Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari

KECERNAAN NUTRIEN DAN RETENSI NITROGEN PADA
DOMBA JANTAN MUDA YANG MENDAPAT RANSUM
MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

KEVIN WANA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kecernaan Nutrien dan
Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum Mengandung
Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Kevin Wana
NIM D24090086

ABSTRAK
KEVIN WANA. Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan
Muda yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari.
Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan LILIS KHOTIJAH.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kecernaan nutrien dan retensi
nitrogen pada domba jantan muda yang diberi minyak biji bunga matahari dengan
level berbeda dalam ransum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ransum perlakuan yaitu P0
(tanpa penambahan minyak biji bunga matahari), P1 (penambahan 4% minyak biji
bunga matahari), dan P2 (penambahan 6% minyak biji bunga matahari). Data
dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) dan jika data menunjukkan
perbedaan nyata, maka dianalisis lanjut menggunakan uji kontras ortogonal. Hasil
menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari menyebabkan
perbedaan terhadap konsumsi lemak, namun tidak mempengaruhi konsumsi bahan

kering, protein kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, kecernaan nutrien,
dan retensi nitrogen secara keseluruhan. Penambahan minyak biji bunga matahari
hingga 6% tidak berdampak negatif terhadap konsumsi nutrien.
Kata kunci: domba, kecernaan nutrien, minyak bunga matahari, retensi nitrogen

ABSTRACT
KEVIN WANA. Nutrient Digestibility and Nitrogen Retention of Young Ram
Offered Diet Supplemented by Sunflower Seed Oil. Supervised by TOTO
TOHARMAT and LILIS KHOTIJAH.
The objective of this study was to evaluate nutrient digestibility and
nitrogen retention of young ram offered sunflower seed oil with different levels in
diets. This study used randomized block design with 3 treatments and 3
replications. The treatments were P0 (without the addition of sunflower seed oil),
P1 (the addition of sunflower seed oil at 4%), and P2 (the addition of sunflower
seed oil at 6%). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and if
the result showed significant differences, it was followed by Ortogonal Contrast
Test. The result showed that the treatments affected the consumption of ether
extract, however it did not affect the consumption of dry matter, crude protein,
crude fiber, N-free extract, nutrient digestibility, and nitrogen retention. The
dietary addition of sunflower seed oil up to 6% did not negatively affect nutrien

consumption.
Keywords: nitrogen retention, nutrient digestibility, ram, sunflower oil

KECERNAAN NUTRIEN DAN RETENSI NITROGEN PADA
DOMBA JANTAN MUDA YANG MENDAPAT RANSUM
MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

KEVIN WANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Kecernaan Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda
yang Mendapat Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari
Nama
: Kevin Wana
NIM
: D24090086

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc
Pembimbing I

Dr Ir Lilis Khotijah, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 hingga Juni
2013 ini ialah kecernaan nutrien dan retensi nitrogen, dengan judul Kecernaan
Nutrien dan Retensi Nitrogen pada Domba Jantan Muda yang Mendapat Ransum
Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari.
Pakan sumber energi sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan
domba yang sesuai. Sumber nutrien yang banyak mengandung energi adalah
lemak. Minyak biji bunga matahari diketahui memiliki kandungan asam lemak
tidak jenuh yang tinggi. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum dapat
membantu proses sintesis protein, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kecernaan. Pemberian minyak ke dalam pakan juga dapat digunakan untuk
menilai efisiensi penggunaan nitrogen. Diharapkan dengan adanya nitrogen yang
tersimpan dalam tubuh dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang akan

mempercepat bobot dewasa kelamin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi
penyempurnaan masa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Kevin Wana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Bahan
Ternak Percobaan
Kandang dan Peralatan
Pakan
Lokasi dan Waktu
Metode
Pemeliharaan

Koleksi Feses
Koleksi Urin
Peubah yang Diamati
Konsumsi Nutrien
Kecernaan Nutrien
Retensi Nitrogen
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Nutrien
Kecernaan Nutrien
Retensi Nitrogen
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

ix

ix
1
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
7

9
10
10
10
11
13
16
16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Komposisi bahan pakan konsentrat penelitian
Kandungan nutrien ransum penelitian
Rataan konsumsi nutrien pada domba
Rataan kecernaan nutrien pada domba

Rataan konsumsi N, N feses, N urin, dan retensi N pada domba

3
3
6
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15

Sidik ragam konsumsi bahan kering
Sidik ragam konsumsi protein kasar
Sidik ragam konsumsi serat kasar
Sidik ragam konsumsi lemak kasar
Uji lanjut kontras ortogonal konsumsi lemak kasar
Sidik ragam konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen
Sidik ragam kecernaan bahan kering
Sidik ragam kecernaan protein kasar
Sidik ragam kecernaan serat kasar
Sidik ragam kecernaan lemak kasar
Sidik ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
Sidik ragam konsumsi nitrogen
Sidik ragam nitrogen feses
Sidik ragam nitrogen urin
Sidik ragam retensi nitrogen

13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
15
15
15
15
15

PENDAHULUAN
Populasi ternak domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tahun 2009, populasi domba mencapai 10 198 766 ekor dan pada tahun 2013
menjadi 14 560 480 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Domba
merupakan ternak penghasil daging yang sangat potensial karena mampu
mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi.
Meskipun demikian, domba membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang untuk
menunjang kebutuhan hidup pokok dan produksi selama fase pertumbuhan.
Pakan sumber energi sangat diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan
domba yang sesuai. Sumber nutrien yang banyak mengandung energi adalah
lemak. Suplementasi lemak merupakan alternatif yang relatif murah dalam
formulasi pakan ternak pedaging, dan penggunaannya dapat meningkatkan energi
ransum dan memodifikasi asam lemak jaringan tubuh ruminansia (Soebarinoto et
al. 1991). Pemberian asam lemak, terutama asam lemak tak jenuh sangat
dibutuhkan oleh ternak untuk proses fisiologis. Salah satu sumber asam lemak tak
jenuh diantaranya adalah minyak biji bunga matahari. Palmquist (1988)
melaporkan bahwa kandungan minyak biji bunga matahari terdiri dari 8%
palmitat (C16:0), 3% stearat (C18:0), 13.5% oleat (C18:1), 75% linoleat (C18:2),
dan 0.5% linolenat (C18:3).
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum masih harus
diperhatikan penggunaannya. Penggunaan minyak biji bunga matahari
dikhawatirkan dapat mengganggu proses pencernaan fermentatif rumen pada
domba. Menurut Sudibyo et al. (2009), penggunaan minyak dalam ransum dalam
jumlah yang tinggi akan memberikan dampak negatif terhadap mikroba rumen
dan minyak akan mengalami biohidrogenasi sehingga mengubah asam lemak tak
jenuh menjadi asam lemak jenuh.
Pemberian minyak dalam pakan akan turut meningkatkan kandungan lemak
pakan, yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan ternak akan pemberian sumber
energi (Parakkasi 1999). Zinn (1989) juga menyatakan bahwa peningkatan
kandungan energi pada ransum dengan penambahan minyak dapat meningkatkan
pula konsumsi energi. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum dapat
membantu proses sintesis protein, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kecernaan. Namun penambahan minyak dapat mengganggu pertumbuhan bakteri
rumen sehingga dapat menurunkan kecernaan nutrien dan ketersediaan protein
mikroba dalam rumen.
Kecukupan asam lemak tak jenuh juga harus diperhatikan karena
defisiensi asam lemak tak jenuh dalam pakan dapat menurunkan nilai retensi
nitrogen dalam tubuh (McDonald et al. 2002). Pemberian minyak ke dalam pakan
dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan nitrogen, apakah energi yang
dibutuhkan telah tercukupi ataukah ternak harus merombak protein tubuhnya
menjadi sumber energi (Purbowati 2001). Diharapkan dengan adanya nitrogen
yang tersimpan dalam tubuh dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang
akan mempercepat bobot dewasa kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kecernaan nutrien dan retensi nitrogen pada domba lepas sapih yang
diberi minyak biji bunga matahari dengan level berbeda dalam ransum.

2

BAHAN DAN METODE
Bahan
Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan adalah anak domba jantan muda yang berjumlah 9
ekor dengan rataan bobot badan 18±4 kg. Anak domba dihasilkan dari induk yang
sudah mendapat perlakuan ransum berupa minyak biji bunga matahari pada
penelitian sebelumnya selama lima bulan, sehingga pemberian ransum sesuai
dengan ransum yang diberikan kepada induk. Contoh domba penelitian
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh Domba Penelitian
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan berupa kandang metabolis yang dilengkapi tempat
makanan dan minuman. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital,
wadah penampung, gelas ukur, tabung film, dan H2SO4 10%.
Pakan
Pakan yang diberikan terdiri atas 3 jenis ransum yang disusun dengan
protein kasar sekitar 18% dan kandungan TDN berkisar antara 70%-73%. Ransum
yang diberikan berkonsep isoprotein. Ransum yang digunakan terdiri atas hijauan
dan konsentrat dengan perbandingan 30:70. Hijauan yang digunakan adalah
Brachiaria humidicola. Bahan konsentrat terdiri atas onggok, bungkil kelapa,
bungkil kedelai, premix, garam, CaCO3, dan minyak biji bunga matahari.
Komposisi bahan pakan konsentrat penelitian disajikan pada Tabel 1 dan
kandungan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.

3
Tabel 1 Komposisi bahan pakan konsentrat penelitian
Konsentrat
Bahan
Onggok
Bungkil Kelapa
Bungkil Kedelai
Minyak Biji Bunga Matahari
CaCO3
Garam
Premix

P0

P1

P2

--------------------------%-----------------------34.4
30.4
28.4
57.1
57.1
57.1
6.4
6.4
6.4
0.0
4.0
6.0
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7

P0: konsentrat tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: konsentrat dengan penambahan
4% minyak biji bunga matahari; P2: konsentrat dengan penambahan 6% minyak biji bunga
matahari.

Tabel 2 Kandungan nutrien ransum penelitian
Ransum
Nutrien
Bahan Kering
Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
BETN
TDN
Ca
P

P0

P1

P2

---------------------------%---------------------------67.07
67.14
67.26
7.34
7.42
6.91
18.88
17.83
18.15
2.88
5.47
5.86
14.58
14.91
15.23
56.32
54.37
53.85
71.35
71.99
72.18
0.87
0.94
0.88
0.85
0.73
0.72

Hasil analisis laboratorium ilmu dan teknologi pakan, IPB (2012); BETN: bahan ekstrak tanpa
nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrient, hasil perhitungan Wardeh (1981): 2.6407 + (0.6964 x PK)
+ (0.9491 x Beta N) + (1.259 x LK) – (0.1043 x SK); P0: ransum tanpa penambahan minyak biji
bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari; P2: ransum
dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari.

Lokasi dan Waktu
Pemeliharaan domba penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu
Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan
di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2013 hingga Juni 2013.

4
Metode
Pemeliharaan
Domba dipelihara di kandang metabolis selama masa adaptasi 7 hari.
Pakan diberikan pada pagi, siang dan sore hari dengan pemberian rumput 3 kali
dan konsentrat 2 kali per hari. Ransum diberikan sebanyak 3%-4% dari bobot
badan.
Koleksi Feses
Koleksi feses dilakukan selama 7 hari setelah masa adaptasi. Kandang
metabolis memiliki alas berjaring untuk menampung feses. Sampel feses diambil
sebanyak 10% dari total feses dan dikeringkan pada terik matahari untuk
mendapatkan berat feses kering udara. Sampel yang sudah kering udara
dimasukkan ke dalam oven 60ºC, kemudian sampel dikompositkan dan digiling
untuk analisis proksimat.
Koleksi Urin
Koleksi urin dilakukan selama 7 hari seiring dengan koleksi feses. Urin
ditampung menggunakan wadah penampung yang diletakkan dibawah kandang.
Urin yang tertampung kemudian diambil 10% dari total urin. Sampel urin
kemudian disimpan dalam freezer hingga dianalisis. Setiap hari setelah ember
dikosongkan, 10 ml H2SO4 10% dimasukkan ke dalam ember untuk mencegah
penguapan N-NH3 urin.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi nutrien,
kecernaan nutrien, dan retensi nitrogen.
Konsumsi Nutrien
Konsumsi nutrien diperoleh dengan menghitung selisih antara pakan yang
diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Pond et al. 2005). Konsumsi nutrien yang
dihitung meliputi konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar,
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Konsumsi Nutrien (g ekor-1 hari-1) = Pakan yang diberikan – Sisa pakan
Kecernaan Nutrien
Kecernaan nutrien dihitung berdasarkan persentase dari selisih antara
konsumsi dengan sisa yang dikeluarkan melalui feses dibagi dengan yang
dikonsumsi lalu dikali 100% (Pond et al. 2005). Kecernaan nutrien yang dihitung
meliputi bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, dan Total Digestible Nutrient (TDN).
Kecernaan Nutrien % =

Nutrien yang dikonsumsi −Nutrien dalam feses
Nutrien yang dikonsumsi

x 100%

TDN (%) = PK tercerna + SK tercerna + 2.25 x LK tercerna +
BETN tercerna

5
Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen diperoleh dengan menghitung selisih antara konsumsi
nitrogen dengan nitrogen yang dikeluarkan melalui feses dan urin (McDonald et
al. 2002).
Retensi Nitrogen (g ekor-1 hari-1) = Konsumsi nitrogen – Nitrogen feses –
Nitrogen urin
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Nilai koefisien variasi bobot badan pada penelitian ini adalah 22.95%.
Sehingga rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pengelompokan didasarkan pada
bobot badan domba, yaitu bobot badan besar (22±2 kg), bobot badan sedang
(20±2 kg), dan bobot badan kecil (13±2 kg). Perlakuan tersebut terdiri atas:
P0: Ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari
P1: Ransum dengan penambahan 4% minyak biji bunga matahari
P2: Ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari
Model matematik rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai
berikut (Steel dan Torrie 1993):
Yij = µ + i + βj + ij
Keterangan:
Yij
= nilai pengamatan perlakuan ke-i, blok ke-j
μ
= nilai rataan umum perlakuan
τj
= pengaruh perlakuan ke-i
βi
= pengaruh blok ke-j
εij
= galat percobaan pada perlakuan ke-i dan blok ke-j
Perbedaan rataan perlakuan sebagai pengaruh perlakuan terhadap peubah
yang diamati, maka data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), jika
rataan perlakuan hasil berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Kontras Ortogonal.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Nutrien
Konsumsi merupakan faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup
pokok dan menentukan produksi ternak. Faktor yang mempengaruhi tingkat
konsumsi ternak adalah fisiologis ternak, sifat pakan, komposisi bahan pakan,
kecernaan dan keadaan lingkungan (Parakkasi 1999). Rataan konsumsi bahan
kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan BETN pada domba penelitian
disajikan pada Tabel 3.

6
Tabel 3 Rataan konsumsi nutrien pada domba
Konsumsi
BK (g ekor-1hari-1)
(%BB)
PK (g ekor-1hari-1)
(%BK)
SK (g ekor-1hari-1)
(%BK)
LK (g ekor-1hari-1)
(%BK)
BETN (g ekor-1hari-1)
(%BK)

Perlakuan
P0
600±62
2.86±0.39
113±12
18.91±1.98
91±10
15.13±1.62
17±2a
2.90±0.31
339±35
56.45±5.88

P1
664±129
2.94±0.74
120±23
18.07±3.53
98±18
14.80±2.77
38±8b
5.70±1.14
364±71
54.77±10.67

P2
622±238
2.90±0.97
113±44
18.21±7.07
98±35
15.80±5.70
37±15b
5.93±2.37
335±129
53.93±20.79

Rataan
629±142
2.90±0.67
116±26
18.44±4.13
96±21
15.26±3.34
31±13
4.93±2.07
346±77
55.01±12.24

P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4%
minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari; BK:
Bahan Kering; PK: Protein Kasar; SK: Serat Kasar; LK: Lemak Kasar; BETN: Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen; Angka-angka yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
(P0.05) antar level
minyak biji bunga matahari yang berbeda. Menurut NRC (2006), kebutuhan
bahan kering domba dengan bobot badan 10-20 kg dan PBB 200-250 g hari-1
sebesar 5% BB berkisar antara 500-1000 g ekor-1 hari-1. Konsumsi bahan kering
dalam kajian ini masih dalam kisaran normal dengan rataan sebesar 600-664 g
ekor-1 hari-1 atau 2.86%-2.94% BB. Kamal (1997) menyatakan bahwa, salah satu
faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu palatabilitas. Tingkat palatabilitas
yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi bahan kering ransum diantaranya
bau, rasa dan tekstur (Pond et al. 2005). Hal ini berarti penambahan minyak
hingga 6% tidak menimbulkan bau, merubah rasa dan tekstur pakan sehingga
tidak mempengaruhi palatabilitas ransum.
Konsumsi Protein Kasar
Pemberian minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh
(P>0.05) terhadap konsumsi protein kasar. Menurut NRC (2006), kebutuhan
protein kasar domba dengan bobot badan 10-20 kg berkisar antara 127-167 g ekor1
hari-1. Konsumsi protein kasar domba dalam kajian ini berkisar antara 113-120 g
ekor-1 hari-1 atau 18.07%-18.91% BK. Hasil yang didapat masih dibawah standar
kebutuhan NRC. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis domba yang
digunakan antara domba lokal dengan domba luar yang hidup di iklim berbeda.
Rendahnya konsumsi protein kasar dapat disebabkan karena kadar protein ransum
yang rendah. Menurut Karolita (2011), konsumsi bahan kering memiliki korelasi
positif terhadap konsumsi protein kasar karena protein kasar termasuk bagian dari
bahan kering dan bahan organik.
Konsumsi Serat Kasar
Perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap
konsumsi serat kasar. Kadar serat kasar rumput dalam penelitian ini lebih tinggi

7
dari kadar serat kasar konsentrat. Kesamaan tingkat konsumsi serat menunjukkan
bahwa domba mengkonsumsi hijauan dan konsentrat secara proporsional pada
setiap perlakuan. Hal ini berarti bahwa penambahan minyak dalam ransum tidak
mengganggu konsumsi baik rumput maupun konsentrat. Yulaelawati (2011)
melaporkan bahwa konsumsi serat kasar berkisar 74-181 g ekor-1 hari-1 pada
domba dengan bobot rata-rata 13.4-16.1 kg yang disuplementasi 4% minyak ikan
terproteksi dan L-carnitine dalam ransum. Konsumsi serat kasar dalam kajian ini
masih dalam kisaran normal dengan rataan sebesar 91-98 g ekor-1 hari-1 atau
14.80%-15.80% BK. Konsumsi serat kasar sejalan dengan tidak berbedanya
konsumsi bahan kering ransum, semakin tinggi konsumsi bahan kering
menyebabkan konsumsi serat kasar yang tinggi dan begitu pula sebaliknya
(Haddad dan Younis 2004).
Konsumsi Lemak Kasar
Hasil yang berbeda didapat pada konsumsi lemak kasar. Level minyak biji
bunga matahari yang berbeda dalam ransum menyebabkan perbedaan (P0.05) akibat
penambahan minyak bunga matahari. Konsumsi BETN yang didapat pada
penelitian ini berkisar antara 335-364 g ekor-1 hari-1 atau 53.93%-56.45% BK.
Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Ici (2012) dengan konsumsi
BETN yang berkisar antara 226-265 g ekor-1 hari-1. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh komposisi onggok dalam ransum yang lebih tinggi dibandingkan penelitian
Ici (2012) yang mengandung 17% onggok dalam ransum. Jumlah konsumsi
BETN dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering dan jumlah BETN yang
terkandung dalam ransum. Hal ini diperkuat oleh Nur (2012) yang menyatakan
bahwa konsumsi BETN ransum akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi bahan
kering.
Kecernaan Nutrien
Kecernaan merupakan jumlah nutrien yang dicerna oleh tubuh hewan atau
jumlah nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses (McDonald et al. 2002).
Faktor yang mempengaruhi tingkat kecernaan pakan adalah pemberian pakan,
spesies hewan, defisiensi nutrien, gangguan saluran pencernaan dan pengolahan
(Parakkasi 1999). Kecernaan bahan kering, protein kasar, serat kasar, lemak kasar
dan BETN pada domba penelitian disajikan pada Tabel 4.

8
Tabel 3 Rataan kecernaan nutrien pada domba
Kecernaan

Perlakuan
P0

P1

P2

Rataan

------------------------------------%--------------------------------------

Bahan Kering
Protein Kasar
Serat Kasar
Lemak Kasar
BETN
TDN

59.03±1.67
65.96±2.84
39.99±4.62
73.42±13.22
63.13±2.32
58.92±1.82

59.83±8.47
61.56±7.17
48.45±12.62
83.94±2.98
62.84±8.12
63.48±8.04

59.44±4.59
65.21±3.42
45.40±9.13
83.59±2.44
61.50±3.76
63.31±4.28

59.43±4.90
64.24±4.68
44.61±8.93
80.32±8.61
62.49±4.68
61.90±5.16

P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4%
minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari;
BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total Digestible Nutrient.

Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan bahan kering yang dihasilkan tidak berbeda (P>0.05) untuk
setiap perlakuan. Zain (1999) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering yang
tidak berbeda antar perlakuan dapat dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering yang
tidak berbeda. Kecernaan bahan kering berkisar antara 59.03%-59.83%. Hasil ini
masih dalam kisaran normal jika dibandingkan dengan penelitian Yulaelawati
(2011) dengan kecernaan bahan kering yang berkisar antara 47.45%-73.14%.
Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kecernaan adalah komposisi pakan, faktor hewan, serta laju perjalanan melalui
alat pencernaan.
Kecernaan Protein Kasar
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum tidak memberikan
pengaruh (P>0.05) terhadap kecernaan protein kasar. Kecernaan protein kasar
pada penelitian ini berkisar antara 61.56%-65.96%. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Ici (2012) dengan kecernaan protein kasar yang berkisar antara 52.51%63.33%. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kecernaan protein dalam pakan
tergantung pada kandungan protein dalam ransum dan aktivitas mikroba rumen
yang berpengaruh pula pada kecernaan. Hal ini dapat dilihat pada penurunan
kecernaan protein pada taraf 4% dan meningkat pada taraf 6% dengan kandungan
protein masing-masing 17.83% dan 18.15% tiap perlakuan. Namun, kadar lemak
yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh pada proses pencernaan protein.
Kecernaan Serat Kasar
Perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap
kecernaan serat kasar. Pemberian lemak diketahui dapat menurunkan pencernaan
serat karena menghambat fermentasi mikrob yang terjadi dalam rumen. Menurut
Pond et al. (2005), kadar lemak ransum yang melebihi 7% dapat mengganggu
pencernaan, terutama pada proses fermentasi serat kasar pada ruminansia. Namun,
penambahan minyak hingga 6% dalam kajian ini tidak mengganggu kecernaan
serat kasar. Kecernaan serat kasar yang didapat dalam penelitian ini berkisar
antara 39.99%-48.45%. Hasil ini masih dalam kisaran normal jika dibandingkan
dengan penelitian Yulaelawati (2011) dengan kecernaan serat kasar yang berkisar

9
antara 32.60%-55.50%, namun lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Ici
(2012) dengan kecernaan serat kasar yang berkisar antara 53.41%-54.86%.
Besarnya kecernaan serat kasar dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering dan
komposisi kimia bahan pakan (Nurhajah 2007).
Kecernaan Lemak Kasar
Kecernaan lemak kasar tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05) akibat
penambahan minyak biji bunga matahari dalam ransum. Hasil kecernaan lemak
kasar yang tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan dapat disebabkan lemak yang
diserap mengandung trigliserida (lemak sederhana) sehingga mudah dicerna (Suci
2011). Kecernaan lemak kasar pada penelitian ini berkisar antara 73.42%-83.94%.
Hasil ini masih dalam kisaran normal jika dibandingkan penelitian Ici (2012)
dengan kecernaan lemak kasar yang berkisar antara 83.49%-94.08%. Tingginya
daya cerna lemak kasar disebabkan oleh struktur kimia lemak yang mudah dicerna
(Wiseman 1990).
Kecernaan BETN
Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum tidak memberikan
pengaruh (P>0.05) terhadap kecernaan BETN. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kucuk et al. (2004) yang melaporkan bahwa penambahan minyak biji kedelai dari
0%; 3.2%; 6.3% hingga 9.4% dalam pakan konsentrat untuk domba tidak
berpengaruh terhadap kecernaan karbohidrat. Kecernaan BETN yang semakin
menurun mungkin disebabkan karena kandungan BETN dalam ransum yang
menurun. Kecernaan BETN pada penelitian ini berkisar antara 61.50%-63.13%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Ici (2012) dengan kecernaan BETN yang
berkisar antara 63.26%-68.69%.
Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen merupakan protein yang dimanfaatkan oleh tubuh ternak.
Nilai retensi nitrogen didapatkan dari selisih nitrogen yang dikonsumsi dengan
nitrogen yang dikeluarkan feses dan urin. Nilai rataan konsumsi N, N feses, N
urin, dan retensi nitrogen pada domba penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konsumsi N, N feses, N urin, dan retensi N pada domba
Peubah

Perlakuan

Rataan
P0
P1
P2
Konsumsi N (g ekor-1hari-1) 18.16±1.90 19.20±3.75 18.13±7.04 18.49±4.13
N Feses (g ekor-1hari-1)
6.15±0.21 7.30±1.62 6.40±2.73 6.62±1.67
N Urin (g ekor-1hari-1)
0.83±0.20 0.91±0.34 1.06±0.80 0.93±0.46
-1
-1
Retensi N (g ekor hari )
11.19±1.74 10.98±2.66 10.67±4.07 10.94±2.59
P0: ransum tanpa penambahan minyak biji bunga matahari; P1: ransum dengan penambahan 4%
minyak biji bunga matahari; P2: ransum dengan penambahan 6% minyak biji bunga matahari.

Dari hasil yang didapat, diketahui bahwa rataan retensi nitrogen tidak
berbeda (P>0.05) pada tiap ransum. Hal ini dapat disebabkan karena tidak terjadi
perbedaan tingkat konsumsi N dan tingkat ekskresi N dalam feses dan urin pada

10
tiap ransum. Retensi nitrogen pada penelitian ini memiliki rataan 10.94 g ekor-1
hari-1 . Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Sari (2012) dengan retensi
nitrogen sebesar 7.42-9.00 g ekor-1 hari-1 pada domba dengan bobot badan ratarata 9 kg yang mengandung 1.5% minyak jagung dan minyak ikan lemuru dalam
ransum.
Penambahan minyak dalam ransum menghasilkan nilai retensi nitrogen
yang positif. Hasil retensi nitrogen yang positif menunjukkan banyaknya nitrogen
yang tertahan di dalam tubuh ternak karena dimanfaatkan oleh ternak
(Prayuwidayati dan Widodo 2007). Hal ini juga menandakan bahwa nitrogen
dalam pakan yang diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak,
sehingga ternak tidak perlu merombak jaringan tubuh untuk memenuhi
kebutuhannya sebagai konsekuensi atas kehilangan pada proses pencernaan
(Purbowati 2001).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan minyak biji bunga matahari dalam ransum menyebabkan
perbedaan konsumsi lemak, namun hal ini tidak mempengaruhi konsumsi bahan
kering, protein kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, kecernaan nutrien
dan retensi nitrogen secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian,
penambahan minyak hingga 6% tidak berdampak negatif terhadap konsumsi
nutrien.
Saran
Kajian level minyak tidak jenuh maksimum dengan berbagai karakter
khususnya dalam kondisi pakan tinggi serat masih perlu kajian lebih lanjut.

11

DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Statistik Peternakan. Jakarta
(ID): Ditjenak Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Haddad SG, HM Younis. 2004. The effect of adding ruminally protected fat in
fattening diets on nutrient intake, digestibility and growth performance of
awassi lambs. J Anim Sci. 113: 61-69.
Ici I. 2012. Daya cerna ransum yang ditambah minyak jagung dan minyak ikan
lemuru pada domba lokal calon induk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kamal M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan Ternak. Yogyakarta (ID): Universitas
Gajah Mada.
Karolita J. 2011. Konsumsi dan kecernaan zat makanan pada domba lokal bunting
yang mendapat ransum dengan sumber karbohidrat jagung dan onggok
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kucuk O, Hess BW, Rule DC. 2004. Soybean oil supplementation of highconcentrate diet does not affect site and extent of organic matter, starch, neutral
detergent fiber, or nitrogen digestion, but influences both ruminal metabolism
and intestinal flow of fatty acids in limit-fed lambs. J Anim Sci. 82: 2985-2994.
McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD. 2002. Animal Nutritions. 6th Edition.
New York (US): Longman Scientific and Technical.
[NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Sheep.
Washington (US). National Academy Pr.
Nur YS. 2012. Biokonversi serat sawit dengan Aspergillus niger pensintesa Cr
organik sebagai komponen ransum komplit domba [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nurhajah S. 2007. Produk metabolisme rumen pada domba jantan. J Anim Prod.
9:1: 9-13.
Palmquist DL. 1988. The feeding value of fats. Feed Sci. 1: 293-311.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID):
Indonesia University Pr.
Pond WG, Church DC, Pond KR. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th
Edition. Canada (US): John Wiley and Sons, Inc.
Prayuwidayati M, Widodo Y. 2007. Penggunaan bagas tebu teramoniasi dan
terfermentasi dalam ransum ternak domba. M Ilmu Petern. 10(1):9-12
Purbowati E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai
aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Sari DO. 2012. Fermentabilitas, populasi protozoa, alantoin urin, dan neraca
nitrogen domba lokal calon induk yang diberi sumber asam lemak tak jenuh
berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soebarinoto S, Chuzaeni, Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Malang (ID):
Universitas Brawijaya.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerjemah: M. Syah. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suci AA. 2011. Analisis kecernaan pakan dengan sumber energi berbeda pada
domba lokal jantan lepas sapih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

12
Sudarman A, Wiryawan KG, Markhamah H. 2008. Penambahan sabun-kalsium
dari minyak ikan lemuru dalam ransum: I. Pengaruhnya terhadap tampilan
produksi domba. Med Pet. 31(3): 166-171.
Sudibyo, Darsono, Martatmo P. 2009. Transfer Omega-3 melalui Kapsulisasi dan
L-Karnitin pengaruhnya terhadap Komposisi Kimiawi Air Susu Sapi Perah.
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University
Pr.
Wardeh MF. 1981. Model for estimating energy and protein utilization for feeds
[dissertation]. Logan (US): Utah State University.
Wiseman J. 1990. Variability in the Nutritive Value of Fats for Ruminant.
Butterworths (UK): Feedstuff Evaluation.
Yulaelawati A. 2011. Pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan LCarnitin dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan
organik dan kecernaan serat kasar domba lokal jantan [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Sebelas Maret.
Zain M. 1999. Pengaruh taraf bungkil biji kapuk dalam ransum kambing perah
laktasi terhadap kecernaan dan karakteristik kondisi rumen. J Pet Ling.
5:32–34.
Zinn RA. 1989. Influence of level and source of dietary fat on its comparative
feeding value in finishing diets for steers. J Anim Sci. 67: 1029-1037.

13
Lampiran 1 Sidik ragam konsumsi bahan kering
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
160307.16
20038.39
Perlakuan 2
6234.22
3117.11
0.31
Kelompok 2
113231.92
56615.96
5.55
Galat
4
40841.02
10210.26
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

7.71
7.71

21.20
21.20

Lampiran 2 Sidik ragam konsumsi protein kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
5339.65
667.46
Perlakuan 2
86.76
43.38
0.12
Kelompok 2
3813.82
1906.91
5.30
Galat
4
1439.06
359.77
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 3 Sidik ragam konsumsi serat kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
3491.92
436.49
Perlakuan 2
111.33
55.67
0.27
Kelompok 2
2566.99
1283.49
6.31
Galat
4
813.61
203.40
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 4 Sidik ragam konsumsi lemak kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
1352.34
169.04
Perlakuan 2
796.74
398.37
8.37
Kelompok 2
365.22
182.61
3.84
Galat
4
190.37
47.59
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 5 Uji lanjut kontras ortogonal konsumsi lemak kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
5339.65
667.46
0 vs 2,1
1
795.29
795.29
16.71
2 vs 1
1
1.46
1.46
0.03
Galat
4
1439.06
359.77
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

14
Lampiran 6 Sidik ragam konsumsi bahan ekstrak tanpa nitrogen
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
47402.13
5925.27
Perlakuan 2
1431.28
715.64
0.23
Kelompok 2
33785.29
16892.65
5.55
Galat
4
12185.56
3046.39
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

Lampiran 7 Sidik ragam kecernaan bahan kering
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
192.19
24.02
Perlakuan 2
0.94
0.47
0.01
Kelompok 2
34.67
17.34
0.44
Galat
4
156.58
39.14
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 8 Sidik ragam kecernaan protein kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
175.42
21.93
Perlakuan 2
33.16
16.58
0.59
Kelompok 2
29.13
14.56
0.51
Galat
4
113.13
28.28
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 9 Sidik ragam kecernaan serat kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
638.07
79.76
Perlakuan 2
109.99
55.00
0.52
Kelompok 2
105.60
52.80
0.50
Galat
4
422.48
105.62
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 10 Sidik ragam kecernaan lemak kasar
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
593.63
74.20
Perlakuan 2
214.21
107.10
1.63
Kelompok 2
116.70
58.35
0.89
Galat
4
262.72
65.68
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

15
Lampiran 11 Sidik ragam kecernaan bahan ekstrak tanpa nitrogen
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
175.52
21.94
Perlakuan 2
4.51
2.25
0.07
Kelompok 2
44.85
22.43
0.71
Galat
4
126.16
31.54
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

F0.05

F0.01

6.94
6.94

18
18

Lampiran 12 Sidik ragam konsumsi nitrogen
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
136.69
17.09
Perlakuan 2
2.22
1.11
0.12
Kelompok 2
97.63
48.82
5.30
Galat
4
36.84
9.21
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 13 Sidik ragam nitrogen feses
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
22.40
2.80
Perlakuan 2
2.22
1.11
0.43
Kelompok 2
9.76
4.88
1.87
Galat
4
10.42
2.61
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 14 Sidik ragam nitrogen urin
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
1.68
0.21
Perlakuan 2
0.08
0.04
0.26
Kelompok 2
0.94
0.47
2.86
Galat
4
0.66
0.16
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.
Lampiran 15 Sidik ragam retensi nitrogen
SK
DB
JK
KT
Fhitung
Total
8
53.73
6.72
Perlakuan 2
0.41
0.20
0.05
Kelompok 2
37.14
18.57
4.59
Galat
4
16.18
4.04
DB: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah.

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cilegon, Banten pada tanggal 3
Desember 1991 dan diberi nama Kevin Wana. Penulis
merupakan anak pertama dari bapak Surianto Wana dan ibu
Laura Lukmana. Penulis menyelesaikan sekolah menengah
pertama di SMP Mardi Yuana Cilegon pada tahun 2003-2006
kemudian sekolah menengah atas di SMA Kesatuan Bogor
pada tahun 2006-2009. Setelah lulus pada tahun 2009, penulis
diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis diterima pada Progam Studi Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi
mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif dalam organisasi
Keluarga Mahasiswa Katolik (Kemaki) pada tahun 2009-2011.
UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan berkat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Toto Toharmat,
MAgrSc serta Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing skripsi atas nasehat dan bimbingan yang telah diberikan
selama ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Erika B
Laconi, MS selaku dosen penguji seminar pada tanggal 23 Januari 2014, dan
kepada Dr Despal, SPt, MAgrSc serta Ir Sri Rahayu, MSi selaku dosen penguji
sidang pada tanggal 9 Mei 2014. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen panitia seminar dan sidang penulis.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua, adik, dan
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Angga Widya Bayu Krisbudiantoro dan Arsy Anasla
Disa atas dukungan dan kekompakannya dalam satu tim penelitian serta kepada
Asep dan Sugi atas bantuannya selama penelitian di laboratorium lapang. Terakhir
penulis mengucapkan terima kasih kepada Irfan, Naufal, Ghalib, Dyah, Lupy,
Widya, teman-teman INTP 46, serta teman-teman lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas motivasi dan dukungannya.