International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination

International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination

Selain itu kita juga dapat singgung di sini ICERD (international Convention of the Elimination of All Forms of Racial Discrimination). Perjanjian ini diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan pensyaratan

(reservasi) terhadap ketentuan Pasal 22 melalui Undang-Undang 29/ 1999. 27 Ketentuan Pasal 2 ICERD menetapkan bahwa:

26 Periksa lebih lanjut OHCHR (www2.ohchr.org/english/bodies/crc/comments.htm). 27 Pensyaratan ini berkenaan dengan penolakan Indonesia atas berlakunya kompentensi absolut Mahkamah

Internasional dalam penyelesaian sengketa antar Negara yang mungkin muncul dalam kaitan dengan penafsiran atau pelaksanaan ICERD.

(b) each state party undertakes not to sponsor, defend or support racial discrimination by any persons or organizations; (c) each state party shall take effective measures to review governmental, national and local policies, and to amend, rescind or nullify any laws and regulations which have the effect of creating or perpetuating racial discrimination wherever it exists;

(d) each state party shall prohibit and bring to an end, by all appropriate means, including

legislations as required by circumstances, racial discrimination by any persons, groups or organizations;

Ketentuan di atas memuat dua bentuk janji. Pertama adalah kesepakatan Negara yang dapat langsung dilaksanakan, tanpa perlu ada implementing legislation, yaitu: (b) not to sponsor dstnya. Kedua adalah kesepakatan yang baru dianggap terpenuhi bila telah diterjemahkan (transformasikan) ke dalam tindakan konkrit ((c) effective measure to review dstnya) maupun ke dalam legislasi nasional (prohibit by all appropriate means, including legislation dstnya). Kewajiban yang terakhir ini selanjutnya dipertegas dalam ketentuan Pasal 4:

“States parties condem all propaganda and all organizations which are based on ideas or theories of superiority of one race or group of persons of one colour or etnic origin, or which

attempt to justify or promote racial hatred and discrimination in any form, and undertake to adopt immediate and positive measures designed to eradicate all incitement to, or acts of, such discrimination and, to this end, with due regard to the principles embodied in the Universal Declaration of Human Rights and the rights expressly set forth in article 5 of this Convention, inter alia:

(a) Shall declare an offence punishable by law all dissemination of ideas based on racial superiority or hatred, incitement to racial discrimination, as well as all acts of violence or incitement to such acts against any race or groups of persons of another colour or ethnic origin, and also the provision of any assistance to racist activities, including the financing thereof;

(b) Shall declare illegal and prohibit organizations, and also organized and all other propaganda

activities, which promote and incite racial discrimination, and shall recognize participation in such organization or activities as an offence punishable by law;

(c) Shall not permit public authorities or public institutions, national or local, to promote or incite

racial discrimination. ”

Dari daftar kewajiban di atas tentunya ada yang langsung dapat dilaksanakan pemerintah (dan organ- organ negara) tanpa perlu adanya national implementing regulation, misalnya yang berkaitan dengan perintah kepada negara untuk “not permit public authorities to promote or incite racial discrimination.” Dengan demikian, ICERD sudah dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah nasional atau lokal yang bersifat atau mendorong perlakuan diskriminatif.

Pada lain pihak ada perintah (kewajiban) di pasal yang sama yang akan dianggap belum terlaksana bila tidak diterbitkan ketentuan nasional yang melarang atau menyatakan illegal perbuatan tertentu (butir a dan b). Artinya ketentuan-ketentuan di atas sepanjang berkaitan dengan larangan diskriminasi atas dasar perbedaan etnisitas atau warna kulit (agama/kepercayaan?) tidak otomatis berlaku atau non-self executing. Polisi, Jaksa maupun Hakim Pidana Indonesia belum dapat menggunakan ketentuan tersebut Pada lain pihak ada perintah (kewajiban) di pasal yang sama yang akan dianggap belum terlaksana bila tidak diterbitkan ketentuan nasional yang melarang atau menyatakan illegal perbuatan tertentu (butir a dan b). Artinya ketentuan-ketentuan di atas sepanjang berkaitan dengan larangan diskriminasi atas dasar perbedaan etnisitas atau warna kulit (agama/kepercayaan?) tidak otomatis berlaku atau non-self executing. Polisi, Jaksa maupun Hakim Pidana Indonesia belum dapat menggunakan ketentuan tersebut

Sekalipun ketentuan tersebut sudah ada (yang melarang atau mengkriminalisasi perbuatan diskriminatif), Indonesia akan tetap dianggap lalai memenuhi kewajiban internasional tersebut bila ketentuan tersebut tidak digunakan. Dalam hal ini unable (tidak mampu) harus disandingkan pula dengan konsep unwilling (tidak mau). Khususnya mengenai larangan “dissemination of ideas based on racial superiority or hatred, incitement to racial discrimination, as well as all acts of violence or incitement to such acts against any race or groups of persons of another colour or ethnic origin ”, ternyata hal ini telah diatur dalam ketentuan Pasal 28 (2) Undang-Undang 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Apakah ini cukup? Karena Negara di bawah ICERD juga berkewajiban mengimplementasikan dan menegakan aturan. Bukan sekadar mengatur (mengkriminalisasi) tanpa sungguh-sungguh hendak melaksanakannya (able yet unwilling).