Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
4
Untuk juga meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indone- Untuk juga meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indone-
Untuk juga meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indone- Untuk juga meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indone-
Untuk juga meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indone- sia menyempurnakan operasionalisasi pengendalian moneter.
sia menyempurnakan operasionalisasi pengendalian moneter. sia menyempurnakan operasionalisasi pengendalian moneter.
sia menyempurnakan operasionalisasi pengendalian moneter. sia menyempurnakan operasionalisasi pengendalian moneter. Langkah ini
ditempuh melalui perpanjangan waktu buka windows untuk instrumen FASBI ON dengan suku bunga ditetapkan sebesar 500 bp dibawah BI
Rate. Sementara itu, dalam rangka memberikan insentif kepada perbankan untuk tetap menjalankan fungsi intermediasinya, sejak 1 Desember 2005,
Bank Indonesia akan meningkatkan renumerasi atas simpanan giro bank pada Bank Indonesia di atas GWM menjadi 6,5. Dalam kaitan ini, Bank
Indonesia akan senantiasa memperbaharui asesmen terhadap perekonomian dan melakukan penyesuaian kebijakan apabila diperlukan.
Selain itu, Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memelihara kestabilan makroekonomi dan mengendalikan inflasi sesuai
dengan sasaran yang telah ditetapkan.
II. PERKEM BANGAN DAN KEBIJAKAN M ONETER
Pada bulan Oktober 2005, kestabilan makroekonomi Indonesia mendapat Pada bulan Oktober 2005, kestabilan makroekonomi Indonesia mendapat
Pada bulan Oktober 2005, kestabilan makroekonomi Indonesia mendapat Pada bulan Oktober 2005, kestabilan makroekonomi Indonesia mendapat
Pada bulan Oktober 2005, kestabilan makroekonomi Indonesia mendapat tekanan, terutama yang bersumber dari kenaikan inflasi.
tekanan, terutama yang bersumber dari kenaikan inflasi. tekanan, terutama yang bersumber dari kenaikan inflasi.
tekanan, terutama yang bersumber dari kenaikan inflasi. tekanan, terutama yang bersumber dari kenaikan inflasi. Meningkatnya
inflasi IHK pada bulan tersebut dibandingkan bulan sebelumnya terutama disebabkan oleh penerapan kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005,
beserta dampak lanjutannya seperti kenaikan tarif transportasi. Tekanan terhadap inflasi menjadi lebih tinggi seiring dengan faktor musiman
menyambut bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sementara itu, nilai tukar rupiah cenderung menguat didorong oleh peningkatan interest rate
differential dan membaiknya indeks risiko. Keseimbangan antara permintaan dan pasokan valas pada bulan ini lebih terjaga terutama
disumbang oleh peningkatan investasi portofolio investor asing. Guna meredam meningkatnya tekanan inflasi dan sebagai langkah
Guna meredam meningkatnya tekanan inflasi dan sebagai langkah Guna meredam meningkatnya tekanan inflasi dan sebagai langkah
Guna meredam meningkatnya tekanan inflasi dan sebagai langkah Guna meredam meningkatnya tekanan inflasi dan sebagai langkah
antisipatif mengendalikan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia antisipatif mengendalikan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia
antisipatif mengendalikan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia antisipatif mengendalikan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia
antisipatif mengendalikan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat.
melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat. melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat.
melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat. melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat. Dalam RDG pada
awal bulan Oktober 2005, BI Rate ditetapkan naik menjadi sebesar 11,0. Kenaikan suku bunga instrumen moneter tersebut telah direspon oleh
kenaikan indikator suku bunga lainnya, seperti suku bunga penjaminan, pasar uang, simpanan, dan kredit. Kenaikan suku bunga dana tersebut
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
5
mendorong pesatnya pertumbuhan volume simpanan masyarakat. Walaupun suku bunga kredit meningkat, namun volume kredit perbankan
tetap mengalami peningkatan. Likuiditas perekonomian yang tercermin pada perkembangan uang beredar M2 masih meningkat, walaupun
secara riil pertumbuhannya masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, kinerja industri perbankan masih
menggembirakan seperti tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi perbankan.
I n f l a s i
Inflasi IHK bulan Oktober 2005 meningkat tajam dibandingkan bulan Inflasi IHK bulan Oktober 2005 meningkat tajam dibandingkan bulan
Inflasi IHK bulan Oktober 2005 meningkat tajam dibandingkan bulan Inflasi IHK bulan Oktober 2005 meningkat tajam dibandingkan bulan
Inflasi IHK bulan Oktober 2005 meningkat tajam dibandingkan bulan sebelumnya.
sebelumnya. sebelumnya.
sebelumnya. sebelumnya. Inflasi IHK mencapai 17,89yoy, melonjak dibandingkan
bulan September 2005 sebesar 9,06 yoy. Dengan realisasi inflasi tersebut, secara kumulatif inflasi bulan Januari-Oktober telah mencapai
15,65 ytd. Meningkatnya tekanan inflasi terutama bersumber dari meningkatnya harga BBM yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
inflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara itu, inflasi inti
cenderung meningkat hingga di atas kisaran 7-8. Melihat perkembangan sampai dengan bulan Oktober tersebut, inflasi IHK diakhir
tahun 2005 dipastikan akan berada jauh di atas target inflasi sebesar 6
± 1
Inflasi Inflasi
Inflasi Inflasi
Inflasi administered price
administered price administered price
administered price administered price pada bulan Oktober 2005 mengalami
pada bulan Oktober 2005 mengalami pada bulan Oktober 2005 mengalami
pada bulan Oktober 2005 mengalami pada bulan Oktober 2005 mengalami
peningkatan tajam. peningkatan tajam.
peningkatan tajam. peningkatan tajam.
peningkatan tajam. Kelompok barang administered mencatat kenaikan
harga sebesar 42,63yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 12,65 yoy. Meningkatnya inflasi
administered pada Oktober 2005 terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM yakni harga Premium, Solar, dan Minyak Tanah, serta dampak
second round kenaikan BBM berupa melonjaknya tarif angkutan di hampir seluruh daerah.
Inflasi volatile foods juga mengalami lonjakan kenaikan Inflasi volatile foods juga mengalami lonjakan kenaikan
Inflasi volatile foods juga mengalami lonjakan kenaikan Inflasi volatile foods juga mengalami lonjakan kenaikan
Inflasi volatile foods juga mengalami lonjakan kenaikan. Inflasi volatile food mencapai 19,82 yoy, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar
1 Produksi beras tahun 2005 diperkirakan sebesar 53.116,7 ribu ton GKG menurun dibandingkan tahun 2004 sebesar 54.060,8 ribu ton GKG.
Grafik 2.1.
Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods
Grafik 2.2.
Inflasi IHK, IHPB dan Nilai Tukar
y-o-y
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 10
IHK Inti exclusion
Inti trimming Administered
Volatile Food
-13 -9
-5 -1
3 7
11 15
19 23
27 31
35 39
43
Apresiasi Depresiasi
-5 5
10 15
20 -20
-15 -10
-5 5
10 15
20 wpi_imporyoy
Inflasi IHKyoy DepresiasiApresiasi
RpUSDRHS
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt
2003 2004
2005
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
6
12,46 yoy. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga bahan makanan antara lain beras dan bumbu-bumbuan seiring dengan pola
musiman bulan Ramadhan maupun penurunan pasokan. Komoditas beras mengalami penurunan pasokan karena produksinya tidak sebaik tahun
lalu
1
. Disamping itu, peningkatan harga komoditi bumbu-bumbuan juga terkait dengan kenaikan harga BBM yang menyebabkan meningkatnya
biaya transportasi. Sementara itu, inflasi inti secara tahunan meningkat hingga di atas kisaran
Sementara itu, inflasi inti secara tahunan meningkat hingga di atas kisaran Sementara itu, inflasi inti secara tahunan meningkat hingga di atas kisaran
Sementara itu, inflasi inti secara tahunan meningkat hingga di atas kisaran Sementara itu, inflasi inti secara tahunan meningkat hingga di atas kisaran
7-8. 7-8.
7-8. 7-8.
7-8. Inflasi inti secara tahunan tercatat sebesar 8,90, lebih tinggi
daripada 6,73 pada bulan September 2005. Relatif tingginya inflasi inti tersebut utamanya disebabkan oleh ekspektasi inflasi yang meningkat dan
depresiasi nilai tukar rupiah. Kenaikan harga BBM pada 1 Oktober dan depresiasi rupiah mendorong kenaikan ekspektasi inflasi. Perkembangan
tersebut tercermin dari Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan peningkatan ekspektasi harga di tingkat konsumen dan
pedagang Grafik 2.3 dan 2.4. Ke depan, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih tinggi.
Ke depan, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih tinggi. Ke depan, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih tinggi.
Ke depan, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih tinggi. Ke depan, tekanan terhadap inflasi diperkirakan masih tinggi. Laju inflasi
hingga Oktober yang tinggi, baik yang bersumber dari faktor fundamental maupun faktor nonfundamental, diperkirakan masih akan memberi tekanan
terhadap harga-harga dalam dua bulan ke depan. Pasca kenaikan harga BBM, ekspektasi inflasi masyarakat diperkirakan masih tetap berada pada
level yang tinggi. Selain itu, dampak depresiasi nilai tukar rupiah yang dalam beberapa bulan terakhir belum ditransmisikan kepada pembentukan harga
diperkirakan mulai akan berpengaruh terhadap laju kenaikan harga-harga.
Nilai Tukar Rupiah
Pada bulan Oktober 2005, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menurun. Pada bulan Oktober 2005, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menurun.
Pada bulan Oktober 2005, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menurun. Pada bulan Oktober 2005, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menurun.
Pada bulan Oktober 2005, tekanan terhadap nilai tukar rupiah menurun. Kurs rupiah bergerak cukup stabil dengan kecenderungan menguat. Rata-
rata nilai tukar bulan Oktober tercatat Rp10.0853USD atau terapresiasi sebesar 1,3 dibandingkan rata-rata bulan sebelumnya, sedangkan secara
point-to point mencapai Rp10.115USD atau terapresiasi sebesar sebesar 1,73 Grafik 2.5. Secara kumulatif, rupiah dalam periode Januari-Oktober
2005 mencapai rata-rata Rp.9.666,00 atau mengalami depresiasi sebesar 8,6 dari periode yang sama tahun 2004. Sementara itu, volatilitas rupiah
menunjukkan penurunan selama Oktober yaitu sebesar 0,87, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 1,08 Grafik 2.6.
Grafik 2.3.
Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 2.4.
Ekspektasi Inflasi Pedagang
Grafik 2.5.
Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Indeks
Survei Konsumen - BI Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags OktDec Feb Apr Jun Ags Okt Dec Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt
90 100
110 120
130 140
150 160
170
2001 2002
2003 2004
2005
Ekspektasi harga 6 bl ke depan
yoy
OktDesFebApr Jun FebAprJunAgsOktDesFeb AprJun AgsOktDesFebAprJun AgsOktDesFebAprJunAgsOktDesFebAprJunAgsOktDes
80 100
120 140
160 180
200
5 10
15 20
25 30
35 40
1999 2000 2001
2002 2003
2004 2005
Ekspektasi inflasi 1 bln yad Ekspektasi Inflasi 3 bln yad
Ekspektasi Inflasi 6 bln yad Inflasi Administered Prices RHS
Rp USD
8.000 8.500
9.000 9.500
10.000 10.500
Rata-rata Nilai tukar 1 bulan Rata-rata harian selama 1 triwulan
10218 10085
10003 9810
TW II-2005 9,556
TW IV-2004 9,120
TW I-2005 9,279
TW III-2005 10,013
2004
Okt Ags
Jun Apr
Feb Des
Okt Ags
Apr Feb
Jun
2005
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
7
Penguatan kurs rupiah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan Penguatan kurs rupiah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan
Penguatan kurs rupiah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan Penguatan kurs rupiah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan
Penguatan kurs rupiah tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan interest rate differential
interest rate differential interest rate differential
interest rate differential interest rate differential selisih suku bunga dalam dan luar negeri pasca
selisih suku bunga dalam dan luar negeri pasca selisih suku bunga dalam dan luar negeri pasca
selisih suku bunga dalam dan luar negeri pasca selisih suku bunga dalam dan luar negeri pasca
kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko. kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko.
kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko. kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko.
kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko. Selain itu, penguatan rupiah juga disumbang oleh peningkatan investasi portofolio oleh
investor asing. Kestabilan nilai tukar juga didorong oleh efektivitas pengelolaan likuiditas di pasar rupiah yang dalam beberapa hari
bahkan mengalami kondisi yang cukup ketat sehingga tidak mendorong perilaku
currency switching. Langkah-langkah tersebut mampu mengurangi dampak kecenderungan pelemahan mata uang
regional terhadap USD sejalan dengan berlanjutnya siklus pengetatan moneter di AS.
Penguatan rupiah tersebut kurang sejalan dengan pergerakan mata Penguatan rupiah tersebut kurang sejalan dengan pergerakan mata
Penguatan rupiah tersebut kurang sejalan dengan pergerakan mata Penguatan rupiah tersebut kurang sejalan dengan pergerakan mata
Penguatan rupiah tersebut kurang sejalan dengan pergerakan mata uang utama dunia lainnya terutama JPY dan Euro.
uang utama dunia lainnya terutama JPY dan Euro. uang utama dunia lainnya terutama JPY dan Euro.
uang utama dunia lainnya terutama JPY dan Euro. uang utama dunia lainnya terutama JPY dan Euro. USD masih
cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia tersebut karena data ekonomi terkini AS menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara
itu yang cukup baik. Kebijakan moneter AS yang ketat telah berdampak pada meningkatnya imbal hasil US Treasury, sehingga selisih
spread dengan obligasi Jepang maupun Euro semakin melebar yang pada gilirannya mengundang potensi
capital inflows yang lebih besar ke AS. Secara umum, faktor ini cukup dominan dalam mempengaruhi
melemahnya mayoritas mata uang dunia. Penguatan Rupiah tersebut juga didukung oleh kecenderungan mulai
Penguatan Rupiah tersebut juga didukung oleh kecenderungan mulai Penguatan Rupiah tersebut juga didukung oleh kecenderungan mulai
Penguatan Rupiah tersebut juga didukung oleh kecenderungan mulai Penguatan Rupiah tersebut juga didukung oleh kecenderungan mulai
meningkatnya aliran modal masuk, terutama dalam rangka investasi meningkatnya aliran modal masuk, terutama dalam rangka investasi
meningkatnya aliran modal masuk, terutama dalam rangka investasi meningkatnya aliran modal masuk, terutama dalam rangka investasi
meningkatnya aliran modal masuk, terutama dalam rangka investasi portofolio.
portofolio. portofolio.
portofolio. portofolio. Hal ini terlihat pada transaksi spot antara bank domestik
dengan offshore yang mengalami net beli dan kepemilikan asing pada beberapa instrumen rupiah seperti SBI, SUN dan saham pada Oktober
masih cenderung meningkat dibanding bulan lalu Grafik 2.9. Dari sisi suku bunga, kenaikan suku bunga di dalam negeri telah mendorong
kenaikan covered interest rate differential menjadi sebesar 7,46
sehingga masih cukup menarik bagi penempatan dana di Indonesia oleh investor asing Grafik 2.10.
Dari sisi domestik, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh Dari sisi domestik, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh
Dari sisi domestik, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh Dari sisi domestik, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh
Dari sisi domestik, penguatan rupiah tersebut disebabkan oleh berimbangnya pasokan dan permintaan valas.
berimbangnya pasokan dan permintaan valas. berimbangnya pasokan dan permintaan valas.
berimbangnya pasokan dan permintaan valas. berimbangnya pasokan dan permintaan valas. Tambahan pasokan dari
aliran portfolio investment asing mampu menambah pasokan valas domestik sehingga mampu menjaga keseimbangan dengan
permintaan. Permintaan valas di dalam negeri masih tetap tinggi seiring dengan harga minyak dunia yang tinggi serta meningkatnya
Grafik 2.6.
Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0 3,5
4,0 4,5
5,0
1,08 0,87
0,81 0,87
0,61 1,41
2,13 2,97
1,89
Volatilitas harian Rata-rata Volatilitas Bulanan
Poly. Rata-rata Volatilitas Bulanan
Okt Ags
Jun Apr
Feb Okt
Ags Jun
Apr Feb
Des
2004 2005
Persen
Grafik 2.7. Perkembangan Nilai Tukar di
Beberapa Negara
Grafik 2.8. Yield Spread Global Bond dan INDO 14
Persen
Global Bond R 14 jatuh tempo 2014
Yield Spread 2014
US T. Note jatuh tempo 2014
Spread = 259 bps
3,5 4,0
4,5 5,0
5,5 6,0
6,5 7,0
7,5 8,0
2 0 0 5
7 17 27 6 16 26 5 15 25 5 15 25 4 14 24 3 13 23 3 13 23
6 16 26 Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt
2005
JPY Curncy PHP Curncy
KRW Curncy IDR Curncy
THB Curncy EUR Curncy
Indeks
86,0 88,0
90,0 92,0
94,0 96,0
98,0 100,0
102,0 104,0
106,0
Depresiasi Apresiasi
- Pasca Kenaikan BBM - Kenaikan BI rate ke 11
- Penerbitan Global Bond - Kebutuhan likuiditas Rp tinggi
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
06 16 26 05 15 25 07 17 27 06 16 2606 16 26 05 15 2505 15 2504 14 24 03 13 2303 13 23
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
8
impor bahan baku dan barang modal sejalan dengan kuatnya ekspansi permintaan domestik.
Kebijakan M oneter Strategi Kebijakan
Untuk mengendalikan tekanan inflasi sesuai dengan sasaran inflasi jangka Untuk mengendalikan tekanan inflasi sesuai dengan sasaran inflasi jangka
Untuk mengendalikan tekanan inflasi sesuai dengan sasaran inflasi jangka Untuk mengendalikan tekanan inflasi sesuai dengan sasaran inflasi jangka
Untuk mengendalikan tekanan inflasi sesuai dengan sasaran inflasi jangka menengah, kebijakan moneter cenderung ketat
menengah, kebijakan moneter cenderung ketat menengah, kebijakan moneter cenderung ketat
menengah, kebijakan moneter cenderung ketat menengah, kebijakan moneter cenderung ketat
tight bias tight bias
tight bias tight bias
tight bias terus terus
terus terus
terus dilanjutkan.
dilanjutkan. dilanjutkan.
dilanjutkan. dilanjutkan. Kebijakan tersebut terutama diarahkan untuk mengendalikan
tekanan inflasi yang berasal dari meningkatnya ekspektasi inflasi dan melemahnya nilai tukar. Dalam kaitan tersebut, Bank Indonesia melalui
hasil Rapat Dewan Gubernur bulan Oktober 2005 memutuskan untuk menaikan BI Rate sebesar 100 basis poin
100 basis poin 100 basis poin
100 basis poin 100 basis poin menjadi 11,0.
11,0. 11,0.
11,0. 11,0. Keputusan ini
diambil dengan mempertimbangkan bahwa: 1 kenaikan harga BBM pada 1 Oktober yang lalu mendorong peningkatan inflasi IHK secara signifikan
dan selanjutnya memicu meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat; 2 kapasitas aktual diperkirakan sudah mendekati kapasitas potensial.
Ekspansi ekonomi domestik telah memberikan tekanan terhadap keseimbangan eksternal neraca pembayaran sehingga mempengaruhi
kestabilan nilai tukar rupiah; 3 Masih adanya ekses likuiditas di pasar uang yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan risiko terhadap
currency switching, apabila tidak dilakukan respon kebijakan moneter dan
manajemen likuditas secara optimal oleh Bank Indonesia. Memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar.
Memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar. Memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar.
Memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar. Memberlakukan secara efektif kebijakan-kebijakan di bidang nilai tukar.
Kebijakan ini meliputi; 1 Pelarangan margin trading rupiah terhadap semua valas, 2 Pemberlakuan intervensi swap valas sebagai instrumen
Operasi Pasar Terbuka untuk jangka waktu 1 s.d. 7 hari, 3 Penyediaan fasilitas swap untuk kepentingan investor dalam rangka lindung nilai
hedging risiko nilai tukar untuk jangka waktu 3 s.d. 6 bulan dengan kemungkinan diperpanjang, 4 Penyempurnaan ketentuan Posisi Devisa
Neto PDN yaitu mencabut ketentuan kewajiban memelihara PDN antar valuta asing, mewajibkan bank untuk memelihara PDN sepanjang hari dan
mengenakan sanksi denda dan administratif bagi pelanggaran ketentuan PDN, dan 5 Pembatasan transaksi rupiah antara bank dengan pihak
nonresiden.
Grafik 2.9. Posisi Dana Asing di Beberapa
Instrumen Rupiah
Grafik 2.10.
Perkembangan UCIP dan CIP Indonesia
Juta USD
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
3248 2117
3396 3077
2598 3552
2754 2048
2128
Total Posisi di SBI, SUN dan Swap Posisi Swap
Posisi SUN Posisi SBI
2005 2005
2004
Okt Sep
Ags Jul
Jun Mei
Apr Mar
Feb Jan
Okt Sep
Ags Jul
Jun Mei
Apr Mar
Feb Jan
NovDes
Persen
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
7,46 10,06
CIP = JIBOR 1 M - SIBOR 1 M + yield spread UCIP= JIBOR 1 M - SIBOR 1 M
6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28
15
2 0 0 5
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
9
Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah kebijakan moneter
di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan stabilisasi makroekonomi secara keseluruhan. Sebagaimana dijelaskan dalam Laporan
Kebijakan Moneter LKM Triwulan III-2005, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah dari perkiraan semula di tengah adanya
gangguan keseimbangan internal dan eksternal. Untuk itu, sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah perlu segera ditempuh
guna mempercepat pembalikan siklus ekonomi atau mengurangi akselerasi
perlambatan pertumbuhan. Demikian pula, upaya mendorong perekonomian menuju keseimbangan internal dan eksternal perlu
diprioritaskan dengan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter secara lebih konsisten. Baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal perlu
terus diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Sejumlah perbaikan yang perlu diprioritaskan
adalah penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif
penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif
penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif. Pilihan ini utamanya ditujukan untuk memperbaiki persepsi investor asing akan prospek
ekonomi Indonesia. Selain itu, peningkatan daya saing peningkatan daya saing
peningkatan daya saing peningkatan daya saing
peningkatan daya saing ekspor juga menjadi prioritas, mengingat kinerja ekspor saat ini lebih didorong oleh faktor harga
dan belum ditopang penuh oleh peningkatan kapasitas produksi.
Suku Bunga
Stance kebijakan moneter yang cenderung ketat seperti yang tercermin Stance kebijakan moneter yang cenderung ketat seperti yang tercermin
Stance kebijakan moneter yang cenderung ketat seperti yang tercermin Stance kebijakan moneter yang cenderung ketat seperti yang tercermin
Stance kebijakan moneter yang cenderung ketat seperti yang tercermin dari kenaikan suku bunga BI Rate diperkuat pula dengan kenaikan
dari kenaikan suku bunga BI Rate diperkuat pula dengan kenaikan dari kenaikan suku bunga BI Rate diperkuat pula dengan kenaikan
dari kenaikan suku bunga BI Rate diperkuat pula dengan kenaikan dari kenaikan suku bunga BI Rate diperkuat pula dengan kenaikan
beberapa indikator suku bunga instrumen moneter. beberapa indikator suku bunga instrumen moneter.
beberapa indikator suku bunga instrumen moneter. beberapa indikator suku bunga instrumen moneter.
beberapa indikator suku bunga instrumen moneter. Pada akhir Oktober 2005, suku bunga hasil lelang SBI 1 dan 3 bulan mengalami peningkatan
masing-masing 100 dan 284 bps dari akhir September menjadi 11,00 dan 12,09. Untuk memperkuat sinyal peningkatan suku bunga BI Rate,
suku bunga penjaminan deposito Rupiah 1, 3, 6, 12, 24 bulan juga telah dinaikkan masing-masing menjadi 11,50, 11,55, 11,60,11,75,
dan 12,05. Suku bunga penjaminan deposito valas tidak mengalami kenaikan dibandingkan bulan September, yaitu tetap pada 4,25 pada
Oktober 2005. Begitu pula halnya dengan suku bunga FASBI 7 hari tetap pada level 9,00 pada Oktober 2005.
Peningkatan BI Rate diikuti oleh kenaikan suku bunga pasar uang secara Peningkatan BI Rate diikuti oleh kenaikan suku bunga pasar uang secara
Peningkatan BI Rate diikuti oleh kenaikan suku bunga pasar uang secara Peningkatan BI Rate diikuti oleh kenaikan suku bunga pasar uang secara
Peningkatan BI Rate diikuti oleh kenaikan suku bunga pasar uang secara terbatas
terbatas terbatas
terbatas terbatas. Pada Oktober rata-rata tertimbang PUAB overnight Rupiah sedikit
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
10
meningkat, begitu pula dengan volatilitas, khususnya di sesi pagi. Kondisi tersebut antara lain didorong oleh tingginya kebutuhan likuiditas di akhir
bulan terkait dengan Lebaran. Untuk mengurangi ketatnya likuiditas, Bank Indonesia melakukan
fine tune ekspansi sehingga mampu mengurangi volatilitas PUAB
overnight. Suku bunga JIBOR 1 bulan turun 6 bps menjadi 12,65 pada Oktober 2005. Di pasar uang antarbank, secara keseluruhan
suku bunga PUAB ON rupiah baik pagi dan sore menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 90bps dan 60 bps dari bulan
sebelumnya, sehingga menjadi 7,8 pagi dan 6,4 sore. Kenaikan suku bunga instrumen moneter diikuti oleh suku bunga
Kenaikan suku bunga instrumen moneter diikuti oleh suku bunga Kenaikan suku bunga instrumen moneter diikuti oleh suku bunga
Kenaikan suku bunga instrumen moneter diikuti oleh suku bunga Kenaikan suku bunga instrumen moneter diikuti oleh suku bunga
simpanan dan kemudian berpengaruh pada suku bunga kredit. simpanan dan kemudian berpengaruh pada suku bunga kredit.
simpanan dan kemudian berpengaruh pada suku bunga kredit. simpanan dan kemudian berpengaruh pada suku bunga kredit.
simpanan dan kemudian berpengaruh pada suku bunga kredit. Kenaikan BI Rate dan suku bunga penjaminan telah diikuti oleh suku bunga
deposito dan kemudian ke suku bunga kredit, khususnya modal kerja. Pada bulan September 2005, suku bunga deposito 1 dan 3 bulan tercatat
sebesar 9,16 dan 8,51 atau masing-masing meningkat 161 dan 80 bps dari bulan sebelumnya. Sementara itu semua suku bunga kredit
mencatat peningkatan, dengan kredit modal kerja mengalami peningkatan tertinggi. Pada bulan Oktober, suku bunga kredit
perbankan masing-masing menjadi 14,51 Modal Kerja, 14,47 Investasi, dan 16,27 Konsumsi. Dalam kondisi ini margin suku
bunga antara deposito 1 bulan dengan kredit secara umum masih cukup besar berkisar antara 5,3 – 8,8.
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Kenaikan BI Rate, suku bunga penjaminan, dan suku bunga deposito Kenaikan BI Rate, suku bunga penjaminan, dan suku bunga deposito
Kenaikan BI Rate, suku bunga penjaminan, dan suku bunga deposito Kenaikan BI Rate, suku bunga penjaminan, dan suku bunga deposito
Kenaikan BI Rate, suku bunga penjaminan, dan suku bunga deposito diikuti dengan naiknya volume simpanan masyarakat pada perbankan.
diikuti dengan naiknya volume simpanan masyarakat pada perbankan. diikuti dengan naiknya volume simpanan masyarakat pada perbankan.
diikuti dengan naiknya volume simpanan masyarakat pada perbankan. diikuti dengan naiknya volume simpanan masyarakat pada perbankan.
Setelah tumbuh negatif sepanjang 2003-2004, pertumbuhan simpanan berjangka deposito sejak awal 2005 semakin menunjukkan
perkembangan yang positif Grafik 2.13. Kondisi tersebut mendorong pesatnya pertumbuhan dana secara agregat, yaitu mencapai 16,3 yoy
pada September. Disamping faktor suku bunga, mulai membaiknya pemahaman pemilik dana akan risiko investasi pasca berbagai
ketidakstabilan di pasar SUN tampaknya cukup berperan dalam mendorong perpindahan dana-dana perorangan dari reksa dana ke
perbankan. Kondisi tersebut dicerminkan oleh tambahan deposito milik perorangan yang naik mencapai Rp66,5 triliun Maret-September, setelah
gejolak redemption reksa dana yang terjadi sejak Maret.
Grafik 2.11.
Perkembangan Suku Bunga SBI dan Deposito
Persen
Feb Apr
Jun Ags
Okt Des
Feb Apr
Jun Ags
Okt
2004 2005
5,0 5,5
6,0 6,5
7,0 7,5
8,0 8,5
9,0 9,5
10,0 10,5
11,0 11,5
12,0 Jam.Dep.1
Dep 1 CR SBI 1 blnBI Rate
Dep 1 WA
Grafik 2.12.
Perkembangan Berbagai Suku Bunga Kredit
Persen
12,0 12,5
13,0 13,5
14,0 14,5
15,0 15,5
16,0 16,5
17,0 17,5
18,0 18,5
19,0
2004 2005
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KMK KI
KMK BLR
Grafik 2.13. Pertumbuhan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Kredit Perbankan
, y-o-y
5 10
15 20
25 30
35 DPK
Kredit
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2003 2004
2005
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
11
Sementara itu, kredit perbankan terus mengalami peningkatan. Sementara itu, kredit perbankan terus mengalami peningkatan.
Sementara itu, kredit perbankan terus mengalami peningkatan. Sementara itu, kredit perbankan terus mengalami peningkatan.
Sementara itu, kredit perbankan terus mengalami peningkatan. Sampai dengan September 2005 posisi kredit perbankan mencapai Rp. 673 triliun,
meningkat sebesar 2,07 dibandingkan bulan sebelumya. Apabila dibandingkan dengan posisi pada bulan September 2004, kredit perbankan
mencatat peningkatan sebesar 31,18 Grafik 2.13. Berdasarkan jenis kredit, kredit konsumsi tetap meningkat dengan laju pertumbuhan yang
tinggi. Kondisi likuiditas dalam perekonomian masih tinggi.
Kondisi likuiditas dalam perekonomian masih tinggi. Kondisi likuiditas dalam perekonomian masih tinggi.
Kondisi likuiditas dalam perekonomian masih tinggi. Kondisi likuiditas dalam perekonomian masih tinggi. Secara riil, pada
September pertumbuhan M2 masih tumbuh dengan laju di bawah pertumbuhan ekonomi Grafik 2.14. Secara nominal, pertumbuhan M2
pada periode yang sama tercatat mencapai 16,58 menjadi Rp1.150,5 triliun atau meningkat Rp34,6 triliun dari akhir bulan sebelumnya. Dari sisi
komponen peningkatan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan komponen M1 khususnya uang giral, dan kuasi Rupiah dalam bentuk
deposito, serta simpanan valas. Dari sisi faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 terutama disumbang oleh meningkatnya kredit Rupiah
khususnya yang digunakan untuk modal kerja dan konsumsi.
Pasar M odal
Pada akhir Oktober, pasar saham mengalami penurunan kinerja. Pada akhir Oktober, pasar saham mengalami penurunan kinerja.
Pada akhir Oktober, pasar saham mengalami penurunan kinerja. Pada akhir Oktober, pasar saham mengalami penurunan kinerja.
Pada akhir Oktober, pasar saham mengalami penurunan kinerja. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG melemah 13,051 poin dari akhir bulan
sebelumnya menjadi 1.066,224. Kondisi tersebut disumbang oleh persepsi akan menurunnya kinerja emiten akibat kenaikan suku bunga dan laju
inflasi, kendatipun proyeksi laba beberapa emiten tertentu diperkirakan masih akan meningkat. Disamping itu, berlanjutnya kecenderungan
penurunan daya beli sebagaimana tercemin pada terus melambatnya pertumbuhan M1 riil selaras dengan perkembangan indeks. Di pasar
domestik, aktivitas perdagangan menurun, baik dari sisi nilai maupun volume, seiring dengan tibanya masa libur Lebaran.
Sementara itu, sinyal kenaikan BI rate di sisi lain mendorong peningkatan Sementara itu, sinyal kenaikan BI rate di sisi lain mendorong peningkatan
Sementara itu, sinyal kenaikan BI rate di sisi lain mendorong peningkatan Sementara itu, sinyal kenaikan BI rate di sisi lain mendorong peningkatan
Sementara itu, sinyal kenaikan BI rate di sisi lain mendorong peningkatan yield
yield yield
yield yield pada perdagangan Surat Utang Negara SUN.
pada perdagangan Surat Utang Negara SUN. pada perdagangan Surat Utang Negara SUN.
pada perdagangan Surat Utang Negara SUN. pada perdagangan Surat Utang Negara SUN. Walapun pada bulan
Oktober perdagangan SUN terlihat sepi namun terdapat kecenderungan yield yang semakin meningkat di semua tenor Grafik 2.16. Perdagangan
SUN masih diwarnai penjualan oleh kelompok reksa dana. Naiknya refer-
ence rate menjadi 11,0 diperkirakan menjadi alasan bagi beberapa investor untuk melepas aset reksa dana, meskipun dalam jumlah yang
semakin menurun. Peningkatan BI Rate tampaknya diikuti dengan naiknya
Grafik 2.14. Perkembangan Likuiditas
Perekonomian
Grafik 2.15.
IHSG dan Net Beli Asing
Persen
-10 -8
-6 -4
-2 2
4 6
8
2001 2002
2003 2004
2005
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2 3
PDB M2 Riil
Grafik 2.16. Perkembangan Yield SUN
Des-04 Mar
Jun Jul
Ags Sep
25 Okt
6 bln 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 15
Maturity thn
YTM
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
IHSG Net Foreign M iliar Rp
-500 -250
250 500
750 1.000
1.250 1.500
800 850
900 950
1000 1050
1100 1150
1200
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
IHSG Net Foreign
2 0 0 5
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
12
yield SUN atau menurunnya harga. Cukup kuatnya hubungan antara BI Rate dengan yield SUN terlihat dari pergerakan yield beberapa jenis SUN
jangka pendek - menengah yang cukup laris diperdagangkan seperti FR4,
FR5 dan FR2. Sejak Oktober, harga SUN relatif mulai membaik meskipun masih berada di bawah harga par-nya.
Kondisi Perbankan
Kinerja perbankan pada bulan September 2005 secara umum masih Kinerja perbankan pada bulan September 2005 secara umum masih
Kinerja perbankan pada bulan September 2005 secara umum masih Kinerja perbankan pada bulan September 2005 secara umum masih
Kinerja perbankan pada bulan September 2005 secara umum masih menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan.
menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan. menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan.
menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan. menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan. Fungsi intermediasi
perbankan terus menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan kredit menunjukkan bahwa target yang telah ditetapkan untuk tahun 2005
sebesar 22 diperkirakan akan tercapai. Sampai dengan September 2005, kredit yang disalurkan telah mencapai 20,2 dan dengan perkembangan
ini Loan to Deposit Ratio LDR menjadi 66,1. Sementara itu, kredit yang disalurkan sektor UMKM meningkat cukup signifikan dan mencapai
Rp331,1 triliun atau 51 dari total kredit perbankan. Namun demikian, meningkatnya risiko kredit seiring dengan naiknya suku bunga dan risiko
di sektor riil telah meningkatkan rasio NPL menjadi 8,76. Ke depan, peningkatan risiko kredit ini perlu semakin diwaspadai oleh sektor
perbankan.
Total Aset T Rp
1.272,3 1.280,6
1.344,6 1.346,6
1.418,6 DPK
T Rp 963,1
959,3 1.011,0
1.046,8 1.077,5
Kredit T Rp
595,1 617,8
664,3 702,2
715,3 LDR
50,0 51,3
53,1 54,5
54,2 NPLs Gross
5,8 5,6
7,9 8,9
8,8 NPLs Net
1,7 1,9
3,7 5,0
5,0 CAR
19,4 21,7
19,5 18,9
19,4 NIM NIIAP
0,6 0,5
0,5 0,5
0,5
Des-04 M ar-05
Jun-05 Ags-05
Sep-05
Tabel 2.1 Kondisi Umum Perbankan
Indikator Utama
termasuk channelling
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2005
13
III. RESPON KEBIJAKAN M ONETER