Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Definisi Operasional

2 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mereka pun beranggapan bahwa kata atau kalimat tabupamali hanya sebagai mitos belaka. Hal semacam itu dinilai sebagai keterpurukan sebuah budaya karena tidak mampu mengikuti perkembangan dan menjawab tantangan zaman. Padahal, budaya zaman dahulu merupakan hasil kerja keras dari pengalaman berulang- ulang yang dialami untuk kemudian diterapkan dalam bentuk aturan, pranata dan diungkapkan dalam bentuk nasihat kepada anggota masyarakat agar pola kehidupannya terjaga dan teratur tanpa harus mengetahui latar belakang dari hal yang dilakukannya. Masyarakat dulu adalah masyarakat yang patuh terhadap pantangan yang ada karena mereka percaya akan adanya konsekuensi terhadap pelanggaran pantangan yang oleh orang Sunda disebut pamali tabu. Munculnya pamalitabu dalam suatu masyarakat menurut Wardough 2006:238-239 disebabkan hal berikut: Certain things are not said, not because they cannot be, but because ‘people don’t talk about those things’; or, if those things are talked about, they are talked about in very roundabout ways. Menurut Wardoudgh tabu merupakan hal-hal tertentu yang tidak dikatakan, bukan karena mereka masyarakat tidak bisa, tetapi karena mereka tidak mau membicarakan hal-hal tersebut; atau, jika hal-hal tersebut harus dibicarakan, mereka berbicara hal tersebut dengan cara-cara tertentu. Masyarakat yang meyakini adanya tabu percaya akan konsekuensi tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai makna yang terkandung dalam tuturanujaran pamali yang terdapat di desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, kabupaten Kuningan berdasarkan teori Barthes dan Pierce untuk menjawab permasalahan yang terjadi di generasi muda zaman sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam proposal penelitian ini akan dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut. 3 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 Bagaimana deskripsi dan klasifikasi ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan? 2 Apa makna ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan menurut teori semantik? 3 Apa makna ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan menurut teori Barthes? 4 Bagaimana representasi terhadap ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin-Kabupaten Kuningan menurut teori Pierce?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut: 1 deskripsi dan klasifikasi ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan; 2 deskripsi makna ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin-Kabupaten Kuningan menurut teori semantik; 3 deskripsi makna dari ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda kota Kuningan menurut teori Barthes; 4 representasi terhadap ujaran-ujaran pamali dalam masyarakat Sunda Desa Cibingbin-Kabupaten Kuningan menurut teori Pierce

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis sebagai berikut: 1 memberikan sumbangan pemikiran dan bahan informasi mengenai penerapan semiotik untuk berbagai lintas bidang; 2 pelestarian tuturan pamali dari setiap daerah secara akademik 3 sebagai penguatan teori linguistik khususnya teori semiotika Barthes. 4 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 sebagai referensi untuk peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji pamali dalam budaya Sunda; 2 sebagai salah satu cara untuk mempertahankan bahasa dan budaya masyarakat Sunda dan menjadi pertimbangan untuk membuat buku tentang kumpulan kata, frasa, dan kalimat tabupamali.

1.5 Definisi Operasional

Untuk memberikan pemahaman terhadap beberapa istilah dalam penelitian ini, perlu diuraikan beberapa definisi operasional. Adapun beberapa definisi operasional tersebut meliputi semiotika, pamali, order of signification, dan masyarakat Sunda Desa Cibingbin, Kabupaten Kuningan. 1 Semiotika Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tentang tanda. Menurut KBBI Online, semiotika adalah ilmu teori tentang lambang dan tanda dalam bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb; semiotik sering disebut juga semiologi. Semiotika sering didefinisikan sebagai kajian mengenai tanda. Beberapa ahli memiliki pendapat sendiri mengenai definisi semiotik. Saussure Chandler, 2007:2 mendefinisikan semiologi sebagai suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda- tanda di dalam kehidupan sosial. Sementara Barthes Taufiq, 2008: 26 menyebutkan bahwa semiologi adalah ilmu tentang bentuk-bentuk, karena hal itu mempelajari pertandaan terlepas dari kandungannya. Teori yang dikemukakan oleh Saussure dikembangkan oleh pemikir-pemikir lain, salah satunya adalah Roland Barthes. Kridalaksana Kamaluddin, 2011: 12-13 menyebut Roland Barthes sebagai seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori-teori Saussure. Barthes beranggapan bahwa sistem sistem semiologi Saussure hanya merupakan sistem semiologi tahap pertama dan masih diperlukan sistem semiologi tahap kedua. Oleh karena itu Barthes membedakan apa yang ia sebut 5 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebagai tingkatan pemaknaan orders of signification. Pemaknaan tahap pertama dinamakan the first order of signification atau denotasi dan pemaknaan tahap kedua dinamakan the second order of signification atau konotasi, dan seterusnya ketika ada pemaknaan lain Sukyadi, 2011: 40. 2 Pemalipamalitabu Pamali merupakan pantangan atau hal-hal yang bersifat larangan. Dalam KBBI online pantangan; larangan berdasarkan adat dan kebiasaan. Pamali atau pantangan adalah hal-hal yang sering kita dengar dari orang tua kita atau kakeknenek kita. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan. 3 Masyarakat Sunda Desa Cibingbin-Kabupaten Kuningan Desa Cibingbin- Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6°47-7°12 Lintang Selatan. Luas wilayah desa Cibingbin 919.257 Ha. Jarak dari kota Bandung ke Cibingbin adalah 300 kmjam bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum atau pribadi. Jarak tempuh yang dilalui apabila menggunakan angkutan umum biself dari Bandung memakan waktu kurang lebih 7 sampai 8 jam lamanya dengan menggunakan dua kali naik angkutan umum. Pertama dengan mengunakan bis Damri dari terminal Cicaheum-Bandung, lalu turun di terminal KertawangunanAncaran Kuningan setelah memakan waktu kurang lebih 6-7 jam perjalanan, kemudian disambung dengan menggunakan mobil elf yang menuju Cibingbin, perjalanan yang ditempuh dari terminal KertawangunanAncaran Kuningan ke Cibingbin kurang lebih 45 menit sampai 1 jam. Sedangkan, apabila menggunakan mobil pribadi waktu tempuh dari Bandung menuju Cibingbin memakan waktu kurang lebih 5,5 sampai 6 jam. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Dilihat dari posisi geografisnya, Cibingbin terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan 6 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung- Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan: a Sebelah Utara: Kec. Cilidug Kab. Cirebon b Sebelah Timur: Kec. Banjarharjo Kab. Brebes c Sebelah Selatan: Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah d Sebelah Barat : Kec. Cibereum Kab. Kuningan Berikut peta Cibingbin: Penduduk desa Cibingbin-Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut hasil Suseda sebanyak 13.219 orang. Penduduk laki-laki sebanyak 6.813 orang dan penduduk perempuan sebanyak 6.406 orang. Diperkirakan hampir 25 penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya. Penduduk Desa Cibingbin umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek desa Cibingbin dan karena desa ini berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah, bahasa yang digunakan tercampur 7 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan bahasa Jawa khas Brebes. Menurut Survey yang sama penduduk desa Cibingbin hampir 100 beragama. Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani petani penggarap dan buruh tani, dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya. Tingkat pendidikan masyarakat desa Cibingbin tamatan SDsederajat ada di persentasi paling tinggi 42.70, tamatan SMPMTs 23,02, tamatan SMAMA 17,32, tamatan PT 1,54. http:id.wikipedia.orgwiki dan http:www.kuningankab.go.idpemerintahankecamatankecamatan cibingbin.

1.6 Metode Penelitian