Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokai Timika berdasarkan Agroekologi

KERAGAAN DAN DETERMINAN STATUS GlZl DAM
KESEHATAN PENDUDUK LOKAL TlMlKA
BERDASARKAN AGROEKOLOGI

Oleh:
MlLA FADILLA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MlLA FADILLA. Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk
Lokal Timika berdasarkan Agroekologi (Dibimbing oleh HARDINSYAH, DADANG
SUKANDAR dan YEKTl HARTATI EFFENDI).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan status gizi dan
kesehatan penduduk lokal Timika berdasarkan tiga tipe agroekologi, yaitu dataran
tinggi, rendah dan pantai dan menganalisis faktor determinan status gizi dan
kesehatan penduduk lokal Tirnika.
Desain studi adalah cross-sectional dengan rnembandingkan status gizi dan
kesehatan antar agroekologi yaitu dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Data
yang digunakan adalah data sekunder bagian dari data penelitian yang berjudul
"Studi Konsumsi Pangan dan Biomarkers Penduduk yang Tinggal di Daerah

Penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI)", yang dilaksanakan pada bulan
September 1998 hingga April 1999 oleh suatu tim yang terdiri dari IPB, Uncend, PT
Freeport Indonesia dan Parametrix-AS. Sepuluh desa dipilih dengan sengaja
(purpossive) berdasarkan agroekologi, yaitu terdiri dari dua desa di dataran tinggi
(Aroanop dan Banti), empat desa di dataran rendah (Kwamki Lama, Kampuny
Pisang, Kalikopi dan Iwaka) serta empat desa di daerah pantai (Pad XI, Pulau
Karaka, Pulau Poriri dan Atuka). Contoh penelitian adalah penduduk lokal Timika
yang terbagi menurut kelompok umur, yaitu anak (umur 2 - 18 tahun) dan orang
dewasa (umur 218 tahun). Contoh diambil secara acak dari masing-masing desa
dengan jumlah keseluruhan contoh berjumlah 160 orang yang berimbang tiap jenis
kelamin (Hardinsyah et a/., 2000).
Status gizi anak ditentukan dengan menghitung nilai z skor (indeks BBIU,
TBIU dan BBITB) menurut baku WHO-NCHS (1983) dan orang dewasa dengan
menghitung indeks massa tubuh (l~~=kg/rn')menurut Depkes-RI (1996). Status
anemia berdasarkan CDC (1998), kadar serum ALT (alanine aminotransferase) dan
AST (asparfate aminotansferase) untuk diagnosa gangguan fungsi hati dan kadar
kreatinin untuk gangguan fungsi ginjal menurut Widmann (1985). Regresi berganda
dan logistik dilakukan untuk analisis determinan status gizi dan kesehatan (Afifi &
Clark, 1996).
Hasil studi menunjukkan bahwa prevalensi status gizi kurang underweight

(BBIU) anak adalah 11,0%, stunting (TBIU) 31,0% dan wasting (BBTTB) 4,7%.
Prevalensi underweight dan stunting anak tertinggi di pantai (berturut-turut 17,5%
dan 37,5%) dan wasting tertinggi di dataran rendah (8,3%). Prevalensi status gizi
lebih orang dewasa 21,7%, dengan prevalensi tertinggi di dataran tinggi (50,0%).
Prevalensi anemia anak sebesar 52,0% dengan prevalensi tertinggi di dataran
rendah (673%); sedangkan orang dewasa 71,7% dengan prevalensi tertinggi di
dataran rendah dan pantai (masing-masing 79,2%).
Prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) anak adalah 84,0%
dengan prevalensi tertinggi di dataran tinggi (100,0%); sedangkan orang dewasa
65,0%, dengan prevalensi tertinggi di pantai (79,2%). Prevalensi penyakit diare anak
62,O %, dengan prevalensi tertinggi di pantai (72,5%); sedangkan grang dsvrasa
33,3%, dengan prevalensi tertinggi di dataran rendah (45,8%). Prevalensi
kecacingan anak 95,0%, dengan prevalensi tertinggi di dataran tinggi (100,0%);
sedangkan orang dewasa 83,3% dengan prevalensi tertinggi di pantai (87,574,).

Prevalensi penyakit malaria pada anak 71,0%, dengan prevalensi tertinggi di pantai
(90,0%); sedangkan orang dewasa 80,0%, dengan prevalensi tertinggi di dataran
rendah (95,8%).
Persentase contoh yang memiliki risiko gangguan fungsi hati berdasarkan
kadar serum ALT adalah 21,3 O h , dengan persentase tertinggi di dataran tinggi

(43,8%). Hal yang senada ditemukan berdasarkan kadar serum AST. Persentase
contoh yang memiliki risiko gangguan fungsi ginjal adalah 6,g0h, dengan persentase
tertinggi di dataran rendah (7,8%).
Sanitasi lingkungan dan perbedaan agroekalogi adalah dua determinan
utama status gizi, baik pada a ~ a k
darl orang dewasa. Determinan anemia gizi anak
dan orang dewasa adalah infeksi cacing tambang dan penyakit malaria.
Determinan ISPA pada anak adalah status gizi, sanitasi lingkungan dan
pendapatan keluarga, sedangkan orang dewasa sanitasi lingkungan dan tingkat
pendidikan. Sanitasi lingkungan merupakan determinan kecacingan, baik pada anak
dan orang dewasa. Status gizi merupakan determinan diare baik pada anak dan
orang dewasa. Determinan malaria anak dan orang dewasa adalah perbedaan
agroekologi. Determinan risiko gangguan fungsi hati adalah konsumsi alkohol.
Tingkat kecuktipan protein dan vitamin C serta umur adalah determinan risiko
gangguan fungsi ginjal.
Determinan status gizi dan penyakit infeksi, yaitu sanitasi lingkungan,
merupakan faktor yang dapat diperbaiki, sehingga diharapkan pemerintah dan pihak
terkait dapat meningkatkan sanitasi lingkungan (terutama sumber air, perurnahan
dan lingkungan perumahan) penduduk lokal Timika. Himbauan kepada Pemerintah
(terutama Dinas Kesehatan) bersama PTFl (bagian kesehatan masyarakat) untuk

melakukan upaya-upaya perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat sebagai bagian
dari hak asasi manusia. Perlu dilakukan upaya pencegahan penularan penyakit
malaria, terutama di dataran rendah dan pantai dengan meminimalisasi potensi
perkembangbiakan nyamuk penyebar penyakit malaria. Konsumsi alkohol yang
menjadi determinan risiko gangguan fungsi hati disarankan untcrk dikontrol dengan
kebijakan perdagangan alkohol. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui perubahan yang mungkin terjadi dengan diperbaikinya sanitasi
lingkungan penduduk lokal Timika, dan melakukan intervensi berupa penyuluhan gizi
dan kesehatan, terutama untuk perbaikan sanitasi lingkungan penduduk lokal
Timika.

KERAGAAN DAN DETERMINAN STATUS GlZl DAN
KESEHATAN PENDUDUK LOKAL TlMlKA
BERDASARKAN AGROEKOLOGI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Silmberdaya Keluarga


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul

: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan
Penduduk Lokai Timika berdasarkan Agroekologi

Nama Mahasiswa : Mila Fadilla
: GMK99495
NRP
Program Studi
: llmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

h,

Dr. Ir. H. ~ a r d i n s ~ aMS
Ketua

dr. Yekti Hartati Effendi
Anggota

Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Gizi Ma
dan Sumberdaya Keluar

Tanggal lulus: 22 Januari 2002

Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 12 Juli 1974
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari ayah H. Abdullah Daud, SH dan ibu
Hj. Umi Kalsum, BA.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta penulis selesaikan
pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis terdaftar sebagai mahasiswa lnstitut

Pertanian Bogor melalui USMl (Undangan Seleksi Masuk IPB), Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian dan mendapat gelar
sarjana pada tahun 1997.

Mulai September 1999 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa pascasarjana IPB Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga. Sejak lulus S1 hingga selama kuliah di Program Pascasarjana penulis
berkerja sebagai asisten peneliti dan asisten luar biasa mata kuliah Epidemiologi
Gizi dan Konsultasi Gizi di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB.
-

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SVVT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Tesis yang berjudul "Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan
Penduduk Lokal Timika berdasarkan Agroekologi" merupakan syarat akhir untuk
memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang keahlian llmu Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga.

Penulis mengucapakan terimakasih kepada Bapak Dr. lr. Hardinsyah, MS
selaku Ketua Tim Peneliti "Studi Konsumsi Pangan dan Biomarkers Penduduk yang
Tinggal di Daerah Penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI)", Ibu dr. Yekti Hartati
Effendi (tim medis), Bapak Prof. Dr. Ali Khomsan, MS, Bapak Dr. Agus Sumule,
Bapak Dr. Asep Saefuddin dan Bapak Dr. Wisnu Susetyo (anggota tim) atas
diperkenankan menggunakan sebagian data penelitian tersebut di atas untuk
penulisan tesis ini. Di samping itu, penghargaan yang tinggi penulis sampaikan
kepada Bapak Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Bapak Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc dan Ibu
dr. Yekti Hartati Effendi atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama
penyusunan tesis ini.
Khusus kepada Mama, Papa, Bang Fadly dan Adik Farah penulis
mengucspkan terimakasih yang tak terhingga atas doa, dukungan dan kasih
sayangnya hingga penulis menyelesaikan tesis ini.
Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bu Diah, Bu Lilik, Bu
Retnaningsih dan Bu Anna yang telah mengijinkan penulis melanjutkan studi sambil
bekerja, teman-teman szangkatan di Program Studi GMK, terutama kepada Bu
Marlina, Mbak Nova, Dewi dan Tita atas persahabatannya, Bu Rosdiana, Bu
Suryawati dan Bu Mariani atas bantuan urusan konsumsi, Bu Uswatun, Uni Atit, Uni
Yuli, Bu Eti, Bu Emmy, Mbak Eni dan suami, ssita Ade, Kak A!, Akhdan, Teh Leily,
Teh Tin, Mbak Mega, Bu Atat, Nurul dan Leila atas persahabatan yang telah

diberikan selama ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SVVT memberikan balasan yang lebih baik.
Semoga hasi! studi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2002
Mila Fadilla

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

xiii


PENDAHULUAN .................................................................................................
Latar Belakang..............................................................................................
Tujuan............................................................................................................
Hipotesis ........................................................................................................
Manfaat.........................................................................................................

1
1
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
5
Status Gizi .....................................................................................................
5
Status Gizi Antropometri .......................................................................
5
Status Anemia Gizi................................................................................. 8
Status Kesehatan ..........................................................................................

11
lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ................................................. 12
Diare ......................................................................................................13
lnfeksi Kecacingan ................................................................................. 14
Malaria ..................................................................................................
16
Gangguan Fungsi Hati ...........................................................................
17
Gangguan Fungsi Ginjal.........................................................................
18
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ........................................ 20
20
Status Gizi Antropometri ........................................................................
Status Anemia Gizi.................................................................................
21
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Status
Kesehatan
23
....................................
.
. Penyakit ISPA. Diare. Kecacingan dan Malaria ...................................... 23
Gangguan Fungsi Hati ...........................................................................25
Gangguan Fungsi Ginjal........................................................................ 26
KERANGKA PEMlKlRAN ......................................................................................28
31
METODE...............................................................................................................
Desain. Waktu dan Tempat ............................................................................ 31
Teknik Penarikan Contoh............................................................................... 31
Data dan Pengumpulannya......................................................................... 32
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 33
Tingkat Kecukupan Gizi ......................................................................... 33
Higiene Pribadi dan Sanitasi Lingkungan ............................................... 34
Status Gizi.............................................................................................. 35
Status Kesehatan................................................................................... 37
Analisis Data .......................................................................................... 37
Batasan Operasional .................................................................................... 40

Halaman

HAS1L DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 42
Keadaan Umum Lokasi..................................................................................
42
43
Keadaan Umum Keluarga Contoh .................................................................
Pendidikan Kepala Keluarga (KK) .......................................................... 43
Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) .................................................. 44
Besar Keluarga Contoh ..........................................................................
45
Pendapatan Keluarga Contoh ............................................................... 46
Tipe Rumah Keluarga Contoh ................................................................ 46
Tipe Atap Rumah Keluarga Contoh........................................................ 47
Ventilasi Rumah Keluarga Contoh ......................................................... 48
Jenis Lantai Rumah Keluarga Contoh .................................................... 49
Sumber Air Minum Keluarga Contoh ...................................................... 49
Higiene Pribadi dan Sanitasi Lingkungan...................................................... 50
Tingkat Kecukupan Gizi .................................................................................
51
Konsumsi Alkohol .......................................................................................... 54
Keragaan Status Gizi Contoh......................................................................... 55
Status Gizi Antropometri ......................................................................
55
Status Anemia Gizi ................................................................................. 63
Keragaan Status Kesehatan Contoh .............................................................. 66
lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ................................................. 66
Diare ...................................................................................................... 67
lnfeksi Kecacingan .................................................................................
68
Riwayat Penyakit Malaria ....................................................................... 71
Risiko Gangguan Fungsi Hati................................................................. 73
Risiko Gangguan Fungsi Ginjal .............................................................. 76
Determinan Status Gizi .................................................................................. 79
Status Gizi Antropometri ........................................................................ 79
83
Status Anemia Gizi .................................................................................
Determinan Status Kesehatan ....................................................................... 86
Determinan Penyakit ISPA ..................................................................... 86
Determinan Diare ................................................................................... 89
Determinan Penyakit lnfeksi Kecacingan ........................................91
Determinan Riwayat Penyakit Malaria....................................................92
Determinan Risiko Gangguan Fungsi Hati.............................................. 93
Determinan Risiko Gangguan Fungsi Ginjal........................................... 95
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................
Kesimpulan....................................................................................................
Saran .............................................................................................................

97
97
98

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

99

LAMPIRAN ............................................................................................................ 106

DAFTAR TABEL
Halaman
Data dan pengumpulannya ........................................................................

33

Skor higiene pribadi ...................................................................................

34

Skor sanitasi lingkungan ............................................................................

35

Klasifikasi status gizi menurut indeks-indeks BBIU, TBIU dan BBfTB
berdasarkan nilai z-skor ............................................................................. 36
Klasifikasi status gizi orang dewasa menurut indeks massa tubuh
(IMT) ..........................................................................................................

36

Sebaran keluarga contoh menurut tingkat pendidikan kepala keluarga
(KK) pada beberapa tipe agroekologi ......................................................... 44
Sebaran keluarga contoh menurut jenis pekerjaan kepala keluarga
(KK) pada beberapa tipe agroekologi ......................................................... 45
Sebaran keluarga contoh menurut besar keluarga pada beberapa tipe
agroekologi ................................................................................................45
Sebaran keluarga contoh menurut pendapatan keluarga per kapita
per bulan pada beberapa tipe agroekologi .................................................

46

Sebaran keluarga contoh menurut tipe rumah pada beberapa tipe
agroekologi ................................................................................................
47
Sebaran keluarga contoh menurut tipe atap rumah pada beberapa
tipe agroekologi.........................................................................................48
Sebaran keluarga contoh menurut kondisi ventilasi rumah contoh
pada beberapa tipe agroekologi.............................................................. 48
13.

Sebaran keluarga contoh menurut jenis lantai rumah contoh pada
beberapa tipe agroekologi..........................................................................49

14.

Sebaran keluarga contoh menurut sumber air minum keluarga contoh
pada beberapa tipe agroekologi .................................................................50

15.

Rata-rata dan simpangan baku skor higiene dar! sanitasi lingkungan
pada beberapa tipe agroekologi .................................................................

51

16.

Rata-rata dan simpangan baku tingkat kecukupan gizi contoh pada
beberapa tipe agroekologi.......................................................................... 52

17.

Rata-rata dan simpangan baku nilai z skor status gizi anak pada
beberapa tipe agroekologi..........................................................................

55

18.

Rata-rata dan simpangan baku kadar hemoglobin dan jumlah sel
darah merah contoh pada beberapa tipe agroekologi ................................ 63

19.

Rata-rata dan simpangan baku nilai indikator fungsi hati contoh pada
beberapa tipe agroeko!cgi....................................................................... 74

Halaman
Rata-rata dan simpangan baku nilai indikator fungsi ginjal contoh
pada beberapa tipe agroekologi.................................................................

77

Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (BBIU)
(N=100)......................................................................................................

79

Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (TBIU)
(N=l00)......................................................................................................

80

Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (BBITB)
(N=100)......................................................................................................

80

Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi orang dewasa
(IMT) (N=60) ..............................................................................................

83

Hasil analisis regresi logistik determinan anemia gizi pada anak
(N=l00) ......................................................................................................

84

Hasil analisis regresi logistik determinan anemia gizi pada orang
dewasa (N=60) ......1: ...............................................................................85
Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit ISPA pada anak
(N=100). .....................................................................................................

86

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit ISPA pada orang
dewasa (N=60) ..........................................................................................

88

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit diare pada anak
(N=100). .....................................................................................................

89

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit diare pada orang
dewasa (N=60) .........................................................................................

90

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit infeksi kecacingan
pada anak (N=100) .....................................................................................91
Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit infeksi kecacingan .
pada orang dewasa (N=60)........................................................................92
Hasil analisis regresi logistik determinan riwayat penyakit malaria
pada anak (N=100) ....................................................................................

92

Hasil analisis iegiesi logistik deterrniiian riwayat penyakit malaria
pada orang dewasa (N=60) ......................................................................

93

Hasil analisis regresi logistik determinan risiko gangguan fungsi hati
(kadar AST serum) (N=160) .......................................................................

94

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit gangguan fungsi
hati (ALT) (N=160) ..................................................................................... 94
Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit gangguan fungsi
ginjal (kadar kreatinin serum) (N=160) ....................................................... 95

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka pemikiran determinan status gizi dan kesehatan penduduk
lokal Timika ................................................................................................ 30
Persentase konsumsi alkohol oleh anak dan orang dewasa pada
beberapa tipe agroekologi.......................................................................... 54
Status gizi (BB/U) anak pada beberapa tipe agroekologi ........................... 57
Status gizi (TBIU) anak pada beberapa tipe agroekologi............................ 58
Status gizi (BBiTB) anak pada beberapa tipe agroekologi ......................... 59
Status gizi (IMT) orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi ............... 62
Prevalensi anemia pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe
agroekologi ................................................................................................

65

Prevalensi ISPA pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe
agroekologi ................................................................................................ 66
Prevalensi diare pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe
agroekologi ................................................................................................ 68
Prevalensi penyakit infeksi kecacingan pada anak dan orang dewasa
pada beberapa tipe agroekologi ................................................................. 69
Jenis cacing yang menginfeksi anak dan orang dewasa pada
beberapa tipe agroekologi........................................................................

70

Prevalensi riwayat penyakit malaria pada anak dan orang dewasa
pada beberapa tipe agroekologi .................................................................

71

Kejadian risiko gangguan fungsi hati (ALT) yang dialami anak dan
orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi.......................................... 74
Kejadian risiko gangguan fungsi hati (AST) yang dialami anak dan
orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi..........................................

76

Kejadian risiko gangguan fungsi ginjal (kreatinin) yang dialami anak
dan orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi ................................... 78

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Peta Timika ................................................................................................

106

Hasil uji ANOVA tingkat pendidikan KK, besar keluarga dan
pendapatan keluarga per kapita berdasarkan agroekologi ......................... 107
Hasil uji ANOVA skcr higiene dan sanitasi iingkungan berdasarkan
agroekologi ................................................................................................ 108
Hasil uji ANOVA tingkat kecukupan gizi berdasarkan agroekologi ............ . I 0 9
Hasil uji ANOVA status gizi anak (nilai z skor indeks BBIU, TBIU,
BBITB) dan orang dewasa (nilai IMT) berdasarkan agroekologi................. 111
Hasil analisis korelasi Spearman's ............................................................. 113
Hasil uji ANOVA kadar hemoglobin (Hb) darah dan jumlah sel darah
merah berdasarkan agroekologi................................................................. 115
Hasil uji ANOVA kadar AST, ALT dan kreatinin serum berdasarkan
agroekologi ................................................................................................ 116

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keadaan gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
tingkat kesehatan dan usia harapan hidup masyarakat. Telah diketahui bahwa
kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun
mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreativitas dan produktivitas penduduk
(Depkes-RI, 2000a). Rendahnya status gizi masyarakat akan menurunkan tingkat
*

kesehatan dan usia harapan hidup, yang merupakan unsur utama dalam penentuan
keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, yaitu Human Development Index
(HDI). Oleh karena itu, perbaikan status gizi anak merupakan strategi penting untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mendorong pertumbuhan ekonomi
(Martorell, 1996).
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang
merupakan hasil dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan.
Status gizi berkaitan dengan produksi pangan, proses dan penanganan pangan,
penyiapan, distribusi dan konsumsi pangan (King & Burgess, 1995). Menurut
Legowo et a/. (1996), produksi pangan sangat dioengaruhi oleh faktor-faktor tanah,
iklim, fisiografi dan tipe penggunaan lahan (Adi, 1998). Selanjutnya menurut
Suhardjo et a!. (1988) perbedaan gecgrafi clan topografi dspat rner-nberikarl ciri
khusus pada pola pangannya.
Berbagai hasil penelitian memperlihatkan bahwa keadaan kurang gizi serta
status kesehatan yang rendah pada masyarakat Indonesia terutama terjadi di
wilayah miskin dengan daya beli dan daya jangkau terhadap pangan yang rendah.
Provinsi lrian Jaya merupakan salah satu provinsi dengan pendapatan per kapita

dibawah rata-rata nasional (BPS, 2000). Kabupaten Mimika, dengan ibukota Timika,
yang sebelumnya adalah Kecamatan Mimika, Kabupaten Fak Fak berada di Provinsi
lrian Jaya yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan keadaan
penduduk yang masih mengalami permasalahan gizi dan kesehatan. Penduduk
Timika, terutama penduduk lokal, relatif tei-isolasi dan tersebar pada tiga wilayah
agroekologi, yaitu dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Penduduk umumnya
(terutama penduduk perdesaan) memperoleh makanan dari berburu, mengumpulkan
hasil tanaman dan menangkap ikan dari biota yang hidup dan tumbuh dari
agroekologi setempat, dan sejak beberapa tahun terakhir mulai mengalami
transformasi ekonomi yang menyebabkan perubahan makanan pokok dari sagu
menjadi beras (Sumule, Khomsan & Susetyo, 1999).
Adanya perbedaan agroekologi di wilayah Timika dengan berbagai
permasalahan gizi dan kesehatan merupakan ha1 yang menarik untuk dipelajari.
Masyarakat Timika di daerah pantai banyak mengkonsumsi pangan laut dan sagu,
tetapi tidak demikian halnya dengan masyarakat di dataran tinggi dan rendah. Hal
ini diduga akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, pada
penelitian ini akan dipelajari perbedaan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat
Timika berdasarkan agroekologi sehingga dapat disusun suatu program pangan dan
gizi yang dapat memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan masyarakat. Beberapa
analisis yang belum dilakukan seperti determinan status gizi dan kesehatan
penduduk lokal di wilayah tersebut juga akan diteliti.

Tuiuan

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui keragaan dan menganalisis
deterrninan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika berdasarkan
agroekologi. Tujuan khusus penelitian adalah:
1. Menganalisis keragaan status gizi (antropometri dan anemia gizi) penduduk lokal
Timika berdasarkan tiga wilayah agroekologi, yaitu dataran tinggi, rendah dan
pantai.
2. Menganalisis keragaan status kesehatan (ISPA, diare, kecacingan, malaria
gangguan hati dan ginjal) penduduk lokal Timika berdasarkan wilayah
agroekologi.
3. Menganalisis determinan status gizi (antropometri dan anemia gizi)

dan

kesehatan (ISPA, diare, kecacingan, malaria, gangguan hati dan ginjal)
penduduk lokal Timika.
Hipotesis

1. Terdapat perbedaan status gizi dan kesehatan penduduk lokal antar agroekologi
(dataran tinggi, dataran rendah dan pankrl).

2. Perbedaan agroekologi, higiene pribadi, sanitasi lingkungan, pe~yakitinfeksi,
tingkat kecukupan gizi, besar keluarga, tingkat pendapatan dan pendidikan
kepala keluarga merupakan determinan status gizi.
3. Perbedaan agroekologi, higiene pribadi, sanitasi lingkungan, status gizi, tingkat

kecukupan gizi, konsumsi alkohol, besar keluarga, tingkat pendapatan dan
pendidikan kepala keluarga merupakan determinan status kesehatan.

Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai
determinan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika. Dengan diketahuinya
determinan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika diharapkan dapat
disusun program perbaikan status gizi dan kesehatan penduduk yang efektif dan
efisien. Tahap selanjutnya diharapkan kualitas sumberdaya manusia penduduk
lokal Timika akan meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan kesenjangan antara kecukupan dan kebutuhan
zat gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dipilih
berdasarkan tahapan kekuranganlkelebihan gizi. Antropometri merupakan metode
pengukuran status gizi secara langsung dan sederhana yang paling umum
digunakan untuk menilai masalah kurang energi protein (KEP) dan kelebihan energi
dan protein (kegemukan). Pengujian laboratorium yang mencakup hematologi dan
kimia klinik darah dapat dilakukan untuk penilaian anemia gizi (Jelliffe & Jelliffe,
1989; Gibson, 1990).
Status Gizi Antromopetri

Pengukuran antropometri telah digunakan secara luas sebagai indikator
atau perkiraan beragam kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi.
-

Pengukuran pertumbuhan, kesehatan atau penyakit dengan antropometri telah
dilakukan sejak lama.

lndeks antropometri digunakan sebagai kriteria utama

pengukuran kecukupan diit dan pertumbuhan pada anak (WHO, 1995). Beberapa
indeks telah direkomendasikan oleh WHO (1983) sebagai pengukuran utama status
gizi anak di masa lampau dan saat ini, dan dengan menggunakan indeks tersebut
dapat dibedakan underweight (kurus, BBIU), stunting (pendek, TBIU), dan' wasting
(kecil, BBTTB).
lndeks yang digunakan ui'ltuk Grang dewasa adalah indeks massa tubtih
(kg/m2) yang diklasifikasikan status gizi normal jika IMT berkisar 18,5 hingga 24,99,
status gizi kurang jika nilai IMT lebih rendah dari 18,5 dan status gizi lebih jika nilai

IMT lebih dari 25,O (Depkes-RI, 1996). lndeks massa tubuh merupakan indikator
yang baik untuk mengetahui simpanan kelebihan energi dalam bentuk lemak, juga
sebagai indikator kekurangan energi dan protein. Pada populasi, nilai IMT lebih dari
30 berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah, risiko penyakit jantung koroner
dan diabetes mellitus non-insulin dependen (WHO, 1995).
Pertumbuhan anak yang stunting merupakan kejadian yang paling umum di
seluruh dunia.

Kurang energi dan protein merupakan evaluasi awal sebagai

penyebab utama stunting (Rosado, 1999).

Stunting selama masa kanak-kanak

berkaitan dengan outcome fungsional seperti perkembangan kognitif yang terganggu
(Pollitt et a/., 1995) dan perkembangan mental dan motorik yang terlambat
(Grantham-McGregor, 1995).
Status gizi kurang akan mempengaruhi hasil kehamilan, seperti berat bayi
lahir rendah dan tingkat kematian bayi yang tinggi, apabila dialami seorang calon ibu
(Ramskrishnan et a!, 1999) dan meningkatnya risiko obstetrik pada wanita karena
ukuran tubuh yang pendek (WHO, 1995). Kurang gizi yang terjadi pada masa kanakkanak akan menyebabkan kelainan tulang pelvis, sehingga setelah menjadi ibu akan
mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan pertumbuhan plasenta dan jal~in
di masa kehamilan akhir. Hal ini memperbesar risiko terkena stroke pada usia
dewasa (Martyn, Barker & Osmond, 1996). Pada orang dewasa, gizi kurang akan
mengurangi kapasitas kerja akibat kurangnya massa tubuh (WHO, 1995).
Kurang gizi pada awal kehidupan dapat memiliki peran dalam kegemukan di
usia dewasa.

Beberapa studi menunjukkan bahwa stunting secara positif

berhubungan dengan kegemukan di usia dewasa (Popkin et a/., 1996; Sawaya et a/.,
1997). Studi yang dilakukan Sawaya et a;. (1997) menunjukkan adanya hubungan
kenaikan berat badan berlebih dan konsumsi lemak anak stunting di Brazil, yang

berarti bahwa peningkatan efisiensi pemanfaatan lemak dapat menyebabkan
peningkatan berat badan tubuh sejalan dengan waktu.
Anak stunting memiliki laju oksidasi lemak fasting (puasa) yang lebih rendah
daripada anak non-stunting, yang merupakan faktor penduga kuat kelebihan berat
badan.

Berkurangnya oksidasi lemak dapat menyebabkan kegemukan dengan

jangka waktu tertentu karena lemak yang tidak dioksidasi harus disimpan (Hoffman
et a/. , 2000).
Sebagai salah satu negara berkembang, lndonesia juga mengalami
berbagai perrnasalahan gizi kurang, terutama pada beberapa golongan rawan gizi
seperti anak-anak.

Analisis status gizi penduduk di lndonesia sejak tahun 1989

sampai 1999 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk anak balita memiliki
kecenderungan meningkat dari 6,0% pada tahun 1989 menjadi 9,45% tahun 1992
dan menurun menjadi 7,76% tahun 1999. Gizi kurang cenderung menurun dari
36,2% tahun 1989 menjadi 28,3% tahun 1998, tetapi prevalensi tersebut masih lebih
trnggi dibanding prevalensi negara-negara tetangga (Malaysia, Filipina dan Thailand)
yang besarnya sekitar 20% (Jahari et a/., 2000). Masalah gizi lebih juga mulai
muncu! di Indonesia, seperti yang ditunjukkan hasil pemantauan rnasalah gizi lebih
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan pada
tahun 199611997 di 12 kota, yaitu sebesar 22,O persen (Satoto, Karjati, Darmojo,
Tjokroprawiro & Kodhyat, 1998).
Gizi lebih merupakan manifestasi dari intik energi yang melebihi
pengeluaran yang berlangsung lama (Linder, 1992). Banyak studi yang menemukan
hubungan obesitas pada orang dewasa dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas akibat berbagai kelainan klinis. Bray (1996) mengindikasikan kelainan

yang sering terjadi antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit kandung empedu, osteoarthritis dan kanker usus (Heald & Gong, 1999)
Masa kritis perkembangan obesitas ada tiga yaitu masa pra-kelahiran,
masa kanak-kanak ketika terjadi pembentukan jaringan adiposa, yaitu antara umur 4
sampai 6 tahun, dan masa remaja (Dietz, 1997). Koniribusi relatif masing-masing
masa kritis terhadap morbitas dan mortalitas orang dewasa yang mengalami
obesitas masih belum jelas.
Sampai saat ini masih sedikit diketahui tentang dampak gizi lebih selama
remaja sebagai penduga penyakit di masa dewasa. Salah satu studi menunjukkan
bahwa risiko kematian dari semua penyakit dan penyakit jantung koroner meningkat
pada laki-laki yang gemuk ketika remaja, sebaliknya pada perempuan yang gemuk
ketika remaja risiko kematian tersebut tidak meningkat (Heald & Gong, 1999). Studi
lain oleh Must et a/. (1992) menunjukkan bahwa adanya peningkatan risiko penyakit
jantung koroner dan aterosklerosis pada laki-laki dan perempuan yang gemuk ketika
remaja (Heald & Gong, 1999),

Status Anemia Gizi
Anemia gizi merupakan suatu keadaan dimana sel-sel darah merah tidak
mampu membawa oksigen yang diperlukan dalam pembentukan energi. Anemia
dapa: disebsbkan kurangnya kadar hemoglobin (Hb) darah yang mampu mengikat
oksigen ataupun berkurangnya jumlah sel darah merah karena pendarahan akibat
infeksi maupun pecahnya sel darah merah karena penyakit malaria (King & Burgess,
1995).
Status anemia gizi ditinjau dari kadar Hb darah untuk anak usia < 15 tahun
adalah kurang dari 11,8 g/dL, orang dewasa laki-laki adalah kurang dari 13,5 g/dL,

dan perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk
perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel darah
merah diperhitungkan dengan kisaran normal 4,6 - 6,2 x lo6 per mm3untuk laki-laki
dan 4,2 - 5,4 x lo6 per mm3untuk perempuan (Widmann, 1985).
Kurangnya kadar Hb darah berkaitan dengan defisiensi besi. Status bes~
merupakan fungsi dari intik, simpanan dan hilangnya zat besi. Absorpsi besi dari
makanan tergantung jumlah zat besi dalam tubuh, laju produksi sel darah merah,
jumlah dan jenis zat besi dalam pangan serta adanya penghambat dan pendorong
absorpsi dalam pangan (Fairbanks, 1999). Pengaturan keseimbangan besi terjadi
dalam saluran pencernaan melalui absorpsi. Kapasitas tubuh untuk mengabsorpsi
besi dari pangan tergantung jumlah besi dalam tubuh (CDC, 1998). Jika simpanan
besi berkurang maka absorpsi besi dari pangan akan meningkat. Orang sehat
mampu mengabsorpsi besi sekitar 5

- 10% dari

pangan, sedangkan orang yang

mengalami defisiensi akan mengabsorpsi sekitar 10 - 20% (Fairbanks, 1999).
Defisiensi besi merupakan defisiensi paling umum terjadi di dunia dan
menjadi perhatian utama bagi 15 persen penduduk dunia (DeMaeyer & AdielsTegman dalam Beard & Tobin, 2000). Defisiensi besi ditunjukkan mulai dari
berkurangnya simpanan besi yang tidak menyebabkan gangguan fisiologis, hingga
anemia defisiensi besi yang mempengaruhi fungsi beberapa sistem organ. Anemia
defisiensi besi merupakan bentuk defisiensi yang paling berat, yang dapat
menyebabkan berkurangnya produksi hemoglobin. Sel darah merah orang yang
mengalami anemia defisiensi besi adalah mikrositik dan hipokromik (CDC, 1998).
Prevalensi anemia gizi besi yang tertinggi adalah pada anak balita karena
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perempuan dewasa akibat kehilangan ketika
menstruasi dan melahirkan (CDC, 1998). Pada bayi dan anak pra-sekolah, anemia

besi dapat memperlambat perkembangan dan gangguan perilaku (seperti aktivitas
motorik, interaksi sosial dan perhatian) (Idjradinata & Pollit, 1993). Anak sekolah
yang mengalami anemia akan mempengaruhi aktivitas belajar dan selanjutnya akan
berdampak pada rendahnya prestasi belajar (Stoltzfus, Chwaya et al.., 1997).
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalatni anemia ketika bayi akan
memiliki kemampuan kognitif dan prestasi sekolah yang rendah, serta masalah
perilaku ketika memasuki masa pertengahan kanak-kanak (Grantham-McGregor &
Ani, 2001). Anemia besi juga dapat mengakibatkan keracunan pada anak dengan
meningkatnya kemampuan saluran pencernaan untuk mengabsorpsi logam berat,
termasuk timah (Goyer, 1995)
Pada perempuan hamil, anemia berhubungan dengan berat dan ukuran
plasenta (Hindmarsh et al., 2000) dan dapat meningkatkan risiko dua kali
melahirkan prematur dan tiga kali melahirkan bayi yang lahir memiliki berat badan
yang rendah (Scholl et a/., 1994). Bukti dari beberapa studi randomized control trial
menunjukkan bahwa suplementasi besi dapat mengurangi insiden anemia defisiensi
besi selama hamil, tetapi uji terhadap suplementasi besi selama hamil terhadap
outcome kehamilan dzn bayi yang merugikan belum meyakinkan (CDC, 1998).
Pada orang dewasa, anemia dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas
kerja yang dapat diperbaiki dengan suplementasi besi (Li et a/., 1994). Pada atlet
yang mengalami anemia, defisiensi besi tidak hanya menurunkan kamampuan
atletik tetapi juga mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan selanjutnya akan
mengakibatkan kelainan fisiologis (Beard & Tobin, 2000).

Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan derajat kondisi fisik, mental dan psikososial
seseorang untuk dapat melangsungkan hidup dengan baik (WHO, 1995). Status
kesehatan yang selanjutnya akan dibahas adalah kesehatan fisik yang mencakup
penyakit infeksi dan non infeksi.

Penyakit infeksi mencakup infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), diare, kecacingan dan malaria, sedangkan penyakit non
infeksi mencakup gangguan fungsi hati dan ginjal.
Penyakit infeksi pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting di

negara berkembang dan telah diketahui mempengaruhi

pertumbuhan linier anak, yaitu dengan mempengaruhi status gizi. Hal ini terjadi
karena infeksi dapat menyebabkan berkurangnya intik makan, absorpsi zat gizi yang
terganggu, rnengakibatkan hilangnya zat gizi secara langsung, meningkatkan
kebutuhan metabolik atau kehilangan katabolik zat gizi dan terganggunya transpor
zat gizi ke jaringan target (Stephensen, 1999).
Selama masa bayi dan balita, infeksi dan ketidakcukupan intik zat gizi,
khususnya energi, protein, vitamin A, seng dan besi, akan mengakibatkan
pertumbuhan yang terhambat. Sebagian besar hambatan, yang merupakan hasil
dari status gizi kurang terjadi pada periode yang relatif pendek, yaitu mulai lahir
hingga umur sekitar 2 tahun (ACCISCN, 2000). Selain itu, anak-anak yang kurang
gizi cenderung lebih mudah mengalami sakit yang berat, termasuk diare dan radang
paru-paru (WHO, 1995).
Jika dilihat dari porporsi pola penyakit penyebab kematian penduduk
Indonesia, maka hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit sistem
sirkulasi merupakan proporsi terbesar (18,9%), selanjutnya sistem pernafasan
(15,7%), TBC (9,6%), infeksi dan parasit lain (7,9%j dan diare (7,4%). Pola ini tidak

jauh berbeda dari hasil SKRT tahun 1992, yaitu proporsi terbesar adalah penyakit
sistem sirkulasi (16%), TBC (1I%), infeksi saluran pernafasan (9,5%) dan diare (8%)
(Depkes-RI, 2000b).
lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Penyakit sistem pernafasan terdiri dari penyakit yang menyebabkan
gangguan akut fungsi normal dan yang menyebabkan perubahan kronis. Penyakit
infeksi sistem pernafasan akut berhubungan dengan gejala sistemik, seperti
anoreksia, kelelahan dan tidak enak badan. Gejala tersebut jika dikombinasi dengan
batuk dan/atau sesak nafas akan mengakibatkan terganggunya intik melalui mulut
(Johnson, Chin & Haponik, 1999).
Menurut Depkes, ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung
sampai dengan 14 hari.

Berat dan ringannya penyakit ISPA tergantung dari

lamanya sakit dan tanda-tanda yang menyertainya. Penderita ISPA ringan jika sakit
panas selama 2 - 3 hari, ISPA sedang jika gejalanya ditambah frekuensi pernafasan
~
ISPA
iebih dari 50 kali per menit danlatau panas-dingin (suhu 2 3 9 ' ~ ) sedangkan
berat jika ditambah gejala nafas cuping hidung, kejang, dehidrasi dan kesadaran
menurun (Handayani, 1997).
Kombinasi kurang konsumsi dan peningkatan proses metabolik dapat
menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif, karena proses katabolisme protein
serta gangguan fungsi kekebalan tubuh kurang (Johnson, Chin & Haponik, 1999).
Hasil studi Bart et a/. (1982) menunjukkan bahwa seseorang yang menderita ISPA
juga akan mengalami keseimbangan energi negatif (Johnson, Chin & Haponik,
1999). Studi lain oleh Giner et a/. (1996) menunjukkan bahwa komplikasi ISPA akan
terjadi pada orang yang mengalami gizi kurang. Berbagai penelitian laboratorium

dan klinis menunjukkan bahwa dampak utama gizi kurang terhadap sistem
pernafasan adalah dalam ha1 struktur dan fungsi pernafasan serta daya tahan tubuh
(Johnson, Chin & Haponik, 1999).
lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang
penularannya melalui udara, sehingga lingkungan rumah yang buruk dan tidak
memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit
infeksi ini (Handayani, 1997).
Diare
Secara umum, etiologi sebagian besar diare akut adalah bakteri atau virus.
Di beberapa negara berkembang, bakteri enteropatogenik (Salmonella, Shigella dan
enteropatogenik Eschericia co11) menjadi penyebab diare (Heird & Cooper, 1999).
Anak kurang gizi dapat menderita diare akut, sehubungan dengan tipe
infeksi virus dan bakteri.

Diare yang dialaminya sering persisten yang dimulai

seperti diare akut, tetapi berlanjut hingga lebih dari dua minggu. Diare kronis juga
umum terjadi, yang diawali dengan lambat tetapi berlanjut untuk jangka waktu yang
panjang dan terus terjadi. Diare persisten dan kronis sebagian merupakan hasil .dari
kurang gizi. Dinding usus menjadi tipis dan rusak dan membutuhkan waktu yang
lama untuk sembuh dari infeksi dan tidak mampu mencerna dan mengabsorpsi
makanan dengan baik. Zat gizi yang hilacg selslma dizre akan membuat kurang gizi
menjadi lebih buruk (King & Burgess, 1995). Anak kurang gizi yang mengalami
diare akan menderita dehidrasi yang akan meningkatkan risiko kematian. Anak
kwashiorkor yang mengalami dehidrasi akan kehilangan oedema-nya dan akan
muncul kembali jika ia direhidrasi (Torun & Chew, 1999).

Sayuran yang kaya serat dapat diberikan kepada anak karena dapat
memendekkan durasi diare. Risiko mengalami infeksi harus dikurangi karena
interaksi antara gizi dan infeksi. Prioritas yang harus dilakukan adalah imunisasi,
memperbaiki sanitasi untuk mengurangi kontaminasi fekal dan rehidrasi oral serta
memberi makan anak yang mengalami diare (Torun & Chew, 1999).
lnfeksi Kecacinsan
Lebih dari seperempat penduduk dunia saat ini terinfeksi kecacingan.
Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah (Bundy & Cooper, 1989).
Anak sekolah yang terinfeksi Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Ascaris
lumbricoides (cacing gelang) cenderung memiliki fungsi kognitif dan prestasi sekolah
lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi (Hutchinson et al., 1997). lnfeksi
cacing tambang (hook worm) merupakan penduga terkuat status besi, khususnya
dengan simpanan besi yang kurang.

Serum retinol merupakan faktor paling

berhubungan dengan anemia ringan, sebaliknya P. vivax malaria dan infeksi cacing
-

tambang merupakan penduga lebih kuat untuk anemia berat dan sedang (Dreyfuss
et a/. , 2000).
lnfeksi cacing merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai
cacing dalam rongga usus yang menyebabkan terjadinya infeksi dalam tubuh,
spesies yang palicg sering msnyebabkan infsksi cacing pada manusia sdalah
cacing cambuk, cacing gelang dan cacing tambang. Cacing-cacing tersebut
mempunyai tahapan dalam kehidupannya, yaitu tahap telur, tahap larva dan tahap
dewasa. Cacing dalam tahap telur dan larva ukurannya sangat kecil dan tidak dapat
dilihat dengan mata biasa, sedangkan pada tahap dewasa dapat dilihat dengan
mata (Depkes-RI, 1987).

lnfeksi cacing dapat menimbulkan gejala dan keluhan. Gejala-gejala dapat
timbul apabila jumlah cacing dalam usus banyak dan infeksi diderita dalam jangka
waktu yang lama dan penderita dalam kedaan kurang gizi.

Gejala kecacingan

berbeda antar penderita. Gejala atau keluhan yang sering dirasakan oleh penderita
antara iain: (1) badan kurus walaupun makan tetap makan, (2) sakit perut atau diare
(mencret), (3) badan kurus tetapi perut buncit, (4) mengeluarkan cacing ketika buang
air besar atau muntah, (5) nafsu makan berkurang, (6) batuk atau sesak nafas; (7)
muka, telapak tangan dan selaput mata pucat, (8) lemah dan lesu jika beraktivitas
agak berat, (9) gatal-gatal setelah berjalan di tanah tanpa alas kaki (Depkes-RI,
1992).
Prevalensi penderita infeksi cacing yang tinggi di negara Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor yang mendukung terjadinya penularan dan
peluasan infeksi, yaitu: (1) iklim negara tropis dengan tanah yang lembab sangat
baik untuk pertumbuhan cacing, (2) banyak penduduk yang belurn mengetahui ca