Tolok ukur mutu protein ransum dan relevansinya dengan retensi nitrogen serta pertumbuhan domba
TOLOK UKUR MUTU PROTEIN RANSUM DAN
RELEVANSINYA DENGAN RETENSI NITROGEN
SERTA PERTUMBUHAN DOMBA
WISRI PUASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Tolok Ukur
Mutu Protein Ransum dan Relevansinya dengan Retensi Nitrogen serta
Pertumbuhan Domba adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.
Bogor, Oktober 2005
Wisri Puastuti
NIM 985043
ABSTRAK
WISRI PUASTUTI. Tolok Ukur Mutu Protein Ransum dan Relevansinya dengan
Retensi Nitrogen serta Pertumbuhan Domba. Dibimbing oleh TOHA SUTARDI
(Alm), SURYAHADI, I WAYAN MATHIUS dan IDAT GALIH PERMANA.
Penelitian bertujuan untuk menetapkan parameter produksi amonia,
degradasi protein dalam rumen, kecernaan protein tak terdegradasi dalam
rumen oleh HCl pepsin dan produksi purin sebagai penduga pemanfaatan
protein ransum pada domba. Ransum disusun iso protein (PK=18%) dan iso
energi (TDN=75%) dan terdiri atas 30% rumput dan 70% konsentrat. Percobaan
in vitro dilakukan untuk menentukan produksi amonia, kecernaan protein oleh
HCl pepsin dan produksi purin. Penentuan degradasi protein dalam rumen
dilakukan melalui percobaan in sacco. Hasil percobaan in vitro dan in sacco
selanjutnya dilihat keterkaitannya dengan hasil percobaan in vivo. Tiga puluh
ekor domba fase tumbuh dengan rataan bobot hidup 18.6±2.2 kg dikelompokkan
berdasarkan bobot hidup awal. Keenam ransum uji adalah R1 = Ransum
dengan sumber protein utama bungkil kedelai, R2 = Ransum dengan sumber
protein bungkil kedelai + urea, R3 = Ransum dengan sumber protein bungkil
kedelai + bungkil biji kapuk,
R4 = Ransum denga sumber protein bungkil
kedelai + bungkil biji kapuk + urea, Ransum dengan sumber protein bungkil
kedelai + tepung ikan, R6 = Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai +
tepung ikan + urea. Percobaan dilakukan selama 12 minggu. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa ransum dengan substitusi tepung ikan (R5 dan R6) lebih
baik dalam menghasilkan sintesis protein mikroba dan protein tahan degradasi
rumen dengan kecernaan pepsin
yang tinggi, sehingga menghasilkan
pertambahan bobot hidup harian, retensi nitrogen dan deposit protein tubuh
yang tertinggi. Berdasarkan peubah laju degradasi protein, % jam-1 (X2);
kecernaan protein tidak terdegradasi dalam rumen oleh pepsin HCl, % (X3) dan
laju produksi purin, % jam-1 (X4), diperoleh persamaan regresi yang dapat
digunakan untuk menduga pertambahan bobot hidup harian, g ekor-1 hari-1
(YPBHH); retensi nitrogen, g ekor-1 hari-1 (YRET-N) dan deposit protein tubuh
g ekor-1 hari-1 (YDEP-PT), yaitu YPBHH = -141.016 + 26.419X2 + 3.463X3, R2 =
0.6866 (p
RELEVANSINYA DENGAN RETENSI NITROGEN
SERTA PERTUMBUHAN DOMBA
WISRI PUASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Tolok Ukur
Mutu Protein Ransum dan Relevansinya dengan Retensi Nitrogen serta
Pertumbuhan Domba adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.
Bogor, Oktober 2005
Wisri Puastuti
NIM 985043
ABSTRAK
WISRI PUASTUTI. Tolok Ukur Mutu Protein Ransum dan Relevansinya dengan
Retensi Nitrogen serta Pertumbuhan Domba. Dibimbing oleh TOHA SUTARDI
(Alm), SURYAHADI, I WAYAN MATHIUS dan IDAT GALIH PERMANA.
Penelitian bertujuan untuk menetapkan parameter produksi amonia,
degradasi protein dalam rumen, kecernaan protein tak terdegradasi dalam
rumen oleh HCl pepsin dan produksi purin sebagai penduga pemanfaatan
protein ransum pada domba. Ransum disusun iso protein (PK=18%) dan iso
energi (TDN=75%) dan terdiri atas 30% rumput dan 70% konsentrat. Percobaan
in vitro dilakukan untuk menentukan produksi amonia, kecernaan protein oleh
HCl pepsin dan produksi purin. Penentuan degradasi protein dalam rumen
dilakukan melalui percobaan in sacco. Hasil percobaan in vitro dan in sacco
selanjutnya dilihat keterkaitannya dengan hasil percobaan in vivo. Tiga puluh
ekor domba fase tumbuh dengan rataan bobot hidup 18.6±2.2 kg dikelompokkan
berdasarkan bobot hidup awal. Keenam ransum uji adalah R1 = Ransum
dengan sumber protein utama bungkil kedelai, R2 = Ransum dengan sumber
protein bungkil kedelai + urea, R3 = Ransum dengan sumber protein bungkil
kedelai + bungkil biji kapuk,
R4 = Ransum denga sumber protein bungkil
kedelai + bungkil biji kapuk + urea, Ransum dengan sumber protein bungkil
kedelai + tepung ikan, R6 = Ransum dengan sumber protein bungkil kedelai +
tepung ikan + urea. Percobaan dilakukan selama 12 minggu. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa ransum dengan substitusi tepung ikan (R5 dan R6) lebih
baik dalam menghasilkan sintesis protein mikroba dan protein tahan degradasi
rumen dengan kecernaan pepsin
yang tinggi, sehingga menghasilkan
pertambahan bobot hidup harian, retensi nitrogen dan deposit protein tubuh
yang tertinggi. Berdasarkan peubah laju degradasi protein, % jam-1 (X2);
kecernaan protein tidak terdegradasi dalam rumen oleh pepsin HCl, % (X3) dan
laju produksi purin, % jam-1 (X4), diperoleh persamaan regresi yang dapat
digunakan untuk menduga pertambahan bobot hidup harian, g ekor-1 hari-1
(YPBHH); retensi nitrogen, g ekor-1 hari-1 (YRET-N) dan deposit protein tubuh
g ekor-1 hari-1 (YDEP-PT), yaitu YPBHH = -141.016 + 26.419X2 + 3.463X3, R2 =
0.6866 (p