6
dibatasi pada pembahasan tentang proses morfologis dan makna penggabungan gairaigo yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29.
1.6 Sumber Data
Data utama pada penelitian ini adalah berupa gairaigo yang terdapat dalam majalah wanita, yaitu Majalah Lips volume 29 yang terbit pada bulan Mei 2014.
Majalah Lips ini memiliki ketebalan 204 halaman. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggabungan gairaigo.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, dan teknik adalah cara kerja melaksanakan metode Sudaryanto, 1993:9. Metode dalam penelitian ini, dibagi
ke dalam tiga bagian, yaitu: metode dan teknik pengumpulan data; metode dan teknik analisis data; metode dan teknik penyajian hasil data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode pengumpulan data ini diberi nama metode simak, karena
cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi penggunaan bahasa secara tertulis Mahsun, 2005:90. Data dalam penelitian ini adalah penggabungan gairaigo yang terdapat
dalam Majalah Lips volume 29. Selanjutnya, digunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak Mahsun,
7
2005:91. Data-data mengenai penggabungan gairaigo dan hal-hal penting yang berkaitan dengan data dicatat dan selanjutnya dianalisis.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Pada metode analisis data digunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Langkah-langkah penganalisisan data, yaitu: pertama, mengkategorikan penggabungan gairaigo
yang bertujuan bagaimana proses morfologis pada penggabungan gairaigo, dan kedua, data-data yang sudah dikategorikan selanjutnya dianalisis dengan teori
penggabungan atau compounding dari O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba
1996 dan makna leksikal yang dikemukakan oleh Chaer 2009. Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisis, sehingga dapat menjelaskan mengenai
proses morfologis dan makna penggabungan gairaigo yang terdapat dalam majalah Lips volume 29. Kemudian, metode ini didukung dengan teknik alih
bahasa. Penganalisisan data dilakukan secara induktif, yakni dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori Djajasudarma, 2006:14.
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Pada tahap ini, hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode penyajian formal menurut Mahsun 2005:116 adalah
perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Hasil analisis mengenai proses morfologis penggabungan gairaigo diuraikan dengan memakai simbol-simbol
tertentu dan menggunakan diagram yang diperlukan dalam penyajian. Selanjutnya, digunakan metode informal. Metode informal Mahsun, 2005:116, yaitu
8
perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Metode ini digunakan untuk memaparkan hasil analisis makna
penggabungan gairaigo yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29.
1
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1` Kajian Pustaka
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses morfologis, semantik atau makna, dan gairaigo dibahas dalam penelitian sebagai
berikut. Suhartini 2013 membuat pene
litian yang berjudul “Analisis penggunaan Gairaigo yang diikuti verba ~suru
”. Penelitian Suhartini dibahas mengenai asal- usul, kategori, dan perbandingan gairaigo yang diikuti verba ~suru dengan
padanan kata yang disebut sebagai wago atau kosakata asli dalam bahasa Jepang. Tujuan penelitian Suhartini untuk mengetahui kata gairaigo yang diikuti verba
suru dan untuk memahami perbandingannya dengan padanan kata yang ada. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil pembahasan penelitian Suhartini adalah semua gairaigo yang diikuti verba ~suru merupakan kategori kata benda. Selain itu, gairaigo yang
diikuti verba ~suru yang memiliki padanan kata dalam wago kosakata asli bahasa Jepang lebih sering digunakan, karena lebih populer dan mudah diucapkan.
Sebaliknya, gairaigo yang diikuti verba ~suru tidak memiliki padanannya dalam bahasa Jepang disebabkan adanya pengaruh perkembangan teknologi, masuknya
budaya asing, dan semakin tinggi tingkat pendidikan di Jepang. Selain itu, asal usul gairaigo yang diikuti verba ~suru sebagian besar berasal dari bahasa Inggris.