Karakterisasi Genotipe, Biometrik Dan Performa Silang Luar Potensial Ikan Tengadak Barbonymus Schwanenfeldii (Bleeker 1854) Asal Sumatera, Jawa Dan Kalimantan
KARAKTERISASI GENOTIPE, BIOMETRIK DAN PERFORMA
SILANG LUAR POTENSIAL IKAN TENGADAK
Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854)
ASAL SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN
DENI RADONA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakterisasi Genotipe,
Biometrik dan Performa Silang Luar Potensial Ikan Tengadak Barbonymus
schwanenfeldii (Bleeker 1854) asal Sumatera, Jawa dan Kalimantan adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Deni Radona
NIM C151140191
RINGKASAN
DENI RADONA. Karakterisasi Genotipe, Biometrik dan Performa Silang Luar
Potensial Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854) asal
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Dibimbing oleh DINAR TRI
SOELISTYOWATI, ODANG CARMAN dan RUDHY GUSTIANO.
Ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854) merupakan
ikan spesifik lokal yang tersebar di beberapa daerah seperti Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Disamping dikenal sebagai ikan konsumsi yang bernilai ekonomis
tinggi, ikan tengadak juga berpotensi sebagai ikan hias karena bentuknya unik,
tubuh bewarna perak kekuningan, sirip punggung dan ekor bewarna jingga atau
merah darah. Pengembangan budidaya ikan tengadak dilakukan karena
keberadaannya sebagai jenis ikan lokal mulai langka akibat tingginya tingkat
penangkapan di alam. Budidaya ikan tengadak di Indonesia sudah dilakukan sejak
tahun 2010 tetapi belum dilaksanakan secara intensif. Sejauh ini kemampuan
adaptasi ikan tengadak pada lingkungan budidaya masih tergolong rendah dengan
nilai kelangsungan hidup
SILANG LUAR POTENSIAL IKAN TENGADAK
Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854)
ASAL SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN
DENI RADONA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakterisasi Genotipe,
Biometrik dan Performa Silang Luar Potensial Ikan Tengadak Barbonymus
schwanenfeldii (Bleeker 1854) asal Sumatera, Jawa dan Kalimantan adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Deni Radona
NIM C151140191
RINGKASAN
DENI RADONA. Karakterisasi Genotipe, Biometrik dan Performa Silang Luar
Potensial Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854) asal
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Dibimbing oleh DINAR TRI
SOELISTYOWATI, ODANG CARMAN dan RUDHY GUSTIANO.
Ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1854) merupakan
ikan spesifik lokal yang tersebar di beberapa daerah seperti Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Disamping dikenal sebagai ikan konsumsi yang bernilai ekonomis
tinggi, ikan tengadak juga berpotensi sebagai ikan hias karena bentuknya unik,
tubuh bewarna perak kekuningan, sirip punggung dan ekor bewarna jingga atau
merah darah. Pengembangan budidaya ikan tengadak dilakukan karena
keberadaannya sebagai jenis ikan lokal mulai langka akibat tingginya tingkat
penangkapan di alam. Budidaya ikan tengadak di Indonesia sudah dilakukan sejak
tahun 2010 tetapi belum dilaksanakan secara intensif. Sejauh ini kemampuan
adaptasi ikan tengadak pada lingkungan budidaya masih tergolong rendah dengan
nilai kelangsungan hidup