2.1.3 Teori The Bird in the Hand
Menurut Gordon dan Lintner dalam Anggraeni Puspitasari dan Linda Purnamasari, 2013, menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik
jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada
capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan Ks adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada
saham. Ks adalah keuntungan dari dividen dividend yield ditambah keuntungan dari capital gains capital gains yield.
Menurut Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan
MM menggunakan istilah ”The Bird in the hand Fallacy
”. Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau
perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
2.1.4 Tax Preference Theory
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak baik terhadap keuntungan dividen maupun capital
gains, tetapi para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak yang
beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu:
a.
Capital gains dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya yang memiliki sebagian besar saham mungkin
lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan
harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
b.
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
c.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
2.1.5 Arus Kas 2.1.5.1 Pengertian Arus Kas