T ujua n Akreditasi Memberikan informasi tentang Jumlah SM = 8023 -224 + 596 = 8395 2. SM yang sudah diakreditasi = 6246 - 207 + 437 = 6476 SM yang belum terakreditasi = 1777 - 17 + 159 = 1919

EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 14 Pengeloaan Pendidikan Nasional Pendidik an dan telah direvisi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2013, khususnya Pasal 87 ayat 2. Sehubungan dengan hal tersebut, BAP-SM Provinsi Sumatera Selatan pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 2015, mengadakan kegiatan rapat koordinasi dengan pengelola pendidikan KabupatenKota. Rapat tersebut, bertujuan untuk memberikan saranrekomendasi kepada KabupatenKota tentang akreditasi SM, serta penyerahan Sertifikat Akreditasi kepada sekolah yang telah lulus akreditasi tahun 2014. Rapat tersebut dihadiri oleh 225 orang peserta, dengan rincian sebagai berikut lihat tabel.1 Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh anggota BAN-SM, Prof. dr. Hardi Darmawan, MPH TM, FRSTM. Dalam kegiatan tersebut, Prof. dr. Hardi Darmawan menyampaikan materi tentang akreditasi yang diberi judul “Masalah Pendidikan di Indonesia”. Dalam paparan materi nya, beliau menyampaikan tentang :

1. T ujua n Akreditasi Memberikan informasi tentang

kelayakan SM atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Memberikan pengakuan peringkat kelayakan Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait 2 . M a nfa a t Manfaat Acuan dalam upaya peningkatan mutu SM dan rencana pengembangan SM Motivator agar SM terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana dan kompetitif baik di tingkat KabupatenKota, Provinsi, Nasional bahkan regional dan Internasional. - Umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga SM dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program SM - Membantu mengidentifikasi SM dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investigasi dana swasta dan donator atau bentuk bantuan lainnya - Bahan informasi bagi SM sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sector swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana - Membantu SM dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru dan kerjasama yang saling menguntungkan

3. F ungsi Akre dita si Akuntabilitas, yaitu

sebagai bentuk pertanggung jawaban SM kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh SM telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat Pengetahuan, yaitu sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan SM dilihat dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada standar minimal beserta indicator-indikatornya Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi SM, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu. 4. Prinsip Akreditasi - Objektif - Komprehensif Adil - Transparan - Akuntabel 5. Komponen Akreditasi. • Standar Isi Permen 222006 • Standar Proses Permen 41 2017 • Standar Kompetensi Lulusan Permen 232006 • Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Permen 132007 tentang Kasek, Permen 162007 tentang guru, Permen 24 2008 tentang Tenaga Administrasi • Standar Sarana dan Prasarana Permen 242007 • Standar Pengelolaan Permen 192007 • Standar Pembiayaan PP. 48 2008 • Standar Penilaian Pendidikan Permen 202007 Dalam rapat tersebut, Ketua BAP - SM Provinsi Sumatera Selatan Drs. H. Muhammad Sahidin, menyampaikan tentang kondisi SekolahMadrasah di Sumatera Selatan yang telah diakreditasi dan yang belum diakreditasi sampai dengan tahun 2014. Data dirinci dalam angka, persentase, perjenjang pendidikan dan perkabupatenKota. Suasana penuh suka cita saat pembagian sertifikat akreditasi. fdiknas EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 15 Pengeloaan Pendidikan No Jenjang SM Jumlah Akreditasi Kualifikasi ? Ket Sudah Belum A B C TTA Sekolah PK Sekolah PK Sekolah PK 1 SD 4,549 3,815 734 273 2,173 1,330 39 3,815 2 MI 595 374 221 32 168 168 6 374 3 SMP 1,227 912 315 187 483 229 13 912 4 MTs 545 314 231 30 163 112 9 314 5 SMA 528 442 86 129 210 100 3 442 6 MA 185 155 30 24 82 47 2 155 7 SMK 224 596 207 437 17 159 168 217 48 4 437 8 SLB 170 27 143 2 19 6 27 8,023 596 6,246 437 1,777 159 845 3,515 2,040 76 6,476

II. Dalam Persentase

No Jenjang SM Jumlah Akreditasi Kualifikasi ? Ket Sudah Belum A B C TTA Sekolah PK Sekolah PK Sekolah PK 1 SD 4,549

83.86 16.14

7.16 56.96

34.86 1.02

100 2 MI 595 62.86

37.14 8.56

44.92 44.92

1.60 100

3 SMP 1,227

74.33 25.67

20.50 52.96

25.11 1.43

100 4 MTs 545 57.61

42.39 9.55

51.91 35.67

2.87 100

5 SMA 528

83.71 16.29

29.19 47.51

22.62 0.68

100 6 MA 185 83.78

16.22 15.48

52.90 30.32

1.29 100

7 SMK 224 596 92.41

73.32 7.59

26.68 81.16

49.66 10.98

0.92 100

8 SLB 170

15.88 84.12

7.41 70.37

22.22 -

100 8,023 596 77.85

73.32 22.15

26.68 13.53

54.28 31.50

1.17 100

Keterangan SMK dihtung berdasarkan Program Keahlia PK, sehingga : 1. Jumlah SM = 8023 -224 + 596 = 8395 2. SM yang sudah diakreditasi = 6246 - 207 + 437 = 6476 3. SM yang belum terakreditasi = 1777 - 17 + 159 = 1919 I. Dalam Angka DATA SEKOLAHMADRASAH YANG SUDAH DIAKREDITASI s.d TAHUN 2014 PROVINSI SUMATERA SELATAN No KabKota Jenjang Pendidikan SD ? MI ? SMP ? MTs ? SMA ? MA ? SMK ? SLB ? JUMLAH N S N S N S N S N S N S N PK S PK SEK PK N S SEK PK 1 Palembang 253 69 322 2 76 78 58 99 157 2 23 25 24 77 101 4 8 12 11 40 42 79 53 119 0 11 11 759 119 2 Banyuasin 410 4 414 0 34 34 45 21 66 31 31 15 16 31 2 18 20 3 9 6 8 9 17 0 605 17 3 Muba 430 18 448 3 15 18 75 18 93 4 24 28 26 11 37 1 9 10 17 33 3 3 20 36 0 654 36 4 Ogan Ilir 167 4 171 0 9 9 58 5 63 2 32 34 22 10 32 11 11 4 5 4 7 8 12 0 328 12 5 OKI 366 3 369 0 40 40 68 17 85 2 47 49 23 8 31 3 23 26 9 18 3 4 12 22 1 1 613 22 6 OKU 175 5 180 3 12 15 33 5 38 1 10 11 13 9 22 1 6 7 4 12 5 9 9 21 1 1 283 21 7 OKUT 416 14 430 4 70 74 51 19 70 2 54 56 14 15 29 1 20 21 3 5 23 41 26 46 1 1 707 46 8 OKUS 109 0 109 0 1 1 27 2 29 1 1 2 9 2 11 2 2 4 2 4 5 7 7 11 0 163 11 9 Prabumulih 71 3 74 2 2 11 7 18 4 4 8 5 13 1 1 2 2 14 8 14 10 28 0 123 28 10 Muara Enim 473 10 483 16 32 48 81 24 105 4 23 27 25 13 38 1 12 13 13 34 9 19 22 53 4 4 740 53 11 Lahat 201 9 210 3 13 16 41 6 47 3 10 13 22 9 31 2 2 4 7 25 4 9 11 34 2 2 334 34 12 Pagaralam 30 2 32 3 3 3 4 7 2 2 6 1 7 1 2 3 1 5 4 5 5 10 59 10 13 Lubuk Linggau 85 4 89 2 4 6 13 13 26 1 4 5 7 11 18 2 4 6 5 10 2 4 7 14 1 1 158 14 14 Musi Rawas 315 6 321 2 22 24 64 10 74 2 23 25 23 6 29 1 14 15 3 3 2 2 5 5 1 1 494 5 15 Empat Lawang 153 3 156 1 2 3 28 1 29 1 1 9 2 11 1 1 1 5 1 5 2 3 5 207 5 16 Pali 7 7 3 1 4 1 2 1 2 2 4 13 4 17 Muratara 3 3 1 1 1 1 1 1 6 J U M L A H 3,661 154 3,815 38 336 374 660 252 912 25 289 314 247 195 442 23 132 155 86 224 121 213 207 437 13 14 27 6,246 437 EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 16 Kurikulum M enteri Pendidikan dan Kebudayaan era pemerintah Soesilo Bambang Yudoyono Muhammad Nuh, telah menetapkan bahwa kuri kulum 2013 akan diterapkan secara serentak di seluruh sekolah di Indonesia. Untuk hal tersebut, Kemdikbud telah mempersiapkan segala sesuatunya, seperti melatih ribuan guru, dan telah menganggarkan untuk pengadaan buku kurikulum 2013 sebesar Rp 2,1 triliun Dengan anggaran tersebut, diharapkan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik di sekolah, karena guru dan siswa akan memperoleh buku dimaksud 1 buku per pelajaran per siswaguru. Namun setelah beberapa bulan berjalan, dan seiring dengan pergantian pemerintahan dengan terpilihnya Jokowi – JK sebagai presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Terjadi pula perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini diawali dengan keluarnya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja Anies Baswedan nomor 179342MPKKR2014. Surat dimaksud, ditujukan kepada sekolah di seluruh Indonesia. Isi dari surat ini, intinya adalah sebagai berikut : Menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu Seputar Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan 2013 semester, yaitu sejak tahun pelajaran 20142015. Sekolah- Sekolah ini supaya kembali menggunakan kuri kulum 2006. Sekolah yang termasuk kategori ini, kembali menggunakan kurikulum 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 20142015. Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak tahun pelajaran 20132014 dan menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembang dan percontohan penerapan kurikulum 2013. Pada saat kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini dan sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh pemerintah dimulai proses penyebaran penerapan kurikulum 2013 ke sekolah lain disekitarnya. Bagi sekolah yang termasuk kategori ini, harap bersiap menjadi sekolah pengembangan dan per contohan kurikulum 2013 sehingga siap diterapkan secara nasional dan disebarkan dari sekolah tersebut. Catatan tambahan untuk poin kedua ini adalah sekolah yang keberatan menjadi sekolah pengembang an dan percontohan kurikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi kepentingan siswa, dapat mengajukan diri kepada Kemdikbud untuk dikecualikan. Mengembalikan tugas pengembangan kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengembangan kurikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka pendek. Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap kurikulum 2013 agar dapat dijalankan dengan baik oleh guru- guru di dalam kelas, serta mampu menjadikan proses belajar di sekolah sebagai proses yang menyenangkan bagi siswa. Keluarnya surat tersebut, menimbulkan pendapat yang beragam didunia pendidikan. Ada yang setuju dan ada yang tidak, ada yang tidak mau kembali ke kurikulum 2006 dan ingin tetap melanjutkan kurikulum 2013 walaupun sekolahnya tidak sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Media cetak dan elektronikpun ramai membicarakan permasalahan ini, mereka mem pertanyakan berbagai permasalahan yang mungkin timbul dari kebijakan mendikbud tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Mendikbud segera mengeluarkan EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 17 Kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan 2013 pada tanggal 12 Desember 2014. Dalam Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 ini, kembali dipertegas tentang sekolah mana yang boleh menggunakan kurikulum 2013 dan sekolah mana yang harus kembali menggunakan kurikulum 2006. Mencermati pasal demi pasal dari permendikbud nomor 160 tahun 2014 tersebut, Mendikbud tetap ingin melanjutkan penerapan kurikulum 2013, namun Mendikbud ingin penerapannya secara bertahap. Penerapan secara bertahap tersebut, dimaksudkan agar dapat menjadi lebih baik dengan terlebih dahulu memperhatikan berbagai aspek, seperti tenaga pendidik, manajemenkepala sekolah, tenaga kependidikan dan buku teks. Untuk mempersiapkan sekolah agar siap dalam menerapkan kurikulum 2013, mereka akan diberikan pelatihan dan pen dampingan sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1, 2, dan 3. Selanjutnya, seluruh sekolah di Indonesia pada tahun pelajaran 20192020 harus menerapkan kurikulum 2013, sebagaimana diatur dalam pasal 4. Untuk suksesnya proses peralihan penerapan kurikulum 2006 ke 2013 dan pemantapan penerapan kurikulum 2013 bagi sekolah yang telah memenuhi persyaratan, Kemdikbud mengeluarkan peraturan bersama Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah nomor 5496CKR2014 dan 7915DKP 2014 tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan 2013 pada tanggal 22 Desember 2014. Petunjuk teknis ini merupakan pedoman bagi sekolah dalam melaksanakan ketentuan per aturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Dalam Juknis ini, diatur dan dimungkinkan bagi sekolah yang telah 3 semester melaksanakan kurikulum 2013 tetapi ingin kembali menggunakan kurikulum 2006 dengan cara melapor kepada Mendikbud melalui dinas pendidikan provinsikabupaten kota sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat 3. Begitu juga bagi sekolah yang baru satu semester menerapkan kurikulum 2013, tetapi tetap ingin melanjutkan menggunakan kurikulum 2013 dengan cara membuat usul untuk menjadi pelaksana kurikulum 2013 kepada Mendikbud melalui dinas pendidikan provinsikabupaten kota sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 s.d. 5. Dalam juknis ini diatur pula tentang penilaian dan ketentuan kenaikan kelas bagi peserta didik dan rombongan belajar baik yang melaksanakan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 serta konversi nilainya sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1 dan 2 serta pasal 8 ayat 1, 2 dan 3. Saat sejumlah guru memprotes kebijakan kurikulum 2013 dan UN sebagai penentu kelulusan Mendikbud, Anies Baswedan EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 18 13 SMK 2 SMA di Sumsel Siap UN 2015 dengan CBT  Belum Semua SMA Bisa Dilaksanakan Ujian Nasional Dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional UN Tahun Pelajaran 20142015, Dinas Pendidikan Provinsi telah melakukan rapat teknis dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kota se Sumatera Selatan. Rapat berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 2 s.d. 3 Maret 2015, bertempat di Ruang Rapat Kepala Dinas Pendidikan Prov. Sumsel. Dalam rapat tersebut di bahas kebijakan baru tentang pelaksanaan UN tahun pelajaran 2014 2015, di antaranya yaitu tentang kegunaan hasil UN dan pelaksanaan Computer Based Test CBTUN dengan menggunakan komputer. Computer Based Test CBT, menjadi pembahasan hangat dalam rapat tersebut. Persyaratan untuk dapat menyelenggarakan UN dengan system CBT yang menuntut beberapa persyaratan Computer Based Test CBT, menjadi pembahasan hangat dalam rapat tersebut. Persyaratan untuk menyelenggarakan UN dengan system CBT yang menuntut beberapa persyaratan teknis, seperti ketersedian computer, sumber daya listrik dan lain lainnya di sekolah, EDISI : MARET 2015 WARTA PENDIDIKAN 19

1. Pada tahun 2015 bersifat rintisan 2. Jenjang SMP, SMAMA, dan SMK