Perancangan Prototype dan Aplikasi

3.13 Perancangan Prototype dan Aplikasi

Untuk mengetahui apakah pembangunan prototype dan program pendukungnya tercapai dan sesuai dengan isntruksi yang di inginkan, maka di perlukan proses perancangan, agar dapat menghasilkan suatu prototype dan program yang terstruktur.

Disini penullis akan membahas rancangan prototype penetas telur yang memerlukan beberapa tahapan dan proses dalam pengerjaanya. Proses dalam perancangan prototype tersebut akan dituangkan dalam berbagai tahapan pengerjaannya, adapun proses tersebut adalah sebagai berikut:

3.13.1 Persiapan Software

Pada tahapan perancangan prototype mesin penetas telur, diperlukan software pendukung yang harus terinstall. Disini sebelumnya penulis telah melakukan penginstalan software pendukung di antaranya :

Gambar 3.8 Icon Arduino 1.6.1 Dan XAMPP-Win 32-1.6.1 Installer

Software Arduino IDE diatas berfungsi sebagai tempat penulisan Sketch untuk ditanamkan pada Board Arduino. Software XAMPP berfungsi sebagai penyedia Apache HTTP Server untuk web server yang berdiri sendiri (localhost), juga penyedia MySQL database untuk database server yang membuat dan mengelola database beserta isinya, dan penerjemah bahasa pemrograman PHP untuk membuat web yang bersifat server-side scripting.

3.13.2 Rancangan Hardware

Dalam perancangan prototype alat penetas telur, diperlukan rancangan hardware yang tediri dari rangkaian Arduino UNO R3, Ethernet Shield, Module Relay 4 Chanel, Sensor DHT11, Motor Servo. BerIkut adalah gambar rangkaian hardware secara keseluruhan.

Gambar 3.9 Rangkaian Hardware

Penjelasan dari rangkaian diatas yaitu Ethernet Shield terpasang pada Board Arduino . Sensor DHT11 terhubung ke pin 7 digital pada. Motor Servo Tower Pro Mg 995 terhubung ke pin 9 digital. Module Relay 4 Chanel dimana IN1 terhubung ke pin 0 analog, didefenisiskan sebagai R1 yang keluaran nya ke bohlam rangkaian seri, IN3 terhubung ke pin 1 analog, didefenisiskan sebagai R2 yang keluaran nya ke bohlam rangkaian tunggal. Berikut adalah potongan Sketch Arduino IDE inisialisasi pin dari masing-masing perangkat.

const int PIN_SENSOR = 7; // PIN 7 Digital to DHT11 myservo.attach(9);

// PIN 9 Digital to Servo #define R1 A0

// PIN 0 Analog to IN1 Relay #define R2 A1

// PIN 1 Analog to IN3 Relay Selanjutnya kabel USB disambung ke USB Port pada PC , dan kabel ethernet terpasang pada port Ethernet PC, juga kabel dari sumber arus sebagai sumber daya dari rangaian Relay terhadap rangkaian bohlam.

3.13.3 Rancangan Interface Program

3.13.3.1 Perancangan Database

Perancangan database ini berfungsi untuk menampung nilai suhu yang nantinya akan dikirim dari Arduino berdasarkan pembacaan suhu Sensor DHT11. Perancangan database dilakukan setelah mengaktifkan Apache Services dan MySQL Services pada XAMPP dan mengetikan “ localhost/ phpmyadmin ” pada browser. Berikut adalah langkah

perancangan database.

Gambar 3.10 Create New Database

Selanjutnya membuat tabel database dengan tiga field ( kolom ) dengan nama field masing-masing beserta type data yaitu field kode sebagai primary key, field suhu sebagai penampung nilai suhu yang terkirim dari Arduino, dan field waktu.

Gambar 3.11 Create Tabel Database Dan Field Database

3.13.3.2 Perancangan Interface Web Aplikasi

Rancangan interface dari Applikasi Mesin Tetas Telur terdiri dari tiga tools utama yaitu tools home (Beranda) berisi pengantar seputar Applikasi Web Mesin Penetas telur.

Gambar 3.12 Halaman Beranda

Tools Services yang merupakan halaman proses pemilihan jenis penetasan yan terdiri dari jenis penetasan Burung Puyuh, dan Penetasan Ayam, dan tools About Us (Tentang Penulis).

Gambar 3.13 Halaman Services

Gambar 3.14 Halaman Abaout Us

3.13.4 Pemrograman Arduino

Untuk mengimplementasikan perintah serial pada mikrokontroler arduino bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa pemograman C#. Dengan menggunakan bahasa pemograman C# perintah-perintah yang telah di buat dalam sketch program arduino IDE dapat dieksekusi dan dimengerti oleh mikrokontroler arduino.

3.13.4.1 Proses Pengaturan Ethernet Shield

Tahap awal yang perlu dilakukan dalam pengaturan ethernet shield sebagai penghubung antara localhost web service dengan mikrokontroler arduino adalah penentuan header parameter tentang mac address alamat IP pada ethernet shield, dan IP pada server. Berikut adalah potongan dari Sketch nya.

#include <SPI.h> #include <Ethernet.h> EthernetClient client; byte mac[] = { 0xDE, 0xAD, 0xBE, 0xEF, 0xFE, 0xED }; IPAddress ip(192, 168, 1, 177); char server[] = "192.168.1.178";

#include <SPI.h> merupakan library untuk berkomunikasi dengan device menggunakan port Serial Peripheral Interface dan #include <Ethernet.h> adalah library untuk komunikasi antara arduino dengan internet menggunakan ethernet shield. Dari library maka bisa di tentukan MAC address yang didapatkan dari ethernet shield tersebut dengan Sketch byte mac[] , Sketch IPAddress ip untuk IP address sehingga didapat IP 192.168.1.177. Sedangkan Sketch Char server [] merupakan alamat server yang akan diakses untuk mengirimkan perintah dari loalhost web service ke arduino

melalui port 80 dengan alamat IP 192.168.1.178. Sketch Ethernet.begin(mac,ip); berfungsi untuk memulai perangkat

Ethernet Shield di Arduino dengan membaca MAC address, dan IP address yang telah di definisikan tadi.

Pengujian Arduino dan Ethernet Shield

Pengujian ini dilakukan agar mengetahui apakah arduino dan ethernet shield bekerja dengan normal, agar proses mengirim data suhu dan dapat dilakukan dengan baik. Untuk melakukan pengujian, terlebih dahulu memasang hardwere ethernet shield, Arduino yang akan dihubungkan dengan PC menggunakan kabel ethernet. Dan mengatur IP pada komputer server secara static agar bisa diakses hardware. Disini di atur ip 192.168.1.178

Gambar 3.15 Setting Static IP

Setelah melakukan pengujian dan upload program pada arduino dan ethernet shield selanjutnya menghubungkan ethernet shield dengan PC dengan cara menggunakan kabel UTP yang dipasang di ethernet shield dan PC, proses pengujian apakah ethernet shield dan PC sudah terhubung dapat dilakukan dengan perintah ping IP ethernet shield yang sudah ditentukan yaitu 192.168.1.177 pada program cmd.exe.

Gambar 3.16 Hasil Ping dari Server ke Arduino Bedasarkan hasil ping ethernet shield dan PC diatas dapat disimpulkan bahwa

ethernet shield dan PC sudah terhubung, dengan begitu pengujian arduino, ethernet shield dan PC sukses dan kondisi hadwere dalam keadaan baik.

3.13.4.2 Proses Pengaturan Sensor DHT11 dan Relay

DHT11 memiliki module driver yaitu dht.h,. Driver module dht.h harus di import terlebih dahulu kedalam sofwere arduino IDE. #include <dht.h> #include <dht.h> merupakan inisialisasi dari library dht yang telah di inport kedalam softwere arduino IDE sebelumnya. Didalam sketch softwere arduino IDE akan dituliskan Sketch yang telah di inisialisasi oleh library dht, berikut potongan Sketch sensor DHT11 pada softwere arduino IDE:

#include <dht.h> const int PIN_SENSOR = 7; dht DHT;

const int PIN_SENSOR = 7; adalah deklarasi variabel PIN_SENSOR bertipe data integer. Dht DHT ; adalah inisialisasi sensor DHT dengan tipe secara menyeluruh atau umum artinya pembacaan tidak terbatas hanya pada sensor DHT11 saja, namun bisa digunakan juga terhadap sensor DHT22, dan DHT bertipe lainya.

Pengujian Sensor DHT11

Pengujian ini dilakukan agar mengetahui apakah Sensor DHT11 bekerja dengan normal, agar proses pembacaan suhu dapat dilakukan dengan baik. Untuk melakukan pengujian Sensor DHT11 terlebih dahulu memasang hardwere Sensor DHT11, Arduino yang akan dihubungkan dengan PC menggunakan kabel USB pemasangan rangkaian Sensor terhadap board Arduino. Selanjutnya tanamkan Sketch berikut :

DHT.read11(PIN_SENSOR); Serial.print("Temperature = "); Serial.print(DHT.temperature); Serial.println(" *C"); Setelah melakukan pengujian dan upload program pada Arduino. Proses pengujian

apakah DHT11 sudah bekerja dapat dilihat pada Serial Monitor dengan perintah Ctrl + Shift + M pada Arduino IDE.

Gambar 4.17 Serial Monitor Pembacaan Suhu

Bedasarkan tampilan pada Serial Monitor diatas dapat disimpulkan bahwa Sensor DHT11 sudah bekerja dengan baik dalam pembacaan suhu, dengan begitu pengujian Arduino, Sensor DHT11 sukses dan kondisi hadwere dalam keadaan baik.

Selanjutnya defenisikan variabel module Relay sebagai R1 dan R2 dimana R1 sebagai rangkaian bohlam seri, dan R2 sebagai rangkaian bohlam tunggal. R1 didefenisikan menggunakan PIN Analog 0, dan R2 menggunakan PIN Analog 1. Berikut adalah potongan Sketch nya.

#define R1 A0 // Connect PIN Analog 0 #define R2 A1 // Connect PIN Analog 1 Selanjutnya setelah sensor DHT11 membaca nilai suhu dalam ruang inkubator, jika

suhu dibawah nilai SetPoint terendah maka akan menghidupkan Relay dengan rangkaian bohlam seri, dan jika suhu terbaca besar sama nilai SetPoint tertinggi maka akan suhu dibawah nilai SetPoint terendah maka akan menghidupkan Relay dengan rangkaian bohlam seri, dan jika suhu terbaca besar sama nilai SetPoint tertinggi maka akan

if (DHT.temperature <=38) {digitalWrite(R2, HIGH); digitalWrite(R1, LOW); } else {digitalWrite(R2, LOW); }

if (DHT.temperature >=39) {digitalWrite(R2, LOW); digitalWrite(R1, HIGH);} else {digitalWrite(R1, LOW); }

Berikut adalah potongan Sketch menggunakan SetPoint penetasan Ayam. if (DHT.temperature <=38) {digitalWrite(R2, HIGH); digitalWrite(R1, LOW); } else {digitalWrite(R2, LOW); }

if (DHT.temperature >=40) {digitalWrite(R2, LOW); digitalWrite(R1, HIGH); } else {digitalWrite(R1, LOW); }

3.13.4.3 Proses Pengaturan Motor Servo dan Real Time Clock (RTC)

Berdasarkan datasheet TowerPro MG995 Servo memiliki kemampuan rotasi

sebesar 120 o (60 di setiap arah) . Kebutuhan pembalikan rak telur adalah agar tidak terjadi penempelan embrio pada kulit telur, juga agar dapat memberikan suhu panas yang merata.

Berikut adalah potongan Sketch inisialisasi servo. #include <Servo.h>

Servo myservo; int pos = 0; myservo.attach(9);

#include <Servo.h> merupakan library dari servo. Servo myservo; adalah mendefenisikan variable servo sebagai myservo. int pos = 0; adalah deklarasi variabel pos bertipe data integer, nilai = 0 adalah deklarasi nilai awal dari servo pada sudut

0 o . myservo.attach(9); adalah deklarasi variabel myservo menggunakan pin digital 9. Berikut adalah potongan Sketch perputaran servo untuk rak penetasan for(pos = 0; pos <= 120; pos += 1)

{ myservo.write(pos); delay(15); } delay (5000);

for(pos = 120; pos>=0; pos-=1) { myservo.write(pos);

delay(15); } delay (5000);

for(pos = 0; pos <= 120; pos += 1) adalah perulangan varilabel pos pada servo dengan nilai awal 0 o yang apabila bernilai <= 120 maka akan melakukan operasi

Increment (++) sampai memenuhi nilai 120. myservo.write(pos); variable myservo melakukan perintah perulangan sampai memenuhi nilai variable pos. delay (15); delay

15 ms untuk perulangan sampai memenuhi nilai pos. for(pos = 120; pos>=0; pos-=1) adalah perulangan varilabel pos pada

servo dengan nilai awal 120 o yang apabila bernilai >= 0 maka akan melakukan operasi decrement (--) sampai memenuhi nilai 0. myservo.write(pos); variable myservo melakukan perintah perulangan sampai memenuhi nilai variable pos. delay (15); delay

15 ms untuk perulangan sampai memenuhi nilai pos. Selanjutnya adalah pengaturan RTC. RTC Memiliki module driver yaitu RTClib.h yang harus di import terlebih dahulu kedalam sofwere arduino IDE. #include <Wire.h>

#include "RTClib.h" RTC_Millis rtc; Sketch diatas adalah inisialisasi yang digunakan setelah mengimport library

RTClib.h sebelumnya. rtc.begin(DateTime(F(__DATE__),F(__TIME__))); rtc.adjust(DateTime(2017, 2, 20, 13, 00, 23));

Sketch diatas adalah memulai RT C dengan set waktu awal yaitu “20 Feb 2017. Jam

13: 00: 23” DateTime now = rtc.now(); Serial.print(now.year(), DEC); Serial.print('/'); Serial.print(now.month(), DEC); Serial.print('/'); Serial.print(now.day(), DEC); Serial.print(' '); Serial.print(now.hour(), DEC); Serial.print(':'); Serial.print(now.minute(), DEC); Serial.print(':'); Serial.print(now.second(), DEC); Serial.println();

Sketch diatas berfungsi menjalankan fungsi waktu terkini dan menampilkan pada serial monitor. Setelah RTC menjalankan fungsi waktu terkini maka melakukan penjadwalan putar servo. Berikut potongan Sketch nya

if (now.day() >= 20){ if(now.minute()==1){ for(pos = 0; pos <= 180; pos += 1) {myservo.write(pos); delay(25);} } if(now.minute()==3){

for(pos = 180; pos>=0; pos-=1) {myservo.write(pos); delay(25);} } if(now.minute()==5){

for(pos = 0; pos <= 180; pos += 1) {myservo.write(pos); delay(25);} } }

Pengujian Motor Servo dan Real Time Clock (RTC)

Pengujian ini dilakukan agar mengetahui apakah motor servo dapat bekerja memutar rak penetasan sesuai pen-jadwalan menggunakan memory waktu pada RTC, agar proses penetasan yang membutuhkan pembalikan rak secara berkala dapat dilakukan dengan baik. Untuk melakukan pengujian, terlebih dahulu memasang hardwere motor servo, RTC yang akan dihubungkan dengan PC. Dan mengatur waktu penjadwalan yang diinginkan. Disini di atur setelah >= 20 maka pada menit =1 akan meluping perputaran

servo ke 120 o selama satu menit, lalu berhenti dan menunggu menit =3 dan kembali meluping perputaran servo ke 0 o selama satu menit, lalu berhenti. dan menunggu menit =5 dan kembali meluping perputaran servo ke 120 o selama satu menit, lalu berhenti. Begtu seterusnya.

Gambar 4.18 Serial Monitor Timer RTC dan Tunggu Proses Servo

Bedasarkan tampilan pada Serial Monitor diatas dan melihat perputaran servo pada menit ke 1 yang terjadi selama 5 detik dalam satu putaran dapat disimpulkan bahwa Servo sudah bekerja dengan baik sesuai penjadwalan yang dilakukan dengan RTC, dengan begitu pengujian motor servo, dan RTC sukses dan kondisi hadwere dalam keadaan baik.

3.13.4.4 Proses Penyimpanan Data Dari Sensor DHT11 Ke Database

Berikut adalah potongan Sketch Proses penyimpanan data dari sensor DHT11 ke dalatabse phpmyadmin. if (client.connect(server, 80)) {

client.print("GET /ardhengki/insert.php?"); client.print("suhu="); client.println(DHT.temperature);

client.println( "HTTP/1.1"); client.println( "Connection: close" ); client.stop(); Serial.println("CONNECTED");

} else {

// you didn’t get a connection to the server: Serial.println(" –> connection failed/n");

} if (client.connect(server, 80)) Adalah men-cek status koneksi terhadap localhost

80. client.print("GET /ardhengki/insert.php?"); client akan mengakses fungsi insert.php dan mengirimkan variable suhu untuk selanjutnya di simpan kedatabase oleh file insert.php. Berikut adalah Script dari insert.php

<?php include("config.php"); $k = $_GET['suhu']; $query = "INSERT INTO tbldata VALUES('','','$k')";

if(!@mysql_query($query)) {

echo "&Answer; SQL Error - ".mysql_error(); return;

} ?> Penjelasan dari script diatas adalah menbaca hasil kirim data dari script

$_GET['suhu'] dan akan dimasukan ke dalam variable $k dan selanjutnya akan di insert kedalam table tbldata menggunakan query $query = "INSERT INTO tbldata VALUES('','$k')"; .

3.13.4.4.1 Halaman Services (Pemilihan Process)

Pada halaman ini user dapat memilih proses yang akan di jalankan . process ini nantinya akan mempengaruhi set point berdasarkan data yang dibaca oleh DHT11.

Gambar 3.19 Halaman Services.html

Script code halaman services bersisi link menuju ke halaman masing-masing proses.

<a href="puyuh.php"><img src="images/reading.gif" alt="img" width="118" height="26" border="0" /></a> <a

href="ayam.php"><img src="images/reading.gif" alt="img" width="118" height="26" border="0" /></a>

3.13.4.4.2 Halaman Proses Penetasan Ayam

Ketika halaman ini proses penetasan ayam akan otomatis berjalan dan set point pada arduino akan disesuaikan menjadi set point untuk penetasan ayam.

Gambar 3.20 Halaman Jenis Penetasan Ayam / ayam.php

Script code pada halaman ayam.php <script>

var refreshId = setInterval(function() { $('#responsecontainer').load('oo.php'); }, 1000); </script>

Penjelasan pada Script diatas berfungsi untuk meload halaman oo.php secara otomatis. Berikut adalah Script query pada oo.php

$queryutama = mysql_query("SELECT * FROM `tbldata` ORDER BY `kode` DESC LIMIT 0 , 1 ");

Query diatas berfungsi untuk menampilkan data suhu terbaru dari tbldata pada database. Pada file proses tadi juga terdapat Script

<script> var refreshIdayam = setInterval(function() { $('#responsecontainerayam').load('ayamatur.php'); }, 1000);

Penjelasan pada Script diatas berfungsi untuk meload halaman ayamatur.php secara otomatis. Berikut adalah Script pada ayamatur.php <?php

error_reporting(0); exec("mode com3: BAUD=9600 PARITY=n DATA=8 STOP=1 to=off dtr=off rts=off");

$port = fopen("com3", "r+"); sleep(5); ?>

Penjelasan dari script diatas adalah untuk menguji apakah arduino telah terkoneksi dan membuka varibel $port yang selanjutanya akan menjadi variable pengatur proses penetasan ayam pada arduino. <?

fwrite($port, "f"); fclose($port); ?>

3.13.4.4.3 Halaman Proses Penetasan Puyuh

Ketika halaman ini proses penetasan puyuh akan otomatis berjalan dan set point pada arduino akan disesuaikan menjadi set point untuk penetasan puyuh.

Gambar 3.21 Halaman Jenis Penetasan Burung Puyuh / puyuh.php

Berikut Script code pada halaman puyuh <script> var refreshId = setInterval(function() {

$('#responsecontainer').load('oo.php'); }, 1000); </script>

Penjelasan pada sciprt diatas berfungsi untuk meload halaman oo.php secara otomatis. Berikut adalah Script query pada oo.php

$queryutama = mysql_query("SELECT * FROM `tbldata` ORDER BY `kode` DESC LIMIT 0 , 1 ");

query diatas berfungsi untuk menampilkan data suhu terbaru dari tbldata pada database. Pada file proses tadi juga terdapat code

<script> var refreshIdpuyuh = setInterval(function() { $('#responsecontainerpuyuh').load('puyuhatur.php'); }, 1000); </script>

Penjelasan pada Script ditas berfungsi untuk meload halaman puyuhatur.php secara otomatis. Berikut adalah Script pada puyuhatur.php <?php

error_reporting(0); exec("mode com3: BAUD=9600 PARITY=n DATA=8 STOP=1 to=off dtr=off rts=off");

$port = fopen("com3", "r+"); sleep(5); ?>

Penjelasan dari scipt diatas adalah untuk menguji apakah arduino telah terkoneksi dan membuka varibel $port yang selanjutanya akan menjadi variable pengatur proses pada arduino. <?

fwrite($port, "n"); fclose($port); ?>

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Aplikasi Mesin Tetas Telur Pengontrol Suhu SetPoint

Pengujian ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah proses pengiriman data dari arduino ke aplikasi berbasi web dapat dilakukan serta pengontrol suhu menggunakan Sensor DHT11 , Relay rangkaian bohlam bekerja berdasarkan SetPoint yang tertanam dapat dilakukan dengan baik.

4.1.1 Prosedur Pengujian

Untuk melakukan pengujian pengontrol suhu terlebih dahulu memasang hardwere Sensor rangkaian sensor DHT11, Relay dan rankaian bohlam, Ethernet Shield, terhadap board Arduino yang terpasang dalam box inkubator, yang dihubungkan dengan PC menggunakan kabel USB dan kabel UTP. Selanjutnya mengatur IP pada komputer server secara static agar bisa diakses hardware. Disini di atur ip 192.168.1.177.

Selanjutnya untuk melakukan pengujian terlebih dahulu memilih jenis pentasan pada web aplikasi dengan mengetik localhost/ardhengki/services.html. pada halaman services pilih jenis penetasan.

Gambar 4.1 Halaman Services.html

4.1.2 Hasil Pengujian

Setelah melakukan pengujian terhadap aplikasi Mesin Tetas Telur yang dihubungkan dengan arduino dan ethernet shield maka didapatkan data suhu dari box inkubator yang dikirimkan melalui ethernet shield dan disimpan pada database di dalam tabel tbldata dan ditampilkan pada web. Proses pengujian apakah pengontrol suhu menggunakan SetPoint sudah bekerja dapat dilihat pada localhost database dengan perintah localhost/phpmyadmin dan memilih database hengki tabel tbldata pilih browse.

Gambar 4.2 Data SetPoint

4.1.3 Analisa

Bedasarkan data dari database diatas dapat disimpulkan bahwa pengontrol suhu bekerja dengan baik dalam pengontrolan suhu pada SetPoint puyuh, dan pada SetPoint ayam bekerja cukup baik. dengan begitu pengujian Arduino, Sensor DHT11, Relay, dan Ethernet Shield sukses dan kondisi hadwere dalam keadaan baik.

4.2 Pengujian Error Inkubator Aplikasi Kontrol Suhu

Pengujian ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah inkubator bekerja dengan baik dalam kondicsi cuaca dan prosedur normal, juga apakah mampu bekerja dengan baik dibawah gangguan yang mungkin terjadi.

4.2.1 Prosedur Pengujian

Pengujian dilakukan menggunakan masing-masing SetPoint Penetasan terhadap inkubator. Pengujian dilakukan terhadap inkubator dengan 3 kondisi cuaca yang berbeda seperti :

1. Kondis Normal dalam ruangan suhu sejuk tanpa ada pendingin ruangan dengan suhu berkisar 25-27 o C.

2. Kondisi panas terik, yang mana penulis uji pada siang sekitar ± pukul 12:19 di lapangan parkir terbuka dengan suhu berkisar 33-34 o C.

3. Kondisi dingin, yang mana penulis uji pada pagi sekitar ± pukul 05:10 beserta kipas angin pendingin ruangan di kamar mandi dengan suhu berkisar 21-22 o C.

Perlakuan terhadap inkubator dilakukan dengan 2 cara berbeda yaitu :

1. Perlakuan dengan pintu inkubator dibiar tertutup dilakukan sebagai prosedur penetasan normal tanpa memberi gangguan.

2. Perlakuan dengan pintu inkubator dibuka dilakukan sebagai gangguan terhadap kotak inkubator.

3. Pengujian kontrol suhu dilakukan sekitar ± 10 menit.

4.2.2 Hasil Pengujian

Berikut adalah data hasil pengujian inkubator dengan kondisi cuaca normal sekitar 25-

27 o C dalam ruangan dengan perlakuan 1 yaitu pintu inkubator ditutup sesuai prosedur normal penetasan pada masing-masing SetPoint Penetasan.

Gambar 4.3 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 1 SetPoint Puyuh

Gambar 4.4 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 1 SetPoint Ayam

Berdasarkan data grafik diatas dapat disimpulakan kontrol suhu pada SetPoint puyuh berjalan baik. Ini terlihat dari grafik yang menunjukan saat awal penetasan naik menuju nilai suhu SetPoint dan stabil pada nilai SetPoint.

Pada SetPoint penetasan ayam juga menujukan kestabilan pada saat awal penetasan, namun terjadi kenaikan suhu pada menit ke 6, menit ke 8, dan menit ke 9-10. Ini dimungkin kan

terjadi karna jarak nilai SetPoint penetasan yang sedikit lebar, sekitar 2 o C.

C terhadap inkubator dengan 2 pelakuan pintu inkubator, pada SetPoint Penetasan puyuh.

Berikut adalah data hasil pengujian suhu lingkungan panas sekitar 33-34 o

Gambar 4.5 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 2 Perlakuan 1 SetPoint Puyuh

Gambar 4.6 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 2 Perlakuan 2 SetPoint Puyuh

Berdasarkan grafik diatas inkubator mampu menjaga kestabilan suhu, namun membutuhkan waktu yang sedikit lama sekitar 6 menit pada perlakuan pintu 1. Pada perlakuan

pintu 2, terjadi penurunan dan kenaikan suhu yang tajam sekitar -3 o

C dari nilai suhu SetPoint terendah, dan naik +2 o

C dari nilai suhu SetPoint tertinggi, berlangsung pada 2 menit awal penetasan. Pada saat suhu turun, kondisi relay untuk rangkaian bohlam seri (R1) dihidupkan, dan C dari nilai suhu SetPoint tertinggi, berlangsung pada 2 menit awal penetasan. Pada saat suhu turun, kondisi relay untuk rangkaian bohlam seri (R1) dihidupkan, dan

kontrol suhu dikarenakan jarak nilai suhu SetPoint yang tidak terlalu lebar, sekitar 1 o C. Berikut adalah data hasil pengujian suhu lingkungan panas 33-34 o

C terhadap inkubator dengan SetPoint Ayam.

Gambar 4.7 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 2 Perlakuan 1 SetPoint Ayam

Gambar 4.8 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 2 Perlakuan 2 SetPoint Ayam

Berdasarkan grafik diatas terjadi kenaikan dan suhu pada saat awal penetasan dengan pelakuan pintu 1 , dan membutuhkan waktu sekitar 2 menit untuk menuju nilai suhu SetPoint, dan tejadi kembali lonjakan suhu yang cukup lama pada menit ke 7 selama 3 menit. Inkubator mengalami kesulitan menjaga kestabilan suhu pada cuaca panas, dikarnakan jarak nilai suhu

SetPoint yang lebar. Pada perlakuan pintu 2, terjadi kenaikan suhu yang tajam sekitar +5 o C dari nilai suhu SetPoint tertinggi, dan tidak kembali ke nilai suhu SetPoint yang diingginkan. Pada

saat suhu naik, kondisi relay untuk rangkaian bohlam seri (R1) dimatikan, dan relay untuk rangkaian bohlam tunggal dan kipas pendingin (R2) dihidupkan. Ini terjadi karna gangguan terhada pintu inkubator dan kondisi cuaca yang tinggi.

Karena inkubator tidak mampu menjaga kestabilan suhu pada penetasan ayam dengan baik, ini dikarenakan jarak nilai suhu SetPoint yang lebar sekitar 2 o

C. Maka diperlukan pendinggin tambahan pada inkubator untuk penetasan SetPoint ayam.

C terhadap inkubator dengan SetPoint Puyuh.

Berikut adalah data hasil pengujian suhu lingkungan dingin sekitar 21-22 o

Gambar 4.9 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 3 Perlakuan 1 SetPoint Puyuh

Gambar 4.10 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 3 Perlakuan 2 SetPoint Puyuh

Berdasarkan grafik diatas inkubator membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai suhu SetPoint sekitar 18 menit pada perlakuan pintu 1. Pada perlakuan pintu 2, terjadi penurunan

suhu yang tajam sekitar -4 o C dari nilai suhu SetPoint terendah, berlangsung pada 7 menit awal penetasan menuju nilai suhu SetPoint. Pada saat suhu turun, kondisi relay untuk rangkaian

bohlam seri (R1) dihidupkan, dan relay untuk rangkaian bohlam tunggal dan kipas pendingin (R2) mati. Pada saat suhu naik melebihi SetPoint, kondisi relay R2 dihidupkan dan R1 dimatikan.

Selanjutnya terjadi kembali penurunan suhu pada menit ke 12, terjadi selama 4 menit sebelum kembali ke nilai SetPoint. Untuk kembali menaikan suhu ke nilai SetPoint kondisi R1 dihidupkan dan R2 dimatikan. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa inkubator tidak berjalan

efektif pada cuaca dingin kisaran 21-22 o

C. Ini terjadi karena jarak suhu SetPoint yang tidak terlalu lebar. Maka diperlukan bohlam atau sumber pemanas tambahan untuk penetasan SetPoint puyuh

Berikut adalah data hasil pengujian suhu lingkungan dingin 21-22 o C terhadap inkubator dengan SetPoint Ayam.

Gambar 4.11 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 3 Perlakuan 1 SetPoint Ayam

Gambar 4.12 Hasil Percobaan Kondisi Cuaca 3 Perlakuan 2 SetPoint Ayam

Berdasarkan grafik diatas, inkubator mampu menjaga kestabilan suhu pada masing- masing perlakuan walau terjadi lonjakan suhu pada menit ke 3, 12 namun suhu relatif stabil pada nilai SetPoint pada perlakuan pintu 1. Pada perlakuan pintu 2 terjadi penurunan suhu pada menit ke 2. Pada saat suhu turun, kondisi relay untuk rangkaian bohlam seri (R1) dihidupkan, dan relay untuk rangkaian bohlam tunggal dan kipas pendingin (R2) mati, sehingga kembali stabil pada menit ke 6. Dengan begitu dapat disimpulakan inkubator dengan SetPoint ayam

efektif digunakan pada suhu dingin kisaran 21-22 o C.

4.2.3 Analisa

Berdasarkan hasil pengujian diatas, pengujian dengan prosedur normal dapat disimpulkan dapat mengontrol suhu dengan baik pada masing-masing setpoint penetasan. Ini terlihat dari grafik yang ditampilkan relatif stabil terhadap suhu setpoint.

Pada pengujian terhadap kondisi cuaca panas menggunakan setpoint puyuh dengan dua pelakuan dapat disimpulkan cukup baik walau mendapat gangguan namun inkubator mampu mempertahankan suhu sesuai setpoint, meski terdapat lonjakan suhu pada perlakuan kedua.

Pada pengujian terhadap kondisi cuaca panas menggunakan setpoint ayam dengan dua pelakuan dapat disimpulkan kurang baik pada perlakuan kedua dimana inkubator tidak mampu mempertahan kan suhu inkubator sesuai suhu setpoint penetasan yang di inginkan. Untuk itu pengimplementasian penetasan telur ayam di daerah yang ralatif panas, penulis merekomendasikan penambahan fentilasi udara dan kipas pendingin tambahan.

Pada pengujian terhadap kondisi cuaca dingin menggunakan setpoint puyuh dengan dua pelakuan dapat disimpulkan kurang baik, ini terlihat dari grafik dengan pelakuan kedua dimana terjadi penurunan suhu yang tajam, dan lambatnya inkubator dalam menaikan suhu kembali ke nilai setpoint. Untuk itu pengimplementasian penetasan telur puyuh di daerah yang ralatif dingin, penulis merekomendasikan penambahan bohlam sumber panas dalam kotak inkubatornya.

Pada pengujian terhadap kondisi cuaca dingin menggunakan setpoint ayam dengan dua pelakuan dapat disimpulkan cukup baik, ini terlihat dari grafik yang mampu mempertahankan suhu sesuai nilai setpoint penetasan meski terdapat penurunan suhu di awal waktu penetasan.

4.8 Pembahasan Implementasi

Berdasarkan hasil pengujian Aplikasi Mesin Tetas Telur menggunakan prototype dengan ukuran box PLT = 37cm x 26cm x 41cm, dan rak penampung telur berukuran PL= 27cm x 11cm. mampu menampung hingga 50 butir telur puyuh, dengan 3 bohlam sebagai sumber panas, dan satu kipas pendingin.

Agar rancangan prototype bisa dibangun untuk di impelmentasikan maka penulis memberikan rekomendasi penggunaan material untuk keperluan dalam melakukan pentasan telur dengan ukuran yang lebih besar, dan rak penampung yang mampu menampung lebih banyak butir telur.

Untuk penetasan telur ayam di daerah yang realtif panas, penulis merekomendasikan penambahan fentilasi udara dan kipas pendingin tambahan kotak inkubator. Untuk penetasan telur puyuh di daerah yang relatif dingin, penulis merekomendaskan penambahan jumlah bohlam sumber panas pada kotak inkubator.

BAB V PENUTUP