6
panjang serta lebar tanah ini disebut dengan kepastian mengenai obyek hak atas tanah.
7
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ini, tetap
dipertahankan tujuan dan sistem yang digunakan, yang pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA yaitu bahwa
pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan.
8
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Badan Pertanahan Nasional mempunyai
peranan yang
sangat penting
dalam mengelola
dan mengembangkan administrasi pertanahan tersebut, maka penulis di sini akan
mengadakan penelitian dengan judul “MEDIASI DAN SENGKETA TANAH STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL
BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDU S”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kekuatan akta mediasi dalam penyelesaian sengketa
pertanahan di Badan Pertanahan Nasional Kudus? 2.
Apakah akta mediasi tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk menyelesaikan masalah pertanahan?
7
Ibid, hal.20-21.
8
A.P.Parlindungan, 2009, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung: Mandar Maju, hal. 5.
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana kekuatan akta mediasi dalam penyelesaian sengketa pertanahan di Badan Pertanahan Nasional Kudus.
2. Untuk mengetahui apakah akta mediasi tersebut dapat dijadikan sebagai
alat bukti untuk menyelesaikan masalah pertanahan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wacana guna
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya Hukum Perjanjian yang terkait dengan pendaftaran tanah.
2. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti di bidang hukum perjanjian yang terkait dengan
pendaftaran tanah, serta untuk melengkapi tugas dan syarat guna mencapai derajat sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
E. Kerangka Pemikiran
Pengertian jual beli menurut Pasal 1450 KUHPerdata menyatakan bahwa
“Jual beli tanah adalah sesuatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya artinya berjanji untuk menyerahkan hak atas tanah yang
8
bersangkutan kepada pembeli dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual dengan harga yang disetujui”.
9
Dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat empat syarat untuk menentukan sahnya perjanjian, yaitu:
a.
Sepakat mereka yang mengikutkan dirinya.
b.
Cakap untuk membuat suatu perjanjian.
c.
Suatu hal tertentu.
d.
Suatu sebab yang halal.
Dalam melakukan perjanjian jual beli memiliki banyak resiko yang akan dihadapi, menurut pendapat Prof. R. Subekti, S.H, di dalam bukunya
Hukum Perjanjian, resiko adalah “Kewajiban memikul kerugian yang disebabkan
karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak”. Kemudian pada Pasal 1460 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut: “Jika
barang yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah tanggungan si pembeli, meskipun
penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya”.
10
Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 menyatakan bahwa: “Pendaftaran tanah diselenggarakan desa demi desa atau
daerah-daerah yang setingkat dengan itu, pelaksanaannya meliputi pengukuran pemertaan dan penyelenggaraan tata usahanya”.
11
9
Wiryono Prodjodikoro, 1974, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur, hal. 13.
10
R.Subekti, Op, Cit, hal. 59-60.
11
K.Wantjik Saleh, Op, Cit, hal. 60.
9
Pasal 1 Butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaraan Tanah dijelaskan bahwa:
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan
teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya ”.
Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dijelaskan bahwa :
Pasal 5 berbunyi: “Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan
Pertanahan Nasional”. Pasal 6 berbunyi:
1. Dalam rangka penyelenggaran pendaftaran tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-
kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan pejabat lain.
2. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan
dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan perundangan-undangan yang bersangkutan.
10
F. Metode Penelitian