Perkembangan Socioemosional

F. Perkembangan Socioemosional

1. Teori Sosial Lanjut Usia

Lafrancois (1984) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya :

a. Teori disangegement. Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi social, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia. Terjadi suatu proses saling menarik diri atau pelepasan diri baik individu dari masyarakat maupun masyarakat dari individu. Individu mengundurkan diri karena kesadarannya akan berkurangnya kemampuan fisik maupun mental yang dialami, yang membawanya secara berangsur-angsur kepada kondisi tergantung, baik fisik maupun mental. Sebaliknya masyarakat mengundurkan diri karena ia memerlukan orang yang lebih muda yang lebih mandiri untuk mengganti bekas jejak orang yang lebih tua.

b. Teori Activity Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, menyatakan bahwa semakin tua seseorang akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan.

2. Stereotipe Lanjut Usia

Di Jepang lanjut usia adalah satu tanda status. Sebaliknya di hampir semua Negara Barat yang memandang bahwa bertanya umur seseorang kurang pada tempatnya, namun para pelancong ketika menginap di hotel sering ditanyakan umurnya untuk menjamin bahwa nereka akan diterima dengan layak dan sopansantun yang berbeda.

tidak diinginkan. Stereotip tentang lanjut usia tersebar luas tercermin sebagai miskonsepsi, bahwa lanjut usia biasanya lelah, kurang koordinasi, dan cenderung kepada infeksi dan kecelakaan, yang sebagian besar dari mereka tinggal di suatu lembaga, dimana mereka tidak dapat mengingat atau belajar, bahwa mereka tidak berminat pada kegiatan seksual, bahwa mereka terisolasi dari orang lain, bahwa mereka tidak menggunakan waktunya secara produktif, dan bahwa mereka kasihan, dan sakit-sakitan.

Di Amerika Serikat lanjut usia pada umumnya dipandang sebagai hal yang

Stereotip yang negative ini merugikan bagi eksistensi lanjut usia.

3. Keluarga dan Hubungan Sosial

Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan baik isteri maupun suami, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian. Keluarga merupakan sumber utama

terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa

senang dan bahagia dalam keluarga sebaliknya semakin miskin dukungan emosional semakin menimbulkan perasaan tidak senang dalam keluarga. Penyesuain dalam keluarga yang dianggap penting dalam keluarga menurut Hurlock (1993:420) adalah : (1) Hubungan dengan pasangan hidupnya, (2) perubahan perilaku seksual, (3) hubungan dengan anak, (4) ketergantungan orangtua, (5) hubungan dengan para cucu. Hubungannya dengan orang lain cenderung berkurang atau menurun. Mereka cenderung berkurang kontak sosialnya dengan teman sekerja atau relasinya atau dengan orang-orang lain di luar rumah. Bekerja dan tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak social. Oleh karenanya pensiun menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk melakukan kontak social. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang menghindar dari hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia. Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.

4. Perkembangan Kepribadian, Kepuasan Hidup, dan Lanjut Usia Berhasil

Bagaimana dengan kondisi kepribadian pada lanjut usia?. Berkembang, stabil ataukah menurun ?. Apakah kepribadian sepanjang rentang kehidupan itu berhubungan tiada putus (continuity) atau tidak berhubungan satu sama lain (discontinuity.) Untuk menggambarkan dimensi perubahan kepribadian seseorang sepanjang hidupnya. Lehner dan Hultch (1983: 507) menggolongkannya kedalam continuity dan discontinuity serta stability dan instability. Misalnya : Jika Pak Ali dapat dipercaya pada usia 20 tahun dan dapat dipercaya juga pada usia 40 tahun dapat dikatakan continuity. Sebaliknya bila Pak Ali dipercaya pada usia 20 tahun dan dicurigai pada usia 40 tahun ini berarti discontinuity atau tidak berhubungan dengan sebelumnya, tidak Bagaimana dengan kondisi kepribadian pada lanjut usia?. Berkembang, stabil ataukah menurun ?. Apakah kepribadian sepanjang rentang kehidupan itu berhubungan tiada putus (continuity) atau tidak berhubungan satu sama lain (discontinuity.) Untuk menggambarkan dimensi perubahan kepribadian seseorang sepanjang hidupnya. Lehner dan Hultch (1983: 507) menggolongkannya kedalam continuity dan discontinuity serta stability dan instability. Misalnya : Jika Pak Ali dapat dipercaya pada usia 20 tahun dan dapat dipercaya juga pada usia 40 tahun dapat dikatakan continuity. Sebaliknya bila Pak Ali dipercaya pada usia 20 tahun dan dicurigai pada usia 40 tahun ini berarti discontinuity atau tidak berhubungan dengan sebelumnya, tidak

Menurut Erickson (Lehner dan Hultch 1983: 508) kepribadian ditentukan oleh kematangan dari dalam dan tuntutan luar dari masyarakat. Membicarakan lanjut usia tidak lepas dari membicarakan tentang kepuasan hidupnya. Konsep kepuasan hidup menurut Neugarten, Havighurst dan Tobin (Dreyer, 1998) didefinisikan dengan lima ciri utama yaitu :

a) Semangat, yaitu memiliki energi untuk berpartisipasi dalam berbagai wilayah kehidupan, suka mengerjalan sesuatu, dan antusias.

b) Resolusi dan keteguhan, yaitu menerima tanggung jawab sebagai milik kehidupan pribadinya.

c) Congruence, yaitu keselarasan antara keinginan dan tujuan yang dicapai, perasaan bahwa sesuatu telah diselesaikan seperti yang diinginkan.

d) Konsep diri positif, yaitu berfikir tentang dirinya sebagai seseorang yang berharga.

e) Suasana hati, yaitu menunjukkan kebahagiaan, optimis, dan senang dengan hidup.

a. Lanjut Usia Berhasil

Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa Inggris sebagai Successful Aging atau Optimal Aging. Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil dari berbagai kriteria , seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitive, kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomik yang memeiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihat dari panjangnya umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa Inggris sebagai Successful Aging atau Optimal Aging. Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil dari berbagai kriteria , seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitive, kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomik yang memeiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihat dari panjangnya umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental

Banyak factor yang memberikan kontribusi pada umur seseorang. Jenis kelamin dan ras memiliki kontribusi pada umur panjang seseorang. Wanita lebih panjang umurnya daripada laki- laki. Orang kulit putih lebih panjang umurnya daripada orang kulit hitam. Ada 4 (empat) factor yang diduga menjadi predictor yang baik bagi umur panjang sesorang, yaitu :

a) Mobilitas fisik, maksudnya orang yang aktif cenderung berumur panjang;

b) Pendidikan, orang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih panjang umurnya daripada yang pendidikannya lebih rendah;

c) Pekerjaan, para professional atau orang dengan pekerjaan yang hanya membutuhkan aktivitas fisik relative kecil cenderung berumur panjang;

d) Aktivitas, orang yang aktif bekerja lebih panjang umurnya daripada orang yang banyak menganggur atau pension.

b. Implikasi dalam Pendidikan

Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (Lifelong Learning). Implementasinya dalam program pendidikan sepanjang hidup melibatkan berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomik, dan teknik pelaksanaan. Dari segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil penelitian Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (Lifelong Learning). Implementasinya dalam program pendidikan sepanjang hidup melibatkan berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomik, dan teknik pelaksanaan. Dari segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil penelitian

1. Pentahapan (pacing). Jika mungkin berikan kesempatan kepada individu menyusun langkah mereka sendiri.. Tugas atau metode pembelajaran yang mengikat atau menekan akan menyulitkam mereka.

2. Memotivasi dan kecemasan. Beberapa tahapan dari motivasi adalah kebutuhan untuk belajar. Tetapi lanjut usia mungkin menjadi terlalu termotivasi dan mengalami kecemasan dalam satu situasi belajar. Berikan individu kesempatan untuk menjadi akrab dengan situasi. Minimalkan peran kompetisi dan penilaian guna menghindari kecemasan.

3. Lelah. Beberapa tugas mungkin membuahkan kelelahan mental atau fisik, - satu masalah yang pada umumnya dialami para lanjut usia. Perpendek jam pelajaran ikuti istirahat, teruskan kegiatan berikutnya dan seterusnya agar tidak kecapaian.

4. Kesulitan. Banyak tugas yang cukup kompleks. Atur materi dari yang sederhana menuju ke yang kompleks untuk membangun rasa percaya diri dan keterampilan.

5. Kesalahan. Bangun atau susun tugas yang menghindari kesalahan dan tidak dapat dipelajari.

6. Praktek. Berikan kesempatan untuk mempraktekkan hal yang sama pada tugas yang berbeda. Beberapa praktek atau latihan akan membantu untuk mengembangkan keterampilannya.

7. Umpanbalik (Feedback). Berikan informasi yang memadai dari respons terdahulu

8. Materi ajar disajikan untuk mengimbangi atau sesuai dengan problem indera yang dihadapi oleh lanjut usia. Perhatian langsung tertuju pada aspek tugas yang relevan. Kurangi atau hindari informasi yang tidak relevan (cues).

9. Organisasi. Belajar dan mengingat informasi sering dikelompokkan atau berhubungan dengan beberapa cara.

10. Relevansi dan pengalaman. Orang belajar dan mengingat apa yang dirasa penting baginya. Usahakan agar tugas relevan dengan minat individual.