Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai Dengan Tepung Jangkrik Dalam Ransum Domba Jantan Terhadap Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen Dan Performa
1
PENGARUH SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI DENGAN
TEPUNG JANGKRIK DALAM RANSUM DOMBA JANTAN
TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI
NITROGEN DAN PERFORMA
ANDI RISMARIANTY
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Substitusi
Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap
Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen dan Performa adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Andi Rismarianty
NIM D2411022
4
ABSTRAK
ANDI RISMARIANTY. Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai dengan Tepung
Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap Kecernaan Nutrien, Retensi
Nitrogen dan Performa. Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan LILIS
KHOTIJAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh substitusi protein
bungkil kedelai dengan tepung jangkrik dalam ransum domba jantan terhadap
kecernaan bahan kering, protein kasar dan energi, performa serta retensi nitrogen.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan
empat ulangan menggunakan 12 ekor domba umur 2-4 bulan dengan bobot badan
11.24±1.62 kg. Perlakuan yang diberikan yaitu menggunakan konsentrat dengan
sumber protein yang berbeda yaitu RBK (Ransum mengandung bungkil kedelai
15% dalam ransum), R-50TJ (Ransum mengandung 7.5% tepung jangkrik dalam
ransum menggantikan 50% bungkil kedelai) dan RTJ (Ransum mengandung 15%
tepung jangkrik dalam ransum menggantikan 100% bungkil kedelai). Semua
ternak diberi 40% rumput Brachiaria humidicola dan 60% konsentrat. Hasil
penelitian ini adalah substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga
100% tidak mempengaruhi nilai konsumsi, kecernaan bahan kering dan protein,
retensi nitrogen, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan domba jantan,
meskipun cenderung menurunkan nilai kecernaan energi. Tepung jangkrik dapat
menggantikan 100% tepung bungkil kedelai atau digunakan 15% dalam ransum
dengan palatabilitas yang baik.
Kata kunci : domba jantan, kecernaan, retensi nitrogen, tepung jangkrik
ABSTRACT
ANDI RISMARIANTY. The Effect of Soybean Meal Substitution with Crickets
Meal in Lamb Ration on Nutrient Digestibility, Nitrogen Retention and
Performance. Supervised by DEWI APRI ASTUTI and LILIS KHOTIJAH.
This research was aimed to evaluate the effect of soybean meal substitution with
cricket meal in lamb ration on dry matter, crude protein and energy digestibility,
performance and nitrogen retention. The experiments was conducted using
randomized block design with three treatments and four replications using 12
lambs of 2-4 months old with average body weight 11.24±1.62 kg. The treatments
that used concentrates with different protein sources were control (ration
containing 15% soybean meal), CM-50 (ration containing 7.5% crickets meal
replace 50% of soybean meal), and CM-100 (ration containing 15% crickets meal
replace 100% of soybean meal). All animals got 40% of Brachiaria humidicola
grass and 60% of concentrate. The result showed that substitution of soybean meal
with 100% crickets meal did not affect to the nutrient consumption, dry matter
and protein digestibility, nitrogen retention and weight gain of lamb, although it
tends to decrease the energy digestibility. It can be concluded that the crickets
meal can substitute soybean meal up to 100% or use 15% in the diet with good
palatability.
Keywords: cricket meal, digestibility, lamb, nitrogen retention
1
PENGARUH SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI DENGAN
TEPUNG JANGKRIK DALAM RANSUM DOMBA JANTAN
TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI
NITROGEN DAN PERFORMA
ANDI RISMARIANTY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
1
Judul Skripsi
Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik
dalam
Ransum Domba
Jantan
terhadap
Kecemaan
Nutrien,
Retensi Nitrogen dan Perfonna
Nama
Andi Rismarianty
NIM
D24110022
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Dr Ir Lilis Khotijah, MSi
Pembimbing I
Pembimbing II
Tanggal Lulus
:1 5 OCT 201
5
8
1
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2014-Maret 2015 dengan judul Substitusi
Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap
Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen dan Performa.
Bungkil kedelai sebagai bahan pakan masih merupakan bahan pakan
impor sehingga penulis ingin mengganti dengan bahan pakan yang tersedia dan
dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah jangkrik indukan afkir yang merupakan
produk hasil ikutan dari budidaya jangkrik. Jangkrik mengandung protein yang
cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pengujian terkait kualitas dari tepung
jangkrik tersebut.
Saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi baru dalam dunia
peternakan.
Bogor, Oktober 2015
Andi Rismarianty
10
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Pemeliharaan
Koleksi Total
Analisis Gross Energi dan Protein Kasar
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Kecernaan Ransum
Retensi Nitrogen, Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan
efisiensi pakan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
xi
xi
1
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
7
9
12
12
12
12
15
18
18
1
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien bahan pakan berdasarkan BK
2 Komposisi bahan pakan ransum perlakuan berdasarkan BK
3 Kandungan nutrien ransum perlakuan berdasarkan BK
4 Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar dan energi domba
5 Kecernaan bahan kering, protein kasar dan energi domba
6 Retensi nitrogen, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan domba
2
3
3
6
7
10
DAFTAR GAMBAR
1 Domba penelitian
2 Dinamika pertambahan bobot badan domba
2
11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
2 Hasil analisis ragam konsumsi protein kasar
3 Hasil analisis ragam konsumsi energi
4 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering
5 Hasil analisis ragam kecernaan protein kasar
6 Hasil analisis ragam kecernaan energi
7 Hasil uji lanjut beda nyata kecernaan energi
8 Hasil analisis ragam konsumsi nitrogen
9 Hasil analisis ragam nitrogen feses
10 Hasil analisis ragam nitrogen urin
11 Hasil analisis ragam retensi nitrogen
12 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan
13 Hasil analisis ragam efisiensi pakan
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
17
12
1
PENDAHULUAN
Salah satu ternak potong yang berkontribusi dalam pemenuhan protein
hewani penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
adalah ternak domba. Produktivitas ternak domba dapat ditingkatkan. Peningkatan
produksi domba sangat dominan dipengaruhi oleh pakan. Pakan dengan
kandungan nutrien yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan ternak akan
menghasilkan produktivitas yang baik. Kebutuhan nutrien ternak sangat
dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan status fisiologis (domba yang sedang
tumbuh, dewasa, bunting dan laktasi). Domba yang sedang tumbuh membutuhkan
protein kasar dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan domba dewasa.
Kebutuhan protein kasar domba dengan bobot badan 20 kg adalah 13%-20%
untuk menghasilkan pertambahan bobot badan 100-200 g e-1h-1 (NRC 2007).
Pemberian pakan pada ternak domba umumnya berupa pakan utama yaitu
hijauan segar dan konsentrat (pakan penguat). Kecukupan atau kesesuaian pakan
untuk kebutuhan ternak tersebut selain ditinjau dari segi kuantitas, juga harus dari
segi kualitasnya untuk pemenuhan hidup pokok dan berproduksi. Nutrien yang
sangat penting yang harus diperhatikan adalah protein dan energi. Salah satu
bahan sumber protein yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah bungkil
kedelai. Bungkil kedelai memiliki kadar protein sekitar 49% (NRC 2007). Selain
itu, bungkil kedelai juga memiliki potensi untuk menjadi sumber energi bagi
ternak karena bungkil kedelai memiliki kandungan karbohidrat sebesar 30% dari
bobot keringnya (Tobing 1999). Menurut Vidianto (2012), pertambahan bobot
badan anak domba prasapih dari induk yang mengkonsumsi ransum komersial
yang mengandung bungkil kedelai berkisar antara 110-126 g e-1h-1. Prawoto et al.
(2001) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang
dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g e-1h-1, namun melalui perbaikan
teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57-132 g e-1h-1.
Kendala yang dihadapi bungkil kedelai sebagai bahan pakan adalah masih
merupakan bahan baku impor, sehingga perlu dicari alternatif lain yang cukup
tersedia dengan kandungan nutrien yang hampir sama dan harga terjangkau. Salah
satu bahan yang belum dimanfaatkan adalah jangkrik indukan afkir yang
merupakan produk hasil ikutan dari budidaya jangkrik. Jangkrik indukan afkir
adalah jangkrik dengan umur 60-70 hari yang memproduksi telur yang sudah
menurun (sedikit). Budidaya jangkrik mulai banyak dilakukan di beberapa daerah
di Indonesia seperti Depok, Bekasi, Cirebon, Sukabumi, Surabaya, Demak dan
Kediri. Jenis jangkrik yang biasa dibudidayakan yaitu jangkrik Kalung (Gryllus
bimaculatus) karena daya adaptasi dan produktivitasnya yang tinggi.
Penggunaan suatu bahan pakan perlu memperhatikan ketersediaan
(kontinuitas dalam jumlah memadai), kandungan nutrien, harga, dan kandungan
zat antinutrisi (racun). Tepung jangkrik kalung (G. Bimaculatus) mengandung
protein cukup tinggi yaitu antara 56.02%-74.50% dan lemak sebesar 15.47%32.84% (Novianti 2003). Menurut Yelmida et al. (2010), tepung jangkrik
mengandung lemak sebesar 23.21%, protein sebesar 67.77% dan karbohidrat
sebesar 5.86%. Namun menurut Wang et al. (2005), jangkrik juga mengandung
khitin sebesar 8.7% dari bahan keringnya. Khitin sulit dicerna oleh ternak
ruminansia. Pada ternak ruminansia protein pakan akan didegradasi di dalam
2
rumen, demikian pula serat kasar. Rumen pada domba yang sedang tumbuh belum
berkembang sempurna, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pemanfaatan
dari tepung jangkrik yang kaya akan protein tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi pengaruh substitusi protein bungkil kedelai dengan tepung
jangkrik dalam ransum domba jantan terhadap kecernaan bahan kering, protein
dan energi, performa serta retensi nitrogen.
METODE
Bahan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal jantan
sebanyak 12 ekor umur 2-4 bulan dengan bobot badan awal 11.24±1.62 kg.
Domba yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Domba penelitian
Ransum disusun dengan isoprotein dan iso energi berdasarkan NRC (2007)
yaitu domba dengan bobot badan 20 kg membutuhkan protein kasar sebesar 13%20% dan TDN sebesar 53%-66%. Kandungan nutrien bahan pakan yang
digunakan, komposisi ransum perlakuan dan kandungan nutrien ransum perlakuan
disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan berdasarkan BK
Bahan Pakan
Brahiaria
humidicola
Konsentrat
Komersial
Tepung Jangkrik
Bungkil Kedelai
BK
Abu
PK
LK
SK
BETN
TDN*
21.57
8.02
9.74
2.18
32.59
47.47
54.631
84.10
17.82
12.79
3.02
22.12
44.24
51.551
85.61
88.10
5.21
7.00
57.07
49.00
13.13
1.60
10.28
6.00
14.31
36.40
88.352
81.822
Hasil analisis laboratorium Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB(2013) dan Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB(2015); BK: Bahan Kering; PK: Protein
Kasar; SK: Serat Kasar; LK: Lemak Kasar; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total
Digestible Nutrient; *Hasil perhitungan TDN berdasarkan rumus Wardeh (Kearl 1982): 1%TDN =
-14.8356 + 1.3310(PK) + 0.7923(BETN) + 0.9787(LK) + 0.5133(SK); 2%TDN= -37.3039 +
1.3048(PK) + 1.3630(BETN) + 2.1302(LK) + 0.3618(SK).
3
Tabel 2 Komposisi bahan pakan ransum perlakuan (% BK)
Bahan
RBK
40
60
45
15
0
Rumput Brachiaria Humidicola
Konsentrat :
Konsentrat Lacto A
Bungkil Kedelai
Tepung Jangkrik
Ransum Penelitian
R-50TJ
40
60
45
7.5
7.5
RTJ
40
60
45
0
15
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai; R-50TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik.
Tabel 3 Kandungan nutrien ransum perlakuan berdasarkan BK
Nutrien
RBK
12.28
17.00
2.47
23.89
44.36
57.32
3726
Abu (%)
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
BETN (%)
Total Digestible Nutrient (%)
Gross Energi (kal g-1)
Perlakuan
R-50TJ
12.38
16.77
3.19
24.47
43.18
57.11
3689
RTJ
12.28
17.27
3.99
24.79
41.68
57.52
3726
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai; R-50TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik; Perhitungan
berdasarkan hasil analisis laboratorium.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah kandang individu yang dilengkapi tempat
pakan dan air minum, timbangan digital kapasitas 150 kg untuk menimbang bobot
domba, timbangan digital dengan kapasitas 2 kg untuk menimbang pakan. Kasa
untuk penampungan feses dan penampungan urin menggunakan plastik dan ember
dipasang pada kandang metabolis. Bom kalorimeter untuk analisis gross energy
dan seperangkat alat yang digunakan untuk analisis protein dengan metode
Kjeldahl (AOAC 1980).
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan selama kurang lebih empat bulan dari bulan Januari
hingga April 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B
Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja. Analisis sampel dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB.
4
Prosedur
Pemeliharaan
Bobot badan awal domba ditimbang untuk mengetahui jumlah pemberian
pakan dan pengacakan ternak. Pemberian pakan pada saat adaptasi sebesar 3%
BK dari bobot badan (BB), dan dinaikkan seiring bertambahnya BB.
Pemeliharaan domba dilakukan selama 8 minggu. Pemberian pakan dilakukan 2
kali dalam sehari yaitu pakan konsentrat diberikan pagi hari pukul 07.00 WIB dan
hijauan diberikan siang hari pukul 13.00 WIB. Pakan yang akan diberikan
ditimbang, kemudian sisa pakan ditimbang keesokan harinya sebelum pemberian
pakan selanjutnya. Penimbangan domba dilakukan setiap satu minggu sekali.
Konsumsi Pakan = jumlah pakan yang diberikan – jumlah sisa
Konsumsi Bahan Kering (KBK) = konsumsi pakan x kadar BK pakan
Konsumsi Protein Kasar (KPK) = KBK x kadar PK pakan
Konsumsi Energi = KBK x kandungan GE pakan
PBB = Bobot Akhir – Bobot Awal
PBBH =
Bobot akhir − Bobot awal
Jumlah hari
Efisiensi Pakan =
PBBH
x
∑Konsumsi BK
%
Koleksi Total
Kecernaan nutrien diukur dengan metode koleksi total. Koleksi feses
dilakukan pada minggu ke-7 masa akhir pemeliharaan. Feses ditampung selama
24 jam selama 7 hari berturut-turut. Feses yang baru keluar langsung ditampung
pada plastik yang telah disediakan agar tidak tercampur dengan urin, kemudian
ditimbang. Total feses didapatkan dari hasil penjumlahan bobot feses yang
ditampung selama 24 jam. Sampel feses diambil 10% dari total feses kemudian
dijemur dan dimasukkan dalam oven 60oC kemudian ditimbang untuk mengetahui
bobot kering udara sebelum dianalisis. Sampel feses kemudian dikompositkan dan
digiling untuk analisis kandungan protein kasar dan gross energy.
Koleksi urin dilakukan selama tujuh hari berturut-turut bersamaan dengan
koleksi feses. Ember penampung urin diisi H2SO4 10% untuk mencegah
penguapan nitrogen. Sampel urin diambil 10% dari total urin setiap ekor setiap
hari dan dimasukkan dalam botol dan dikompositkan selama 7 hari kemudian
sampel disimpan dalam freezer. Sampel urin kemudian digunakan untuk analisis
kandungan nitrogen dengan metode Kjeldahl (AOAC 1980).
KBK − BK feses
x
KBK
KPK − PK feses
x
Kecernaan PK % =
KPK
Kecernaan BK % =
%
%
Kecernaan Energi (kkal e-1 h-1) = Konsumsi Energi − Energi Feses
5
Retensi Nitrogen dihitung dengan persamaan (McDonald et al. 2010) :
RN = KN – NF – NU
Keterangan :
RN = Retensi Nitrogen
KN = Konsumsi Nitrogen
NF = Nitrogen Feses
NU = Nitrogen Urin
Analisis Gross Energi dan Protein Kasar
Analisis GE (Gross Energy) menggunakan bom kalorimeter. Analisis
protein kasar menggunakan metode Kjeldahl (AOAC 1980).
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan yaitu menggunakan konsentrat dengan sumber
protein yang berbeda yaitu:
RBK
= Ransum mengandung bungkil kedelai
R-50TJ
= Ransum mengandung tepung jangkrik menggantikan 50% tepung
bungkil kedelai
RTJ
= Ransum mengandung tepung jangkrik.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dan 4 kelompok dengan bobot badan
sebagai ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) menggunakan
software statistical package for social science (SPSS) 16.0. Jika diperoleh
perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Model linear analisis
ragam yaitu (Steel dan Torrie 1993):
Yij= μ +Ti + βj+ εij
Keterangan :
Yij
: Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ
: Nilai rataan umum
Ti
: Pengaruh perlakuan ke-i
βj
: Pengaruh kelompok ke-j
εij
: Error perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang diukur adalah konsumsi (bahan kering, protein dan energi),
kecernaan (bahan kering, protein dan energi), retensi nitrogen, pertambahan bobot
badan (PBB) dan efisiensi pakan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi 15% bungkil kedelai
dalam ransum oleh tepung jangkrik tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi
bahan kering, protein kasar dan energi (Tabel 4).
Tabel 4 Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar dan energi domba
Parameter
Bahan Kering
(g e-1 h-1)
(g kg-1 BB0.75)
(% BB)
Protein Kasar
(g e-1 h-1)
(g kg-1 BB0.75)
Konsumsi Energi (kkal e-1 h-1)
RBK
Perlakuan
R-50TJ
RTJ
383.53±8.64
57.37±5.08
3.05±0.34
368.90±45.55
56.14±2.49
3.00±0.14
338.52±45.45
52.27±8.20
2.81±0.49
64.98±1.80
9.72±0.90
57.99±9.05
8.80±0.60
56.52±9.92
8.73±1.71
1426.61±30.13
1361.41±153.43
1269.65±156.88
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai); R50%TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik.
Konsumsi bahan kering yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa
palatabilitas ransum yang diberikan sama, secara tidak langsung menunjukkan
bahwa penggantian 15% bungkil kedelai dengan 15% tepung jangkrik tidak
merubah palatabilitas. Hal ini berarti bahwa substitusi bungkil kedelai dengan
tepung jangkrik tidak mempengaruhi konsumsi domba, seperti yang dinyatakan
Pond et al. (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah
palatabilitas. Substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga 15%
dalam ransum tidak menimbulkan bau, merubah rasa dan tekstur sehingga tidak
mempengaruhi palatabilitas ransum.
Konsumsi bahan kering berdasarkan bobot badan metabolis pada penelitian
ini berkisar 52.27-57.37 g kg-1 BB0.75. Hasil yang diperoleh ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan hasil penelitan Yulistiani et al. (2011) yang menggunakan
pakan bungkil kedelai terproteksi tanin cairan batang pisang pada domba yang
sedang tumbuh yaitu sebesar 62.90-71.40 g kg-1 BB0.75.
Konsumsi protein kasar yang tidak berbeda nyata antar perlakuan pada
penelitian ini terkait dengan konsumsi bahan kering yang juga tidak berbeda
nyata. Protein kasar termasuk bagian dari bahan kering dan bahan organik
sehingga konsumsi protein kasar berkorelasi positif dengan konsumsi bahan
kering. Konsumsi protein kasar yang tidak berbeda nyata juga disebabkan
kandungan protein kasar ransum pada semua perlakuan yang tidak jauh berbeda
yaitu 16.77%-17.27% (Tabel 3). Konsumsi protein kasar pada penelitian ini
berkisar 56.52-64.98 g e-1h-1. Hasil pada domba dengan bobot badan ±14 kg ini
sesuai bila dibandingkan dengan rekomendasi NRC (2007) yaitu kebutuhan
protein kasar domba dengan bobot badan 20 kg sebesar 76 g h-1 untuk
menghasilkan pertambahan bobot badan 100 g h-1. Konsumsi protein kasar
7
berdasarkan bobot badan metabolit pada penelitian ini berkisar 8.73-9.72 g kg-1
BB0.75. Hasil ini sesuai dengan penelitian Susramdini (2014) yang melaporkan
bahwa konsumsi protein kasar domba lokal jantan yaitu berkisar 81.90-99.99 g e-1
h-1 atau setara dengan 7.62-9.78 g kg-1 BB0.75.
Ternak ruminansia selain membutuhkan protein juga membutuhkan evaluasi
nilai energi. Hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk memelihara
tubuh (hidup pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot
dan sintesa jaringan-jaringan baru (Tillman et al. 1998). Konsumsi energi pada
penelitian ini berkisar 1269-1426 kkal atau setara dengan 5.313-5.970 MJ. Hasil
ini sesuai dengan Mathius et al. (1996) yang menyatakan bahwa konsumsi energi
domba lepas sapih yang sedang tumbuh adalah 5.851 MJ. Konsumsi energi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, bangsa, ukuran tubuh, aktivitas, laju
pertumbuhan, metabolisme, suhu lingkungan (Ensminger et al. 1990). Namun dari
sejumlah energi yang dikonsumsi tidak semua diretensi menjadi produk karena
sebagian akan diekskresikan sebagai feses, urin, gas methan dan panas
metabolisme (McDonald et al. 2010).
Kecernaan Ransum
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi bungkil kedelai
dengan tepung jangkrik tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan kering
dan protein kasar. Substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga 100%
(RTJ) cenderung (P
PENGARUH SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI DENGAN
TEPUNG JANGKRIK DALAM RANSUM DOMBA JANTAN
TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI
NITROGEN DAN PERFORMA
ANDI RISMARIANTY
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Substitusi
Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap
Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen dan Performa adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Andi Rismarianty
NIM D2411022
4
ABSTRAK
ANDI RISMARIANTY. Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai dengan Tepung
Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap Kecernaan Nutrien, Retensi
Nitrogen dan Performa. Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan LILIS
KHOTIJAH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh substitusi protein
bungkil kedelai dengan tepung jangkrik dalam ransum domba jantan terhadap
kecernaan bahan kering, protein kasar dan energi, performa serta retensi nitrogen.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan
empat ulangan menggunakan 12 ekor domba umur 2-4 bulan dengan bobot badan
11.24±1.62 kg. Perlakuan yang diberikan yaitu menggunakan konsentrat dengan
sumber protein yang berbeda yaitu RBK (Ransum mengandung bungkil kedelai
15% dalam ransum), R-50TJ (Ransum mengandung 7.5% tepung jangkrik dalam
ransum menggantikan 50% bungkil kedelai) dan RTJ (Ransum mengandung 15%
tepung jangkrik dalam ransum menggantikan 100% bungkil kedelai). Semua
ternak diberi 40% rumput Brachiaria humidicola dan 60% konsentrat. Hasil
penelitian ini adalah substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga
100% tidak mempengaruhi nilai konsumsi, kecernaan bahan kering dan protein,
retensi nitrogen, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan domba jantan,
meskipun cenderung menurunkan nilai kecernaan energi. Tepung jangkrik dapat
menggantikan 100% tepung bungkil kedelai atau digunakan 15% dalam ransum
dengan palatabilitas yang baik.
Kata kunci : domba jantan, kecernaan, retensi nitrogen, tepung jangkrik
ABSTRACT
ANDI RISMARIANTY. The Effect of Soybean Meal Substitution with Crickets
Meal in Lamb Ration on Nutrient Digestibility, Nitrogen Retention and
Performance. Supervised by DEWI APRI ASTUTI and LILIS KHOTIJAH.
This research was aimed to evaluate the effect of soybean meal substitution with
cricket meal in lamb ration on dry matter, crude protein and energy digestibility,
performance and nitrogen retention. The experiments was conducted using
randomized block design with three treatments and four replications using 12
lambs of 2-4 months old with average body weight 11.24±1.62 kg. The treatments
that used concentrates with different protein sources were control (ration
containing 15% soybean meal), CM-50 (ration containing 7.5% crickets meal
replace 50% of soybean meal), and CM-100 (ration containing 15% crickets meal
replace 100% of soybean meal). All animals got 40% of Brachiaria humidicola
grass and 60% of concentrate. The result showed that substitution of soybean meal
with 100% crickets meal did not affect to the nutrient consumption, dry matter
and protein digestibility, nitrogen retention and weight gain of lamb, although it
tends to decrease the energy digestibility. It can be concluded that the crickets
meal can substitute soybean meal up to 100% or use 15% in the diet with good
palatability.
Keywords: cricket meal, digestibility, lamb, nitrogen retention
1
PENGARUH SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELAI DENGAN
TEPUNG JANGKRIK DALAM RANSUM DOMBA JANTAN
TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI
NITROGEN DAN PERFORMA
ANDI RISMARIANTY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
1
Judul Skripsi
Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik
dalam
Ransum Domba
Jantan
terhadap
Kecemaan
Nutrien,
Retensi Nitrogen dan Perfonna
Nama
Andi Rismarianty
NIM
D24110022
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Dr Ir Lilis Khotijah, MSi
Pembimbing I
Pembimbing II
Tanggal Lulus
:1 5 OCT 201
5
8
1
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2014-Maret 2015 dengan judul Substitusi
Bungkil Kedelai dengan Tepung Jangkrik dalam Ransum Domba Jantan terhadap
Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen dan Performa.
Bungkil kedelai sebagai bahan pakan masih merupakan bahan pakan
impor sehingga penulis ingin mengganti dengan bahan pakan yang tersedia dan
dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah jangkrik indukan afkir yang merupakan
produk hasil ikutan dari budidaya jangkrik. Jangkrik mengandung protein yang
cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pengujian terkait kualitas dari tepung
jangkrik tersebut.
Saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi baru dalam dunia
peternakan.
Bogor, Oktober 2015
Andi Rismarianty
10
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Pemeliharaan
Koleksi Total
Analisis Gross Energi dan Protein Kasar
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan
Peubah yang diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Kecernaan Ransum
Retensi Nitrogen, Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan
efisiensi pakan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH
xi
xi
xi
1
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
7
9
12
12
12
12
15
18
18
1
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien bahan pakan berdasarkan BK
2 Komposisi bahan pakan ransum perlakuan berdasarkan BK
3 Kandungan nutrien ransum perlakuan berdasarkan BK
4 Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar dan energi domba
5 Kecernaan bahan kering, protein kasar dan energi domba
6 Retensi nitrogen, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan domba
2
3
3
6
7
10
DAFTAR GAMBAR
1 Domba penelitian
2 Dinamika pertambahan bobot badan domba
2
11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
2 Hasil analisis ragam konsumsi protein kasar
3 Hasil analisis ragam konsumsi energi
4 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering
5 Hasil analisis ragam kecernaan protein kasar
6 Hasil analisis ragam kecernaan energi
7 Hasil uji lanjut beda nyata kecernaan energi
8 Hasil analisis ragam konsumsi nitrogen
9 Hasil analisis ragam nitrogen feses
10 Hasil analisis ragam nitrogen urin
11 Hasil analisis ragam retensi nitrogen
12 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan
13 Hasil analisis ragam efisiensi pakan
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
17
12
1
PENDAHULUAN
Salah satu ternak potong yang berkontribusi dalam pemenuhan protein
hewani penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
adalah ternak domba. Produktivitas ternak domba dapat ditingkatkan. Peningkatan
produksi domba sangat dominan dipengaruhi oleh pakan. Pakan dengan
kandungan nutrien yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan ternak akan
menghasilkan produktivitas yang baik. Kebutuhan nutrien ternak sangat
dipengaruhi oleh umur, bobot badan dan status fisiologis (domba yang sedang
tumbuh, dewasa, bunting dan laktasi). Domba yang sedang tumbuh membutuhkan
protein kasar dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan domba dewasa.
Kebutuhan protein kasar domba dengan bobot badan 20 kg adalah 13%-20%
untuk menghasilkan pertambahan bobot badan 100-200 g e-1h-1 (NRC 2007).
Pemberian pakan pada ternak domba umumnya berupa pakan utama yaitu
hijauan segar dan konsentrat (pakan penguat). Kecukupan atau kesesuaian pakan
untuk kebutuhan ternak tersebut selain ditinjau dari segi kuantitas, juga harus dari
segi kualitasnya untuk pemenuhan hidup pokok dan berproduksi. Nutrien yang
sangat penting yang harus diperhatikan adalah protein dan energi. Salah satu
bahan sumber protein yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah bungkil
kedelai. Bungkil kedelai memiliki kadar protein sekitar 49% (NRC 2007). Selain
itu, bungkil kedelai juga memiliki potensi untuk menjadi sumber energi bagi
ternak karena bungkil kedelai memiliki kandungan karbohidrat sebesar 30% dari
bobot keringnya (Tobing 1999). Menurut Vidianto (2012), pertambahan bobot
badan anak domba prasapih dari induk yang mengkonsumsi ransum komersial
yang mengandung bungkil kedelai berkisar antara 110-126 g e-1h-1. Prawoto et al.
(2001) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang
dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g e-1h-1, namun melalui perbaikan
teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57-132 g e-1h-1.
Kendala yang dihadapi bungkil kedelai sebagai bahan pakan adalah masih
merupakan bahan baku impor, sehingga perlu dicari alternatif lain yang cukup
tersedia dengan kandungan nutrien yang hampir sama dan harga terjangkau. Salah
satu bahan yang belum dimanfaatkan adalah jangkrik indukan afkir yang
merupakan produk hasil ikutan dari budidaya jangkrik. Jangkrik indukan afkir
adalah jangkrik dengan umur 60-70 hari yang memproduksi telur yang sudah
menurun (sedikit). Budidaya jangkrik mulai banyak dilakukan di beberapa daerah
di Indonesia seperti Depok, Bekasi, Cirebon, Sukabumi, Surabaya, Demak dan
Kediri. Jenis jangkrik yang biasa dibudidayakan yaitu jangkrik Kalung (Gryllus
bimaculatus) karena daya adaptasi dan produktivitasnya yang tinggi.
Penggunaan suatu bahan pakan perlu memperhatikan ketersediaan
(kontinuitas dalam jumlah memadai), kandungan nutrien, harga, dan kandungan
zat antinutrisi (racun). Tepung jangkrik kalung (G. Bimaculatus) mengandung
protein cukup tinggi yaitu antara 56.02%-74.50% dan lemak sebesar 15.47%32.84% (Novianti 2003). Menurut Yelmida et al. (2010), tepung jangkrik
mengandung lemak sebesar 23.21%, protein sebesar 67.77% dan karbohidrat
sebesar 5.86%. Namun menurut Wang et al. (2005), jangkrik juga mengandung
khitin sebesar 8.7% dari bahan keringnya. Khitin sulit dicerna oleh ternak
ruminansia. Pada ternak ruminansia protein pakan akan didegradasi di dalam
2
rumen, demikian pula serat kasar. Rumen pada domba yang sedang tumbuh belum
berkembang sempurna, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pemanfaatan
dari tepung jangkrik yang kaya akan protein tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi pengaruh substitusi protein bungkil kedelai dengan tepung
jangkrik dalam ransum domba jantan terhadap kecernaan bahan kering, protein
dan energi, performa serta retensi nitrogen.
METODE
Bahan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal jantan
sebanyak 12 ekor umur 2-4 bulan dengan bobot badan awal 11.24±1.62 kg.
Domba yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Domba penelitian
Ransum disusun dengan isoprotein dan iso energi berdasarkan NRC (2007)
yaitu domba dengan bobot badan 20 kg membutuhkan protein kasar sebesar 13%20% dan TDN sebesar 53%-66%. Kandungan nutrien bahan pakan yang
digunakan, komposisi ransum perlakuan dan kandungan nutrien ransum perlakuan
disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan berdasarkan BK
Bahan Pakan
Brahiaria
humidicola
Konsentrat
Komersial
Tepung Jangkrik
Bungkil Kedelai
BK
Abu
PK
LK
SK
BETN
TDN*
21.57
8.02
9.74
2.18
32.59
47.47
54.631
84.10
17.82
12.79
3.02
22.12
44.24
51.551
85.61
88.10
5.21
7.00
57.07
49.00
13.13
1.60
10.28
6.00
14.31
36.40
88.352
81.822
Hasil analisis laboratorium Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB(2013) dan Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB(2015); BK: Bahan Kering; PK: Protein
Kasar; SK: Serat Kasar; LK: Lemak Kasar; BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN: Total
Digestible Nutrient; *Hasil perhitungan TDN berdasarkan rumus Wardeh (Kearl 1982): 1%TDN =
-14.8356 + 1.3310(PK) + 0.7923(BETN) + 0.9787(LK) + 0.5133(SK); 2%TDN= -37.3039 +
1.3048(PK) + 1.3630(BETN) + 2.1302(LK) + 0.3618(SK).
3
Tabel 2 Komposisi bahan pakan ransum perlakuan (% BK)
Bahan
RBK
40
60
45
15
0
Rumput Brachiaria Humidicola
Konsentrat :
Konsentrat Lacto A
Bungkil Kedelai
Tepung Jangkrik
Ransum Penelitian
R-50TJ
40
60
45
7.5
7.5
RTJ
40
60
45
0
15
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai; R-50TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik.
Tabel 3 Kandungan nutrien ransum perlakuan berdasarkan BK
Nutrien
RBK
12.28
17.00
2.47
23.89
44.36
57.32
3726
Abu (%)
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
BETN (%)
Total Digestible Nutrient (%)
Gross Energi (kal g-1)
Perlakuan
R-50TJ
12.38
16.77
3.19
24.47
43.18
57.11
3689
RTJ
12.28
17.27
3.99
24.79
41.68
57.52
3726
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai; R-50TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik; Perhitungan
berdasarkan hasil analisis laboratorium.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah kandang individu yang dilengkapi tempat
pakan dan air minum, timbangan digital kapasitas 150 kg untuk menimbang bobot
domba, timbangan digital dengan kapasitas 2 kg untuk menimbang pakan. Kasa
untuk penampungan feses dan penampungan urin menggunakan plastik dan ember
dipasang pada kandang metabolis. Bom kalorimeter untuk analisis gross energy
dan seperangkat alat yang digunakan untuk analisis protein dengan metode
Kjeldahl (AOAC 1980).
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan selama kurang lebih empat bulan dari bulan Januari
hingga April 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B
Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja. Analisis sampel dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB.
4
Prosedur
Pemeliharaan
Bobot badan awal domba ditimbang untuk mengetahui jumlah pemberian
pakan dan pengacakan ternak. Pemberian pakan pada saat adaptasi sebesar 3%
BK dari bobot badan (BB), dan dinaikkan seiring bertambahnya BB.
Pemeliharaan domba dilakukan selama 8 minggu. Pemberian pakan dilakukan 2
kali dalam sehari yaitu pakan konsentrat diberikan pagi hari pukul 07.00 WIB dan
hijauan diberikan siang hari pukul 13.00 WIB. Pakan yang akan diberikan
ditimbang, kemudian sisa pakan ditimbang keesokan harinya sebelum pemberian
pakan selanjutnya. Penimbangan domba dilakukan setiap satu minggu sekali.
Konsumsi Pakan = jumlah pakan yang diberikan – jumlah sisa
Konsumsi Bahan Kering (KBK) = konsumsi pakan x kadar BK pakan
Konsumsi Protein Kasar (KPK) = KBK x kadar PK pakan
Konsumsi Energi = KBK x kandungan GE pakan
PBB = Bobot Akhir – Bobot Awal
PBBH =
Bobot akhir − Bobot awal
Jumlah hari
Efisiensi Pakan =
PBBH
x
∑Konsumsi BK
%
Koleksi Total
Kecernaan nutrien diukur dengan metode koleksi total. Koleksi feses
dilakukan pada minggu ke-7 masa akhir pemeliharaan. Feses ditampung selama
24 jam selama 7 hari berturut-turut. Feses yang baru keluar langsung ditampung
pada plastik yang telah disediakan agar tidak tercampur dengan urin, kemudian
ditimbang. Total feses didapatkan dari hasil penjumlahan bobot feses yang
ditampung selama 24 jam. Sampel feses diambil 10% dari total feses kemudian
dijemur dan dimasukkan dalam oven 60oC kemudian ditimbang untuk mengetahui
bobot kering udara sebelum dianalisis. Sampel feses kemudian dikompositkan dan
digiling untuk analisis kandungan protein kasar dan gross energy.
Koleksi urin dilakukan selama tujuh hari berturut-turut bersamaan dengan
koleksi feses. Ember penampung urin diisi H2SO4 10% untuk mencegah
penguapan nitrogen. Sampel urin diambil 10% dari total urin setiap ekor setiap
hari dan dimasukkan dalam botol dan dikompositkan selama 7 hari kemudian
sampel disimpan dalam freezer. Sampel urin kemudian digunakan untuk analisis
kandungan nitrogen dengan metode Kjeldahl (AOAC 1980).
KBK − BK feses
x
KBK
KPK − PK feses
x
Kecernaan PK % =
KPK
Kecernaan BK % =
%
%
Kecernaan Energi (kkal e-1 h-1) = Konsumsi Energi − Energi Feses
5
Retensi Nitrogen dihitung dengan persamaan (McDonald et al. 2010) :
RN = KN – NF – NU
Keterangan :
RN = Retensi Nitrogen
KN = Konsumsi Nitrogen
NF = Nitrogen Feses
NU = Nitrogen Urin
Analisis Gross Energi dan Protein Kasar
Analisis GE (Gross Energy) menggunakan bom kalorimeter. Analisis
protein kasar menggunakan metode Kjeldahl (AOAC 1980).
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan yaitu menggunakan konsentrat dengan sumber
protein yang berbeda yaitu:
RBK
= Ransum mengandung bungkil kedelai
R-50TJ
= Ransum mengandung tepung jangkrik menggantikan 50% tepung
bungkil kedelai
RTJ
= Ransum mengandung tepung jangkrik.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dan 4 kelompok dengan bobot badan
sebagai ulangan. Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) menggunakan
software statistical package for social science (SPSS) 16.0. Jika diperoleh
perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan. Model linear analisis
ragam yaitu (Steel dan Torrie 1993):
Yij= μ +Ti + βj+ εij
Keterangan :
Yij
: Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ
: Nilai rataan umum
Ti
: Pengaruh perlakuan ke-i
βj
: Pengaruh kelompok ke-j
εij
: Error perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang diukur adalah konsumsi (bahan kering, protein dan energi),
kecernaan (bahan kering, protein dan energi), retensi nitrogen, pertambahan bobot
badan (PBB) dan efisiensi pakan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi 15% bungkil kedelai
dalam ransum oleh tepung jangkrik tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi
bahan kering, protein kasar dan energi (Tabel 4).
Tabel 4 Rataan konsumsi bahan kering, protein kasar dan energi domba
Parameter
Bahan Kering
(g e-1 h-1)
(g kg-1 BB0.75)
(% BB)
Protein Kasar
(g e-1 h-1)
(g kg-1 BB0.75)
Konsumsi Energi (kkal e-1 h-1)
RBK
Perlakuan
R-50TJ
RTJ
383.53±8.64
57.37±5.08
3.05±0.34
368.90±45.55
56.14±2.49
3.00±0.14
338.52±45.45
52.27±8.20
2.81±0.49
64.98±1.80
9.72±0.90
57.99±9.05
8.80±0.60
56.52±9.92
8.73±1.71
1426.61±30.13
1361.41±153.43
1269.65±156.88
RBK : Ransum mengandung bungkil kedelai); R50%TJ : Ransum mengandung tepung jangkrik
menggantikan 50% bungkil kedelai; RTJ : Ransum mengandung tepung jangkrik.
Konsumsi bahan kering yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa
palatabilitas ransum yang diberikan sama, secara tidak langsung menunjukkan
bahwa penggantian 15% bungkil kedelai dengan 15% tepung jangkrik tidak
merubah palatabilitas. Hal ini berarti bahwa substitusi bungkil kedelai dengan
tepung jangkrik tidak mempengaruhi konsumsi domba, seperti yang dinyatakan
Pond et al. (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah
palatabilitas. Substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga 15%
dalam ransum tidak menimbulkan bau, merubah rasa dan tekstur sehingga tidak
mempengaruhi palatabilitas ransum.
Konsumsi bahan kering berdasarkan bobot badan metabolis pada penelitian
ini berkisar 52.27-57.37 g kg-1 BB0.75. Hasil yang diperoleh ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan hasil penelitan Yulistiani et al. (2011) yang menggunakan
pakan bungkil kedelai terproteksi tanin cairan batang pisang pada domba yang
sedang tumbuh yaitu sebesar 62.90-71.40 g kg-1 BB0.75.
Konsumsi protein kasar yang tidak berbeda nyata antar perlakuan pada
penelitian ini terkait dengan konsumsi bahan kering yang juga tidak berbeda
nyata. Protein kasar termasuk bagian dari bahan kering dan bahan organik
sehingga konsumsi protein kasar berkorelasi positif dengan konsumsi bahan
kering. Konsumsi protein kasar yang tidak berbeda nyata juga disebabkan
kandungan protein kasar ransum pada semua perlakuan yang tidak jauh berbeda
yaitu 16.77%-17.27% (Tabel 3). Konsumsi protein kasar pada penelitian ini
berkisar 56.52-64.98 g e-1h-1. Hasil pada domba dengan bobot badan ±14 kg ini
sesuai bila dibandingkan dengan rekomendasi NRC (2007) yaitu kebutuhan
protein kasar domba dengan bobot badan 20 kg sebesar 76 g h-1 untuk
menghasilkan pertambahan bobot badan 100 g h-1. Konsumsi protein kasar
7
berdasarkan bobot badan metabolit pada penelitian ini berkisar 8.73-9.72 g kg-1
BB0.75. Hasil ini sesuai dengan penelitian Susramdini (2014) yang melaporkan
bahwa konsumsi protein kasar domba lokal jantan yaitu berkisar 81.90-99.99 g e-1
h-1 atau setara dengan 7.62-9.78 g kg-1 BB0.75.
Ternak ruminansia selain membutuhkan protein juga membutuhkan evaluasi
nilai energi. Hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk memelihara
tubuh (hidup pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot
dan sintesa jaringan-jaringan baru (Tillman et al. 1998). Konsumsi energi pada
penelitian ini berkisar 1269-1426 kkal atau setara dengan 5.313-5.970 MJ. Hasil
ini sesuai dengan Mathius et al. (1996) yang menyatakan bahwa konsumsi energi
domba lepas sapih yang sedang tumbuh adalah 5.851 MJ. Konsumsi energi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, bangsa, ukuran tubuh, aktivitas, laju
pertumbuhan, metabolisme, suhu lingkungan (Ensminger et al. 1990). Namun dari
sejumlah energi yang dikonsumsi tidak semua diretensi menjadi produk karena
sebagian akan diekskresikan sebagai feses, urin, gas methan dan panas
metabolisme (McDonald et al. 2010).
Kecernaan Ransum
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi bungkil kedelai
dengan tepung jangkrik tidak berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan kering
dan protein kasar. Substitusi bungkil kedelai dengan tepung jangkrik hingga 100%
(RTJ) cenderung (P