6
di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap – tiap gejala secara teliti yang merupakan bagian dari keseluruhan tadi dalam hubungan
interaksi – interelasi – integrasi keruangannya Nursid Sumaatmadja, 1981. Salah satu bentuk kongkret dari kajian geografis adalah mempelajari tentang fenomena
keberadaan dan kegiatan industri tekstil. Berdasarkan uraian di atas penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul ”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEKERJA WANITA PABRIK TEKSTIL DI KECAMATAN JATEN
KABUPATEN KARANGANYAR”
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dan berdasarkan data tabel maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pekerja wanita pabrik tekstil Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar yang meliputi status perkawinan, jumlah tanggungan
keluarga, umur, pendidikan, lama bekerja dan pendapatan. 2. Bagaimana daerah asal tenaga kerja.
3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan, lama kerja, jumlah tanggungan keluarga pekerja wanita dengan pendapatan pekerja wanita pabrik tekstil.
Dengan permasalahan tersebut, maka penulis akan mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai keadaan demografi dan sosial ekonomi dari
tenaga kerja wanita yang bekerja pada industri tekstil di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui karakteristik pekerja wanita di pabrik Tekstil Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar yang meliputi status perkawinan, jumlah
tanggungan keluarga, umur, pendidikan, lama bekerja, dan pendapatan.
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
7
2. Mengetahui daerah asal tenaga kerja wanita. 3. Mengetahui hubungan antara pendidikan, lama kerja dan tanggungan
keluarga pekerja wanita pabrik tekstil dengan pendapatan pekerja pabrik tekstil.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Sebagai sumbangan untuk penyusunan skripsi yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana program S1 pada Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Dapat mengetahui gambaran sejauh mana karakteristik tenaga kerja wanita
pada industri tekstil. 3. Hasil-hasil yang didapat dari penelitian akan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan sebagai bahan untuk usaha pengembangan industri tekstil di daerah penelitian.
1.5. TELAAH PUSTAKA DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
Manusia baik sebagai perorangan maupun kelompok hidup di dalam dan dengan lingkungannya. Hubungan manusia dengan manusia maupun
lingkungannya sangat erat atau bersifat timbal balik terhadap lingkungannya manusia berusaha menyesuaikan diri memelihara dan mengolahnya. Hasil
hubungan yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya itu memberikan kegiatan diantaranya adalah usaha memanfaatkan lahan sebagai tempat produksi
hasil pertanian dan non pertanian. Kegiatan ini menimbulkan aktivitas perekonomian Bintarto, 1984.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pelita 1 sebagai proses awal tinggal landas sudah di ambang pintu pada tahun 1991 telah memasuki era industrialisasi
menuju transformasi masyarakat industri. Disamping itu dianggap sebagai periode peletakan pra-kondisi menuju lepas landas yang direncanakan akan dilakukan
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
8
pada pelita VI mendatang Suara Merdeka, l Februari 1991 oleh Supriyadi, Staf Peneliti LIPI-Jakarta.
Proses industrialisasi di Indonesia terutama industri ringan mengikuti pola Asia Timur dan Tenggara yakni dicirikan oleh satu peningkatan angkatan kerja
wanita. Kedua prioritas diberikan pada wanita yang relatif muda, dan ketiga adanya kecenderungan memilih mereka yang mempunyai pendidikan yang rendah
Mayling Oey, 1984, pada hasil olahannya di sensus penduduk 1971 dan 1980 ia juga menegaskan bahwa kelompok usia muda 14-24 tahun lebih kecil dari
kelompok secara keseluruhan sebagaimana dikemukakan oleh Oey di daerah dalam penelitiannya yang mengenai buruh wanita pada sektor industri
mengemukakan bahwa sebagian besar buruh wanita di sektor industri di Kecamatan Sleman berumur 19 tahun, berpendidikan rendah. Senada dengan
penelitian tersebut Sukari, 1986 meneliti tentang angkatan kerja wanita pada pabrik rokok di Kecamatan Pejatan Kabupaten Kudus Menyimpulkan pada
sebagian besar dari angkatan kerja tersebut 60,7 berusia 15-19 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, manusia
sebagai makhluk sosial selalu mengalami perubahan sikap, pandangan maupun pemikiran demikian juga dengan kaum wanitanya. Pola pikir yang semula
sederhana akan tujuan bekerja, kini sudah jauh berkembang. Bagi wanita Indonesia kesempatan untuk bekerja dan berkarya sudah terbuka luas, sehingga
bagi mereka saat ini bekerja bukan hany sebagai pengisi waktu luang. Tapi sudah menjadi kebutuhan dan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri selain upaya
mencari nafkah. Hal ini dikemukakan oleh Komalia Abbas, 1985 dalam kesimpulannya pada penelitiannya yang berjudul Dilema Wanita Bekerja.
Dalam proses kearah industrialisasi yang tengah berlangsung, kaum wanita telah memberikan kesempatan secara luas untuk memasuki lapangan kerja
terutama pada pekerjan tidak memerlukan keahlian tinggi Unskilled Labour Intensive. Besarnya kesempatan kerja itu disebabkan karena pada prinsipnya
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
9
banyak pekerjaan yang lebih cocok bagi kaum wanita Suara Merdeka, Sabtu 20 April 1991, Andi Syaiful Oeding.
Menurut Agustin Salimo 1987 dijelaskan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan wanita ikut bekerja yaitu sebagai berikut:
1. Karena kebutuhan ekonomi, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa wanita yang telah kawin cenderung untuk bekerja terutama jika penghasilan suami tidak
mencukupi untuk keluarga. 2. Kebutuhan pembangunan nasional yaitu mobilitas partisipasi untuk
pembangunan bagi seluruh warga negara terutama wanita. Bagi seorang wanita, status perkawinan sangat berpengaruh terhadap
keterlibatnnya dalam kegiatan ekonomi. Seorang wanita yang berstatus kawin akan lebih aktif dalam melekukan aktifitas kerja dibanding dengan wanita yang
belum kawin, hal ini disebabkan karena wanita yang sudah kawin lebih dituntut tanggung jawabnya dalam masalah perekonomian rumah tangga.
Diah Windarti, 1984. Berhubungan dengan wanita-wanita yang bekerja dalam arti yang sudah
berumah tangga, mengenai wanita dalam statusnya sebagai pengasuh anak dalam rumah tangga partisipasinya dalam angkatan kerja juga sudah banyak diteliti oleh
pakar kependudukan. Menurut Betty Lyons dalam bukunya yang berjudul wanita- wanita lajang, menyebutkan bahwa pada dasarnya wanita-wanita lajang bekerja
adalah untuk tiga alasan utama: Pertama, menambah pendapatan keluarga jika pendapatan keluarga tidak mencukupi. Kedua, menyokong diri sendiri dalam arti
untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ketiga, sebagai pengisi kesibukan jika suasana rumah tidak memberikan rangsangan memadai untuk membuat si wanita
menyibukkan diri Betty Lyons, 1988. Ikut sertanya anak dalam kegatan ekonomi keluarga pada keluarga yang mempunyai keadaan sosial ekonomi yang masih
rendah, menyebabkan pekerja mempunyai arti penting dalam keluarga White dalam Sukari, 1986.
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
10
Alasan keterlibatan wanita dalam suatu lapangan pekerjaan Luciana Barliantari, 1986 dalam penelitiannya mengenai karakteristik pekerja pabrik
konveksi mengemukakan bahwa semakin rendah tingkat kehidupan sosial ekonomi rata-rata penduduk semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja
wanita, hal ini sesuai dengan pendapat yang meneliti tentang wanita-wanita bekerja di Mangunharjo dan diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar dari
wanita kelas bawah di Mangun harjo adalah bekerja. Mereka terpaksa bekerja agar perekonomiannya dapat tegak. Hull, 1975 dalam Zainab Bakir dan Cris
Manning, 1984. Arti penting bagi wanita bekerja untuk keluarga dapat dilihat dari besarnya
sumbangan buat ekonomi keluarga. Besarnya sumbangan dari pekerja industri pada keluarga kurang lebih 20 dari besarnya pendapatan Wolf, 1983. Hasil
penelitian Nani Muryani menyebutkan baik pekerja yang bekerja pada industri tenun, batik maupun plastik rata-rata memberikan sumbangan sekitar 60-70 dari
besarnya pendapatan yang diterima dari keluarga. Terlepas dari besarnya pendapatan, ternyata para pekerja wanita pada
industri bisa memberikan sumbangan terhadap pendapatan keluarga, sekalipun pendapatan mereka relatif sedikit.
Dalam rumah tangga yang berpendapatan perkapitanya rendah terdapat kekuasaan bahwa anggota rumah yang mencari nafkah tidak terbatas pada kepala
keluarga saja. Seringkali ibu rumah tangga dan anak-anak yang sudah dewasa mencari nafkah untuk memperoleh suatu penghasilan untuk meringankan beban
kebutuhan rumah tangga. Dengan mengacu pada para peneliti di atas dan penelitian Novemberina
Wulaningsih dan Catur Prasetya yang digunakan sebagai perbandingan, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pekerja wanita pabrik tekstil di Kecamatan Jatem Kabupaten Karanganyar.
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
11
Tabel 1.2. Perbandingan Penelitian sebelumnya dengan yang diadakan
Nama Novemberina Wulaningsih
Catur Prasetyo Tatik Winilis
Tahun 1996
1998 2004
Judul Penelitian
Pendapatan tenaga kerja wanita pada industri
mute dan
kontribusinya terhadap pendapatan keluarga di desa Bala Pulang Wetan
Kecamatan Bala Buruh wanita pada industri Jamu
Air Mancur di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
pekerja wanita pabrik tekstil di Kkecamatan Jaten
Tujuan 1. Mengetahui keadaan demografi,
sosial ekonomi dari tenaga kerja wanita pada industri mutte
2. Mengetahui alasan utama tenaga kerja wanita bekerja pada industri
mutte 3. Mengetahui besarnya sumbangan
pendapatan tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga.
1. Untuk mengetahui karakteristik pekerja wanita
pada industri Jamu Air Mancur yang meliputi: status
perkawinan, lama kerja, umur, daerah asal, pendidikan, alasan
kerja, jam kerja, proses mendapatkan pekerjaan.
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan pekerja industri
Jamu Air Mancur dan sumbangannya terhadap
pendapatan keluarga. 1. Untuk mengetahui
karakteristik pekerja wanita meliputi: status
perkawinan, jumlah tanggungan keluarga,
umur, pendidikan, lama bekerja.
2. Mengetahui daerah asal tenaga kerja wanita
3. Mengetahui hubungan antara pendidikan, lama
kerja, jumlah tanggungan keluarga dengan
pendapatam pekerja
Metode Survey
Survey Survey
Data Primer dan Sekunder
Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder
Hasil Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja di daerah
penelitian yaitu umur tenaga kerja wanita antara 23-34
th
kawin sebesar 84. Umur rata-rata 25 tahun.
Status perwakinan kebanyakan belum kawin sebesar 60. Tingkat
pendidikan kebanyakan tamat sekolah dasar sebesar 53. Lama
bekerja antara 3-4 th sebesar 35 dan rata-rata lama kerja 3 tahun.
Asal tenaga kerja wanita kebanyakan berasal dari dalam desa
sebesar 58. Alasan utama bekerja karena pendapatannya cukup
dibanding bekerja pada pekerja lain. Sebagian besar tenaga kerja wanita
dapat menyumbangkan pendapatan untuk keluarganya dan itu
merupakan salah satu tujuan mereka bekerja. Besarnya pendapatan, rata-
rata sumbangan yang diberikan kepada kepala keluarga Rp.
39.370. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar 86 berusia 30 tahun ke atas. Untuk status
perkawinan di dominasi oleh buruh wanita yang berstatus
kawin yaitu sebesar 87. Sebagian besar dari luar
kecamatan yaitu sebesar 59.
Pendidikan formal yang dimiliki oleh para buruh wanita
di industri jamu tergolong rendah. Tamatan SD sebesar
61, ada juga yang tingkat pendidikan formalnya SLTP dan
SLTA tetapi prosentasenya lebih kecil. Alasan ekonomi ternyata
masih menjadi alasan utama mereka bekerja di sektor industri.
Proses mendapatkan pekerjaan adalah berasal dari diri sendiri
secara langsung dan juga informasi secara tidak langsung.
Besarnya pendapatan ternyata diikuti oleh besarnya sumbangan
pendapatan buruh wanita terhadap pendapatan total
keluarga sehingga semakin besar pendapatan, semakin besar
sumbangan terhadap pndapatan total keluarga.
Sebagian besar responden mempunyai tingkat
pendapatan yang rendah yaitu sebesar 34,6 dengan
tingkat pendidikan sedang sebesar 44,7 dari total
responden. Hubungan antara pendapatan dan pendidikan
memperoleh nilai r hitung product moment sebesar
0.315 dengan r tabel sebesar 0,232, yang berarti bahwa r
hitung r tabel maka dikatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara pendidikan dan pendapatan.
Hubungan antara pendapatan dan lama kerja memperoleh
nilai r hitung product moment sebesar 0.114
dengan r tabel sebesar 0,232, yang berarti bahwa r hitung
r tabel maka dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara lama kerja dan pendapatan.
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
Click to buy NOW PD
w w
w .docu-track.
co m
12
1.6. KERANGKA PEMIKIRAN