BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi ini, perkembangan konstruksi di Indonesia terus mengalamai peningkatan yang signifikan. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas
infrastruktur, seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi dan jembatan antar pulau yang memiliki bentang yang sangat panjang.
Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang
menggunakan tulangan baja disebut beton bertulang. Namun belakangan ini banyak sekali beton menggunakan bahan tambahan addictive agar bisa memenuhi permintaan konsumen.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai alternatif dapat dilakukan diantaranya adalah dengan aneka usaha peningkatan bahan limbah anorganik maupun limbah pertanian.
Potensi Iimbah pertanian di Indonesia cukup besar. Salah satunya adalah sabut kelapa. Sabut kelapa dapat juga digunakan sebagai peredam sura. Kualitas dari bahan peredam
suara ditunjukkan dengan harga α koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi, semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai berkisar dari 0 sampai 1. Jika α
bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap. Sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100 bunyi yang dating diserap oleh bahan. Koizumi 2002 telah mengembangkan bahan peredam
suara dari serat bambu yang mutunya bisa sebagus glasswool. Youneung Lee 2003 telah mengembangkan peredam suara dari seratpolyester daur ulang. Dan Seung Yang 2003 telah
melakukan penelitian tentang penggunaan jerami untuk campuran bahan bangunan yang bisa
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan penyerapan bunyi. Jika ditilik lebih mendalam benda-benda di sekeliling kita yang tampak kurang berguna, ada yang dapat dimanfaatkan sebagai peredam suara. Sabut
kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam yabg telah ada. di sisi lain, Kelapa dihasilkan Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 1997
areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas Departemen Pertanian, produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton
kelapa kering kopra Pustakabogor.net, 2003. Dari hasil panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk sampingan berupa sabut kelapa yang sangat
melimpah. Karena sabut kelapa yang dihasilkan dari sebuah Kelapa adalah sekitar 35 berat buah Ristek.go.id, 2004. Namun, belum semua sabut kelapa yang ada dimanfaatkan dengan
optimal. Pada tugas akhir ini beton yang dipakai adalah beton ringan, umumnya kekuatan tekan
beton ringan untuk umur 28 hari berkisar antara 20,68 – 27,58 MPa, untuk beton precast dan
press tress umumnya 34,47 MPa. Beton ringan yang digunakan adalah beton ringan struktural. Beton ringan struktural adalah beton yang dibentuk dari agregat ringan atau campuran agregat
kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat halus ringan. Pada umur 28 hari beton ini mempunyai kekuatan tekan lebih dari 24,8 MPa bahkan ada beberapa yang menghasilkan
kekuatan tekan lebih dari 41,3 MPa. Beton ini digunakan untuk membuat bagian-bagian yang bersifat structural, memiliki insulasi, tetapi lebih baik dari pada beton normal.
Prinsip yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan pada bangunan adalah dengan menggunakan elemen yang memiliki tingkat insulasi suara yang baik tinggi,
diantaranya dengan penggunaan elemen bangunan yang tebal, berat, masif namun sekaligus lunak.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tugas akhir saya didasari oleh 3 tiga penelitian : 1.
“Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefis
ien Penyerapan bunyinya” tahun 2006 oleh Ainie Khuriati, Eko Komaruddin dan Muhammad Nur. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa sabut
kelapa dipakai sebagai peredam suara dengan memberikan variasi sampel 12 buah dimana
α A = 0,3 , B = 0,44, C = 0,27, D= 0,44, E=0,51, F=0,44,G=0,47, H=0,49, I=0,31, J=0,41. Dalam jurnal ini yang diuji adalah Penyerapan Bunyi
dan dimana benda uji yang dipakai adalah Silinder. Dari hasil pengujian Pada frekuensi di bawah 500 Hz DECI-TEX 3D 25 koefisien penyerapannya sedikit
lebih bagus dari sampel E. Tetapi untuk frekuensi di atas 500 Hz sampai dengan 1500 Hz sampel E mempunyai koefisien penyerapan lebig bagus.
2. “Kajian Kuat Tekan Beton compressive strength pada beton dengan
campuran abu sera kelapa ” tahun 2011 oleh Hendra Alexander dan Mukhlis.
Pada jurnal ini penelitian bertujuan untuk mengetahui pemamfaatan abu dari serat kelapa sebagai subsitusi sebagian semen pada pembuatan beton. Benda
uji yang dipakai pada pengujian ini menggunakan Silender 150 mm x 300 mm dan Kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm, Variasi penggunaan abu serat kelapa
pada penelitian ini adalah 0 , 10 15 20 dan 25 . Pengujiann yang dilakukan adalah kuat tekan.
3. “ Studi Pemamfaatan Pencampuran Jerami dan sabut Kelapa Sebagai Bahan
dasar Sekat Absorsi Bunyi Antar Ruangan di Kapal” oleh Ir. Alam Baheramsyah, M.Sc, dan Adib Setyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui barapa koefisien absorsi dengan pencampuran Pada penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
serbuk kelapa dan serat jerami dicampur dan di buat perbandingan massa bahan antara serat kelapa dan jerami yaitu 1 : 1, 1 : 2 dan 2 : 1. Pengujian yang
dilakukan pada serat jerami dan kelapa adalah uji absorpsi dengan menggunakan tabung impedansi. Hasil dari penelitian ini adalah Pada frekuensi
di atas 350 pencampuran jerami dan sabut kelapa mampu sebagai penganti bahan absorber yang terbuat dari rockwool.
1.2. Batasan Masalah