GEOLOGI REGIONAL Eksplorasi endapan batubara di daerah Tempino, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TEMPINO, KABUPATEN BATANGHARI PROPINSI JAMBI Oleh : Syufra Ilyas Sub. Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM SARI Daerah yang diselidiki secara administratif termasuk Kecamatan Mestong, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi yang dilalui oleh jalan lintas Timur Sumatera. Daerah penyelidikan termasuk dalam lembar peta topografi nomor 26XXIII; 26XXIV; 27XXIII dan 27XXIV skala 1:100.000 dari sistem pemetaan topografi nasional Jakarta tahun 1939 atau terletak antara 1 o 40’ - 2 o LS dan 103 o 25’ - 103 o 45’ BT. Endapan batubara Tempino dan sekitarnya terdapat dalam Formasi Muara Enim, terdiri dari 2 dua lapisan utama dengan ketebalan Lapisan A 2,30-9,50 m dan Lapisan C 1,15-7,45 m, serta tiga lapisan tipis yang penyebarannya terbatas kecuali Lapisan B dengan sudut kemiringan berkisar antara 6 o dan 15 o serta menempati sayap baratdaya dan sedikit di sayap Timurlaut Antiklin Tempino Hasil analisa kimia batubara dari singkapan dan inti bor memberikan kualitas yang sebanding dengan batubara sejenis dalam Cekungan Sumatera Selatan seperti daerah Talang Ubi, Pendopo dan Bentayan. Nilai panas berkisar antara 4885 dan 5100 kalkg adb, kandungan air total sangat tinggi yaitu 46-59 ar dan zat terbang 41-43 adb, karbon tertambat 25-35,5 adb. Kandungan abu dan belerang umumnya sangat rendah masing-masing kurang dari 1 dan 0,2 . Pengujian sifat fisik hanya diwakili oleh indek kekerasan HGI memberikan angka rata-rata 79 yang tergolong batubara lunak. Sumberdaya batubara yang dihitung sampai kedalaman 50 m dan didukung oleh 8 lubang bor untuk seam utama memberikan angka 60 juta ton dan 6,6 juta ton untuk tiga seam tipis-tipis. 1 . PENDAHULUAN Program eksplorasi yang telah dilaksanakan dalam DIK – S Tahun Anggaran 19971998 difokuskan pada bagian selatan Antiklin dan sayap barat Antiklin Tempino. Eksplorasi yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan geologi endapan batubara, terutama seberapa jauh penyebaran lapisan batubara baik ke arah jurus maupun kearah kemiringan serta ketebalannya. Selanjutnya dari informasi-informasi ini diharapkan dapat direkonstruksi geometri lapisan sehingga diketahui potensi endapan batubara yang dapat mendukung rencana program pemerintah dalam pengadaan energi. Daerah yang diselidiki secara administratif termasuk Kecamatan Mestong, Kabupaten Batanghari, Propinsi Jambi dan dilalui oleh jalan lintas Timur Sumatera. Secara geografis daerah penyelidikan termasuk dalam lembar peta topografi nomor 26XXIII; 26XXIV; 27XXIII dan 27XXIV skala 1:100.000 dari sistem pemetaan topografi nasional jakarta tahun 1939 atau terletak antara 1 o 40’ - 2 o LS dan 103 o 25’ - 103 o 45’ BT Gambar 2- 1.

2. GEOLOGI REGIONAL

Berdasarkan kerangka tektonik Indonesia bagian barat yang telah diuraikan oleh Koesoemadinata dan Pulunggono, 1974 seperti terlihat pada Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan DIK-S Batubara, DSM, 1999 2- 1 Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan DIK-S Batubara, DSM, 1999 2- 2 Gambar 2-2, daerah Tempino terdapat di bagian pinggir dangkalan di dalam cekungan pendalaman belakang “backdeep”. Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah merupakan satu cekungan besar yang mempunyai sedimentasi sama dan dipisahkan oleh Pegunungan Tigapuluh. Daerah Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi depresi Jambi di utara, Sub Cekungan Palembang Tengah dan Sub Cekungan Palembang Selatan atau Depresi Lematang masing-masing dipisahkan oleh tinggian batuan dasar basement. Tiga antiklinorium yang dipisahkan oleh tinggian batuan dasar adalah Antiklinorium Pendopo, Antiklinorium Palembang dan Antiklinorium Muaraenim. Pensesaran batuan dasar mengontrol sedimen selama Paleogen. Stratigrafi normal memperlihat- kan bahwa pembentukan batubara hampir bersamaan dengan pembentukan Cekungan Tersier yaitu mulai dari Formasi Talang Akar, Air Benakat dan Muara Enim. Endapan batubara potensial sedemikian jauh hanya terdapat pada tingkat pertengahan siklus regresi mulai dari Akhir Air Benakat dan di akhiri oleh pengendapan Formasi Kasai. Lapisan batubara utama terkonsentrasi pada dua horison di dalam Formasi Muara Enim. Horison bawah mengandung Seam Mangus, Suban, Petai, Merapi dan Kladi dan Horison Atas mengandung Seam Gantung Hanging Seam yang terdiri dari banyak seam. Pola umum geologi dan tatanan stratigrafi secara regional telah cukup dipahami berkat kegiatan eksplorasi minyak bumi di Cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah De Coster, 1974. Shell Mijnbouw 1978 memperbaiki penamaan dan tatanan stratigrafi, khususnya Formasi Muara Enim dibagi menjadi 4 angka yang didasarkan atas kelompok kandungan batubara dari bawah ke atas yaitu anggota M1, M2, M3 dan M4. Berdasarkan peta geologi regional Lembar Jambi dan Lembar Muara Bungo di daerah penyelidikan terdapat 3 formasi yang selaras satu sama lainnya. Formasi itu dari tua ke muda adalah Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai. Formasi Air Benakat diendapkan pada fase awal regresi, terdiri dari perselingan batulempung dengan batupasir, batulanau dan serpih, berumur Miosen Tengah. Formasi Muara Enim diendapkan sebagai kelanjutan dari fase regresi, terdiri dari perselingan batupasir dengan batulumpur, batulempung, batulanau dan batubara, berumur Miosen Akhir - Pliosen Awal dengan lingkungan pengendapan transisi. Formasi ini bertindak sebagai pembawa utama endapan batubara dalam Cekungan Sumatera Selatan. Formasi Kasai diendapkan pada fase akhir regresi Cekungan Sumatera Selatan. Formasi terdiri dari batulempung tufaan, batupasir tufaan, kadangkala konglomerat dan beberapa lapisan batubara, berumur Pliosen Akhir. Struktur geologi daerah Tempino merupakan struktur lipatan yang terdiri dari antiklin dan sinklin, berarah Baratlaut-Tenggara dan terpotong oleh sesar normal. Struktur lipatan ini merupakan bagian dari sistem lipatan di kompleks Palembang Utara, jurus umum sumbu Antiklin Tempino adalah baratlaut-tenggara, kemiringan sayap baratdaya berkisar dari 10 o , 15 o , 10 o dan 20 o di sayap timurlaut. Sesar yang berkembang adalah sesar normal dan beberapa sesar kecil jenis sesar engsel oblique

3. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN