukan oleh model (orang lain), tetapi
modelling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
yang melibatkan proses kognitif (Alwisol, 2004). Jelas sekali, bahwa perhatian,
pemahaman, informasi, dan memori merupakan unsur-unsur kognitif (Yusuf, 2007).
Yang kemudian mengarah pada unsur afeksi, disini ada hubungannya dengan emosi,
sikap atau nilai, adanya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci
oleh khalayak. Hingga akhirnya merujuk pada unsur konasi (behavioral) dimana
perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau
kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2007)
Bandura menjelaskan proses modeling (peneladanan) terjadi dalam empat

tahapan, yakni: (1) proses perhatian; memperhatikan apa yang dilakukan oleh model

4

terutama adalah sifat model yang menarik, (2) proses pengingatan (retention);
tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasikan dalam ingatan, baik dalam
bentuk verbal atau imajinasi, yang kemudian menentukan mana yang dibuang dan
mana yang dicoba untuk dilakukan, (3) proses reproduksi motoris; menghasilakan
kembali perilaku atau tindakan yang kita amati, mengubah gambaran menjadi
tingkah laku, dan (4) proses motivasional; belajar melalui pengamatan menjadi
efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan
tingkah laku modelnya (Alwisol, 2004).
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi
pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial,
jenis kelamin, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat
imitasi (Alwisol, 2004)
Perilaku remaja yang meniru gaya berpakaian dalam tayangan Korea ini juga
menimbulkan sisi negatifnya, karena remaja yang ingin terlihat sama dan menarik
seperti apa yang di inginkan itu cenderung menjadi korban mode, sehingga timbul
perilaku konsumtif, remaja akan senang membeli segala sesuatu dari apa yang di

lihat dan yang di sukai. Karena remaja pada awalnya menyukai mode-mode korea
tersebut, tak lain karena memiliki arti khusus dengan tokoh, dan memiliki kesamaan
dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilainya, seperti baik, menarik, lucu, modis,
energik dan sebagainya. Sehingga remaja mencoba untuk melakukan hal yang sama
seperti yang ditonton atau menirunya. Dengan cara ini akan dapat semakin dekat
dengan tokoh identifikasinya.
Selain itu, karena teman-temannya juga melakukan hal yang sama, maka jika
tidak mengikuti "trend" tersebut, dia akan dianggap anak yang tidak gaul yang ujungujungnya terisolir dari grupnya. "Inilah faktor terbesar yang mempengaruhi anak
untuk selalu

membeli barang-barang atau

meniru

dandanan dari tokoh

identifikasinya. Oleh karena itu, remaja yang berperilaku seperti yang ditayangkan
dalam televisi dan memaksakan dirinya untuk identik dengan tokoh yang di teladani
tersebut merupakan hasil positif remaja tentang tayangan yang di ada dalam televisi.
Persepsi posistif yang dimiliki oleh individu berpengaruh terhadap sikap, timbul

minat, dan kemudian diwujudkan dalam perilaku oleh individu. Dijelaskan oleh
(Sobur, 2003) Sikap positif merupakan kecenderungan untuk bertindak mendekati,

5

menyenangi,

mengaharapkan

objek

tertentu.

Sikap

negatif

merupakan

kecenderungan untuk bertindak menjauhi, memberhentikan dan tidak menyukai

objek tertentu.
Belajar melalui observasi terjadi karena respon organisme dipengaruhi oleh hasil
observasinya terhadap orang lain, yang disebut model. Beberapa model mungkin
lebih berpengaruh dari model yang lainnya. Anak atau orang dewasa cenderung
mengimitasi orang (model) yang di senangi karena memiliki daya tarik tertentu
(seperti penampilannya, perilakunya, atau kepopulerannya). Proses imitasi ini
dipengaruhi oleh adanya kesamaan antara yang mengimitasi dengan model (seperti
kesamaan jenis kelamin), atau karena perilaku model itu memberikan dampak yang
positif.
Menurut Bandura, melalui teori belajar sosial, model itu memiliki dampak yang
sangat besar terhadap perkembangan kepribadian. Anak-anak belajar untuk asertif
(dituntut untuk jujur dan tegas), percaya diri, atau mandiri melalui observasi kepada
orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang menjadi model
anak adalah orang tua, saudara, guru atau teman. Dalam kehidupan masyarakat
dewasa ini, banyak perilaku model diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televisi
menayangkan contoh-contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pada observer
(penonton) (Yusuf, 2007).
Apalagi anak remaja adalah usia dimana mereka sangat mudah terpengaruh oleh
tayangan-tayangan yang disuguhkan oleh televisi baik secara positif maupun negatif.
Secara kasat mata bagi dari segi negatif, remaja yang meniru mode pada tayangan

korea berarti ia tidak menghargai hasil budaya sendiri, apa lagi budaya kita adalah
budaya timur yang mengedepankan untuk berpakaian yang tertutup atau tidak
menunjukkan auratnya. Remaja yang meniru terkesan tidak bisa menjadi diri sendiri,
tidak kreatif, ditinjau dari segi ekonomi pula remaja bukanlah penonton yang pasif
sehingga layak menjadi target siaran. Tidak berhenti di situ saja, apa yang
disuguhkan dalam televisi juga berdampak pada kekerasan dan kejahatan sehingga
mempengaruhi agresifitas seseorang (Rakhmat, 2007). Oleh karena itu, dengan
adanya fenomena ini di takutkan budaya Indonesia sedikit-demi sedikit akan
menghilang oleh perubahan zaman.

6

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara intensitas menonton tayangan hiburan korea
dengan perilaku modeling pada remaja?


C.

Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan intensitas menonton tayangan hiburan korea dengan perilaku
modeling pada remaja.

D.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dalam pengembangan
ilmu pengetahuan psikologi, khususnya psikologi perkembangan.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang perilaku
modelling pada remaja dan intensitas menonton tayangan hiburan korea,
sehingga nantinya remaja dapat memahami dampak-dampak yang ada pada
tayangan tersebut baik dari segi positif maupun negatif.

b. Dapat memberikan informasi tentang bentuk-bentuk perilaku modeling bagi
remaja, karena pengaruh tayangan hiburan korea. Sehingga bagi semua pihak
terkait dapat melakukan tindakan preventif agar remaja tidak kehilangan
karakter atau jati diri sebagai remaja Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU
MODELING PADA REMAJA

SKRIPSI

Oleh:
Ayu Nurvitasari
07810160

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU
MODELING PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Kepala Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu
persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Ayu Nurvitasari
07810160

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, karena
dengan segala puji syukur bagi Allah SWT, karena dengan rakhmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Antara Intensitas
Menonton Tayangan Hiburan Korea Dengan Bentuk-Bentuk Perilaku
Modeling Pada Remaja.
Sholawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah senantiasa kita nantikan syafaat serta
pertolongannya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, penulis
mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Kedua orang tua dan adik perempun ku tersayang yang telah mendoakan selama
ini. Selalu melindungi serta mendukung dalam setiap doanya.

2.

Ibu Dra. Cahyaning, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

3.

Bapak Latipun, M. Kes selaku dosen pembimbing pertama skripsi yang telah
banyak membantu dalam memberikan pengarahan, masukan dan dorongan serta
waktu bagi peneliti.

4.

Ibu Ni’matuzzahro S.Psi M.si juga selaku dosen pembimbing kedua yang juga
banyak membantu dalam memberikan pengarahan, masukan dan dorongan.

5.

Bapak Yudi Suharsono, M.Si.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan
telah memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi
ini.

6.

Mas Oon (calon suamiku) beserta keluarga yang selalu membantu dan
memotivasi peneliti untuk segera merampungkan skripsi.

7.

Semua keluarga yang sudah banyak memberikan support moral yang sangat
berarti untuk peneliti.

8.

Sahabat-sahabat

yang

sudah

banyak

membantu

dan

menyemangatiku

diantaranya, Irma, Vivi, Uviet, Riri, Rossy, Widya, Happy, Billy, Kholis, dan
semua teman-teman kelas C Psikologi 2007.
9.

Teman-teman dari kelas A sampai kelas F Psikologi 2007.

10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan
penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segalah kebaikan, dorongan dan doa yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap, semoga penelitian ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 7 Mei 2012
Penulis

Ayu Nurvitasari

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… ……..i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………… ….....ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ……iii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………. ……iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..v
INTISARI……………………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………viiii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang…………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................7
A. Perilaku Modeling
1. Pengertian Modeling……………………………………………….7
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Modeling…………………..8
3. Bentuk-Bentuk Modeling………………………………………….8
4. Proses Penting Belajar Melalui Modeling…………………………9
B. Perilaku Menonton
1. Pengertian Perilaku Menonton………………………………,…….11
2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Menonton………………...11
3. Tayangan Hiburan Korea…………………………………………..12
C. Karakteristik Remaja…………………………………………………...13
D. Kecenderungan Remaja Menonton…………………………………….15
E. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Hiburan Korea
Dengan Perilaku Modeling Pada Remaja ………………….,,.,,,,,……..17
F. Kerangka Berpikir……………………………………………………...20
G. Hipotesis…………………….,……………………………………...….21
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................22
A. Rancangan Penelitian…………………………………………………..22
B. Variabel Penelitian………………………...............................................23
C. Definisi Operasional ………………………………………..................23
D. Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………. …...25
E. Prosedur Penelitian …………………………………… ………………26
F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian…… ……… ……………………..27
G. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………….30
H. Teknik Analisa Data……………………………………………………35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………...37
A. Deskripsi Data………………………………………………………….37
B. Analisis Data…………………………………………………………...39
C. Pembahasan…………………………………………………………….41
BAB V PENUTUP………………………………………………………………45
A. Kesimpulan……………………………………………………………..45
B. Saran……………………………………………………………………45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....47
LAMPIRAN……………………………………………………………………...49

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14

: Skor untuk jawaban pernyataan pada Skala Likert……………
: Blue Print Skala Intensitas Menonton………………………..
: Blue Print Skala Perilaku Modeling………………………….
: Uji Validitas Item Skala Intensitas Menonton……………….
: Blue Print Skala Intensitas Menonton sesudah Try Out………
: Uji Validitas Item Skala Perilaku Modeling………………….
: Blue Print Skala Perilaku Modeling sesudah Try Out…………
: Uji Reliabilitas Skala Intensitas Menonton…………………..
: Uji Reliabilitas Skala Perilaku Modeling……………………..
: Uji Reliabilitas Keseluruhan………………………………….
: Gambaran umun dan jenis kelamin subjek…………………....
: Hasil perhitungan T-Score Intensitas Menonton……………..
: Hasil perhitungan Korelasi Matrik Perilaku Modeling………
: Hubungan Intensitas Menonton dengan Perilaku Modeling ...

29
29
29
31
31
32
32
33
34
34
37
39
39
40

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I

: Skala Intensitas Menonton dan Skala Perilaku Modeling

Lampiran II

: Hasil Uji Try Out Skala Intensitas Menonton dan Perilaku Modeling

Lampiran III : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Intensitas Menonton dan
Perilaku Modeling
Lampiran IV : Hasil Analisa Data Uji T-Score
Lampiran IIV : Hasil Analisa Data Uji Korelasi Matrik

DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan (Pendekatan ekologi kaitannya
dengan
konsep
diri
dan
penyesuaian
diri
pada
remaja)
(Cetakan kedua). Bandung : PT. Refika Aditama
Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja - Perkembangan peserta didik.
Jakarta: Bumi Aksara
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian (Cetakan pertama). Malang : UMM Press
Armando, N.M. (2010). Kenali alasan anak menonton tv. Media kita, 11-12.
Diperoleh dari http://www.ummi-online.com/berita-75-kenali-alasan-anakmenonton-tv.html di akses pada tanggal 5 Januari 2012
As’ad, M. (1980). Psikologi industry (Ed. Revisi). Yogyakarta: Liberty
Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
________.(2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
______________. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Crain, W. (2007). Theories of development: Consept and applications (Third edition)
New Jersey
Fakultas Psikologi UMM. (2010). Panduan penyusunan skripsi. Malang :
UMMPress.
Feist, J & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian – Theories of personality. Jakarta:
Salemba Humanika
Hjelle, L.A. (1987). Personality theories (Basic assumptions research and
applications) (Second edition). Singapore : McGraw-Hill Book
Kerlinger, F.N (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Kurniasih, E. (2006). Hubungan antara perilaku menonton tayangan sinetron
religious dengan sikap remaja terhadap agama islam (Skripsi, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor)
Myers, D. G. (1987). Social psychology secong edition. New York: McGraw Hill
Book Companies
Nurudin. (2007). Pengantar komunikasi massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1989). Psychology. New York: McGraw Hill Book
Companies
Puspita, M. F. (2010). Hubungan antara intensitas menonton tayangan sinetron
kepompong di televisi dengan citra diri pada remaja putri (Skripsi, Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi (Cetakan kedua puluh dua). Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
Santrock, J.W. (2002). Perkembangan masa hidup (Cetakan kelima ). Jakarta :
Erlangga
Sobur, A. (2003). Komunikasi orang tua dan anak (Cetakan kesepuluh). Bandung :
Angkasa
Winarsunu, T. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan (Cetakan
keempat). Malang : UMM Press
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2007). Teori kepribadian (Cetakan pertama). Bandung : PT
Remaja Rosda Karya
www.jadwaltvindonesia.com yang diakses tanggal 5 desember 2011
www.hiburan.kompasiana.com yang diakses pada tanggal 06 desember 2011

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 9

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

1 15 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

0 13 13

Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Kepompong Di Televisi dengan Citra Diri Pada Remaja Puteri.

0 0 11

Hubungan antara tingkat religiositas dengan intensitas menonton tayangan kekerasan pada remaja akhir.

0 2 94

Hubungan antara Kualitas Komunikasi Orangtua-Anak dengan Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual pada Remaja SMA di Jatinangor.

0 0 4