3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april hingga Juni 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Biokimia, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Laboratorium Biologi Hewan dan Laboratorium Nutrisi dan Biologi Radiasi, Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Mikroteknik dan Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman genjer L. flava. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis histologi daun dan batang
genjer, larutan FAA, etanol absolut, TBA, minyak parafin, parafin, xilol, larutan Gifford, etanol 95, etanol 70, etanol 50, etanol 30, akuades, safranin 2,
dan fast green 0,5, aniline blue, entellan, Toulidin blue. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk analisis proksimat meliputi akuades, kjeltab jenis selenium,
larutan H
2
SO
4
, asam borat H
3
BO
3
, larutan HCl 10 larutan HCl 0,0947 N, pelarut lemak n-heksana p.a., dan larutan AgNO
3
0,10 N. Bahan yang digunakan dalam analisis mineral adalah daun dan tangkai tanaman genjer, KH
2
PO
4,
H
2
SO
4
, HNO
3
, akuades, ammonium molibdat, H
2
NO
3
, dan HClO
4
. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, cawan
porselen timbangan, oven, wadah porselen, tanur, labu soxhlet, labu kjeldahl, alat destilasi, labu erlenmeyer, kertas saring, dan corong Buchner, meja cetak, karton
cetak, oven, mikrotom merk Yamator V-240, meja pemanas, gelas obyek, dan rak pewarna. mikroskop cahaya merk Olympus tipe CH20 dan kamera mikroskop
merk Olympus DP12. oven, labu takar, labu kjeldahl, alat Atomic Absorption Spectrophotometer AAS Novva 300, dan alat spektrofotometri Spektronik 20.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yang terdiri dari tahap analisis histologi daun dan batang genjer, analisis kandungan gizi daun genjer segar dan
kukus, serta kandungan mineral genjer segar dan khusus. Secara umum tahap penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5 :
Gambar 5 Diagram alir penelitian
3.3.1 Analisis histologi Hal pertama dalam analisis histologis adalah pembuatan preparat tanaman
genjer L. flava kemudian pengamatan jaringan tanaman dilakukan dengan pengambilan gambar objek pada mikroskop. Pembuatan preparat dilakukan
dengan metode paraffin, yang terdiri dari fiksasi, pencucian, dehidrasi dan penjernihan, infiltrasi, penanaman dalam blok, penyayatan, perekatan, dan
pewarnaan. Bagian tanaman genjer yang diambil adalah daun, batang atas, batang tengah, batang bawah, dan akar.
Fiksasi dilakukan dengan menggunakan larutan FAA, batang dan daun genjer yang telah dipotong kecil dimasukkan ke dalam botol film yang telah berisi
larutan FAA dan didiamkan selama 24 jam 5 hari, setelah itu larutan fiksasi dibuang dan sampel dicuci dengan etanol 50 sebanyak 4 kali dengan waktu
penggantian masing-masing selama 30 menit. Kemudian dilakukan dehidrasi dan penjernihan secara bertahap melalui perendaman dalam larutan seri Johansen
I-VII pada suhu ruang dengan perincian : 1. Johansen I selama 2 jam
2. Johansen II selama 24 jam 3. Johansen III selama 2 jam
4. Johansen IV selama 2 jam 3 Analisis
histologis daun, batang, dan
akar. 4 Analisis
kandungan gizi a. kadar air
b. protein c. lemak
d. kadar abu e. serat kasar
5 analisis kandungan
mineral 1 Pengambilan
sample. Tanaman genjer L. flava
2 Pengukuran morfometrik.
5. Johansen V selama 2 jam 6. Johansen VI TBA murni selama 24 jam
7. Johansen VI TBA murni selama 2 jam 8. Johansen VI TBA murni selama 2 jam
9. Johansen VI TBA murni selama 2 jam 10. Johansen VII selama 4 jam
Langkah selanjutnya adalah proses infiltrasi atau penyusupan parafin ke dalam jaringan, dengan cara bahan dimasukkan dalam wadah berisi campuran
TBA, minyak parafin, serta 13 parafin beku dan disimpan pada suhu kamar selama 1-4 jam yang dilanjutkan pengovenan pada suhu 58
C selama 18 jam. Pergantian parafin dilakukan setiap 6 jam sekali sebanyak 3 kali pergantian.
Setelah itu proses penanaman dilakukan, dengan penggantian parafin dan penyimpanan dalam oven pada suhu ruang selama 1 jam. Setelah parafin
mengeras, dilakukan penyayatan dengan mikrotom putar setebal 10 μm. Hasil
sayatan kemudian direkatkan pada gelas obyek yang telah diolesi albumin-gliserin dan ditetesi air. Gelas berisi pita parafin kemudian dipanaskan pada hot-plate
dengan suhu 45
o
C selama 3 sampai 5 jam. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan safranin 2 dalam air dan
fastgreen 0,5 dalam etanol 95. Pada proses pewarnaan ini gelas obyek direndam ke dalam larutan Xilol 1 dan 2 masing-masing selama 20 menit,
dilanjutkan perendaman dalam Etanol absolut, 95, 70, 50, dan 30 masing- masing 5 menit. Setelah itu obyek dibilas dengan akuades dan dimasukkan ke
dalam safranin 20 selama satu hari. Pada proses selanjutnya gelas obyek dibilas ke dalam akuades dan dimasukkan ke etanol 30, 50, 70, 95, dan absolut
masing-masing selama 5 menit. Setelah itu obyek dimasukkan ke dalam pewarna fast-green 0,5 selama 30 menit. Gelas obyek kemudian direndam dalam xilol 1
dan xilol 2. Warna yang kontras diperoleh bila merah cemerlang : lignin, kromatin, kutin ; merah muda-merah : kloroplast ; hijau : dinding selulosa dan
sitoplasma. Proses pewarnaan diikuti dengan proses penutupan atau pemberian media
perekat yaitu entellan atau canada balsam pada gelas obyek dan ditutup dengan gelas penutup dan dikeringkan pada suhu 40
C. Setelah itu dilakukan pemberian
label di sebelah kiri gelas obyek. Proses pemfotoan objek dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CH20 dan kamera digital merk Olympus DP12.
3.3.2 Analisis kandungan gizi
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam suatu bahan, termasuk di
dalamnya analisis kadar air, protein, lemak, abu dan abu tidak larut asam. 1
Analisis kadar air AOAC 2005 Analisis kadar air yaitu untuk mengetahui kandungan atau jumlah air yang
terdapat dalam suatu bahan. Tahap pertama cawan porselen dikeringkan pada suhu 105
o
C selama 1 jam dengan menggunakan oven, lalu cawan didinginkan selama 15 menit di dalam desikator kemudian ditimbang. Cawan ditimbang
kembali hingga beratnya konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105
o
C selama 6 jam atau hingga beratnya konstan. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Perhitungan kadar air pada daun genjer : Kadar air = B - C x 100
B - A Keterangan : A = Berat cawan kosong gram
B = Berat cawan dengan daun genjer gram C = Berat cawan dengan daun genjer setelah
dikeringkan gram. 2
Analisis kadar lemak AOAC 2005 Pertama kertas saring dibuat menjadi bentuk selongsong dan kedua
ujungnya di tutup dengn kapas. Kemudian Daun genjer seberat 5 gram W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring tersebut dan dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya W
2
. Pelarut lemak n-heksan dituangkan ke dalam labu lemak kemudian labu lemak dihubungkan dengan soxhlet dan
direfluks selama 6 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam labu lemak. Sampel dikeluarkan, labu lemak dan soxhlet dipasang kembali lalu didestilasi
hingga pelarut lemak yang ada dalam labu lemak menguap. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama satu jam. Kemudian labu diletakkan dalam desikator untuk didinginkan
hingga beratnya konstan W
3
. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus berikut: Perhitungan kadar lemak pada daun genjer:
Kadar Lemak = W
3
– W
2
x 100 W
1
Keterangan: W
1
= Berat sampel gram W
2
= Berat labu lemak kosong gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram 3
Analisis kadar protein AOAC 2005 Analisis protein yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar pada
suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu dekstruksi, destilasi dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan
dengan metode Kjeldahl. a
Tahap destruksi Daun genjer ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam
labu Kjeldahl. Setengah butir kjeltab dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
p.a 98. Tabung yang berisi larutan tersebut dipanaskan dengan suhu mencapai 400
o
C menggunakan alat pemanas. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi bening.
b Tahap destilasi
Hasil destruksi diencerkan dengan akuades hingga 100 ml dengan labu takar. Air dipanaskan sampai mendidih di heater rangkaian alat Kjeldahl. Asam
borat sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer tersebut kemudian dipasang pada tempatnya di tempat pengeluaran sampel dan NaOH.
Hasil destruksi larutan sampel dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam kjeltec. Setelah itu, larutan NaOH 50 sebanyak 10 ml juga dimasukkan ke
dalam alat pengujian. Setelah larutan di dalam erlenmeyer yang berisi asam borat berubah warna menjadi biru kehitaman atau hijau toska, erlenmeyer diangkat dan
dilakukan proses titrasi.
c Tahap titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan pada erlenmeyer berubah warna menjadi pink. Kadar protein dihitung dengan
rumus sebagai berikut: Perhitungan kadar protein pada daun genjer :
N = S-B n NHCl x 14 x 100 W x 1000 x 2,5
Protein = 6,25 x N Ket : S = Volume titran ml
B = balanko 0 ml W = Berat sampel
2,5 = Faktor pengoreksi 4
Analisis kadar abu AOAC 2005 Cawan pengabuan dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C hingga kering, kemudian cawan diletakkan dalam desikator untuk didinginkan
selama 15 menit, kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat yang konstan. Daun genjer sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan lalu cawan
tersebut dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
o
C selama 6 jam hingga menjadi abu. Cawan didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang
hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus berikut:
Perhitungan kadar abu pada daun genjer : Kadar abu = C - A x 100
B - A Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong gram
B = Berat cawan porselen dengan daun genjer gram C = Berat cawan porselen dengan daun genjer kering gram
5 Analisis kadar serat kasar AOAC 1995 Sebanyak 1 gram sample kering dilarutkan dengan 100 ml H
2
SO
4
1,25, dipanaskan hingga mendidih lalu dilanjutkan dengan destruksi selama 30 menit,
dan disaring menggunakan kertas saring Whatman ф: 10 cm dan dengan bantuan
corong Buchner. Residu hasil saringan dibilas dengan 20 sampai 30 ml air mendidih dan dengan 25 ml air sebanyak 3 kali. Residu didestruksi kembali
dengan 100 ml NAOH 1,25 selama 30 menit. Lalu disaring dengan cara seperti diatas dan dibilas berturut-turut dengan 25 ml H
2
SO
4
1,25 mendidih 2,5 ml air sebanyak tiga kali, dan 25 ml alkohol. Residu beserta kertas saring dipindahkan ke
cawan porselin dan dikeringkan dalam oven 130
o
C selama 2 jam setelah dingin residu beserta cawan porselin ditimbang A, lalu dimasukkan dalam tanur 600
o
C selama 30 menit, didinginkan dan ditimbang kembali B.
Penghitungan kadar serat kasar pada daun genjer
Kadar serat kasar =
3.3.3 Analisis kandungan mineral a Pengujian kadar mineral dengan
Atomic Absorption Spectrophotometer Reitz
et al. 1987
Sampel sayuran yang akan mengalami pengujian mineral dilakukan proses pengabuan basah terlebih dahulu. Pada proses pengabuan basah, sampel
ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml, lalu ke dalam labu ditambahkan 5 ml HNO
3
dan dibiarkan selama 1 jam. Labu ditempatkan di atas hotplate selama ± 4 jam dan ditambahkan 0,4 ml H
2
SO
4
pekat, campuran HClO
4
dan HNO
3
sebanyak 3 tetes, 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl pekat. Larutan contoh kemudian diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar.
Sejumlah larutan stok standar dari masing-masing mineral diencerkan dengan menggunakan akuades sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam
yang diinginkan. Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam Atomic Absorption
Spectrophotometer AAS merek Novva300 dengan panjang gelombang dari masing-masing jenis mineral. Langkah selanjutnya adalah pengukuran absorbansi
atau tinggi puncak standar, blanko dan contoh pada panjang gelombang dan parameter yang sesuai untuk masing-masing mineral dengan spektrofotometer.
Setelah diperoleh absorbansi standar, hubungkan antara konsentrasi standar bobot sampel kering gram
bobot serat kasar gram x 100
sebagai sumbu y dengan absorban standar sebagai sumbu x sehingga diperoleh kurva standar mineral dengan persamaan garis linier y = ax+b dimana y: variable
terikat ; a: kemiringan gradient ; x: variable bebas ; b: konstanta yang digunakan untuk perhitungan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi larutan sampel
dihitung dengan mengalikan a dengan absorbansi contoh.
b Pengujian fosfor metode molibdat-vanadat Apriyantono et al. 1989
Sampel diperlakukan dengan asam nitrat untuk mengubah semua metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat. Kemudian sampel diperlakukan
dengan asam molibdat dan asam vanadat sehingga ortofosfat yang ada dalam sampel akan bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut dan membentuk
kompleks asam vanadimolibdifosfat yang berwarna kuning orange dan intensitas warnanya diukur dengan panjang gelombang 660 nm.
Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades hangat untuk pembuatan perekasi vanadat molibdat. Ammonium vanadat 1 gram
ditimbang untuk dilarutkan dalam 300 ml akuades dan didinginkan, secara perlahan-lahan ditambahkan 140 ml asam nitrat pekat, setelah tercampur
ditambahkan pereaksi larutan vanadat molibdat dan diencerkan sampai volume 1 l dengan akuades.
Pada pembuatan larutan standar, sebanyak 4,394 g KH
2
PO
4
dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai 1000 ml untuk mendapatkan konsentrasi
fosfor 1000 ppm. Konsentrasi ini kemudian diencerkan dengan akuades untuk mendapatkan konsentrasi standar fosfor yaitu 0, 2, 3, 4, dan 5 ppm. Larutan
sampel hasil pengabuan basah diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 25 ml pereaksi vanadat molibdat ditambahkan
ke dalam sampel tersebut, kemudian diencerkan dengan akuades sampai tanda tera. Selanjutnya didiamkan sampel selama 10 menit, dan diukur absorbansi
sampel pada panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer merek spektronic 20 Milton Company.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfometrik Tanaman Genjer
L. flava
Genjer L. flava merupakan tanaman yang hidup di rawa atau kolam berlumpur yang banyak airnya, berasal dari Amerika, terutama bagian negara
beriklim tropis. Selain daunnya, bunga genjer muda juga enak dijadikan masakan. Genjer cocok diolah menjadi tumisan, lalap, pecel, atau campuran gado-gado.
Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok Bergh 1994. Tabel 2 merupakan hasil pengukuran daun dan batang genjer yang meliputi panjang dan
lebar daun, serta panjang dan tebal batang. Tabel 2 Hasil pengukuran morfologi genjer L. flava
Obyek Pengukuran Hasil Pengukuran
Rata-rata mm Panjang Daun
156,73±14,64 Lebar Daun
123,10±13,47 Tebal Daun
0,46±0,14 Panjang Batang
281,36±26,14 Tebal Batang
11,71±1,24
Keterangan: Data diperoleh dari 30 tanaman genjer
Sampel tanaman genjer diperoleh dari Desa Ciherang, Kabupaten Bogor. Daun genjer memiliki ukuran cukup besar dengan rata-rata panjang daun
156,73 mm dengan standar deviasi 14,64 mm, serta lebar daun rata-rata 123,1 mm dengan standar deviasi 13,47 mm. Rata-rata tebal daun tanaman genjer adalah
0,46 mm dengan standar deviasi 0,143 mm. Tanaman genjer L. flava merupakan tanaman yang mempunyai daun
yang termasuk kategori daun lengkap dan berwarna hijau. Pada tanaman ini tidak ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun tanaman ini termasuk pada
kategori daun tunggal. Berdasarkan susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang melengkung yaitu daun yang susunan tulang daunnya
melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer terletak pada bagian tengah helaian daun.
Batang genjer termasuk pada batang basah herba, karena batang ini biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman
genjer berbentuk bundar globosus. Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki batang yang tegak lurus ke atas. Rata-rata panjang batang genjer adalah
281,36 mm dengan standar deviasi 26,14 mm, serta rata-rata tebal batang adalah 11,711 mm dengan standar deviasi 1,24 mm.
4.2 Karakter Histologi Genjer L. flava
Tubuh tumbuhan terdiri dari organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun yang merupakan organ pokok tubuh tumbuhan, serta organ reproduktif yaitu
organ yang bertanggung jawab bagi perbanyakan tumbuhan, pada tumbuhan berbiji meliputi bunga, buah dan biji. Anatomi tumbuhan genjer yakni batang dan
daun dapat diamati dengan pembuatan preparat yang dilihat dengan menggunakan mikroskop.
4.2.1 Deskripsi histologi batang
Batang genjer tersusun atas satu lapis jaringan epidermis yang terletak pada bagian luar. Epidermis batang genjer bersifat sebagai pelindung dengan
bentuk yang tidak beraturan. Bagian dalam dari epidermis terdapat korteks yang tersusun tidak beraturan.
Jaringan korteks yang terletak di sebelah dalam epidermis yang tersusun atas beberapa lapis sel berkloroplas serta jaringan pembuluh pengangkut yang
tersebar. Pada jaringan korteks ke arah tengah daun berkembang dan membentuk ruang antar sel yang besar sebagai tempat untuk pertukaran dan penyimpanan
udara. Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, disamping
akar dan daun. Genjer memiliki batang berair dan berongga seperti tanaman air lainnya serta berbentuk segitiga. Batang genjer termasuk dalam golongan batang
basah herbaceus. Menurut Tjitrosoepomo 2007 batang basah adalah batang yang lunak dan berair. Irisan melintang batang tanaman genjer dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6 Anatomi bagian batang genjer L. flava, A perbesaran 4 x 10, B, C perbesaran 10 x 10, a = epidermis, b = korteks, c = ruang antar sel, d =
diafragma, e = floem, f = xilem Batang genjer banyak memiliki ruang antar sel yang memiliki bentuk tidak
beraturan. Sistem jaringan pembeluh terdiri dari sejumlah berkas pembuluh yang berbeda-beda ukurannya. Posisi xilem dan floem dalam berkas pembuluh disebut
ikatan pembuluh. Sistem jaringan pembuluh genjer terdiri atas endodermis yang mengelilingi xilem dan floem. Menurut Hidayat 1995 ada lima jenis ikatan
pembuluh yaitu kolateral, bikolateral, konsentris amfikribal, konsentris amfivasal dan radial. Batang genjer termasuk dalam ikatan pembuluh konsentris amfikribal
yaitu floem mengelilingi xilem. a
b c
d
e
f
A B
C
4.2.2 Deskripsi histologi daun
Daun termasuk organ pokok pada tumbuhan. Pada umumnya berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosisntesis Nugroho et al 2006. Penampang potongan melintang daun genjer dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Anatomi bagian daun genjer L. flava, A perbesaran 10 x 10, B perbesaran 4 x 10, a = epidermis atas, b = jaringan spons, c = epidermis
bawah, d = jaringan pembuluh, e = jaringan bunga karang, f = palisade, g = stomata
Daun genjer termasuk dalam tipe daun yang bertulang melengkung. Daun ini mempunyai beberapa tulang yang besar, tulang yang besar terdapat ditengah
sedangkan yang lain mengikuti jalannya tepi daun. Sejumlah tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari muncul dari satu titik.
Daun tanaman genjer tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar mesofil, jaringan pengangkut, jaringan penguat. Permukaan atas dan bawah
daun genjer dilapisi oleh jaringan epidermis. Sel penyusun epidermis tanaman genjer memiliki bentuk tidak beraturan dan memanjang serta tersusun dengan
rapat. Permukaan epidermis sering dilapisi oleh kultikula atau rambut halus pilus, untuk melindungi daun dari serangga pemangsa, spora jamur atau tetesan
air hujan. Jadi epidermis berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya. Sebagian jaringan epidermis atas dan epidermis bawah tanaman genjer
berdiferensiasi menjadi stomata terdapat pada epidermis atas dan bawah, yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. Stoma berfungsi sebagai organ
a b
c
c d
e f
g
A B
respirasi. Stoma mengambil karbon dioksida dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis. Kemudian stoma akan mengeluarkan oksigen sebagai hasil
fotosintesis. Menurut Nugroho et al 2006 stoma adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau yang di batasi oleh
sel khusus yang disebut sel penutup. Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung
kloroplas dan ruang antar sel. Mesofil tanaman genjer terdapat pada bagian dalam daun setelah lapisan epidermis. Mesofil terbagi menjadi jaringan tiang palisade
dan jaringan spons bunga karang. Jaringan Palisade atau jaringan tiang, adalah jaringan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis. oleh karena itu, bagian ini
banyak mengandung kloroplas. Jaringan palisade tanaman genjer memiliki bentuk yang memanjang tegak lurus serta tersusun berderetan dan rapat. Menurut
Hidayat 1995 meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang.
Jaringan spons atau jaringan bunga karang. Jaringan ini terdiri dari sel yang berlapis-lapis, terdapat rongga-rongga udara, sedikit mengandung kloroplas, dan
berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Jaringan spons memiliki bentuk tidak beraturan dan terdapat dibagian bawah jaringan palisade.
Berkas pembuluh angkut, yang terdiri dari xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluh tapis. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam-
garaman yang diserap akar dari dalam tanah ke daun untuk digunakan sebagai bahan fotosintesis. Sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil
fotosintesis ke seluruh tubuh. Sel xilem genjer memiliki bentuk besar tidak beraturan sedangkan sedangkan sel floem memiliki bentuk kecil tidak beraturan.
Jaringan pembuluh tanaman genjer berada di bawah jaringan palisade dan terletak di sekitar jaringan bunga karang.
4.2 Kandungan Gizi Tanaman Genjer Segar dan Kukus