Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA
RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI

ERNA SULISTYONINGSIH

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis ElemenElemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, Juli 2014

Erna Sulistyoningsih
NIM H24100108

ABSTRAK
ERNA SULISTYONINGSIH. Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada
Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji. Dibimbing oleh ALIM
SETIAWAN S dan MUHAMMAD SYAMSUN.
Salah satu produk pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah
brokoli. Permintaan brokoli di Indonesia tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun
2011 sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar
145 079 ton (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang produksi dan pemasaran brokoli. Tujuan penelitian adalah
untuk menganalisis rantai pasok brokoli di perusahaan, menganalisis elemenelemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli dan menganalisis setiap subelemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan
melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph. Interpretive Structural
Modeling adalah metode yang digunakan untuk melihat keterkaitan antar subelemen di dalam satu elemen. Rantai pasok terdiri dari petani, perusahaan dan
restoran. Elemen yang teridentifikasi adalah pelaku, kebutuhan, kendala,
perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Pada pembentukan

canonical matrix dan digraph, sebagian besar sub-elemennya termasuk dalam
sektor IV yaitu sektor independent yang berarti sub-elemen yang masuk ke dalam
sektor ini menjadi sub-elemen kunci dan setiap perubahan harus dikaji secara hatihati.
Kata kunci: brokoli, ISM, rantai pasok

ABSTRACT
ERNA SULISTYONINGSIH. The analysis on several elements that give impact
toward broccoli supply chain at PT Sayuran Siap Saji. Supervised by ALIM
SETIAWAN S and MUHAMMAD SYAMSUN.
One of the agricultural products that is improved in Indonesia is broccoli.
The demand of broccoli in Indonesia is 101 205 tons (2010), 113 491 tons (2011),
135 837 tons (2012) and 145 079 tons (2013) (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji is
one of the company that works on the production and marketing of broccoli. The
aim for this research is to analyze the supply chain of broccoli at the company, to
analyze the elements that influences the broccoli supply chain and to analyze the
sub-elements that involve on each element of broccoli supply chain by observing
the formation of canonical matrix and digraph. Interpretive Structural Modeling is
a method used to see the correlation on each sub-element at one element. The
supply chain consists of farmer, company and restaurant. The element that
identified is doer, need, problem, changes, aim, indicator, activity and affected

segment. On the formation of canonical matrix and digraph, most of the subelements in included to sector IV which is independent sector that means those
sub-elements are the key sub-elements and every change matters on the subelement will be described carefully.
Keywords: broccoli, ISM, supply chain

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA
RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok

Brokoli di PT Sayuran Siap Saji
Nama
: Erna Sulistyoningsih
NIM
: H24100108

Disetujui oleh

Alim Setiawan S, STP MSi
Pembimbing I

Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember
2013 ini ialah rantai pasokan, dengan judul Analisis Elemen-Elemen yang
Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP MSi
selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc
selaku dosen pembimbing kedua. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada kedua orang tua penulis atas segala doa dan kasih sayangnya,
serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf
Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kepada pihak perusahaan yang
telah membantu selama proses pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Erna Sulistyoningsih

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2

Kerangka Pemikiran

2


Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Populasi dan Sampel

3

Jenis dan Sumber Data

4

Pengolahan dan Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6


Gambaran Umum Perusahaan

6

Rantai Pasok Brokoli

8

Identifikasi Elemen dan Sub-Elemen

9

Analisis Elemen dan Sub-Elemen pada Brokoli

11

Implikasi Manajerial

20


SIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

vi

DAFTAR TABEL
1 Identifikasi elemen dan sub-elemen

10

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan
Kerangka pemikiran
Skema sistem rantai pasok
Skema rantai pasokan pertanian
Rantai pasok brokoli
Pembuatan level partitioning elemen pelaku
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku
Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan
Pembuatan level partitioning elemen kendala
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala
Pembuatan level partitioning elemen perubahan
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan
Pembuatan level partitioning elemen tujuan
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan
Pembuatan level partitioning elemen indikator
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen indikator
Pembuatan level partitioning elemen aktivitas
Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas
Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak
Pembentukan canonical matrix dan digraph segmen terdampak

1
3
8
9
9
11
11
12
12
13
14
14
15
16
16
17
17
18
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kuisioner penelitian
Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji
Pembentukan SSIM dan RM elemen pelaku
Pembentukan SSIM dan RM elemen kebutuhan
Pembentukan SSIM dan RM elemen kendala
Pembentukan SSIM dan RM elemen perubahan
Pembentukan SSIM dan RM elemen tujuan
Pembentukan SSIM dan RM elemen indikator
Pembentukan SSIM dan RM elemen aktivitas
Pembentukan SSIM dan RM elemen segmen terdampak
Implikasi manajerial rantai pasok brokoli

24
30
30
31
32
33
34
35
36
37
38

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi
yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hortikultura
menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk
dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari
sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu produk
pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Permintaan brokoli di
Indonesia semakin meningkat dari tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun 2011
sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar 145
079 ton (BPS 2013).
Brokoli (Brassica oleracea) merupakan sayuran yang memiliki kandungan
vitamin A dan vitamin D tinggi. Brokoli secara umum mempunyai karakteristik
antara lain: produk mudah rusak, budidaya dan pemanenan sangat tergantung
iklim dan musim, kualitas bervariasi dan bersifat kamba. Bibit brokoli yang
dipilih adalah Bejo zaden yang memiliki umur panen 9–10 minggu setelah tanam.
Brokoli jenis ini dipilih oleh perusahaan karena sesuai dengan keinginan
konsumen jika dilihat dari kepadatan bunganya (Ditjen Horti 2007).
Pesanan brokoli di perusahaan, tahun 2010 mencapai 7 621 kg, tahun 2011
mencapai 9 134 kg, tahun 2012 mencapai 10 108 kg sedangkan pada tahun 2013
mencapai 12 983 kg. Terjadi peningkatan dalam pesanan brokoli dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2013.
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2010

2011

2012

2013

Gambar 1 Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan
(Koordinator Bidang Komersial PT Sayuran Siap Saji 2013)

Analisis elemen-elemen rantai pasok merupakan bagian dari manajemen
rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya
kegagalan berbisnis dalam kondisi ketidakpastiaan. Manajemen rantai pasokan
memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan
dengan baik. Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem
menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi
sampai persediaan bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Beberapa
pemain utama yang memiliki kepentingan dalam manajemen rantai pasokan yaitu
pemasok, manufaktur, distributor, ritel, dan konsumen (David et.al. 2000 dalam
Indrajit dan Djokopranoto 2006). Interpretive Structural Modeling (ISM)

2
merupakan alat analisis yang dapat mengidentifikasi hubungan antar sub-elemen
dari setiap elemen yang membentuk suatu sistem. Menggunakan alat analisis ISM
juga akan mengetahui bagaimana keterkaitan antara level didalam rantainya. Oleh
sebab itu dengan manajemen risiko yang baik, maka diharapkan risiko dalam
rantai pasok brokoli dapat dikelola sehingga dapat menghasilkan rantai pasok
yang tangguh serta meningkatkan keunggulan kompetitif brokoli (Saxena 1992).

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah rantai pasok pada brokoli di PT Sayuran
Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat? (2) Apa sajakah elemen-elemen yang
mempengaruhi rantai pasok brokoli? (3) Bagaimanakah hubungan setiap subelemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan
melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis rantai pasok brokoli di PT
Sayuran Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat (2) Menganalisis elemen-elemen yang
mempengaruhi rantai pasok brokoli (3) Menganalisis setiap sub-elemen yang
terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari
pembentukan canonical matrix dan digraph.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan,
indikator, aktivitas dan segmen terdampak yang terlibat dalam rantai pasok
brokoli di PT Sayuran Siap Saji.

METODE

Kerangka Penelitian
Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditas lainnya.
Sifat-sifat sayuran antara lain bergantung musim, mudah busuk atau rusak
(perishable) dan dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit tetapi terus-menerus.
Sayuran harus dijaga dalam kondisi baik, jumlahnya sesuai, dan waktu yang tepat
(Ditjen Horti 2007). Hal tersebut membutuhkan sistem distribusi yang
berkesinambungan antara anggota rantai pasokan. Oleh karena itu, kajian rantai
pasokan menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terbaik dan sesuai
sehingga mewujudkan aktivitas rantai pasokan yang berkesinambungan. PT

3
Sayuran Siap Saji merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
produksi dan pemasaran brokoli. Semakin berkembangnya perusahaan yang
bergerak dalam bisnis brokoli menyebabkan perusahaan berupaya untuk
meningkatkan daya saing. Interpretive Structural Modeling (ISM) digunakan
untuk memecahkan masalah dan menganalisis elemen-elemen sistem. Adapun
kerangka penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 2.
Analisis Rantai Pasok Brokoli

Identifikasi Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli

Identifikasi Sub-Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli

Analisis
Pelaku

Analisis
Kendala

Analisis
Kebutuhan

Analisis
Tujuan

Analisis
Indikator

Analisis
Perubahan

Analisis
Aktivitas

Analisis Segmen
Terdampak

Analisis Prioritas Menggunakan ISM
(Intrepretive Structural Modeling)

Strategi Prioritas untuk
Meningkatkan Daya Saing Brokoli

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013–Januari 2014.
Pengambilan data melalui wawancara pakar dari PT Sayuran Siap Saji yang
berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134 Kecamatan Megamendung, Bogor.

Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh anggota rantai pasok dari brokoli.
Responden penelitian antara lain adalah perwakilan dari anggota primer (ahli)
pada PT Sayuran Siap Saji, seperti koordinator bidang produksi, koordinator

4
bagian divisi umum, koordinator bidang komersial dan koordinator bidang umum
yang masing–masing berjumlah 1 orang.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lansung di
lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan pelengkap data primer yang
diperoleh dari studi literatur dan data dari perusahaan.

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk
memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh yang dapat
menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh. Data yang telah
diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode ISM, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang berupa karakteristik pakar, serta dapat menentukan elemenelemen yang menjadi pertimbangan di dalam rantai pasok brokoli.
Interpretive Structural Modeling (ISM)
Interpretive Structural Modeling (ISM) pertama kali diusulkan oleh
J. Warfield pada tahun 1973 merupakan proses belajar dengan bantuan alat yang
memungkinkan individu-individu atau kelompok untuk mengembangkan peta
hubungan yang kompleks antar berbagai elemen yang terlibat dalam situasi yang
kompleks. Ide dasarnya adalah menggunakan ahli yang berpengalaman dan
pengetahuan praktis untuk menguraikan sistem yang rumit menjadi beberapa subsistem (elemen). ISM sering digunakan untuk memberikan pemahaman dasar
situasi yang kompleks, serta menyusun tindakan untuk memecahkan masalah
(Gorvett dan Liu 2007). ISM juga berguna untuk menganalisis elemen–elemen
sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar
elemen dan tingkat hirarki. Langkah-langkah identifikasi hubungan antar subelemen (Indrawanto 2009) adalah:
1. Identifikasi elemen-elemen sistem.
Elemen-elemen sistem dan sub-elemennya sistem diidentifikasi dan didaftar.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penelitian, brainstorming atau lainnya.
2. Penetapan hubungan kontekstual antar elemen.
Hubungan kontekstual antar elemen atau sub-elemen ditetapkan sesuai dengan
tujuan dari permodelan.
3. Pembentukan structural self interaction matrix (SSIM).
Matriks ini merupakan hasil persepsi pakar responden terhadap hubungan
kontekstual antar elemen atau antar sub-elemen. Empat macam sektor untuk
menyajikan tipe hubungan yang ada adalah:

5
a. Simbol V untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ei terhadap elemen Ej, tetapi tidak
sebaliknya.
b. Simbol A untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ej terhadap elemen Ei, tetapi tidak
sebaliknya.
c. Simbol X untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas secara sektor balik antara elemen Ei dengan elemen Ej
d. Simbol O untuk menyatakan tidak adanya hubungan kontekstual yang telah
ditetapkan diatas antara elemen Ei dan elemen Ej
4. Pembentukan reachability matrix (RM)
Matriks ini adalah matriks biner hasil konversi dari SSIM. Aturan konversi dari
SSIM menjadi RM adalah:
a. Jika sektor dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 0
b. Jika sektor dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij = 0 dan nilai Eji = 1
c. Jika sektor dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 1
d. Jika sektor dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij = 0 dan nila Eji = 0
Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect
reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1. Eij
adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej. Dari
matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai driver power (DP) dan nilai
dependence (D). Berdasarkan nilai DP dan D, elemen-elemen dapat
diklasifikasikan kedalam 4 sektor, yaitu:
a. Sektor autonomous yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah.
Elemen-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan
dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
b. Sektor dependent yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D tinggi.
Elemen yang masuk dalam sektor ini elemen yang tidak bebas dalam sistem
dan sangat tergantung pada elemen lain.
c. Sektor linkage yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D tinggi.
Elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena
perubahan pada elemen tersebut akan berdampak pada elemen lainnya dan
yang pada akhirnya akan kembali berdampak pula pada elemen tersebut.
d. Sektor independent yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D rendah.
Elemen yang masuk dalam sektor ini dapat dianggap sebagai elemen bebas.
Setiap perubahan dalam elemen ini akan berimbas pada elemen lainnya
sehingga elemen-elemen dalam sektor ini juga harus dikaji secara hati-hati.
5. Pembuatan level partitioning.
Elemen-eleman diklasifikasikan kedalam level yang berbeda dari struktur ISM
yang akan dibentuk. Dua perangkat diasosiasikan dengan setiap elemen dalam
sistem, yaitu reachability set (Ri) yang merupakan set elemen-elemen yang
dapat dicapai oleh elemen Ei, dan antecedent set (Ai) yang merupakan set
elemen-elemen dimana elemen Ei dapat dicapai.
6. Pembentukan canonical matrix dan diagraph
Pada matriks ini elemen-elemen tertentu dikelompokkan kedalam sektor
berdasarkan nilai DP dan D. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk
mempersiapkan digraph. Digraph adalah sebuah grafik dari elemen-elemen
yang saling berhubungan secara langsung dan level hierarki.

6
Membangkitkan ISM dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan
deskripsi elemen sektor. ISM memberikan deskripsi yang sangat jelas dari
elemen-elemen sistem beserta alur hubungannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
PT Sayuran Siap Saji berdiri tahun 1984 dan didirkan atas prakarsa dari
bapak Tatang Hadinata yang pada awalnya adalah seorang pengusaha konstruksi.
Kegiatan berawal dari kegemaran pemilik sekaligus pimpinan perusahaan
terhadap tanaman. Tatang Hadinata merupakan seorang otodidak di bidang
pertanian dan memulai segalanya dari nol. Saat awal pendirian, perusahaan ini
bernama PT Saung Mirwan dan sejak tahun 2012 perusahaan berganti nama
menjadi PT Sayuran Siap Saji. Awalnya perusahaan tersebut memiliki empat
orang staf dan beberapa karyawan harian mulai menanam melon di atas lahan
terbuka. Daerah yang pertama kali dijadikan lahan adalah daerah Sukamanah.
Selanjutnya pada akhir tahun 1985, perusahaan menyewa lahan sekitar tujuh
hektar di daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lahan tersebut ditanami dengan
bawang putih. Penanaman berbagai jenis sayuran juga dilakukan pada
tempat yang sama. Usaha tersebut terus berkembang selama tiga tahun, akan
tetapi pada tahun terakhir mengalami penurunan. Kemudian pemimpin
perusahaan memutuskan untuk mengembalikan usaha di sekitar Desa Sukamanah.
Tahun 1988, perusahaan melakukan perubahan dalam pola usahanya dari cara
tradisional di lahan terbuka menjadi hidroponik dalam green house (rumah kaca).
Sistem irigasi yang digunakan di dalam green house tersebut adalah drip
irrigation (irigasi tetes) yang digunakan untuk memproduksi paprika, cabe jepang
(shisito), timun jepang, tomat dan melon. Hasil percobaan penggunaan teknik
baru tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga penanaman terus
meningkat (SSJ 2012).
Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang
agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pertanian. Sedangkan misinya antara lain:
1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar.
2. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan
kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan.
3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.
4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi
tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis.
Perusahaan yang berlokasi di Jalan Cikopo Selatan 134 Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor ini dipimpin oleh seorang direktur utama yang
juga merupakan pemilik dari perusahaan. Pimpinan perusahaan adalah sumber
gagasan untuk melaksanakan aktifitas pekerjaan, pengambilan kebijakan dan
pengkajian strategis. Direktur utama dibantu oleh sekretaris direktur yang

7
bertugas untuk mengurus segala keperluan direktur. Direktur utama mempunyai
beberapa staf ahli yaitu Information Technology (IT) yang memberikan informasi
serta masukan dalam pengambilan keputusan, Quality Assurance (QA) yang
memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan
memenuhi standar serta Research and Development (R&D) yang bertugas untuk
mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi produk dan
penelitian untuk produksi. Terbagi 3 divisi utama, yaitu divisi umum, divisi
komersil dan divisi produksi. Tiga divisi ini dibagi lagi kedalam beberapa sub
divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer serta dibantu oleh
beberapa kepala bagian dan kepala seksi. Struktur organisasi perusahaan dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Perusahaan memproduksi berbagai jenis sayuran yang terdiri dari sayuran
dataran rendah dan dataran tinggi, seperti: cabe, brokoli, caisim, wortel, selada,
paprika hijau, kubis, jamur, kol, bunga, sawi putih dan bawang bombay. Kegiatan
utama yang dilakukan perusahaan adalah:
1. Memproduksi berbagai jenis sayuran segar yang dibudidayakan di dalam
green house secara hidroponik dan sayuran segar yang dibudidayakan di lahan
terbuka.
2. Memproduksi sayuran segar dalam kemasan.
3. Memproduksi sayuran fresh cut (sayuran siap masak) yang mempunyai
kecenderungan besar akan menjadi produk pilihan di masa datang.
4. Memproduksi stek (bibit) bunga krisan, bunga pot krisan dan bunga potong
krisan.
Sebagian kegiatan produksi dilakukan oleh para petani mitra di lahan
mereka masing-masing. Produk fresh cut merupakan sayuran atau buah segar atau
kombinasi keduanya yang secara fisik telah dirubah dari bentuknya semula tetapi
tetap dalam keadaan segar. Produk fresh cut dijamin bersih, aman dan sehat
karena melewati proses yang merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan,
keterampilan, teknologi dan pengawasan mutu yang konsisten. Berikut ini adalah
urutan proses produk fresh cut (SSJ 2012) antara lain:
1. Sayuran atau buah dipanen dari kebun, diangkut oleh mobil pendingin dan
disimpan ditempat penampungan berpendingin (chiller).
2. Setelah itu produk-produk ini akan melewati proses trimming (memangkas)
untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu seperti lembaran paling luar,
tangkai/bonggol, kulit dan lain-lain, kemudian dicuci dengan air yang suci
hama dan telah didinginkan.
3. Produk yang telah dikupas tersebut selanjutnya dimasukkan ke mesin
pemotong, pengiris atau dipotong/diiris dengan tangan dalam bentuk yang
sesuai dengan permintaan.
4. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan ukurannya, potongan atau irisan
seragam.
5. Produk yang telah diiris atau dipotong dicuci dengan cermat sebanyak dua
sampai tiga kali dengan menggunakan air yang suci hama dan telah
didinginkan.
6. Selanjutnya produk yang telah dicuci tersebut dikeringkan sebelum
dimasukkan dalam kemasan untuk kesegarannya.
Perusahaan memproduksi produk yang berkualitas dan eksklusif dengan
sasaran pasar yaitu menengah ke atas. Perusahaan dalam memasarkan produknya

8
menggunakan sistem jual putus dan hanya memasuki supermarket tertentu saja,
seperti: Hero, Club the Store, Diamond, Papaya, Ranch Market, 7eleven serta
beberapa restoran seperti Mc. Donald, KFC, Bakmie Gajah Mada, D’Crepes dan
Burger King. Pihak-pihak yang ingin menjadi pelanggan perusahaan harus
membuat suatu perjanjian kerjasama. Terkait dengan pembayaran, selama tiga
bulan pertama dilakukan pembayaran secara cash and delivery. Selang waktu
pembayaran adalah 7-30 hari. Setelah tiga bulan menjadi pelanggan perusahaan,
perusahaan melihat bagaimana perkembangan dari pelanggan baru tersebut dari
sisi permintaan, kontinuitas dan pembayaran. Hal tersebut dijadikan bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan kerjasama selanjutnya.

Rantai Pasok
Rantai pasokan merupakan suatu sistem organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pasokan terdiri dari
berbagai jaringan organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai
hubungan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang
dengan sebaik-baiknya serta menekankan pada pasokan bahan baku (Vorst, 2004).
Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh
aliran barang dari hulu (pemasok) sampai hilir (pengguna akhir) secara efisien dan
efektif yang sejalan dengan aliran informasi. Beberapa tahapan yang harus dilalui
oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel
dan konsumen akhir/pelanggan. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Skema sistem rantai pasok (Vorst 2004)
Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok memberikan perhatian
pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian. Menurut Austin (1992)
agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam
meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan
pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasok dalam konteks
jejaring rantai pasok pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam
sebuah titik dalam lapisan jejaring.

9

Gambar 4 Skema rantai pasokan pertanian (Vorst 2004)
Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing
perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di
perusahaan masing-masing. Pada konsep baru masalah logistik dilihat sebagai
masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar
sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai
penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto 2006). Rantai pasok brokoli di
perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Petani
Petani
Petani

Perusahaan

Restoran

Petani
Petani

Gambar 5 Rantai pasok brokoli
Pada rantai pasok brokoli terdapat lima orang petani yang menjual brokoli
di perusahaan dengan harga Rp 10 000/kg (crop). Oleh perusahaan, brokoli dijual
kepada 150 store restoran Bakmie Gajah Mada yang terletak di Jakarta dengan
harga Rp 30 000/kg (sudah dikemas).

Identifikasi Elemen dan Sub-elemen
Berdasarkan hasil studi, elemen-elemen yang mempengaruhi distribusi
rantai pasok brokoli terdapat delapan elemen yaitu pelaku, kebutuhan, kendala,
perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Urutan tingkatan
elemen disesuaikan dengan tingkat kepentingan oleh pakar (Hardjanto 2006).
Setiap elemen mempunyai lima sub-elemen dan dapat dilihat pada Tabel 1.

10
Tabel 1 Identifikasi elemen dan sub-elemen
No
1

Elemen
Pelaku

2

Kebutuhan

3

Kendala

4

Perubahan

Sub-elemen


















5

Tujuan

6

Indikator











Aktivitas







7





8

Segmen
terdampak







Perusahaan
Lembaga keuangan
Petani
Pemda setempat
Perguruan tinggi
Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Pembangunan sarana–prasarana yang terkait
Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
Penyediaan modal untuk petani
Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
Kemampuan modal petani yang terbatas
Penurunan kualitas brokoli
Proses pengiriman tidak tepat waktu
Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to
business
Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
Peningkatan kesejahteraan petani
Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang
sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok
penjualan
Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
Gagal panen terjadi antara 30%-40%
Peningkatan permintaan ketika long weekend
Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam
meningkatkan pengetahuan petani
Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
Processing brokoli
Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material
handling
Pemilik lahan
Pemda setempat
Pengusaha/UKM disektor pertanian
Pengusaha/UKM disektor informal
Gapoktan

11
Analisis Elemen dan Sub-elemen pada Brokoli
Hasil analisis dari beberapa elemen tersebut setelah diuji menggunakan
Interpretive Structural Modeling (ISM) adalah:
1. Elemen pelaku
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen pelaku adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen pelaku yang lainnya. Hasil
analisis menggunakan ISM terhadap elemen pelaku menghasilkan tabel RM
(terlampir di Lampiran 3) sedangkan model struktural dari elemen pelaku
ditunjukkan pada Gambar 6. Sub-elemen petani menjadi dasar bagi sub-elemen
lainnya. Apabila sub-elemen pelaku tersebut dapat melakukan perannya dengan
baik, maka perusahaan, perguruan tinggi dan pemda setempat juga akan
melakukan perannya dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen pelaku
tersebut juga berpengaruh positif terhadap lembaga keuangan.
Lembaga
keuangan

Perguruan
tinggi

Perusahaan

Pemda
setempat

Petani

Gambar 6 Pembuatan level partitioning elemen pelaku
Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan:
A. Perusahaan
B. Lembaga keuangan
C. Petani
D. Pemda setempat
E. Perguruan tinggi

Gambar 7 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku
Klasifikasi sub-elemen pelaku berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 7)
menempatkan sub-elemen perusahaan dan petani berada pada sektor independent.
Hal ini berarti kedua sub-elemen pelaku tersebut merupakan sub-elemen kunci
karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Tetapi timbulnya
pelaku ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen pelaku lainnya. Sub-elemen
pelaku pemda setempat dan perguruan tinggi berada pada sektor linkage yang
berarti timbulnya kedua pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-

12
elemen pelaku lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada subelemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen pelaku
lembaga keuangan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang
masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki
hubungan sedikit.
2. Elemen kebutuhan
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen kebutuhan adalah
sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen kebutuhan yang
lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kebutuhan
menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 4) sedangkan model struktural
dari elemen kebutuhan ditunjukkan pada Gambar 8. Sub-elemen peningkatan
hubungan kerjasama penjualan brokoli dan penyediaan modal untuk petani
menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi, maka pembangunan sarana–prasarana yang terkait dan pelatihan
dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu akan terpenuhi. Proses
pemenuhan keempat sub-elemen kebutuhan tersebut juga berpengaruh positif
terhadap pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal.
Pemenuhan permintaan
brokoli untuk daerah/lokal

Pembangunan saranaprasarana yang terkait

Pelatihan dan penyuluhan SDM
pada sektor pertanian hulu

Peningkatan hubungan
kerjasama penjualan brokoli

Penyediaan modal untuk petani

Gambar 8 Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan

Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan:
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk
daerah/lokal
B. Pembangunan sarana-prasarana yang terkait
C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan
brokoli
D. Penyediaan modal untuk petani
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor
pertanian hulu

Gambar 9 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan
Klasifikasi sub-elemen kebutuhan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 9)
menempatkan sub-elemen peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dan
penyediaan modal untuk petani berada pada sektor independent. Hal ini berarti

13
kedua sub-elemen kebutuhan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat
mendorong timbulnya sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi timbulnya
kebutuhan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kebutuhan lainnya. Subelemen kebutuhan pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal dan
pembangunan sarana–prasarana yang terkait berada pada sektor dependent yang
berarti timbulnya sub-elemen kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya
sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi tidak atau sedikit akan mempengaruhi
timbulnya sub-elemen kebutuhan lain. Sub-elemen kebutuhan pelatihan dan
penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu berada pada sektor autonomous yang
berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan
sistem atau memiliki hubungan sedikit.
3. Elemen kendala
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen kendala adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen kendala yang lainnya.
Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kendala menghasilkan tabel
RM (terlampir di Lampiran 5) sedangkan model struktural dari elemen kendala
ditunjukkan pada Gambar 10. Sub-elemen penurunan kualitas brokoli menjadi
dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kendala tersebut dapat teratasi,
maka kemampuan modal petani terbatas juga akan teratasi. Tidak hanya itu saja,
proses pengiriman tidak tepat waktu dan ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai
dengan pesanan juga dapat teratasi. Proses pemenuhan keempat sub-elemen
kendala tersebut juga berpengaruh positif terhadap permintaan brokoli tidak sesuai
dengan target pencapaian.
Permintaan brokoli tidak sesuai
dengan target pencapaian

Proses pengiriman tidak
tepat waktu

Ketersediaan jumlah brokoli
tidak sesuai dengan pesanan

Kemampuan modal petani terbatas

Penurunan kualitas brokoli

Gambar 10 Pembuatan level partitioning elemen kendala
Klasifikasi sub-elemen kendala berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 11)
menempatkan sub-elemen kemampuan modal petani yang terbatas dan penurunan
kualitas brokoli berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen
kendala tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong
timbulnya sub-elemen kendala lainnya. Tetapi timbulnya kendala ini sangat
sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kendala lainnya.

14
Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan :
A. Kemampuan modal petani yang
terbatas
B. Penurunan kualitas brokoli
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak
sesuai dengan pesanan
E. Permintaan brokoli tidak sesuai
dengan target pencapaian

Gambar 11 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala
Sub-elemen kendala ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan
pesanan dan permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian berada
pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen kendala ini sangat
dipengaruhi oleh timbulnya kendala sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit
mempengaruhi timbulnya sub-elemen kendala lain. Sub-elemen kendala proses
pengiriman tidak tepat waktu berada pada sektor autonomous yang berarti subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau
memiliki hubungan sedikit.
4. Elemen perubahan
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen perubahan adalah
sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen perubahan yang
lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen perubahan
menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 6) sedangkan model struktural
dari elemen perubahan ditunjukkan pada Gambar 12. Sub-elemen menghasilkan
brokoli yang memiliki kualitas bagus dan penanganan pasca panen sesuai dengan
good material handling menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila subelemen perubahan tersebut dapat tercapai, maka perubahan sistem pemasaran dari
business to customer menjadi business to business dan sistem pemesanan dan
pembayaran yang jelas juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat subelemen perubahan tersebut juga berpengaruh positif terhadap menciptakan petani
yang memiliki nilai tambah.
Menciptakan petani yang
memiliki nilai tambah

Sistem pemasaran dari business to
customer menjadi business to business

Menghasilkan brokoli yang
memiliki kualitas bagus

Sistem pemesanan dan pembayaran yang
jelas

Penanganan pasca panen sesuai
dengan good material handling

Gambar 12 Pembuatan level partitioning elemen perubahan

15

Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan :
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki
kualitas bagus
B. Sistem pemasaran dari business to
customer menjadi business to business
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan
good material handling
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai
tambah
E. Sistem pemesanan dan pembayaran
yang jelas

Gambar 13 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan
Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 13)
menempatkan sub-elemen menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
dan penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling serta sistem
pemesanan dan pembayaran yang jelas berada pada sektor independent. Hal ini
berarti ketiga sub-elemen perubahan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena
sangat mendorong timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Tetapi timbulnya
perubahan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen perubahan lainnya. Subelemen perubahan sistem pemasaran dari business to customer menjadi business
to business berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya perubahan tersebut
sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Harus dikaji
secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada
sub-elemen lainnya. Sub-elemen perubahan menciptakan petani yang memiliki
nilai tambah berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen
perubahan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya perubahan sub-elemen lainnya.
Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen perubahan lain.
5. Elemen tujuan
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen tujuan adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen tujuan yang lainnya. Hasil
analisis menggunakan ISM terhadap elemen tujuan menghasilkan tabel RM
(terlampir di Lampiran 7) sedangkan model struktural dari elemen tujuan
ditunjukkan pada Gambar 14. Sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas
brokoli menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen tujuan
tersebut dapat tercapai, maka peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
serta peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan juga akan tercapai.
Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani juga dapat tercapai. Proses
pemenuhan keempat sub-elemen tujuan tersebut juga berpengaruh positif terhadap
peningkatan kesejahteraan petani.

16
Peningkatan kesejahteraan petani

Peningkatan kualitas dan
pengetahuan petani

Peningkatan akses terhadap
sumberdaya dan pasar

Peningkatan bantuan permodalan
oleh lembaga keuangan

Meningkatkan produktivitas dan
kualitas brokoli

Gambar 14 Pembuatan level partitioning elemen tujuan

Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan :
A. Peningkatan
produktivitas
dan
kualitas brokoli
B. Peningkatan
kualitas
dan
pengetahuan petani
C. Peningkatan
akses
terhadap
sumberdaya dan pasar
D. Peningkatan bantuan permodalan
oleh lembaga keuangan
E. Peningkatan kesejahteraan petani

Gambar 15 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan
Klasifikasi sub-elemen tujuan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 15)
menempatkan sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli,
peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar serta peningkatan bantuan
permodalan oleh lembaga keuangan berada pada sektor independent. Hal ini
berarti ketiga sub-elemen tujuan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena
sangat mendorong timbulnya sub-elemen tujuan lainnya. Tetapi timbulnya tujuan
ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen tujuan lainnya. Sub-elemen tujuan
peningkatan kualitas dan pengetahuan petani serta peningkatan kesejahteraan
petani berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya kedua sub-elemen
tujuan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya tujuan sub-elemen lainnya. Tetapi
tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen tujuan lain.
6. Elemen indikator
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen indikator adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen indikator yang lainnya.
Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen indikator menghasilkan tabel

17
RM (terlampir di Lampiran 8) sedangkan model struktural dari elemen indikator
ditunjukkan pada Gambar 16. Sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40%
dan peningkatan permintaan ketika long weekend menjadi dasar bagi sub-elemen
lainnya. Apabila sub-elemen indikator tersebut dapat tercapai, maka brokoli yang
dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan
sesuai dengan harga pokok penjualan dan pemakaian alat pertanian lebih dari 5
tahun juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen indikator
tersebut juga berpengaruh positif terhadap brokoli dapat diterima oleh restoran
dan pasar lokal.
Brokoli dapat diterima oleh
restoran dan pasar lokal

Brokoli yang dihasilkan oleh petani
dijual dengan harga yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan sesuai
dengan harga pokok penjualan

Gagal panen terjadi antara
30% - 40%

Pemakaian alat pertanian lebih dari
5 tahun

Peningkatan permintaan ketika
long weekend

Gambar 16 Pembuatan level partitioning elemen indikator

Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan :
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual
dengan harga yang sudah ditetapkan oleh
perusahaan sesuai dengan harga pokok
penjualan
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5
tahun
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan
pasar lokal
D. Gagal panen terjadi antara 30%-40%
E. Peningkatan permintaan ketika long
weekend

Gambar 17 Pembuatan level partitioning elemen indikator
Klasifikasi sub-elemen indikator berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 17)
menempatkan sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40% dan peningkatan
permintaan ketika long weekend berada pada sektor independent. Hal ini berarti
kedua sub-elemen indikator tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat
mendorong timbulnya sub-elemen indikator lainnya. Tetapi timbulnya indikator
ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen indikator lainnya. Sub-elemen
indikator pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun dan brokoli dapat diterima
oleh restoran dan pasar lokal berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya
sub-elemen indikator ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya indikator sub-elemen
lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen indikator
lain. Sub-elemen indikator brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan

18
harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok
penjualan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk
dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan
sedikit.
7. Elemen aktivitas
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen aktivitas adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen aktivitas yang lainnya.
Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen aktivitas menghasilkan tabel
RM (terlampir di Lampiran 9) sedangkan model struktural dari elemen aktivitas
ditunjukkan pada Gambar 18. Sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi
berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani menjadi dasar bagi subelemen lainnya. Apabila sub-elemen aktivitas tersebut dapat terlaksanakan, maka
adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali, penyediaan jasa
transportasi dari hulu ke hilir dan penanganan brokoli yang disesuaikan dengan
good material handling juga akan terlaksanakan. Proses pemenuhan keempat subelemen aktivitas tersebut juga berpengaruh positif terhadap processing brokoli.
Processing brokoli

Adanya forum group
discussion selama 3
bulan sekali

Penyediaan jasa
transportasi dari hulu
ke hilir

Penanganan brokoli yang
disesuaikan dengan good
material handling

Pemda setempat dan perguruan
tinggi berkontribusi dalam
meningkatkan pengetahuan petani

Gambar 18 Pembuatan level partitioning elemen aktivitas
Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan:
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi
berkontribusi
dalam
meningkatkan
pengetahuan petani
B. Adanya forum group discussion selama 3
bulan sekali
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke
hilir
D. Processing brokoli
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan
dengan good material handling

Gambar 19 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas

19
Klasifikasi sub-elemen aktivitas berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 19)
menempatkan sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi
dalam meningkatkan pengetahuan petani, adanya forum group discussion selama
3 bulan sekali serta penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir berada pada
sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen aktivitas tersebut merupakan
sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen aktivitas
lainnya. Tetapi timbulnya aktivitas ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen
aktivitas lainnya. Sub-elemen aktivitas penanganan brokoli yang disesuaikan
dengan good material handling berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya
pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Harus
dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan
berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen aktivitas processing brokoli
berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen aktivitas ini
sangat dipengaruhi oleh timbulnya aktivitas sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau
sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen aktivitas lain.
8. Elemen segmen terdampak
Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen segmen terdampak
adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen segmen
terdampak yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen
segmen terdampak menghasilkan tabel RM yang (terlampir di Lampiran 10)
sedangkan model struktural dari elemen segmen terdampak ditunjukkan pada
Gambar 20. Sub-elemen pemilik lahan dan pemda setempat menjadi dasar bagi
sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen segmen terdampak tersebut dapat
bekerjasama dengan baik, maka pengusaha/UKM disektor pertanian dan gapoktan
juga akan bekerjasama dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen
segmen terdampak tersebut juga berpengaruh positif terhadap pengusaha/UKM
disektor informal.
Pengusaha/ UKM
disektor informal

Pengusaha/ UKM
disektor pertanian

Gapoktan

Pemilik lahan

Pemda setempat

Gambar 20 Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak
Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 21)
menempatkan sub-elemen pemilik lahan berada pada sektor independent. Hal ini
berarti sub-elemen segmen terdampak tersebut merupakan sub-elemen kunci
karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya.
Tetapi timbulnya segmen terdampak ini sangat sedikit dipengaruhi oleh subelemen segmen terdampak lainnya.

20

Independent

Autonomous

Linkage

Dependent

Keterangan:
A. Pemilik lahan
B. Pemda setempat
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian
D. Pengusaha/UKM disektor informal
E. Gapoktan

Gambar 21 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen segmen
terdampak
Sub-elemen segmen terdampak pemda setempat berada pada sektor linkage
yang berarti timbulnya segmen terdampak tersebut sangat didorong oleh
timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya. Harus dikaji secara hati-hati
karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen
lainnya. Sub-elemen segmen terdampak pengusaha/UKM disektor pertanian dan
gapoktan berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen
segmen terdampak ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya segmen aktivitas subelemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen
segmen terdampak lain. Sedangkan sub-elemen pengusaha/UKM disektor
informal berada pada sektor autonomous yang berarti