EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
14
Pengeloaan Pendidikan
Nasional Pendidik an dan telah direvisi menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2013, khususnya Pasal 87 ayat 2.
Sehubungan dengan hal tersebut, BAP-SM Provinsi
Sumatera Selatan pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 2015,
mengadakan kegiatan rapat koordinasi dengan pengelola
pendidikan KabupatenKota.
Rapat tersebut, bertujuan untuk memberikan saranrekomendasi
kepada KabupatenKota tentang akreditasi SM, serta penyerahan
Sertifikat Akreditasi kepada sekolah yang telah lulus akreditasi
tahun 2014.
Rapat tersebut dihadiri oleh 225 orang peserta, dengan rincian
sebagai berikut lihat tabel.1
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh anggota BAN-SM, Prof. dr.
Hardi Darmawan, MPH TM, FRSTM. Dalam kegiatan
tersebut, Prof. dr. Hardi Darmawan menyampaikan materi tentang
akreditasi yang diberi judul “Masalah Pendidikan di
Indonesia”.
Dalam paparan materi nya, beliau menyampaikan tentang :
1. T ujua n Akreditasi Memberikan informasi tentang
kelayakan SM atau program yang dilaksanakannya berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan Memberikan pengakuan
peringkat kelayakan Memberikan rekomendasi
tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan
atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait
2 . M a nfa a t Manfaat Acuan dalam upaya
peningkatan mutu SM dan rencana pengembangan SM
Motivator agar SM terus meningkatkan mutu pendidikan
secara bertahap, terencana dan kompetitif baik di tingkat
KabupatenKota, Provinsi, Nasional bahkan regional dan
Internasional.
- Umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan
pengembangan kinerja warga SM dalam rangka menerapkan visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi dan program SM
- Membantu mengidentifikasi SM dan program dalam rangka
pemberian bantuan pemerintah, investigasi dana swasta dan
donator atau bentuk bantuan lainnya
- Bahan informasi bagi SM sebagai masyarakat belajar untuk
meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun
sector swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga
dan dana
- Membantu SM dalam menentukan dan mempermudah
kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain,
pertukaran guru dan kerjasama yang saling
menguntungkan
3. F ungsi Akre dita si Akuntabilitas, yaitu
sebagai bentuk pertanggung jawaban SM kepada publik,
apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh
SM telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat
Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua
pihak tentang kelayakan SM dilihat dari berbagai unsur
terkait yang mengacu pada standar minimal beserta
indicator-indikatornya
Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai
dasar bagi SM, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya
peningkatan atau pengembangan mutu.
4. Prinsip Akreditasi - Objektif
- Komprehensif Adil - Transparan
- Akuntabel
5. Komponen Akreditasi. • Standar Isi Permen 222006
• Standar Proses Permen 41 2017
• Standar Kompetensi Lulusan Permen 232006
• Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Permen 132007
tentang Kasek, Permen 162007 tentang guru, Permen 24 2008
tentang Tenaga Administrasi
• Standar Sarana dan Prasarana Permen 242007
• Standar Pengelolaan Permen 192007
• Standar Pembiayaan PP. 48 2008
• Standar Penilaian Pendidikan Permen 202007
Dalam rapat tersebut, Ketua BAP - SM Provinsi Sumatera
Selatan Drs. H. Muhammad Sahidin, menyampaikan tentang
kondisi SekolahMadrasah di Sumatera Selatan yang telah
diakreditasi dan yang belum diakreditasi sampai dengan tahun
2014. Data dirinci dalam angka, persentase, perjenjang pendidikan
dan perkabupatenKota.
Suasana penuh suka cita saat pembagian sertifikat akreditasi. fdiknas
EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
15
Pengeloaan Pendidikan
No Jenjang SM
Jumlah Akreditasi
Kualifikasi ?
Ket Sudah
Belum A
B C
TTA Sekolah
PK Sekolah
PK Sekolah
PK 1 SD
4,549 3,815
734 273
2,173 1,330
39 3,815
2 MI 595
374 221
32 168
168 6
374 3 SMP
1,227 912
315 187
483 229
13 912
4 MTs 545
314 231
30 163
112 9
314 5 SMA
528 442
86 129
210 100
3 442
6 MA 185
155 30
24 82
47 2
155 7 SMK
224 596
207 437
17 159
168 217
48 4
437 8 SLB
170 27
143 2
19 6
27 8,023
596 6,246
437 1,777
159 845
3,515 2,040
76 6,476
II. Dalam Persentase
No Jenjang SM
Jumlah
Akreditasi Kualifikasi
? Ket
Sudah Belum
A B
C TTA
Sekolah PK
Sekolah PK
Sekolah PK
1 SD 4,549
83.86 16.14
7.16 56.96
34.86 1.02
100 2 MI
595 62.86
37.14 8.56
44.92 44.92
1.60 100
3 SMP 1,227
74.33 25.67
20.50 52.96
25.11 1.43
100 4 MTs
545 57.61
42.39 9.55
51.91 35.67
2.87 100
5 SMA 528
83.71 16.29
29.19 47.51
22.62 0.68
100 6 MA
185 83.78
16.22 15.48
52.90 30.32
1.29 100
7 SMK 224
596 92.41
73.32 7.59
26.68 81.16
49.66 10.98
0.92 100
8 SLB 170
15.88 84.12
7.41 70.37
22.22 -
100 8,023
596 77.85
73.32 22.15
26.68 13.53
54.28 31.50
1.17 100
Keterangan SMK dihtung berdasarkan Program Keahlia PK, sehingga :
1. Jumlah SM = 8023 -224 + 596 = 8395 2. SM yang sudah diakreditasi = 6246 - 207 + 437 = 6476
3. SM yang belum terakreditasi = 1777 - 17 + 159 = 1919
I. Dalam Angka
DATA SEKOLAHMADRASAH YANG SUDAH DIAKREDITASI s.d TAHUN 2014
PROVINSI SUMATERA SELATAN
No KabKota Jenjang Pendidikan
SD ?
MI ?
SMP ?
MTs ?
SMA ?
MA ?
SMK ?
SLB ?
JUMLAH N
S N
S N
S N
S N
S N
S N PK
S PK SEK PK N
S SEK PK
1 Palembang 253 69 322 2
76 78 58 99 157 2 23 25 24 77 101 4
8 12 11 40 42 79 53 119 0
11 11 759 119 2 Banyuasin
410 4 414 0
34 34 45 21 66 31 31 15 16 31
2 18 20
3 9
6 8
9 17
0 605 17 3 Muba
430 18 448 3 15 18 75 18 93
4 24 28 26 11 37
1 9
10 17 33 3
3 20 36
0 654 36 4 Ogan Ilir
167 4 171 0
9 9
58 5
63 2
32 34 22 10 32 11 11
4 5
4 7
8 12
0 328 12 5 OKI
366 3 369 0
40 40 68 17 85 2
47 49 23 8
31 3
23 26 9
18 3
4 12 22
1 1 613 22
6 OKU 175
5 180 3 12 15 33
5 38
1 10 11 13
9 22
1 6
7 4
12 5
9 9
21 1
1 283 21 7 OKUT
416 14 430 4 70 74 51 19 70
2 54 56 14 15 29
1 20 21
3 5
23 41 26 46 1
1 707 46 8 OKUS
109 0 109 0
1 1
27 2
29 1
1 2
9 2
11 2
2 4
2 4
5 7
7 11
0 163 11 9 Prabumulih
71 3
74 2
2 11
7 18
4 4
8 5
13 1
1 2
2 14
8 14 10 28
0 123 28 10 Muara Enim 473 10 483 16 32 48 81 24 105 4
23 27 25 13 38 1
12 13 13 34 9
19 22 53 4
4 740 53 11 Lahat
201 9 210 3
13 16 41 6
47 3
10 13 22 9
31 2
2 4
7 25
4 9
11 34 2
2 334 34 12 Pagaralam
30 2
32 3
3 3
4 7
2 2
6 1
7 1
2 3
1 5
4 5
5 10
59 10 13
Lubuk Linggau
85 4
89 2
4 6
13 13 26 1
4 5
7 11 18
2 4
6 5
10 2
4 7
14 1
1 158 14 14 Musi Rawas 315
6 321 2 22 24 64 10 74
2 23 25 23
6 29
1 14 15
3 3
2 2
5 5
1 1 494 5
15 Empat
Lawang 153
3 156 1 2
3 28
1 29
1 1
9 2
11 1
1 1
5 1
5 2
3 5 207 5
16 Pali 7
7 3
1 4
1 2
1 2
2 4
13 4
17 Muratara 3
3 1
1 1
1 1
1 6
J U M L A H 3,661 154 3,815 38 336 374 660 252 912 25 289 314 247 195 442 23 132 155 86 224 121 213 207 437 13 14 27 6,246 437
EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
16
Kurikulum
M
enteri Pendidikan dan Kebudayaan era
pemerintah Soesilo Bambang Yudoyono
Muhammad Nuh, telah menetapkan bahwa kuri kulum
2013 akan diterapkan secara serentak di seluruh sekolah di
Indonesia.
Untuk hal tersebut, Kemdikbud telah mempersiapkan segala
sesuatunya, seperti melatih ribuan guru, dan telah menganggarkan
untuk pengadaan buku kurikulum 2013 sebesar Rp 2,1 triliun
Dengan anggaran tersebut, diharapkan kurikulum 2013 dapat
berjalan dengan baik di sekolah,
karena guru dan siswa akan
memperoleh buku dimaksud 1
buku per pelajaran per
siswaguru.
Namun setelah beberapa
bulan berjalan, dan seiring
dengan pergantian
pemerintahan dengan
terpilihnya Jokowi – JK sebagai presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia.
Terjadi pula perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Hal ini diawali dengan keluarnya surat edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja Anies Baswedan
nomor 179342MPKKR2014. Surat dimaksud, ditujukan kepada
sekolah di seluruh Indonesia.
Isi dari surat ini, intinya adalah sebagai berikut :
Menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah
yang baru menerapkan satu
Seputar Pemberlakuan
Kurikulum 2006 dan 2013
semester, yaitu sejak tahun pelajaran 20142015. Sekolah-
Sekolah ini supaya kembali menggunakan kuri kulum 2006.
Sekolah yang termasuk kategori ini, kembali menggunakan
kurikulum 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 20142015.
Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang
telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak tahun
pelajaran 20132014 dan menjadikan sekolah-sekolah
tersebut sebagai sekolah pengembang dan percontohan
penerapan kurikulum 2013.
Pada saat kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan
lalu sekolah-sekolah ini dan sekolah-sekolah lain yang
ditetapkan oleh pemerintah dimulai proses penyebaran
penerapan kurikulum 2013 ke sekolah lain disekitarnya. Bagi
sekolah yang termasuk kategori ini, harap bersiap menjadi sekolah
pengembangan dan per contohan kurikulum 2013 sehingga
siap diterapkan secara nasional dan disebarkan dari sekolah
tersebut.
Catatan tambahan untuk poin kedua ini adalah sekolah yang
keberatan menjadi sekolah pengembang an dan percontohan
kurikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi
kepentingan siswa, dapat mengajukan diri kepada
Kemdikbud untuk dikecualikan.
Mengembalikan tugas pengembangan kurikulum 2013
kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengembangan kurikulum tidak
ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka pendek.
Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap
kurikulum 2013 agar dapat
dijalankan dengan baik oleh guru-
guru di dalam kelas, serta
mampu menjadikan
proses belajar di sekolah sebagai
proses yang menyenangkan
bagi siswa.
Keluarnya surat tersebut,
menimbulkan pendapat yang
beragam didunia
pendidikan. Ada yang setuju dan ada yang tidak, ada yang tidak
mau kembali ke kurikulum 2006 dan ingin tetap melanjutkan
kurikulum 2013 walaupun sekolahnya tidak sesuai dengan
kategori yang telah ditetapkan.
Media cetak dan elektronikpun ramai membicarakan
permasalahan ini, mereka mem pertanyakan berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dari kebijakan mendikbud
tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
Mendikbud segera mengeluarkan
EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
17
Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun
2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan 2013 pada
tanggal 12 Desember 2014.
Dalam Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 ini, kembali
dipertegas tentang sekolah mana yang boleh menggunakan
kurikulum 2013 dan sekolah mana yang harus kembali menggunakan
kurikulum 2006.
Mencermati pasal demi pasal dari permendikbud nomor 160
tahun 2014 tersebut, Mendikbud tetap ingin melanjutkan penerapan
kurikulum 2013, namun Mendikbud ingin penerapannya
secara bertahap.
Penerapan secara bertahap tersebut, dimaksudkan agar dapat
menjadi lebih baik dengan terlebih dahulu memperhatikan berbagai
aspek, seperti tenaga pendidik, manajemenkepala sekolah,
tenaga kependidikan dan buku teks.
Untuk mempersiapkan sekolah agar siap dalam menerapkan
kurikulum 2013, mereka akan diberikan pelatihan dan pen
dampingan sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1, 2, dan 3.
Selanjutnya, seluruh sekolah di Indonesia pada tahun pelajaran
20192020 harus menerapkan kurikulum 2013, sebagaimana
diatur dalam pasal 4. Untuk suksesnya proses
peralihan penerapan kurikulum 2006 ke 2013 dan pemantapan
penerapan kurikulum 2013 bagi sekolah yang telah memenuhi
persyaratan, Kemdikbud mengeluarkan peraturan bersama
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal
Pendidikan Menengah nomor 5496CKR2014 dan 7915DKP
2014 tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum 2006
dan 2013 pada tanggal 22 Desember 2014.
Petunjuk teknis ini merupakan pedoman bagi sekolah dalam
melaksanakan ketentuan per aturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.
Dalam Juknis ini, diatur dan dimungkinkan bagi sekolah yang
telah 3 semester melaksanakan kurikulum 2013 tetapi ingin
kembali menggunakan kurikulum 2006 dengan cara melapor
kepada Mendikbud melalui dinas pendidikan provinsikabupaten
kota sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 3.
Begitu juga bagi sekolah yang baru satu semester menerapkan
kurikulum 2013, tetapi tetap ingin melanjutkan menggunakan
kurikulum 2013 dengan cara membuat usul untuk menjadi
pelaksana kurikulum 2013 kepada Mendikbud melalui dinas
pendidikan provinsikabupaten kota sesuai kewenangannya
sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 s.d. 5.
Dalam juknis ini diatur pula tentang penilaian dan ketentuan
kenaikan kelas bagi peserta didik dan rombongan belajar baik yang
melaksanakan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 serta konversi
nilainya sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1 dan 2 serta pasal 8
ayat 1, 2 dan 3.
Saat sejumlah guru memprotes kebijakan kurikulum 2013 dan UN sebagai penentu kelulusan Mendikbud, Anies Baswedan
EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
18
13 SMK 2 SMA di Sumsel
Siap UN 2015 dengan CBT
Belum Semua SMA Bisa Dilaksanakan
Ujian Nasional
Dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional UN
Tahun Pelajaran 20142015, Dinas Pendidikan Provinsi telah
melakukan rapat teknis dengan Dinas Pendidikan Kabupaten
Kota se Sumatera Selatan.
Rapat berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 2 s.d. 3
Maret 2015, bertempat di Ruang Rapat Kepala Dinas Pendidikan
Prov. Sumsel.
Dalam rapat tersebut di bahas kebijakan baru tentang
pelaksanaan UN tahun pelajaran 2014 2015, di antaranya yaitu
tentang kegunaan hasil UN dan pelaksanaan Computer Based
Test CBTUN dengan menggunakan komputer.
Computer Based Test CBT, menjadi pembahasan hangat
dalam rapat tersebut. Persyaratan untuk dapat menyelenggarakan
UN dengan system CBT yang menuntut beberapa persyaratan
Computer Based Test CBT, menjadi
pembahasan hangat dalam rapat tersebut.
Persyaratan untuk menyelenggarakan UN
dengan system CBT yang menuntut
beberapa persyaratan teknis, seperti
ketersedian computer, sumber daya listrik
dan lain lainnya di sekolah,
EDISI : MARET 2015
WARTA
PENDIDIKAN
19
1. Pada tahun 2015 bersifat rintisan 2. Jenjang SMP, SMAMA, dan SMK