BUSINESS STRATEGY

BAB IV BUSINESS STRATEGY

3 Cara untuk Menjalankan Online Business

Pertumbuhan jumlah pengguna internet di tanah air terus meningkat secara signifikan. Data terakhir menunjukkan kisaran angka antara 30 – 40 juta users. Jumlah akun Facebook dari Indonesia terus melesat; mengalahkan jumlah akun dari negara lain. Jumlah pengguna Twitter dari tanah air juga terus menjulang; membuat mereka bisa ―menguasai panggung Twitter dunia‖ (itulah mengapa kata kunci Ariel Peterporn bisa menguasai jagat twitter global, dan membikin para selebritis dunia bertanya-tanya : who the hells is ariel?)

Pendeknya, lansekap dunia online di tanah air akan terus tumbuh dengan sumringah. Dan dibalik pertumbuhan yang terus melaju itu, terselip sejumlah peluang bisnis yang mungkin bisa dipetik. Dalam perbincangan kali ini, kita akan mendiskusikan tiga jenis cara untuk mendulang rezeki yang barokah dari dunia maya.

Cara yang pertama adalah membangun website atau blog dengan gemilang dan konsisten, lalu bisa mendatangkan banyak pengunjung fanatik; dan lantas berharap ada sejumlah sponsor yang mau memasang iklan. Bagi blog independen yang berbahasa Indonesia, pilihan ini memang ternyata tidak begitu mudah lantaran jarang ada sponsor besar yang mau memasang iklan di blog/web personal.

Kalaupun ada yang mau memasang iklan, biasanya lebih banyak dari jasa penyedia layanan iklan agregat semacam adsense atau kliksaya.com. Dan income dari layanan iklan semacam ini ternyata tidak begitu menggembirakan : rata-rata blog bagus mungkin hanya mendapatkan pemasukan antara Rp

2 – 3 juta per bulan; dan blog abal-abal mungkin hanya mendapatkan ratusan ribu saja per bulan. Karena itu, mungkin cara yang kedua ini lebih menarik : yakni membangun web/blog untuk berjualan sesuatu (selling something). Sesuatunya bisa bersifat intangible (produk digital 2 – 3 juta per bulan; dan blog abal-abal mungkin hanya mendapatkan ratusan ribu saja per bulan. Karena itu, mungkin cara yang kedua ini lebih menarik : yakni membangun web/blog untuk berjualan sesuatu (selling something). Sesuatunya bisa bersifat intangible (produk digital

Berjualan produk digital (seperti ebook) via internet memang sangat praktis; Anda tidak perlu gudang fisik untuk menyimpan stok. Semua file tersimpan di komputer; dan jika ada yang beli tinggal perintah mesin untuk mengirimkannya secara otomatis. Semuanya berjalan 24 jam sehari dengan otomatis tanpa Anda perlu sibuk mengirimkan barang via pos/Tiki.

Berjualan produk fisik/nyata melalui internet juga tetap mengasyikkan. Anda tidak perlu menyewa ruko yang mahal, dan tidak perlu nongkrong berjam-jam menunggui toko (ya kalau tokonya ramai, kalau toko sepi kan manyun sepanjang hari). Anda hanya butuh telpon atau email untuk menerima pesanan; toko Anda bisa terus buka 24 jam sehari; dan potensi pembeli bisa datang dari seluruh nusantara.

Memang berjualan produk fisik di online ini membutuhkan modal yang lumayan. Mungkin modal awal yang diperlukan sekitar Rp 10 – 30 juta, tergantung jenis produk yang akan dijual. Namun kalau berhasil, kita mungkin bisa mendapatkan omzet antara Rp 40 – 80 juta per bulan. Kalau margin profit-nya 20 %, kan lumayan juga income kita per bulan.

Cara yang terakhir adalah membangun web/blog untuk personal branding and promotion. Pilihan ini intinya adalah menggunakan web/blog untuk mempromosikan dan menjual jasa keahlian kita. Dan persis pilihan ketiga inilah yang saya lakukan dengan blog keren yang sekarang Anda baca ini.

Sebagai seorang yang bekerja sebagai konsultan/trainer, saya merasa blog ini sungguh sangat berjasa dalam menjaring klien-klien potensial. Tak sedikit klien yang mengundang saya Sebagai seorang yang bekerja sebagai konsultan/trainer, saya merasa blog ini sungguh sangat berjasa dalam menjaring klien-klien potensial. Tak sedikit klien yang mengundang saya

Pilihan ketiga ini saya kira juga bisa dilakukan oleh mereka yang memang memiliki jasa keahlian khusus, mulai dari jasa fotografi, perias pengantin, web desaigner, jasa renovasi rumah, hingga jasa sedot WC, jasa perpanjangan STNK, atau jasa reparasi AC.

Demikianlah, tiga pilihan atau peluang bisnis online yang barangkali bisa dijalankan. Masing-masing menawarkan karakteristik yang berbeda-beda; namun jika digarap dengan serius semuanya menjanjikan potensi income yang memadai.

Saya kira sudah saatnya kita meluangkan waktu online untuk mulai menjajaki ketiga pilihan bisnis diatas. Ini mungkin lebih baik darapada sekedar menghabiskan waktu berjam-jam untuk browsing video Luna Maya dan Cut Tari.

Innovation War : Yang Terluka dan Gugur di Medan Laga

Hidup barangkali kini terasa makin nyaman, dan untuk itu kita layak memberikan kecupan hangat pada para inovator yang telah mempersembahkan aneka produk inovatif dihadapan kita.

Dulu kita mungkin tak pernah membayangkan betapa kita bisa melayangkan sederet kalimat romantis pada kekasih kita melalui medium SMS. Atau, juga melakukan chatting dengan kawan diseberang samudera melalui fasilitas internet. Karena itu, siapa tahu dua puluh lima tahun lagi kita bisa menikmati mobil terbang, melayang diatas jalanan kota Jakarta sambil menikmati pendaran emas menara Monas?

Ya kini tiap hari rasanya kita senantiasa disuguhi aneka produk yang menawarkan sejumput inovasi demi sebuah kenikmatan hidup. Mulai dari produk kamera digital, mobile banking, media televisi diatas screen telpon genggam, hingga produk celana-dalam-sekali-pakai-kemudian-dibuang.

Kisah inovasi yang ditorehkan dengan tinta emas mungkin akan dinikmati oleh mereka yang memang senantiasa dapat meracik beragam produk baru yang inovatif. Namun bagi sebagian yang lain, perang inovasi ibarat padang kurusetra : tempat dimana mereka terpanah penuh luka, dan akhirnya gugur di medan laga.

Dunia tak kekurangan dengan korban-korban yang terpelanting dalam laga inovasi yang brutal itu. Kita disini mau mencatat tiga contoh diantaranya.

Yang pertama misalnya adalah dalam arena kamera digital. Dulu sebelum kamera digital menjadi sesuatu yang lumrah, kita mengenal produk bernama Kodak sebagai sang dewa. Setiap kali Anda pergi liburan bersama teman atau kerabat, pasti kotak film bermerk Kodak itu nyangkut di tas Anda.

Namun perkembangan teknologi kamera digital telah menghempaskan mereka dalam puing sejarah yang usang. Kodak tidak cepat merespon perubahan yang mematikan ini, dan kini mereka tinggal menunggu peti mati untuk beranjak tidur selamanya.

Contoh kedua adalah telpon rumah. Dulu bisnis ini menjadi sumber mesin uang bagi Telkom, sang penguasanya. Namun kini ketika handphone telah ada dimana-mana, frekuensi penggunaan telpon menurun drastis (di rumah pun banyak orang yang kini lebih memilih memakai handphone daripada telpon rumah yang jadul itu).

Dan itulah yang terjadi : penurunan pendapatan Telkom dari bisnis telpon rumah lebih cepat daripada yang mereka prediksi. Bisnis telpon rumah kemudian menjelma menjadi bisnis yang stagnan, dan bagian dari sejarah masa silam.

Contoh yang lainnya adalah perang inovasi di bisnis sepeda motor. Dulu, produsen motor Suzuki selalu menempel ketat sang penguasa pasar, Honda, bersama rival terdekatnya yakni Yamaha. Namun ketika Yamaha menggebrak dengan produk inovatif bernama skutik Mio, sponsor Valentino Rossi ini terbang melesat bersama Honda – yang terus terengah- engah menahan nafas agar tak tersalip.

Yang kemudian tertinggal dalam sembilu kepedihan adalah Suzuki. Gebrakan inovasi Yamaha, yang segera kemudian disusul oleh Honda, telah membuat Suzuki terpelanting dan terkaing-kaing. Kita sekarang menyaksikan banyak dealer motor Suzuki yang tutup, dan pangsa pasar mereka terus menurun. Kita tidak tahu sampai kapan Suzuki akan terus mengalami penderitaan yang menyakitkan ini.

Tiga kasus diatas telah menyodorkan eksemplar yang begitu jelas : tanpa spirit inovasi, sebuah produsen bisa tergolek kehilangan raga. Proses ini mungkin menjadi kian dramatis dalam bisnis yang melibatkan teknologi yang bergerak dengan cepat (seperti tiga kasus diatas).

Ketajaman mengendus tren pasar, tim pengembangan produk (product development) yang unggul serta budaya inovasi yang mengakar, adalah sejumlah elemen dasar yang perlu dibentangkan jika sebuah organisasi ingin terus bisa bertahan dalam laga inovasi yang terus berjalan tanpa henti.

Tanpa bekal itu semua, sebuah organisasi bisa terjebak dan sekarat. Bagi mereka, perang inovasi bisa menjelma menjadi drama yang menyakitkan, dan membuat mereka

terkubur lenyap dalam kesunyian.

Sepotong Kisah tentang Strategi Inovasi Apple

Setiap 10 tahun sekali majalah bisnis Fortune memilih CEO of the Decade atau semacam kapten bisnis terhebat sepanjang 10 tahun. Kali ini pada tahun 2009 atau menjelang pergantian dasawarsa mereka menjatuhkan pilihannya pada sosok bernama Steve Jobs. Sosok karismatik ini kita tahu merupakan tokoh legendaris dibalik menjulangnya nama Apple dalam jagat kompetisi produk-produk digital.

Kalaulah kita hendak mendulang sebuah eksemplar yang nyaris sempurna tentang INOVASI, maka perusahaan Apple mungkin pilihan yang tak terelakkan. Hampir semua perusahan di dunia, termasuk pesaingnya Sony, Nokia dan Micorosoft, dipaksa untuk terkesima menyaksikan serangkaian inovasi nan brilian yang diracik oleh Steve dan pasukannya.

Apple, dengan Steve Jobs sebagai Sang Master-nya, memang telah mendemonstrasikan bagaimana kekuatan inovasi dan daya kreativitas disenyawakan dalam parade produk- produk nan elegan. Yang mungkin perlu juga dicatat adalah ini : melalui parade produk brilian ini Apple telah merubah secara radikal lansekap bisnis dalam tiga industri yang berbeda, yakni industri PC, musik, dan telekomunikasi.

Dalam industri PC, Apple memberikan pelajaran penting tentang bagaimana mendesain sebuah produk dengan sentuhan estetika, lengkap dengan aplikasi yang tangguh dan user- friendly. Hasilnya adalah deretan produk bertajuk iMac dan Powerbook, serangkaian produk yang kemudian banyak ditiru oleh para pengekornya.

Dalam industri musik, serbuan produk iPod-nya yang mendunia telah membuat para petinggi Sony termehek-mehek, pening dan tak tahu harus berbuat apa. Para petinggi label musik dunia seperti BMG dan Universal Music juga hanya bisa gigit jari ketika tahu 80 % pangsa musik digital dibeli melalui iTunes, toko musik digital milik Apple.

Dalam industri telco, produk iPhone yang sungguh inovatif itu mungkin telah merubah definisi kita tentang apa itu arti produk ponsel. Kecanggihan ponsel ini, lengkap dengan ribuan aplikasi yang mudah didowload melalui iTune, membuat ponsel lain seperti milik Nokia menjadi ketinggalan jaman. Kekuatan ponsel masa depan ada pada kekuatan software-nya, dan sungguh dalam arena ini Apple telah melangkah jauh meninggalkan Nokia yang kini mungkin tengah terpuruk dalam hempasan debu kekalahan.

Tak banyak sebuah perusahaan yang mampu memporak- porandakan lansekap persaingan dalam tiga jenis industri yang berbeda. Fakta bahwa Apple selalu mampu membentangkan ―samudra biru (blue ocean)‖ dalam setiap industri yang dimasukinya membuat ia kini dianggap sebagai perusahaan yang lebih berwibawa dibanding IBM, GE atau Microsoft sekalipun.

Dan tak pelak, sosok Steve Jobs memiliki peran yang amat sentral dalam proses itu. Sosoknya mungkin kelak akan dikenang sebagai salah satu figur inovasi terpenting dalam sejarah bisnis modern - sejajar dengan nama besar seperti Thomas Alva Edison, Henry Ford, Soichiro Honda dan Bill Gates.

Ketika masih muda belia, Steve pernah bilang kepara para jurnalis, bahwa ia ingin merubah dunia dengan produk- produk yang diciptakannya. Kini dengan rangkaian iMac, iPod dan iPhone yang melanglang di penjuru buana, ia mungkin telah ikut merubah hidup sebagian manusia yang menjadi pelanggannya.

―Jangan pernah setengah hati mengerjakan sesuatu yang engkau cintai, karena hidup ini terlalu pendek ,‖ begitu Steve Jobs pernah berujar ketika diwawancarai media.

Strategi Bisnis Lion Air Menembus Langit Biru

Kalaulah ada sebuah organisasi bisnis di tanah air yang pertumbuhannya tergolong sangat spektakuler, maka Lion Air boleh jadi merupakan salah satu diantaranya. Didirikan pada tahun 2000 silam, dengan hanya modal satu kali penerbangan per hari, kini mereka melayani 200 penerbangan per hari. Itu artinya, hanya dalam sepuluh tahun, volume penerbangan mereka tumbuh sebanyak 200 kali atau 20,000%.

Tentu saja pendapatan bisnis Lion juga turut terbang mengangkasa. Tahun 2009, total pendapatan mereka sekitar 6 trilyun (dan sekali lagi, ini hanya dicapai dalam waktu yang relatif pendek, yakni hanya sepuluh tahun. Tak banyak perusahaan di tanah air yang bisa menembus angka penjualan

6 trilyun hanya dalam 10 tahun berdirinya). Jumlah penumpang Lion tahun lalu menembus angka 13 juta, dan ini artinya menggusur jumlah penumpang Garuda (hanya 8,3 juta), sebuah maskapai yang jauh lebih tua usianya.

Ada beberapa poin mengenai strategi bisnis yang bisa diambil dari kisah spektakuler Lion Air ini. Yang pertama, negara kepulauan seperti Indonesia memang sebuah lokasi yang nyaris sempurna bagi kehadiran sebuah bisnis penerbangan. Dan Lion Air memasuki pasar yang amat menggiurkan itu dengan strategi bisnis yang tergolong baru pada zamannya : low cost airline.

Melalui strategis bisnis low cost itulah, Lion Air kemudian mampu mengejawantahkan tagline-nya yang brilian itu : we make people fly - membuat setiap orang, mulai dari pedagang kain dari Ternate, ibu-ibu rumah tangga dari Medan, petani jeruk dari Pontianak, atau mahasiswa dari Papua, bisa punya kesempatan terbang menembus langit nusantara.

Catatan yang kedua, pertumbuhan bisnis yang fenomenal itu juga segera disertai dengan strategi pembelian armada pesawat baru yang agresif. Dunia penerbangan Asia sungguh Catatan yang kedua, pertumbuhan bisnis yang fenomenal itu juga segera disertai dengan strategi pembelian armada pesawat baru yang agresif. Dunia penerbangan Asia sungguh

Dengan armada yang demikian masif, dan dengan harga tiket yang kompetitif, Lion Air memang ingin terus terbang tinggi, termasuk menguasai langit wilayah Asia (jadi bukan hanya Indonesia). Impian ini mungkin bisa menjadi kenyataan jika, dan hanya jika, mereka melakukan perbaikan dalam dua aspek kunci : manajemen keselamatan dan keramahan pramugari.

Sebagai orang yang hampir tiap minggu pergi dengan pesawat udara (dan jujur saja : naik pesawat adalah salah satu hal yang paling saya benci karena saya takut ketinggian); maka saya melihat masih banyak ruang yang harus diperbaiki oleh Lion Air dalam aspek keselamatan kerjanya.

Acap disana sini saya melihat bagian kecil pesawat yang kelihatannya tidak dipelihara atau dirawat dengan rapi (pegangan kursi yang retak, engsel bagasi yang sidah aus, sabuk pengaman yang macet; ban yang gundul, speaker yang gemerisik suaranya…..). Hal-hal kecil semacam ini biasanya indikasi masalah besar dikemudian hari. Lion Air harus segera menaruh perhatian serius dan dana yang memadai untuk segera meningkatkan mutu pemeliharaan pesawat dan keselamatan aramadanya. Jika tidak, mereka mungkin bisa mengalami nasib tragis seperti Adam Air yang lenyap ke laut itu.

Keramahan pramugari Lion Air saya rasa yang paling buruk di antara maskapai lainnya. Benar, mereka perempuan muda yang segar nan cantik rupawan, namun pelayanan dan keramahan mereka acap sungguh memilukan. Mereka nyaris tak pernah menyapa par a penumpang dengan ―hati‖, dengan Keramahan pramugari Lion Air saya rasa yang paling buruk di antara maskapai lainnya. Benar, mereka perempuan muda yang segar nan cantik rupawan, namun pelayanan dan keramahan mereka acap sungguh memilukan. Mereka nyaris tak pernah menyapa par a penumpang dengan ―hati‖, dengan

Kalau saja saya menjadi pengelola SDM di Lion Air, tentu saja kompetensi pramugari semacam itu harus segera dirombak habis-habisan. Mulai dari soal rekrutmen pramugrasi, pelatihannya hingga sistem remunerasinya.

Kalau saja dua aspek itu, yakni aspek keselamatan kerja serta kualitas layanan pramugrasi bisa dibenahi dengan radikal, maka Lion Air pasti akan bisa terbang lebih tinggi. Dan cita- cita mereka untuk menjadi penguasa langit Asia – dan bukan hanya Indonesia – mungkin bisa menjadi kenyataan.

Industri Rokok Indonesia Sedang Menjemput Kematian?

Dalam wacana manajemen strategi, kita pernah mengenal apa yang disebut sebagai industry competitive analysis. Analisa yang dikenalkan oleh guru strategi Michael Porter ini sejatinya ingin melihat apakah sebuah industri merupakan arena bisnis yang atraktif, atau sebaliknya selalu digelayuti dengan harapan yang tergores, dan karenanya tak layak untuk digumuli.

Industri rokok ditanah air mungkin tengah berada dalam harapan yang tercabik itu : dibalik kepulan asap yang demikian memabukkan, terbentang jalan terjal yang pelan-pelan bisa membuatnya terkapar mati. Seperti nikmatnya asap tembakau yang secara pelahan akan membunuh penghisapnya, para produsen rokok ditanah air mungkin juga tengah meretas jalan yang sama : pelan-pelan mereka akan tersedot dalam asap yang membuat mereka bangkrut dan terbaring tewas.

Make no mistake. Industri rokok di tanah air tetap merupakan sebuah industri yang eksotis dengan jumlah perokok terbesar nomer tiga di dunia (setelah China dan India). Kian tahun juga makin banyak perokok belia yang dengan mudah terseret dalam pusaran asap yang terus menari-nari.

Itulah mengapa Philip Morris (alias Marlboro Man) mencaplok Sampoerna dan kemudian BAT melumat Bentoel. Sebab mereka percaya industri rokok di tanah air masih punya harapan yang gilang gemilang. Sebab mereka percaya, sangat mudah mengelabui rakyat Indonesia untuk masuk dalam jebakan candu yang mereka rajut dengan seringai senyum yang tak kenal ampun.

Para kapitalis asing itu (juga para juragan lokal dari Kediri dan Kudus) akan tertawa terkeh-kekeh setiap kali melihat kepulan asap membakar di setiap sudut pelosok negeri. Mereka tertawa sebab itu artinya mereka berhasil menyedot Para kapitalis asing itu (juga para juragan lokal dari Kediri dan Kudus) akan tertawa terkeh-kekeh setiap kali melihat kepulan asap membakar di setiap sudut pelosok negeri. Mereka tertawa sebab itu artinya mereka berhasil menyedot

But, how long can you go? Sampai kapan seringai senyum kapitalis itu terus menerus menari dibalik kekonyolan para perokok di bumi pertiwi? Sampai kapan para kapitalis rokok global itu terus berdansa dibalik peluh para perokok yang terus ditipunya?

Mungkin tak lama lagi. Mengapa? Ada tiga alasan disini. Yang pertama adalah Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai tindak lanjut dari UU yang menyatakan rokok sebagai zat adiktif. Isi RPP ini antara lain adalah melarang habis iklan rokok dimanapun (baik di media cetak, bilboard yang sekarang ada dimana-mana itu, atau juga sebagai sponsor kegiatan musik, olahraga dll). Jika RPM ini disetujui, industri rokok dan para kapitalis dibaliknya, sungguh akan terkapar dan terluka parah.

Lobi para produsen rokok segera bersatu dan melakukan serangan balik (dan tentu uang milyaran rupiah akan mengalir berceceran sebagai penyedap upaya lobi). Argumen klasik selalu dinyanyikan : nasib ribuan petani tembakau akan terdesak; dan hey, selama ini kami sudah menyumbang cukai triyunan rupiah kepada negara.

(Sumbangan cukai ini sebenarnya dari para perokok, bukan dari produen. Dan asal tahu, uang yang dipakai oleh para perokok buat membeli sebungkus Dji Sam Soe atau A Mild itu ternyata – gilanya – banyak yang diambil dari jatah uang pendidikan anak dan uang makan keluarga sang perokok. Maksudnya, para perokok itu, meskipun miskin dan tidak punya banyak uang, lebih rela menggunakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membayar SPP anak-anaknya, atau membeli lauk yang memadai buat keluarganya. Disini jelas : jutaan perokok yang mayoritas berasal dari kelas (Sumbangan cukai ini sebenarnya dari para perokok, bukan dari produen. Dan asal tahu, uang yang dipakai oleh para perokok buat membeli sebungkus Dji Sam Soe atau A Mild itu ternyata – gilanya – banyak yang diambil dari jatah uang pendidikan anak dan uang makan keluarga sang perokok. Maksudnya, para perokok itu, meskipun miskin dan tidak punya banyak uang, lebih rela menggunakan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk membayar SPP anak-anaknya, atau membeli lauk yang memadai buat keluarganya. Disini jelas : jutaan perokok yang mayoritas berasal dari kelas

Argumen para petani tembakau terdesak juga mitos. Jika RPP itu diberlakukan, permintaan tembakau tetap akan ada. Bahkan selama ini para produsen rokok Indonesia harus mengimpor tembakau (!) dari China karena kekurangan pasokan dari dalam negeri).

Alasan kedua mengapa industri dan bisnis rokok di tanah air akan mengalami penurunan adalah ini : kesadaran gaya hidup sehat yang terus tumbuh. Lihatlah tren olah tubuh yang kian banyak merasuk dalam gaya hidup masyarakat masa kini : ada yang rajin bersepeda ke kantor, giat melakukan futsal, atau juga tekun ber-gym ria untuk membuat tubuh selalu sehat. Semoga saja kesadaran ini membuat orang makin menjauhi pekatnya asap rokok yang membius dan mematikan itu.

Banyak pihak yang kemudian juga berharap agar kesadaran itu membuat gerakan serentak : yakni menjadikan para perokok sebagai pesakitan yang layak dijauhi karena membuat lingkungan tidak sehat. Dulu, ketika saya sekolah di Amerika, saya melihat hal itu terjadi : teman-teman saya yang perokok – dan jumlahnya sedikit sekali – pelan-pelan selalu dijauhi karena dianggap hanya membawa asap rokok yang penuh racun. Akibatnya jelas : para perokok itu menjadi terisolasi dan terkucil dari lingkaran pergaulan.

Alasan terakhir : makin banyak gerakan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat yang menekan ruang gerak industri rokok. Beberapa diantaranya bahkan membuat langkah Alasan terakhir : makin banyak gerakan masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat yang menekan ruang gerak industri rokok. Beberapa diantaranya bahkan membuat langkah

Dalam sejumlah riset neurologi, ternyata slogan bahaya merokok itu justru mendorong orang untuk makin banyak merokok ! Setelah diteliti ternyata ada bagian sel saraf otak yang cenderung mendorong orang melakukan hal kebalikan dari apa yang tertera dalam sebuah peringatan (termasuk peringatan bahaya merokok). Jadi para penelit itu berkesimpulan, kalimat bahaya merokok itu justru menguntungkan para produsen rokok. Nah lho.

Sebaliknya, dalam sejumlah eksperimen iklan, digambarkan para produsen rokok sebagai monster yang rakus dan merampas hak masa depan anak-anak; dan harus dilawan oleh sekumpulan anak muda yang idealis dan memperjuangkan nasib masyarakat. Ajaibnya, ketika iklan eksperimen ini ditayangkan, jumlah anak muda yang merokok turun drastis. Alasannya jelas : bagi anak muda yang tengah mencari jati dirinya, citra anak muda idealis yang melawan kemungkaran itu bagaikan hero yang menancap di benaknya. Sebaliknya mereka juga malu untuk merokok sebab itu artinya menyamakan mereka dengan monster rakus yang mencabik nasib dan masa depan anak-anak (kalau saja saya punya uang banyak, saya akan menayangkan iklan ini di televisi dan koran- koran. Dijamin angka penjualan A Mild dan Djarum Super

pasti akan menurun drastis….). Demikianlah tiga alasan kunci mengapa industri rokok di tanah air tengah berkemas menuju ladang pembantaian yang mematikan. Selama ini pelan-pelan mereka telah membunuh jutaan perokok di tanah air menuju alam baka (jumlah orang yang mati karena kegiatan teroris di tanah air sungguh tak ada bandingannya dibanding mereka yang gugur lantaran asap pasti akan menurun drastis….). Demikianlah tiga alasan kunci mengapa industri rokok di tanah air tengah berkemas menuju ladang pembantaian yang mematikan. Selama ini pelan-pelan mereka telah membunuh jutaan perokok di tanah air menuju alam baka (jumlah orang yang mati karena kegiatan teroris di tanah air sungguh tak ada bandingannya dibanding mereka yang gugur lantaran asap

Mungkin harus tiba saatnya, industri rokok Indonesia menemui nasib seperti korbannya : terjerat asap yang

membius dan pelan-pelan membawa mereka menuju sakaratul maut.

Ranking Perusahaan Terbesar Sedunia

Perusahaan apa saja yang masuk dalam ranking top ten perusahaan terbesar sedunia? Setiap tahun majalah bisnis Fortune mempublikasikan daftar ranking 500 perusahaan terbesar sedunia dilihat dari nilai penjualannya (sales revenue). Mereka menyebutnya sebagai Global-500. Sementara untuk daftar 500 perusahan terbesar se-Amerika, mereka menyebutnya Fortune 500.

Daftar perusahaan terbesar se-dunia ini sering menjadi rujukan penting untuk menelisik denyut dan laju perekonomian global. Adapun ranking top ten perusaaan terbesar sejagat adalah sebagai berikut.

1. Wal-Mart Stores (revenue : Rp 3230 trilyun dan profit bersih Rp 104 trilyun)

2. Exxon Mobil (revenue: Rp 3195 trilyun dan profit bersih Rp 363 trilyun)

3. Royal Dutch Shell (revenue : Rp 2933 trilyun dan profit bersih Rp 234 trilyun)

4. BP (revenue Rp 2524 trilyun dan profit bersih Rp 202 trilyun)

5. General Motors (revenue : Rp 1908 trilyun dan rugi Rp 18 trilyun)

6. Toyota Motors (revenue: Rp 1884 trilyun dan profit bersih Rp 129 trilyun)

7. Chevron (revenue : Rp 1845 trilyun dan profit bersih Rp 158 trilyun)

8. DaimlerChrysler (revenue :Rp 1750 trilyun dan profit bersih Rp 37 trilyun)

9. ConocoPhillips (revenue : Rp 1587 trilyun dan profit bersih Rp 143 trilyun)

10. Total (revenue Rp 1549 trillyun dan profit bersih Rp 136 trilyun)

Yang menduduki peringkat pertama adalah Wal-Mart, sebuah perusahaan retail raksasa yang dalam skala global menjadi rival paling berat bagi Carrefour. Total pendapatannya adalah sebesar……Rp 3230 trilyun (lebih dari tiga kali lipat APBN Indonesia!).

Dari ranking top ten ini terdapat beberapa poin yang layak dicatat. Pertama, dominasi oil companies sangat menonjol. Terdapat enam perusahaan minyak yang menduduki peringkat top ten, mulai dari Exxon, BP, Shell, Chevron (di Indonesia dulu dikenal dengan nama Caltex), hingga ConocoPhillips dan Total. Semua nama ini memiliki usaha di tanah air. Dan akibat bonanza dari harga minyak yang melambung, keenam perusahaan minyak global itu memperoleh profit yang sungguh mencengangkan. Exxon misalnya menangguk profit bersih sebesar Rp 363 trilyun ! (uang sebanyak ini rasanya cukup untuk membangun jalan tol memanjang dari Aceh hingga Papua……).

Catatan kedua adalah menyeruaknya perusahaan Toyota Motor dari Jepang dalam peringkat keenam. Untuk perusahaan otomotif global, sekarang memang Toyota (dengan total penjualan sebesar Rp 1884 trilyun) telah menjadi nomer dua setelah General Motors. Toyota juga jauh meninggalkan DaimlerChrysler (produsen Mercedes Benz) baik dari segi nilai penjualan ataupun dari aspek profit yang dihasilkan. Pada tahun lalu, Toyota Motor menangguk profit bersih sebesar Rp 129 trilyun…..(kalau Anda memiliki mobil bermerk Toyota, nah berarti Anda ikut menyumbang atas pencapaian laba yang amat menggiurkan itu…..). Laba bersih Toyota ini hampir empat kali lipat keuntungan perusahaan Daimler Benz yang ―hanya‖ menangguk profit sebesar Rp 37 trilyun. Ini juga merupakan pertanda kinerja bisnis Toyota jauh lebih impresif dibanding dengan pesaingnya yang dari Jerman itu.

Catatan terakhir, ternyata tidak ada satupun perusahaan Indonesia yang masuk dalam dalam daftar Global - 500 .

Perusahaan terbesar di Indonesia yakni Pertamina hanya memiliki nilai penjualan total sebesar Rp 350 trilyun (artinya hanya sekitar sepersepuluh Exxon), dan ini ternyata belum cukup untuk bisa hinggap dalam daftar. Karena itu perusahaan sekelas Astra atau Telkom yang sales revenue-nya hanya berkisar pada angka Rp 60 – 70-an trilyun per tahun – juga masih jauh untuk bisa masuk dalam daftar Global 500. Mungkin pada tahun 2100 baru ada perusahaan Indonesia yang bisa masuk dalam daftar. Namun di tahun itu, kita semua barangkali sudah keburu masuk liang kubur….

Pelajaran Strategi dari Singapore Girl

Singapore Airlines (SIA) tak pelak merupakan one of the greatest brands dalam blantika bisnis global. Perusahaan asal negeri singa ini dikenal sebagai salah satu maskapai penerbangan terbaik di dunia, baik dalam kinerja keuangan ataupun peringkat kepuasan pelanggan, mengalahkan sejumlah airliner top lainnya seperti British Airways, Fly Emirates, dan Qantas. Kisah kecemerlangan Singapore Airlines boleh jadi merupakan sebuah narasi tentang kejeniusan strategi bisnis dan juga praktek manajemen kelas dunia. Lalu, pelajaran manajemen apa yang bisa kita petik darinya?

Jika dieksplorasi secara mendalam, setidaknya terdapat tiga poin pembelajaran yang mungkin bisa dipetik dari kisah kegemilangan bisnis Singapore Airlines, yakni : sentuhan pelayanan yang sungguh ekselen, inovasi tiada henti, dan keunggulan teknologi. Mari kita telisik satu persatu.

Tema yang pertama berkisah tentang proses pelayanan (terutama pengalaman dalam kabin pesawat) yang selalu dibentangkan dengan amat prima oleh para awak kabin kepada segenap penumpang pesawat. Itulah rangkaian pelayanan yang dipersonifikasikan dalam sosok Singapore Girl : sosok gadis rupawan bernuansa oriental, anggun nan ramah, dalam balutan busana batik melayu rancangan Pierre Balmain, perancang adi busana dari Perancis. Dalam setiap kampanye periklanannya, pihak SIA secara konsisten selalu menonjolkan aura Singapore Girl sebagai simbolisasi pelayanan personal yang sungguh ekselen. Dengan kata lain, sosok Singapore Girl telah dijelmakan sebagai ikon dengan mana jaminan pelayanan dan pengalaman penerbangan yang menggetarkan hendak digelarkan.

Toh, dibalik sosok penampilan yang elegan itu, pihak SIA juga memberikan ribuan jam pelatihan yang sistematis kepada segenap awak kabinnya. Melalui learning center yang Toh, dibalik sosok penampilan yang elegan itu, pihak SIA juga memberikan ribuan jam pelatihan yang sistematis kepada segenap awak kabinnya. Melalui learning center yang

Tema kedua yang telah menopang kejayaan SIA adalah upaya mereka untuk selalu melakukan inovasi – terutama dalam soal in-flight services. Pihak SIA-lah yang pertama kali memperkenalkan personal entertainment system dan video-on- demand dalam setiap kursi pesawatnya. Mereka menyebutnya sebagai Krisworld. Mereka juga yang pertama kali memperkenalkan konfigurasi tempat duduk yang bisa dibentangkan secara sempurna sehingga kita bisa tidur leluasa diatasnya. Dan kini, dengan kedatangan jumbo rakasasa Airbus A-380, mereka memperkenalkan kelas suite pertama dalam dunia penerbangan komersial – sebuah kelas yang dirancang persis dengan kamar hotel berbintang, lengkap dengan kompartemen khusus (ah lalu terpikir, mungkin asyik juga ber- honey moon di kelas suite itu – dalam penerbangan delapan jam Singapore – Sydney….:)

Tema ketiga yang telah menjadi tonggak keberhasilan SIA adalah ini : sebuah kiat untuk selalu menggunakan pesawat-pesawat jenis baru. Dalam industri penerbangan komersial dunia, SIA dikenal sebagai maskapai dengan umur rata-rata pesawat yang paling muda (rata-rata pihak SIA menjual pesawatnya setelah dipakai selama 8 tahun; bandingkan dengan maskapai domestik yang usia pesawatnya bahkan mencapai umur 20 tahun). Strategi ini diambil dengan dua tujuan. Yang pertama untuk penghematan, sebab memelihara pesawat yang usianya muda jauh lebih efisien dan murah dibanding merawat pesawat yang sudah uzur usianya.

Dalam jangka panjang, pola ini telah menghasilkan penghematan yang luar biasa bagi kinerja keuangan SIA.

Tujuan lain dari pemakaian pesawat yang muda usianya adalah untuk membangun reputasi sebagai maskapai penerbangan yang unggul. Citra maskapai yang modern langsung terpantul sebab semua jajaran pesawat SIA selalu merupakan seri terbaru – baik yang diproduksi Boeing, seperti seri 777 (dan sebentar lagi seri 787) ataupun yang dihasilkan oleh Airbus. Dan cerdiknya, SIA selalu berusaha untuk menjadi penerbang perdana dari setiap jumbo jet yang diproduksi oleh Boeing ataupun Airbus (seperti yang dicontohkan dalam penerbangan pertama pesawat rakasasa Airbus A 380). Maksudnya jelas : dengan menjadi penerbang perdana, mereka akan bisa meraup publikasi yang amat luas dari beragam media masa global (coba, media mana yang tidak memberitakan proses penerbangan perdana Singapore Airlines dengan Airbus A 380?). Dan publikasi gratis ini sungguh merupakan berkah yang amat positif bagi penegasan citra SIA sebagai maskapai pioner.

Melalui tiga tema strategis itu – yakni tentang pelayanan yang ekselen, inovasi tiada henti dan keunggulan teknologi – Singapore Airlines selalu berikhtiar untuk memberikan pengalaman penerbangan yang mengesankan. Dan dengan sosok Singapore Girl yang selalu menyapa hangat, siapa yang tak ingin terbang menembus langit bersamanya?

BAB V

MANAGEMENT BOOKS

3 Perusahaan yang Mengubah Dunia

Perusahaan atau korporasi kini tampaknya telah menjadi entitas yang sangat dekat dengan keseharian kita. Sejak dari bangun di keheningan fajar hingga kembali terlelap dalam kegelapan malam, kita senantiasa ditemani dengan beragam produk dari beragam merek dan perusahaan.

Demikianlah, ketika bangun pagi dan dan beranjak ke kamar mandi, kita mungkin segera disergap dengan sabun mandi Lifebouy dan pasta gigi Pepsodent produksi Unilever. Lalu, kita sarapan sereal dan minum susu dari Nestle. Kita kemudian berangkat ke kantor, mungkin dengan naik Grand Livina dari Nissan, sembari mendengarkan musik melalui audio Kenwood dengan alunan CD produksi Sony BMG.

Di kantor kita segera menyalakan komputer bermerk Acer, membuka aplikasi email produksi Microsoft Outlook serta memprint laporan dengan kertas PaperOne di printer merk Hewlett Packard. Siang-siang, kita bersama teman makan siang di Hoka-hoka Bento, ber-sms ria melalui ponsel Nokia sambil minum teh Botol Sosro.

Senja hari kita pulang ke rumah, sesampai dirumah leyeh-leyeh sambil nonton channel RCTI dari televisi merk Samsung. Saat makan malam kita mungkin ditemani sayur mayur yang kemarin dibeli dari Carrefour dan segelas air mineral produksi Aqua. Malam merambat, dan kemudian kita beranjak tidur sambil tak lupa mematikan lampu neon merk Phillips.

Hidup kita memang tak lagi bisa dipisahkan dari beragam merk yang mengitari kita. Dan kita tahu, semua produk dan merk itu dibangun oleh sebuah perusahaan. Oleh sebuah business company. Paparan diatas dengan segera juga menyadarkan kita betapa entitas perusahaan telah memberikan pengaruh yang sedemikian mendalam dalam setiap relung kehidupan kita.

Pikiran semacam itulah yang menggelayut di kepala saya ketika melihat sebuah buku bertajuk Companies that Changed the World. Sejarah dunia kini barangkali memang banyak ditentukan oleh dinamika perusahaan bisnis. Wajah perdaban manusia mungkin kian pekat diwarnai oleh motif bisnis yang menggerakkan jutaan perusahaan itu.

Dan memang, dibalik spirit untuk membentangkan profit yang melimpah, terdapat sejumlah perusahaan yang melalui perannya benar-benar telah merubah dunia. Inilah barisan perusahaan yang dengan gigih telah memberikan sumbangan penting bagi peradabahan manusia – for better or worse.

Dalam buku itu diulas mengenai 50 perusahaan dunia yang telah memberikan peran merubah jagat dimana kita tinggal. Dalam kolom ringkas ini saya hanya akan mendedahkan kisah tiga diantaranya. Tiga perusahaan yang menurut saya telah memberikan sumbangan amat penting bagi kemajuan zaman dan kehidupan umat manusia. Lalu, siapa saja tiga perusahaan legendaris ini?

Yang pertama tentu saja adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh anak muda dari kota Seattle yang kena DO dari Harvard. Jutaan pekerja kantoran di segenap penjuru langit barangkali memulai hari kerjanya dengan membuka aplikasi keluaran perusahaan ini – entah dalam bentuk aplikasi email, excel, word ataupun sekedar membuka program windows.

Ya, Microsoft – melalui produk office-nya yang mendominasi pasar aplikasi kantoran – tak pelak telah memberikan sumbangan yang amat berarti bagi peningkatan produktivitas jutaan manusia sejagat. Tak terbayang betapa orang jaman dulu bekerja sebelum ada komputer dan program office. Mereka mengetik dengan mesin ketik yang cetak cetok itu, plus kertas karbon hitam yang belepotan (sebelum ada printer dan teknik copy paste). Betapa ―indahnya‖ masa lalu itu……

Perusahaan legendaris kedua adalah yang produknya barangkali sekarang ada di kantong baju Anda. Perusahaan asal Finlandia ini memang merupakan pioner teknologi GSM yang menjadi cikal bikal meledaknya produk ponsel di seluruh dunia. Nokia barangkali memang representasi dari inovasi teknologi ponsel — salah satu temuan teknologi terpenting dalam era modern ini. Produk ponsel – dan Nokia sebagai salah satu pionernya – tak pelak telah merubah cara kita berkomunikasi, dan juga cara kita membangun relasi dengan orang lain.

Perusahaan yang terakhir adalah sebuah pabrikan yang didirikan anak muda jebolan teknik mesin dari kota Tokyo di Jepang. Sejak muda ia selalu bermimpi bisa membuat kendaraan kecil yang bisa membuat orang melakukan perjalanan dengan cepat dan praktis. Anak muda yang punya impian indah itu adalah Soichiro Honda, dan kelak kita mengenal produk sepeda motor legendaris bermerk Honda. Dan kini, tiap pagi, kita melihat konvoi ribuan sepeda motor Honda meliuk-liuk di jalanan, menembus angin, dan berperan menjadi angkutan yang praktis dan murah bagi rakyat kebanyakan.

Demikianlah tiga produk dari tiga perusahaan yang saya kira telah berperan merubah dunia. Aplikasi Windows, ponsel Nokia, dan sepeda motor Honda telah merubah cara kita menjalani hidup dan juga cara kita bekerja. Ketiga produk ini dengan caranya masing-masing telah ikut membentuk wajah

peradaban manusia.

The Toyota Way: Proses Membangun Perusahaan Kelas Dunia

Kini Toyota telah menjelma menjadi perusahaan mobil terbesar di dunia – melibas pabrikan raksasa seperti General Motor, Volkswagen ataupun Peugeot. Salah satu dimensi kunci yang membuat nama Toyota menjadi demikian harum barangkali adalah kualitas produk yang dihasilkannya.

Darinya kita mengenal konsep seperti Toyota Lean Manufacturing, Kaizen (perbaikan berkelanjutan) ataupun juga ―just in time inventory‖. Dari sinilah kemudian, kita juga mengenal beragam merk mobil dengan kualitas kelas dunia, mulai dari sang legenda Totoya Camry, Toyota Fortuner hingga Lexus.

Lalu, rahasia apa yang membuat nama Toyota terus menjulang? Tulisan kali ini mencoba mengeksplorasi jawabannya.

Dan jawaban itu mungkin secara komprehensif dapat disimak dalam sebuah buku yang amat memikat berjudul The

Toyota Way : 14 Management Principles from the World’s

Greatest Manufacturer yang ditulis oleh Jeffrey Liker. Dalam buku ini dibentangkan sejumlah prinsip kunci yang membuat Toyota menjadi apa yang seperti kita kenal saat ini. Dalam kesempatan ini kita akan mencoba menengok empat prinsip diantarata.

Prinsip pertama yang membuat Toyota menjadi legenda adalah ini : long term philosophy. Atau sebuah prinsip yang senantiasa disandarkan pada filosofi jangka panjang. Mereka selalu mencoba mengambil keputusan manajemen berdasar perspektif jangka panjang, dan bukan sekedar demi keuntungan finansial jangka pendek semata.

Kisah riset mereka untuk menghasilkan mobil hibrid pertama di-dunia dengan merk Toyota Prius misalnya; dibangun dengan pemikiran janga panjang akan masa depan Kisah riset mereka untuk menghasilkan mobil hibrid pertama di-dunia dengan merk Toyota Prius misalnya; dibangun dengan pemikiran janga panjang akan masa depan

Prinsip kedua yang juga mereka jalankan adalah : The Right Process Will Produce the Right Results. Inilah sebuah filosofi yang banyak mendasari

proses produksi (manufacturing) Toyota yang legendaris. Dalam prinsip ini mereka selalu mencoba membangun sebuah proses produksi yang sempurna demi menghasilkan beragam produk mobil dengan mutu yang tak terkalahkan.

Disinilah lalu dikenal sejumlah pendekatan semacam heijunka atau sebuah ikhtiar untuk membangun proses produksi yang mampu meminimalkan waste; serta tidak memberikan beban berlebihan kepada mesin ataupun tenaga manusia (overburden process). Pendekatan lain yang juga muncul adalah kaizen atau sebuah upaya terus menerus untuk melakukan perbaikan (constant improvement) melalui standarisasi proses yang sistematis dan mudah di-observasi.

Prinsip ketiga Toyota Way adalah : Add Value to the Organization by Developing Your People. Melalui prinsip ini Toyota senantiasa mendedikasikan sumber daya yang melimpah untuk pengembangan kompetensi para karyawannya. Para leader dan teknisi terus digodok hingga tingkat master. Para master inilah yang kemudian akan memastikan bahwa setiap Lexus atau Camry yang diproduksi, semuanya sesuai dengan acuan standar mutu yang telah ditetapkan.

Yang menarik, proses pengembangan SDM ini juga dilakukan secara intensif kepada para mitra (supplier) Toyota. Mereka mengenalnya sebagai Toyota Supply Chain Network. Setiap supplier yang ada dalam alur ini selalu mendapatkan

semacam ―intervensi pelatihan dan pengembangan‖ dari

Toyota untuk memastikan semua mitra tersebut memiliki mutu SDM dan produk yang sejajar dengan standar Toyota.

Prinsip keempat atau terakhir yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang : Continuously Solving Root Problems to Drive Organizational Learning. Dalam prinsip ini kita dikenalkan dengan pendekatan Toyota yang berbunyi : Genchi Gebutsu (atau sebuah prinsip yang mengajak kita untuk selalu ―turun ke lapangan‖ dan melihat proses secara menyeluruh demi memahami situasi/akar masalah dengan lebih komprehensif). Melacak akar masalah – dan bukan sekedar gejala atau simptom – adalah kunci bagi terbangunnya sebuah proses operasi yang ekselen, dan juga keunggulan kinerja.

Tak pelak buku The Toyota Way ini menawarkan beragam pelajaran yang menarik tentang bagaimana membangun sebuah perusahaan dengan kinerja unggul. Jika kita belum sanggup membeli sebuah sedan Lexus, mungkin buku ini bisa menjadi semacam hiburan berharga tentang bagaimana merancang sebuah mobil dan perusahaan kelas dunia.

4 Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja

Barangkali Anda sudah pernah mendengar anekdot ini. Alkisah, di sebuah pameran International Neurology Expo di Singapore dijual replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan Amerika. Dalam daftar harga, tertera otak manusia Indonesia berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung dari tanah air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa otak orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang dipakai, begitu jawaban sang penjaga stan.

Anekdot itu terngiang kembali di otak saya ketika minggu lalu saya membaca sebuah buku bertajuk Brain Rules : Principles for Thriving at Work, Home and School. Buku yang ditulis oleh John Medina, salah satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi. Disini kita hanya mencoba menjenguk empat aturan diantaranya.

Rule 1 : Exercise Does Enhance Your Brain. Ya, berolahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif ternyata memberikan impak yang amat besar bagi kesehatan otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan berolahraga.

Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin layar komputer otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat pikun kelak ketika berusia lanjut. Ini persis seperti minggu lalu ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah saya yang baru berusia 60-an tahun. Opa satu ini sejak muda nyaris tak pernah olahraga, demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi mengenali saya ketika saya datang bertandang ke rumahnya Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin layar komputer otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat pikun kelak ketika berusia lanjut. Ini persis seperti minggu lalu ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah saya yang baru berusia 60-an tahun. Opa satu ini sejak muda nyaris tak pernah olahraga, demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi mengenali saya ketika saya datang bertandang ke rumahnya

Anda tidak ingin tulalit seperti itu kan? So, do exercise every single morning. Rasakan kesegaran udara di pagi hari, dan jangan pernah biarkan otak Anda mati sebelum waktunya.

Rule 2 : Multitasking is a myth. Multitasking itu hanyalah mitos. Sebab, menurut John Medina, otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel. Itulah mengapa, mengemudikan mobil sambi berhaha-hihi via ponsel langsung meningkatkan resiko kecelakaan hingga 9 kali lipat. Dan itulah mengapa, melakukan

sambil berkali-kali mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50 % lebih lamban.

penyelesaian

tugas

Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status

via Facebook; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian meningkat secara dramatis. Karena itu, usahakanlah agar selalu mengerjakan tugas secara fokus dan bertahap serta semuanya digarap secara sistematis.

Rule 3 : Ten Minutes Attention Span. Medina bilang, ketika mendengarkan presentasi, ceramah, kuliah, atau mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit. Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan. Jadi kalau ada orang yang nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.

So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10 So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10

Rule 4 atau yang terakhir adalah ini: classroom and

cubicle are brain destroyers. Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.

Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!). Ruang cubicle kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.

Jadi bayangkanlah : selama bertahun-tahun (lebih dari 15 tahun!) kita menghabiskan waktu kita di ruang kelas yang monoton nan membosankan. Dan kini, ketika kita bekerja, kita kembali disekap bertahun-tahun dalam ruang cubicle yang juga tidak banyak menawarkan ruang kreasi secara optimal. Dengan kata lain, selama puluhan tahun otak kita dikunci dalam dua lingkungan statis itu, dan jarang dipakai secara maksimal.

Jadi sungguh tak heran, kenapa otak kita harganya paling mahal……..

5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa

Corporate strategy atau business strategy tak pelak merupakan salah satu disiplin ilmu yang amat penting bagi dinamika pertumbuhan sebuah entitas bisnis. Kisah kebesaran Apple, Nokia, Toyota, Nike dan lain-lainnya tentu sebagian disebabkan oleh kejelian mereka dalam merumuskan arah strategis bisnis secara tepat. Disini, kemahiran dalam meracik strategi akan sangat menentukan arah masa depan : apakah organisasi bisnis kita bisa tetap menjulang atau tergeletak mati digilas roda persaingan.

Lalu, kira-kira buku strategi mana yang layak dianggap terbaik sepanjang sejarah? Dalam pertumbuhannya yang pesat sejak tahun 60-an, ilmu strategi (atau strategic management) memang telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang layak dikenang. Berikut daftar lima buku yang saya kira layak dinobatkan sebagai 5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa (untuk daftar 5 buku manajemen terbaik bisa dibaca DISINI). Kelimanya ditulis oleh giant thinkers dalam disiplin ilmu manajemen strategi. Berikut daftar lima buku itu.

Competitive Strategy karya Michael Porter

Oke, buku ini mungkin sudah terlanjur menjadi semacam kitab suci bagi para business strategic thinkers. Dan penulisnya, Michael Porter juga telah dinisbatkan menjadi sang dewa strategi. Melalui bukunya ini, Porter – yang berlatar belakang ekonomi industri – memang telah meletakkan dasar yang amat penting bagi pertumbuhan ilmu manajemen strategi di kemudian hari. Ajarannya tentang five competitive forces dan competitive strategy model telah menjadi rujukan dimana- dimana. Meski telah banyak dikritik (lantaran pendekatannya dianggap terlalu statis) buku ini tak pelak merupakan salah satu buku terpenting dalam ranah ilmu strategi.

Hypercompetition

karya

Richard D’aveni

Dibanding empat buku strategi yang saya sebut disini, saya Dibanding empat buku strategi yang saya sebut disini, saya

Blue Ocean Strategy karya W. Chan Kim dan Renée Mauborgne

Buku yang menjadi best seller dimana-mana ini memang menyajikan sebuah gagasan yang cerdik. Saya suka dengan analisanya mengenai strategy canvas yang membantu kita untuk mendeteksi seberapa merah samudera bisnis yang tengah kita geluti. Analisanya mengenai Four Action Framework juga sangat aplikatif dan memudahkan kita untuk mengidentifikasi blue ocean market yang potensial untuk kita selami.

Strategy Process karya Henry Mintzberg et.al.

Henry Mintzberg, salah satu penulis buku ini merupakan penulis yang layak dikagumi. Gaya menulisnya indah dan tajam, gabungan khas antara dunia manajemen, sosiologi dan sedikit sentuhan estetis sastra. Buku strategi yang ditulisnya ini mengajukan sebuah premis penting: proses permusan strategi bisnis sejatinya tidak berjalan secara linear mengikut pola yang runtut dan baku; namun benar-benar bersifat random dan tak terduga. Buku ini tak pelak mencoba menawarkan sebuah pendekatan yang dekat dengan realitas keseharian para eksekutif bisnis; dan itu memberikan sebuah cerminan yang saya kira lebih realistik mengenai praktek manajemen strategi.

Strategy Maps karya Kaplan dan Norton. Dilihat dari sisi kedekatan dengan profesi saya yang banyak bergerak dibidang corporate performance management, buku ini Strategy Maps karya Kaplan dan Norton. Dilihat dari sisi kedekatan dengan profesi saya yang banyak bergerak dibidang corporate performance management, buku ini

Demikianlah lima buku strategy yang kira-kira layak dikategorikan sebagai the best strategy books. Kalaulah sampeyan belum sempat membacanya, silakan luangkan waktu sejenak untuk mencoba menekuni buku-buku bagus ini.

5 Buku Terbaik dalam Bidang Personal Development

Kini kian banyak buku-buku yang bertema personal development (self help, self-motivation atau sejenisnya) yang diterbitkan. Cobalah datang ke Gramedia, dan segera Anda akan disergap puluhan buku tentang ―how-to‖ yang banyak diantaranya menghias rak paling depan. Anda mungkin jadi bingung dengan puluhan judul buku yang berlomba-lomba merebut perhatian Anda melalui aneka judul yang menarik dan bombastis.

Jangan khawatir. Dibawah ini akan dipaparkan lima buku tentang personal development yang kira-kira layak dipilih sebagai 5 Best Personal Development Books of All Times. Pilihan ini mungkin bersifat subyektif, namun seperti pemilihan lima buku terbaik bidang manajemen (yang bisa Anda baca disini) terdapat dua kriteria yang dijadikan dasar. Yang pertama, buku itu mesti memberikan sumbangan yang signifikan bagi praktek manajemen pengembangan diri (self- development). Dan kedua, ide yang digagas dalam buku itu tetap relevan hingga hari ini, dan kiranya tetap akan relevan hingga masa-masa jauh di depan.

Oke, tanpa perlu berpanjang-panjang, inilah daftar 5 Buku Terbaik Sepanjang Masa dalam bidang Personal Development.

1. How to Win Friends & Influence People. By : Dale Carnegie

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1936 tapi ide brilian yang terangkum dalam buku rasanya akan tetap relevan sepanjang sejarah peradaban manusia. Tema pokok yang ingin disampaikan dalam buku ini sebenarnya simpel, namun bersifat fundamental : bagaimana cara praktis membangun relasi yang positif dengan orang lain.

Disajikan secara praktis dan penuh dengan ilustrasi yang inspiratif, buku ini benar-benar memberikan kontribusi yang signifikan bagi proses pengembangan relasi antar-manusia. Baca buku ini, dan believe me, cara Anda berhubungan dengan orang lain (dengan pasangan hidup, anak, famili, atau rekan kerja) akan berubah untuk selamanya.

2. The Power of Positive Thinking. By : Norman Vincent Peale

Norman Vincent Peale, penulis buku ini, rasanya layak ditasbihkan sebagai dewa diantara guru motivasi yang kini bertebaran dimana-mana, mulai dari Anthony Robbins, Napoleon Hill, Brian Tracy, hingga Tung Desem Waringin. Dan buku ini benar-benar menunjukkan kepiawaian Norman sebagai dewa motivasi yang jenius. Melalui sajian yang jernih, buku ini mengajak Anda untuk menatap masa depan dengan penuh optimisme, dengan spirit yang terus menyala, dan dengan sebuah keyakinan bahwa kesuksesan sejati adalah sebuah keniscayaan. Sebab, merujuk moto inspiratif Norman: You Can If You Think You Can !!

3. Flow: The Psychology of Optimal Experience. By Mihaly Csikszentmihalyi

Ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1991 silam, buku ini langsung menggegerkan kalangan pemerhati human performance. Berbeda dengan kebanyakan buku self-help yang cenderung bersifat praktikal, buku ini memang hasil riset akademis yang panjang dari penulisnya untuk mengetahui faktor kunci yang paling berperan bagi optimalnya sebuah kinerja.

Kesimpulan dari riset itu adalah ini : hasil terbaik hanya akan dapat diraih ketika seseorang mengalami flow atau hanyut dan meleburkan diri secara total dengan apa yang tengah ia kerjakan. Dinarasikan dengan memikat dan ditopang dengan Kesimpulan dari riset itu adalah ini : hasil terbaik hanya akan dapat diraih ketika seseorang mengalami flow atau hanyut dan meleburkan diri secara total dengan apa yang tengah ia kerjakan. Dinarasikan dengan memikat dan ditopang dengan

4. The 7 Habits of Highly Effective People. By : Stephen R. Covey

Ditengah ribuan buku personal development yang terus membanjiri pasar, buku ini rasanya tetap yang paling menarik – stands out among the crowd. Dan buku personal development ini mungkin juga paling banyak dikenal orang. Buku ini pada dasarnya mencoba mengagas tujuh elemen kunci untuk menjadi pribadi yang efektif, yakni : Be Proactive, Begin with the End in Mind, Put First Things First , Think Win/Win, Seek First to Understand Then to be Understood, Synergise dan Sharpen the Saw.

Kekuatan buku ini mungkin terutama terletak pada bagaimana ketuju elemen diatas dielaborasi secara tajam dan disertai dengan eksplanasi yang sistematis dan elegan. Lewat buku ini, Stephen Covey tak pelak telah mampu mentasbihkan dirinya menjadi salah satu ikon terpenting dalam sejarah manajemen modern.

5. The Book of Virtues : A Treasury of Great Moral Stories (by Willian J. Bennet)

Sebuah buku yang benar-benar luar biasa. Berisikan serangkaian narasi mengenai kisah-kisah yang sarat dengan kebajikan dan nilai-nilai moralitas. Sebuah buku yang memberikan wawasan yang amat mencerahkan mengenai proses penumbuhan pribadi yang berkarakter luhur dan dinaungi spirit integritas yang mulia.

Buku ini disajikan melalui beraneka kisah dan ilustrasi; serta dihamparkan melalui serangkaian eksplorasi pengetahuan yang penuh daya pukau. Tak pelak buku tentang kebajikan ini dengan amat gemilang telah memenuhi dua tugas pokok Buku ini disajikan melalui beraneka kisah dan ilustrasi; serta dihamparkan melalui serangkaian eksplorasi pengetahuan yang penuh daya pukau. Tak pelak buku tentang kebajikan ini dengan amat gemilang telah memenuhi dua tugas pokok

Demikianlah, lima buku personal development yang layak dinobatkan sebagai best of all times. Deretan lima buku yang mungkin telah memberikan begitu banyak pengaruh bagi arah hidup jutaan umat manusia di segenap penjuru jagat. Kita hanya bisa berdoa semoga kelima penulis buku inspiratif ini selalu dilimpahi keberkahan oleh Sang Maha Pencipta.

5 Buku Manajemen Terbaik Sepanjang Masa

Setiap tahun ribuan buku manajemen diterbitkan dan didistribusikan. Sebagian menjelma menjadi best-sellers, sebagian lainnya hanya teronggok disudut terpencil rak-rak toko buku, dan sebagian besar lainnya segera dilupakan orang.

Lalu, LIMA buku manajemen apa yang kira-kira layak dinobatkan sebagai the best of all times, buku manajemen terbaik sepanjang masa?

Pilihan yang saya lakukan disini mungkin tidak lepas dari elemen subyektivitas; namun setidaknya terdapat dua acuan kriteria penting yang dijadikan dasar. Yang pertama, buku itu mesti memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan ilmu dan praktek manajemen. Dan kedua, ide yang digagas dalam buku itu tetap relevan hingga hari ini, dan kiranya tetap akan relevan hingga masa-masa jauh di depan.

Tanpa perlu berpanjang-panjang lagi, inilah 5 buku manajemen yang saya kira layak dinobatkan sebagai buku manajemen terbaik sepanjang masa.

1. The Practice of Management by Peter F. Drucker

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1954, namun isinya tetap memiliki relevansi yang kuat dengan realitas manajemen mutakhir, dan boleh jadi akan tetap relevan hingga beberapa dekade mendatang. Isi buku ini secara jernih dan tajam mengeksplorasi tiga tema sentral dalam manajemen : managing business, managing managers; dan managing employees and works. Lewat analisanya yang jitu dan mendalam, buku ini tak pelak telah memberikan batu pijakan yang sedemikian kokoh bagi perkembangan praktek manajemen.

Semua buku yang ditulis Peter Drucker pasti bagus (ia telah menulis lebih dari 15 judul buku); namun buku ini rasanya merupakan yang terbaik, masterpiece. Dan lewat buku Semua buku yang ditulis Peter Drucker pasti bagus (ia telah menulis lebih dari 15 judul buku); namun buku ini rasanya merupakan yang terbaik, masterpiece. Dan lewat buku

2. Good to Great by Jim Collins

Buku yang berbulan-bulan menduduki peringkat best- seller ini pada dasarnya ingin menjawab satu pertanyaan fundamental : apa sih sebenarnya key succes factors untuk membangun great company? Demikianlah, melalui serangkaian observasi yang mendalam, serta riset yang panjang dan melibatkan ribuan orang, buku ini kemudian berhasil membongkar faktor-faktor kunci yang – secara empirik – terbukti menjadi pemicu tumbuhnya great companies.

Buku yang ditulis dengan elegan ini berkisah tentang strategi dan proses penciptaan great organization. Dan tampaknya kita akan sepakat kalau buku ini juga layak dikategorikan sebagai salah satu a GREAT management book of all times.

3. Juran’s Quality Handbook by Joseph Juran

Josep Juran – penulis buku ini – dan juga Edwards Deming acap disebuat sebagai Duet Guru Mutu yang paling berpengaruh dalam era manajemen modern. Dan predikat itu rasanya tetap relevan hingga hari ini.

Juran melalui bukunya yang fenomenal ini memberikan eksplanasi yang menyeluruh dan mendalam mengenai apa itu manajemen mutu, serta bagaimana aplikasinya dalam strategi bisnis. Buku ini telah memberikan sumbangan yang amat berharga bagi sejarah dan praktek manajemen mutu. Hampir semua perusahaan besar, mulai dari Toyota hingga Nokia, dari Samsung hingga Sony, mestinya menaruh hutang budi yang teramat besar dengan buku legendaris ini. Dan, siapapun yang berhasrat membangun keunggulan mutu – termasuk para peminat gerakan Six Sigma – mestinya tak melewatkan buku ini sebagai salah satu bacaan wajib.

4. The Human Side of Enterprise by Douglas McGregor

Satu lagi buku klasik yang ditulis pada tahun 1960 oleh seorang tokoh raksasa dalam bidang psikologi organisasi. Isinya berfokus pada pada sebuah isu penting dan tetap relevan hingga saat ini, yaitu : bagaimana menstimulasi potensi yang paling optimal dari seorang insan sehingga ia mampu tumbuh menjadi individu yang happy, productive dan satisfied. Dan sungguh, tema fundamental semacam ini pasti akan terus relevan hingga peradaban manusia masih eksis.

Kini kian banyak buku manajemen praktis tentang people management. Namun buku yang ditulis lebih dari 40 tahun silam ini rasanya tetap yang terbaik dibanding ribuan buku serupa yang diterbitkan kemudian hari. Dan bagi Anda yang ingin mendalami ―human side of enterprise‖ secara bening dan inspiratif, buku ini mestinya tidak boleh dilewatkan.

5. Winning by Jack Welch

Kekuatan utama buku ini mungkin terletak pada isinya yang berdasar pengalaman yang amat kaya dari penulisnya, Jack Welch – bos GE dalam era sepanjang 1981 – 2001, seorang praktisi manajemen yang pernah dinobatkan oleh majalah BusinessWeek sebagai salah satu Best CEO in Century.

Jack ternyata bukan hanya seorang great CEO. Melalui buku ini, ia dengan amat lugas dan brilian membagi serangkaian gagasan dan pengalamannya bagaimana seharusnya mengelola bisnis dan manajemen. Secara ekspansif ia mengeskplorasi tema-tema penting dalam praktek manajemen, seperti bagaimana cara terbaik mengelola great people dan juga bagaimana strategi mengembangkan future leaders.

Kedalaman analisa, gaya penulisan yang inspiratif serta kekuatan pengalaman yang solid tak pelak telah membuat buku Kedalaman analisa, gaya penulisan yang inspiratif serta kekuatan pengalaman yang solid tak pelak telah membuat buku

Demikianlah, lima buku yang menurut saya layak ditempatkan sebagai 5 Buku Manajemen Terbaik

Sepanjang Masa. Tentu, masih ada banyak buku manajemen lain yang bermutu yang juga sebenarnya layak dicatat, namun karena jatahnya hanya lima, ya hanya lima buku diatas yang dipilih.

Kalau kelak Anda ingin membangun perpustakaan keluarga, pastikan bahwa kelima buku brilian itu ada dalam koleksi yang menghias rak buku di rumah Anda.

Kata Pengantar

Assalamu ’alaiku Wr Wb

Segala puji bagi Allah swt, atas tahmat dan karunia-Nya, kami bisa mengumpulkan dan mengedit kumpulan artikel terbaik (best articles) di situs www.strategimanajemen.net, dan tidak diperjual belikan.

Kami berharap, buku ini bermanfaat bagi semua masyarakat, terutama yang memiliki keinginan untuk menjadi enterprenuership. Kami mohon juga, anda membatu menyebarkan kepada orang lain.

Bermanfaat bagi orang lain, Dan tidak memanfaatkan orang lain.

Hormat Kami

DAFTAR ISI

CAREER LIFE

Berapa Besar Gaji yang Harus Anda Peroleh untuk Bisa Hidup dengan Layak? Gaji dan Karir Saya Tidak Naik-naik, So What?

3 Jawaban Kenapa Karir Anda Mentok Anda Ingin Bonus 7 Kali Gaji? Career Plan : Jalur Karir yang Harus Anda Tempuh Standar Gaji Indonesia

MINDSET and PERSONAL DEVELOPMENT

Law of Attraction : You Can If You THINK You Can Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak Merajut Etos Spiritualitas dalam Dunia Kerja Tiga Sikap Dasar untuk Menjadi Profesional Sejati Are You Happy with Your Life (and Your Job) Now?

ENTREPRENEURSHIP

Jika Anda Ingin Kaya, Silakan Baca Tulisan Ini

3 Pilihan untuk Bisa Working @ Home Mengubah Nasib : Dari Karyawan Menjadi Juragan Bagaimana Caranya Mengembangkan Entrepreneur Mindset? Mengais Rezeki dari Penghasilan Sampingan, Kenapa Tidak?

3 Cara untuk Menjalankan Online Business

BUSINESS STRATEGY

Innovation War : Yang Terluka dan Gugur di Medan Laga Sepotong Kisah tentang Strategi Inovasi Apple Strategi Bisnis Lion Air Menembus Langit Biru Industri Rokok Indonesia Sedang Menjemput Kematian? Ranking Perusahaan Terbesar Sedunia Pelajaran Strategi dari Singapore Girl Tiga Perusahaan yang Mengubah Dunia

MANAGEMENT BOOKS

The Toyota Way : Proses Membangun Perusahaan Kelas Dunia Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja Lima Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa Lima Buku Terbaik dalam Bidang Personal Development Lima Buku Manajemen Terbaik Sepanjang Masa