Pendekatan Sosial Budaya PENDAHULUAN

Psikogeriatri Yoko Irawan., S.Ked 406080079  Psikologis: perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis, estetis, religius. Pada lansia umumnya afeknya tetap baru dan jika ada kelainan afeksi biologis menyebabkan peturunan fungsi organ tubuh. Penurunan afektif pada lansia sangat tua disertai regresi. Penurunan fungsi afektif :  Lansia emosi lebih waspada ada masalah mental emosionalhal-hal patologis.  Orang yang sangat tua dengan penurunan fungsi mental drastis perlu upaya terapi pelayanan yang sesuai. 3.Fungsi Konotatif Psikomotor Untuk pelayanan konotatif perlu dibantu lansia untuk memilih hal yang penting agar mereka tidak ragu dalam berbagai keinginan dan yang dapat menimbulkan resiko bagi usia lanjut. Dalam pelayanan usia lanjut, perhatian fungsi psikologik di atas agar pelayanan dapat membantu mempertahankan memperbaiki kondisi fisik, psikologis dan sosial.

B. Pendekatan Sosial Budaya

“Disengagement theory of aging” bahwa ada proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara perlahan-lahan tapi pasti dan teratur daripada individu-individu atau masyarakat satu sama lain secara alamiah dan tidak terhindarkan. Hal ini akan terjadi dan berlangsung sampai mati. “Continuity theory” asumsi bahwa “identity” adalah fungsi dari pada hubungan dan interaksi dengan orang lain. Seseorang akan lebih sukses memelihara interaksi dengan masyarakat setelah masa pensiunnya, melibatkan diri dengan wajar dalam masalah masyarakat, keluarga dan hubungan perorangan. Mereka tetap memelihara identitas kekuatan egonya. “Activity theory” à bahwa orang yang masa mudanya sangat aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah ia menua. Sense of integrity dibanding semasa muda dan akan terpelihara sampai tua. “Erikson” à Fase perkembangan manusia sejak bayi sampai tua tiap fase ada krisis untuk memilih mau kemana ia berkembang. Fase terakhir disebut bahwa ada pilihan antara “sense of integrity” dan “sense of despair” karena adanya rasa takut akan kematian. Saran-saran yang dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada lansia 1.Keinginan yang sifatnya kegiatan kognitif sebaiknya tetap diadakan sepanjang yang bersangkutan masih bersedia. 2.Untuk membantu daya ingat, sebaiknya di tempat strategis dalam pelayanan ditulis hari, tanggal, huruf besar dan jelas. 3.Tempat tertentu diberikan tanda khusus. 4.Tempat tidur kuat, adanya alat-alat bantuan berjalan. 5.Kamar mandi yang tidak licin dan bak yang tidak dalam. Pemeriksaan dan Diagnosa Psikogeriatri A. Pemeriksaan psikiatri pada pasien lansia B. Pemeriksaan laboratorium C. Riwayat Psikiatri D. Pemeriksaan status mental atau Mental Status Examination a. Aktivitas kehidupan sehari – hari Indeks Katz Kepaniteran Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 109 Psikogeriatri Yoko Irawan., S.Ked 406080079 b. Aktivitas Sehari – hari ADL c. Indeks ADL Barthel d. Indeks Barthel yang dimodifikasi Untuk pemeriksaan psikogeriatri telah dibahas dalam Bab IV Pemeriksaan Gerontologi Dalam Aspek Dan Evaluasi Klinik. 1.Mood-Afek-Emosi alam perasaan Pemeriksa harus memperhatikan alam perasaan pasien secara cermat. Perasaan seperti kesepian, tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya adalah gejala depresi yang merupakan salah satu resiko bunuh diri yang cukup tinggi. Gangguan emosi, afek dan mood berbeda-beda, namun ketiga-tiganya menunjukkan alam perasaan pasien yang dapat membantu pemeriksa menegakkan diagnosa dan merencanakan terapi yang akan diberikan. 2.Gangguan persepsi Persepsi merupakan suatu proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis. Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, halusinasi dan ilusi. Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu, dan tidak ada stimulus eksternal yang nyata. Sedangkan ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata. Baik halusinasi maupun ilusi merupakan fenomena yang disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik. Pemeriksa harus mencatat apakah pasien mengalami kebingungan terhadap waktu dan tempat selama episode halusinasi. Adanya kebingungan menyatakan suatu kondisi organik. 3.Gangguan berbahasa Kategori ini pada pemeriksaan status mental geriatri adalah mencakup afasia, yang merupakan gangguan pengeluaran bahasa yang berhubungan dengan lesi organik otak. Afasia dapat dibagi menjadi: afasia broca tidak fasih, afasia wernicke afasia fasih, dan afasia global kombinasi fasih dan tidak fasih. 4.Proses berpikir Pikiran merupakan aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan, yang bermula dari suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan. Pikiran dapat mengalami gangguan baik dari bentuknya, isinya, maupun prosesnya. Yang termasuk dalam gangguan bentuk pikiran adalah neologisme, word salad, sirkumstansialitas, tangensialitas, inkoherensi, dan lain-lain. Yang termasuk dalam gangguan isi pikiran adalah poverty of ideas, overload of ideas, waham, obsesi, kompulsi, fobia, dan lain- lain. Yang termasuk dalam gangguan proses berpikir adalah autistic, magical thinking, dan lain-lain. 5.Sensorik dan kognisi Sensorium mempermasalahkan fungsi dari indera tertentu, sedangkan kognisi mempermasalahkan informasi dan intelektual. 6.Fungsi visuospasial Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan bertambahnya usia. Cara penilaiannya adalah dengan cara meminta pasien untuk mencontoh gambar atau menggambar. Pemeriksaan neuropsikologis harus dilakukan bila didapatkan fungsi visouspasial sangat terganggu. 7.Kesadaran Kepaniteran Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 110 Psikogeriatri Yoko Irawan., S.Ked 406080079 Kesadaran merupakan indikator yang peka terhadap disfungsi otak. Namun menurut ilmu penyakit jiwa, gangguan kesadaran dapat bermacam-macam jenis, seperti: disorientasi, stupor, delirium, koma, somnolen, dll. 8.Orientasi Gangguan orientasi terhadap waktu, orang, dan tempat, sering ditemukan pada gangguan kognisi, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, terutama selama periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. 9.Memori Daya ingat memori dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang, pendek, dan segera. Daya ingat jangka pendek adalah yang pertama kali memburuk pada gangguan kognitif. Bila pasien memiliki defisit daya ingat, seperti amnesia, tes yang cermat harus dilakukan apakah merupakan amnesia retrograd atau anterograd. 10. Membaca dan menulis Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca dan menulis untuk menentukan apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus. 11. Judgement Pertimbangan judgement adalah kapasitas untuk bertindak sesuai dengan berbagai situasi. Untuk memeriksanya, pasien dihadapkan pada berbagai jumlah kasus yang mudah, tapi memerlukan suatu solusi. Penilaian dilakukan berdasarkan cara pasien mengambil keputusan untuk menentukan solusi. Tes tentang fungsi kognitif sekarang yang paling banyak digunakan adalah Mini Mental State Examination MMSE, yang menilai tentang orientasi, atensi, berhitung, daya ingat segera dan jangka pendek, bahasa dan kemampuan untuk mengikuti perintah sederhana. MMSE digunakan untuk mendeteksi gangguan sederhana, mengikuti perjalanan penyakit, dan memonitor respon pasien terhadap terapi. Tes ini tidak digunakan untuk menegakkan diagnosa. Usia dan tingkat pendidikan adalah mempengaruhi kinerja kognitif yang diukur oleh MMSE. WAIS - R Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised - Tes fungsi intelektual - Pemberian score verbal - Tes bender gestalt dan halstad- reitan test - Peka terhadap proses ketuaan normal - Pencakupan informasi kognitif Geriatrik depresion test Instrumen penyaring untuk mengeluarkan keluhan somatis dari daftar untuk menegakkan diagnosa dalam psikogeriatri, digunakan diagnosa multiaksial yang terdiri dari 5 aksis: Aksis I = Gangguan klinis psikiatris Aksis II = Gangguan kepribadian dan retardasi mental Aksis III = Kondisi medik umum biologis Aksis IV = Masalah psikososial dan lingkungan Aksis V = GAP score

III. MASALAH PSIKOGERIATRI