Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan, dan penutup. Berikut ini adalah uraiannya.

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa tabu atau pamali bukanlah istilah asing yang terdengar sumbang di telinga masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang berasal dari suku Sunda. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, eksistensi kata, frasa, atau kalimat tabu nampaknya sudah menjadi bagian yang dimarjinalkan dengan dilekatkannya label konservatif dan kesan norak pada bahasa tabu tersebut. Dalam perspektif kaum muda saat ini, bahasa tabu lebih cenderung dipahami sebagai nasihat orang tua dulu untuk suatu tindakan yang kurang lazim atau pantang dilakukan pada zamannya. Bahasa tabu yang dalam bahasa lokal suku Sunda lebih dikenal dengan sebutan pamali nampaknya masih memunculkan perdebatan di antara generasi muda saat ini dengan orang tua mereka yang dinilai sangat konservatif dan ketinggalan zaman terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya serta latar belakang sejarahnya. Perdebatan antara orang tua dengan generasi muda saat ini mengenai bahasa tabu dilatarbelakangi oleh perbedaan pola pikir di antara mereka. Dengan segala fasilitasnya, generasi muda setiap saat dapat menerima suplai pengetahuan serta informasi yang dapat memicu munculnya beragam pertanyaan yang berkepanjangan dan harus dijawab saat itu juga. Kreativitas untuk membuat pertanyaan pada generasi muda saat ini memang mengalami kemajuan pesat sehingga orang tua yang bersikukuh menggunakan kata atau kalimat tabu seperti yang dialami masa kecilnya dulu sering kesulitan menjawab pertanyaan anaknya. 2 Nurfaizah, 2015 Pemaknaan Pamali Dalam Masyarakat Sunda Di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mereka pun beranggapan bahwa kata atau kalimat tabupamali hanya sebagai mitos belaka. Hal semacam itu dinilai sebagai keterpurukan sebuah budaya karena tidak mampu mengikuti perkembangan dan menjawab tantangan zaman. Padahal, budaya zaman dahulu merupakan hasil kerja keras dari pengalaman berulang- ulang yang dialami untuk kemudian diterapkan dalam bentuk aturan, pranata dan diungkapkan dalam bentuk nasihat kepada anggota masyarakat agar pola kehidupannya terjaga dan teratur tanpa harus mengetahui latar belakang dari hal yang dilakukannya. Masyarakat dulu adalah masyarakat yang patuh terhadap pantangan yang ada karena mereka percaya akan adanya konsekuensi terhadap pelanggaran pantangan yang oleh orang Sunda disebut pamali tabu. Munculnya pamalitabu dalam suatu masyarakat menurut Wardough 2006:238-239 disebabkan hal berikut: Certain things are not said, not because they cannot be, but because ‘people don’t talk about those things’; or, if those things are talked about, they are talked about in very roundabout ways. Menurut Wardoudgh tabu merupakan hal-hal tertentu yang tidak dikatakan, bukan karena mereka masyarakat tidak bisa, tetapi karena mereka tidak mau membicarakan hal-hal tersebut; atau, jika hal-hal tersebut harus dibicarakan, mereka berbicara hal tersebut dengan cara-cara tertentu. Masyarakat yang meyakini adanya tabu percaya akan konsekuensi tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai makna yang terkandung dalam tuturanujaran pamali yang terdapat di desa Cibingbin, Kecamatan Cibingbin, kabupaten Kuningan berdasarkan teori Barthes dan Pierce untuk menjawab permasalahan yang terjadi di generasi muda zaman sekarang.

1.2 Rumusan Masalah