ISSU PEMBANGUNAN KEHUTANAN 2005-2025

21. Keadaan sumber daya pengelola kehutanan saat ini baik dari kualitas dan kuantitas sangat tidak sepadan dengan tantangan yang akan dihadapi oleh sektor kehutanan dimasa mendatang sehingga perbaikan terhadap bidang ini sangat diperlukan dan mendesak. 22. Berdasarkan gambaran tersebut di atas sekalipun banyak bidang dalam sektor kehutanan yang perlu perbaikan mendesak, secara umum pembangunan kehutanan sejauh ini memiliki kontribusi yang besar terhadap pembangunan wilayah. Hal ini ditunjukkan dengan terbukanya wilayah-wilayah terpencil melalui ketersedian jalan HPH bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan, bertambahnya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat.

C. ISSU PEMBANGUNAN KEHUTANAN 2005-2025

1. Issu Utama a. Pengelolaan Hutan Lestari PHL Pasar global hasil-hasil hutan dimasa mendatang menuntut produk yang berkualitas baik dengan suplai yang berkelanjutan dan berasal dari sumber yang legal. Sampai dengan tahun 2004, Departemen Kehutanan telah memberi ijin kepada 267 IUPHHK Ijin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu. Sejauh ini dari jumlah IUPHHK tersebut baru 1 satu yang memiliki sertifikat pengelolaan hutan lestari PHL yang diterbitkan oleh FSC dan diakui oleh pasar global. Salah satu kesulitan utama dalam mendapatkan sertifikat adalah masih meningkatnya illegal logging di wilayah usaha IUPHHK. PHL dan illegal logging serta illegal trade juga menimbulkan masalah yang berkepanjangan berkaitan dengan tidak menentunya suplai bahan baku terhadap industri kehutanan di Indonesia. Dari sisi pengelolaan hutan, sampai dengan tahun 2004, kecuali pengelolaan hutan konservasi tidak ada satupun kawasan hutan di seluruh Indonesia yang memiliki unit kesatuan pengelolaan hutan KPH produksi dan lindung beroperasi secara efektif. Kenyataan ini mendorong pemerintah mulai dari tahun 2002 untuk merintis pembentuk KPH produksi dan lindung di beberapa wilayah Indonesia. b. Konservasi sumber daya alam hayati SDAH Permintaan pasar terhadap aneka ragam SDAH di masa mendatang akan terus meningkat. Sejauh ini pada tataran global dan nasional pemanfaatan SDAH ternyata belum seiring dengan prinsip kelestarian sehingga jumlah jenis SDAH yang terancam punah meningkat dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun 2004, IUCN dan CITES mencatat 614 jenis satwa dan 1,104 jenis tumbuhan yang berada Indonesia kedalam kelompok terancam kepunahan. Kenyataan ini memaksa pemerintah untuk secara bertahap dan konsisten melaksanakan konservasi SDAH baik secara Insitu dan Exsitu. c. Industri kehutanan Kompetisi secara global dalam produk industri kehutanan di masa mendatang akan semakin tinggi. Produk hasil hutan Indonesia yang selama ini berada di pasar global berupa kayu lapis, kayu gergajian, kayu olahan, bubur kayu dan furniture serta hasil hutan non kayu berupa rotan dan resin dituntut lebih berkualitas dengan suplai yang berkelanjutan continue. Industri kehutanan saat ini menghadapi masalah efisiensi, teknologi yang rendah dan juga didera dengan masalah kesulitan bahan baku yang diakibatkan oleh meningkatnya pencurian kayu illegal logging dan perdagangan ilegal bahan baku serta lambatnya pembangunan hutan tanaman industri HTI. Keadaan ini mendorong pemerintah untuk terus menggiatkan industri kehutanan yang tangguh dan competitive sambil berupaya keras menyelesaikan illegal logging di daerah hulu. d. Fungsi tata air dan sumber air Ekosistem hutan selain berfungsi menjadi habitat berbagai jenis SDAH juga berfungsi untuk mengatur tata air yang berguna untuk beragam keperluan di daerah hilir seperti irasi pertanian dan energi listrik. Dalam upaya menciptakan masa depan pertanian yang tangguh dan negara yang mandiri, sumber air yang berada di daerah aliran sungai DAS yang berfungsi sebagai catchment area harus terjaga dan berfungsi secara optimal. Kenyataan saat ini menunjukan bahwa sebagian besar dari DAS yang menjadi andalan sumber air bersih, sumber energi listrik dan pertanian modern seperti DAS Cirata, Citarum, dan Asahan. dalam keadaan kritis. Sejauh ini pemerintah telah menetapkan 282 DAS prioritas yang harus direhabilitasi dan dikelola secara optimal. e. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam dua puluh tahun medatang kompetisi di bidang kehutanan secara global akan semakin tinggi. Disisi lain sumber daya hutan Indonesia dan kemampuan pulihnya semakin berkurang. Selama ini pemerintah belum benar-benar berupaya mengembangkan ilmu dan teknologi yang yang tepat guna dan berorientasi kepada teknologi modern sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan belum efisien dan belum menghasilkan produk yang bervariasi dan berkualitas tinggi. f. Sumber daya manusia SDM sektor kehutanan SDM sektor kehutanan dimasa mendatang harus dapat menjawab tantangan kehutanan yang semakin berat antara lain kompetisi di pasar global, peningkatan aneka fungsi kehutanan dan jasa lingkungan, pendidikan dan kesadaran lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu pemerintah dituntut terus membina dan mengembangkan SDM kehutan yang tangguh dan competitive. 2. Cross cutting Isu a. Kemiskinan penduduk sekitar hutan Sektor kehutanan bersama dengan sektor terkait lainnya berperan dalam menanggulangi kemiskinan penduduk di sekitar hutan. BPS mencatata sekitar 10, 2 juta penduduk sekitar hutan yang tergolong kedalam kelompok miskin yang mencakup miskin pendapatan, berusaha yang layak, pendidikan, kesehatan dan sanitasi. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan sekitar hutan, pemerintah telah berupaya melaksanakan berbagai program social kehutanan yang didukung oleh sektor lain pendidikan dan perdagangan seperti pembinaan masyarakat desa hutan PMDH di luar Jawa, pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM di Jawa bersama Perhutani, serta program hutan kemasyarakatan Hkm. b. Penegakan hukum Pembangunan kehutanan yang selama ini berjalan tidak akan mencapai hasil yang optinal apabila tidak diimbangi dengan penegakan hukum terhadap para pelanggar pemanfaatan sumber daya hutan baik yang berupa institusi maupun perorarangan. Illegal logging, illegal trade SDAH dan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan kegiatan non kehutanan selama ini merupakan pelanggaran yang sulit diatasi. Pelanggaran seperti ini akan berpotensi menguras kemampuan pulih sumber daya alam hutan, mengurangi daya saing industri kehutanan di masa depan, meningkatkan konflik social masyarakat sekitar hutan, mempersulit pengentasan kemiskinan sekitar hutan dan memberikan gambaran yang buruk tentang citra Indonesia di tataran global. Keadaan seperti ini mendorong pemerintah untuk terus menerapkan berbagai cara preventive dan represive dalam menegakan hukum terhadap pelanggar pemanfaatan sumber daya hutan. c. Peningkatan kesadaran masyarakat Berbagai jenis pelanggaran di bidang kehutanan sebagian disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan perlunya memelihara dan memanfaatkan sumber daya hutan serta ekosistemnya secara lestari. Isu yang mendasar di sektor kehutanan selama ini sangat terkait dengan aktivitas illegal logging dan illegal trade SDAH dan apabila tidak ditangani secara serius akan terus menggangu upaya pemerintah dalam membangun Indonesia yang damai, sejahtera dan mandiri. d. Ketataprajaan yang baik Good governace Kepemerintahan di sektor kehutanan dimasa mendatang dituntut untuk menerapkan prinsip terbuka, partisipatif, akuntabilitas dan konsisten dalam menentukan kebijakan. Sejauh ini prinsip tersebut belum benar- benar dilaksanakan oleh segenap jajaran tugas Departemen Kehutanan.

D. POTENSI PEMBANGUNAN KEHUTANAN