Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam Di Pt Bp

(1)

ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK DAGING AYAM

DI PT BP

NAURA NARINDA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Naura Narinda


(4)

(5)

ABSTRAK

NAURA NARINDA. Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP. Dibimbing oleh MARIMIN dan ELISA ANGGRAENI.

Kinerja rantai pasok yang tinggi dapat meningkatkan daya saing pada suatu perusahaan. Pengukuran kinerja rantai pasok penting dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen rantai pasok, mengevaluasi masalah, hingga menyediakan solusi dari permasalahan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja rantai pasok dan menyusun strategi peningkatan kinerja rantai pasok pada PT BP. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap konfigurasi rantai pasok yang ada dan analisis nilai tambah pada bahan baku. Selanjutnya, pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan metode SCOR-AHP dan metode DEA. Penyusunan strategi peningkatan kinerja rantai pasok dilakukan dengan kombinasi metode SWOT dan AHP. Manajemen rantai pasok di PT BP masih tergolong baru, sehingga tidak ada pembanding kinerja rantai pasok sebelumnya. Nilai dari kinerja rantai pasok PT BP adalah sebesar 79.16% dan tergolong kurang. Perbaikan potensial terdapat pada matrik

kinerja penyesuaian rantai pasok atas, penyesuaian rantai pasok bawah, dan waktu

siklus pengiriman. Hasil evaluasi faktor internal dan eksternal menunjukkan bahwa PT berada pada posisi kuadran I (+0.942;+2.401). Alternatif strategi yang disarankan

adalah menerapkan TQM (Total Quality Management), konsisten menggunakan

sumber daya alam yang berkualitas, melakukan smart promotion, menerapkan cold

supply chain, dan membentuk tim R&D (Research and Development) untuk

pengembangan produk yang variatif, kompetitif, dan sehat.

Kata kunci: AHP, DEA, kinerja rantai pasok, SCOR, strategi perbaikan, SWOT.

ABSTRACT

NAURA NARINDA. Analysis of Chicken Meat Supply Chain Performance at BP Company. Supervised by MARIMIN and ELISA ANGGRAENI.

A high performance of supply chain can improve the competitiveness of a company. Supply chain performance measurement is needed to know the performance of supply chain management, evaluate problems, and provide solutions to existing problems. This study aims to measure the performance of the supply chain and arrange strategies for improving supply chain performance at PT BP. This study began with the identification of configuration existing supply chain and value-added analysis on raw materials. Furthermore, supply chain performance measurement was conducted by SCOR-AHP and DEA methods. Supply chain performance improvement strategy formulated by SWOT-AHP methods. Supply chain management at the PT BP is still relatively new, so there is no comparison to the previous supply chain performance. The value of supply chain performance PT BP amounted to 79.16% and relatively less. Potential improvements contained in the matrix of upside supply chain adaptability, downside supply chain adaptability, and delivery cycle time. Results of the evaluation of internal and external factors indicate that PT BP’s position known as quadrant I (+0.942;+2.401). Alternative suggested strategy is to implement TQM (Total Quality Management), consistent


(6)

with quality of nature resource, do smart promotion, apply cold supply chain, and formed a team of R&D (Research and Development) for the development of products varied, competitive and healthy.

Keywords: AHP, DEA, improvement strategies, SCOR, supply chain performance, SWOT.


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK DAGING AYAM

DI PT BP

NAURA NARINDA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP Nama : Naura Narinda

NIM : F34110098

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc Pembimbing I

Dr. Elisa Anggraeni, STP MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi: Analisis Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tak langsung dalam menyelesaikan karya ini. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Marimin MSc dan Dr. Elisa Anggraeni, STP MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis sejak perkuliahan, penelitian, dan selama penyusunan skripsi.

2. Ir. Eli Nurulaeli selaku Manajer PT BP, Bapak Agus Sutandi, STP selaku Asisten Manajer PT BP, serta staf PT BP yang telah membantu selama pengumpulan data.

3. Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc Agr, Santi Adisti, SP, dan Delima Sitorus, SE yang turut menyumbang ide dan pendapat terkait pembahasan pada penelitian ini.

4. Dr. Farah Fahma, STP MT selaku dosen penguji atas kritik dan sarannya untuk penulisan skripsi ini.

5. Mom, Mami, Omaki, Ommus, Mastomi, Bayang, Ayah, Bepe, Njul, serta keluarga besar Omades yang selalu mendukung penulis, menyemangati penulis, dan melimpahkan penulis dengan makanan-makanan enak sehingga penulis lupa kalau sedang stress dan lelah.

6. Muhammad Najih Amin yang selalu memberikan ketenangan di hati ini. Di kala stress melanda, selalu siap sedia menghibur dan memberikan nasehat-nasehat yang menenangkan sehingga membuat penulis menjadi semangat lagi.

7. Muti’atul Chosyi’ah, Adya Dinda Nuranisa, Fickry Bagas Sakti, Hanif Pramudya, Muhammad Asrol, Faisal Pratama, Nataliya Sukmawati Putri, Andreas Marpaung, Nur Kholiq, Fitrian Rakadiaputra, Tio Nandika Eka Putra, serta teman-teman seperjuangan TINFORMERS atas momen-momen indah yang dilalui bersama selama 4 tahun ini.

8. Mayangsari Alifah Putri, Recha Renda Restuna, Samsul Efendi Lukman, Sony Agung Prasetyo, Muhammad Taufan Akbar, Tasha Nastiti Waris, Agung Purnama Aziz, dan teman-teman sepermainan yang tak lekang oleh waktu lainnya atas semangat yang diberikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memperkuat dan memperkaya keilmuan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Aaamiiin.

Bogor, September 2015


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Pertanyaan Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 4

Kerangka Pemikiran 4

Tata Laksana Penelitian 5

Pengolahan Data 7

Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Profil Perusahaan 15

Konfigurasi Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 16

Struktur Jaringan Rantai Pasok daging Ayam di PT BP 16

Proses Bisnis Rantai Pasok 21

Sumber Daya Rantai Pasok 23

Manajemen Rantai Pasok 24

Analisis Nilai Tambah 25

Analisis Nilai Tambah pada Bagian Pemasok 25

Analisis Nilai Tambah pada Bagian Pengolahan 26

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 27 Pembobotan Matrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP 27 Hasil Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 28 Perbaikan Potensial Matrik Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 30 Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 30 Penentuan Posisi Perusahaan melalui Analisis SWOT 31 Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam

di PT BP 33

Perangkat Lunak Pendukung Analisis 37


(14)

Subsistem Informasi Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP 38 Subsistem Pembobotan Matrik dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 38 Subsistem Perumusan dan Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai

Pasok 40

Implikasi Manajerial 41

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 47

RIWAYAT HIDUP 67

DAFTAR TABEL

1 Perhitungan nilai tambah Metode Hayami 9

2 Skala penilaian pada perbandingan berpasangan 10

3 Matriks kinerja dari atribut kinerja 13

4 Standar mutu sosis daging berdasarkan SNI 01-3820-1995 20 5 Perhitungan nilai tambah pada bagian pemasok 26

6 Nilai tambah pada produk sosis PT BP 27

7 Nilai kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP 28

8 Klasifikasi nilai standar kinerja 28

9 Penilaian faktor internal perusahaan 31

10 Penilaian faktor strategi eksternal 32

11 Matrik SWOT 34

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2 Kerangka prosedur penelitian 6

3 Kerangka analisis rantai pasok (Vorst 2006) 8

4 Model DEA 12

5 Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak pendukung analisis 15

6 Struktur rantai pasok daging ayam di PT BP 16

7 Siklus proses rantai pasok PT BP 22

8 Proses dorong/tarik pada rantai pasok PT BP 22

9 Struktur organisasi PT BP 24

10 Hierarki dan hasil pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai

pasok daging ayam di PT BP 29

11 Perbaikan potensial pada matrik kinerja 30

12 Kuadran posisi perusahaan berdasarkan analisis SWOT 33

13 Halaman utama Rasokchickage 38


(15)

15 Tampilan pembobotan matrik pengukuran kinerja berdasarkan

pendapat pakar 39

16 Tampilan pengukuran kinerja rantai pasok pada PT BP 40 17 Tampilan benchmarking perusahaan dengan data target 40

18 Tampilan penentuan posisi perusahaan 41

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data yang dikumpulkan dalam penelitian 47

2 Hierarki model SCOR pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam

di PT BP 49

3 Spesifikasi produk yang dijual PT BP 50

4 Perhitungan analisis nilai tambah pada produk sosis di PT BP 54 5 Rincian nilai matrik kinerja pada atribut kinerja 58 6 Hierarki dan hasil pemilihan alternatif strategi peningkatan kinerja

rantai pasok daging ayam di PT BP 59

7 Gambar Data Flow Diagram (DFD) 61

8 Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan prosedur instalasi paket

perangkat lunak 62


(16)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani dengan tingkat produksi paling tinggi di antara daging peternak lainnya. Berdasarkan data BPS (2014), produksi daging ayam mengalami peningkatan dari sebesar 1.21 juta ton pada tahun 2010 menjadi 1.52 juta ton pada tahun 2014 dengan rata-rata peningkatan sebesar 5.91%. Menurut Susenas dalam Buletin Konsumsi Pangan (2013), peningkatan produksi ini juga diiringi oleh peningkatan konsumsi daging ayam per kapita di Indonesia per tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4.60%. Pertumbuhan daging ayam yang tinggi tersebut menyebabkan menjamurnya industri olahan daging ayam di Indonesia.

Menurut Ishana Mahisa selaku Ketua Umum National Meat Processor

Association Indonesia (NAMPA), dalam Geliat Pasar Produk Olahan Ayam (2015),

industri pengolahan daging tumbuh pesat dalam 5 tahun terakhir, baik industri skala menengah maupun rumahan. Bermunculannya industri olahan daging ayam di Indonesia ini mengakibatkan meningkatnya persaingan antar industri di pasaran. Salah satu perusahaan olahan daging ayam yang turut bersaing dalam persaingan di pasar adalah PT BP yang berlokasi di Bandung. PT BP merupakan perusahaan golongan menengah yang bergerak di bidang pangan dengan bahan baku utama daging ayam. Produk utama yang dihasilkan dari industri ini adalah sosis.

Meningkatnya persaingan industri pada pasar menuntut PT BP memiliki daya saing yang tinggi. Menurut Setiawan et al. (2011), untuk menghadirkan daya saing yang tinggi pada industri perlu didukung manajemen rantai pasok yang baik mulai dari pemasok hingga pengguna akhir. Menurut Marimin et al. (2013), manajemen rantai pasok merupakan kesatuan sistem pemasaran terpadu yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Adanya manajemen rantai pasok yang baik pada rantai pasok akan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan, pemain terkait, hingga konsumen untuk jangka yang panjang (Marimin et al. 2008). Selain itu, manajemen rantai pasok berimplikasi positif pada rantai nilai tambah dan memicu keunggulan nilai dan keunggulan produksi, yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif (Simchi-Levi et al. 2003).

Baik buruknya suatu manajemen rantai pasok pada suatu perusahaan ditentukan dari kinerja rantai pasok yang ada pada perusahaan tersebut. Manajemen rantai pasok di PT BP masih tergolong baru diterapkan sehingga menyebabkan perlunya informasi akan posisi kinerja rantai pasok di PT BP. Fatahilah et al. (2010) menyatakan bahwa manajemen kinerja dan perbaikan kinerja secara berkelanjutan merupakan aspek fundamental dalam manajemen rantai pasok. Dalam memperbaiki kinerja rantai pasok dibutuhkan pengukuran kinerja rantai pasok agar dapat terus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Pengukuran kinerja pada suatu perusahaan dapat diukur melalui analisis terhadap proses bisnis yang dilakukan perusahaan melalui mulai dari mendapatkan bahan baku, mengolah bahan baku, hingga mendistribusikan produk (Laudon dan Laudon 2007). Kinerja rantai pasok pada perusahaan ditentukan oleh kemampuan


(18)

perusahaan dalam hal reliabilitas, responsivitas, dan fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya serendah-rendahnya. Sistem pengukuran kinerja yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dalam proses bisnisnya adalah metode SCOR (Supply

Chain Operation Refference). Dengan adanya pengukuran kinerja, maka

perusahaan dapat menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan bersaing (Rachman 2013).

Menurut Qrunfleh (2010) arah perbaikan dapat dilakukan dengan merumuskan strategi manajemen rantai pasok untuk mencapai keunggulan kompetitif dan kinerja yang lebih baik. Dalam merumuskan strategi tersebut, perlu diketahui posisi perusahaan terlebih dahulu dengan menganalisis faktor internal dan eksternal perusahaan yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman pada perusahaan. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dijadikan dasar perumusan strategi dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasok.

Integrasi yang baik antar pemain pada suatu rantai pasok berperan penting dalam menentukan kinerja rantai pasok. Beberapa pemain utama yang penting dalam rantai pasok antara lain pemasok industri, industri, distributor, ritel, dan konsumen (Indrajit dan Djokopranoto 2002). Berdasarkan Bukhori et al. (2015), pemain dalam aliran rantai pasok daging ayam dimulai dari peternak, distributor, retail, Rumah Pemotongan Ayam, hingga diterima konsumen. Konsumen dari Rumah Potong Ayam ini dapat berupa restoran, hotel, hingga industri olahan, yaitu PT BP. PT BP selanjutnya mengolah daging ayam tersebut dan mengirimnya ke konsumennya, yaitu retail dan distributor. Pihak retail kemudian menjual produk PT BP ke konsumen akhir. Konsumen PT BP berupa retail dan distributor yang kemudian melakukan penjualan produk PT BP ke konsumen akhir. Aliran rantai pasok yang terjadi antar pemain akan menghadirkan kegiatan-kegiatan penambahan nilai tambah pada suatu komoditas hingga menjadi produk (Sukati et al. 2012). Nilai tambah perlu dianalisis untuk mengetahui besarnya pendapatan pada para pemain di suatu rantai pasok atas tenaga, kerja, modal, dan manajemen yang diusahakannya.

Penelitian ini dilakukan di PT BP, perusahaan pengolah daging ayam, dengan menggunakan metode SCOR-AHP dan DEA dalam mengukur kinerja rantai pasok, metode Hayami dalam melakukan analisis nilai tambah, dan analisis SWOT-AHP dalam menentukan posisi perusahaan dan pemilihan strategi guna meningkatkan kinerja rantai pasok dan daya saing PT BP.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang teridentifikasi, muncul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:

1. Bagaimana konfigurasi rantai pasok daging ayam di PT BP?

2. Berapa nilai tambah yang terjadi pada tiap anggota rantai pasok daging ayam di PT BP?

3. Bagaimana kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP? 4. Apa matrik kinerja yang paling potensial untuk diperbaiki?

5. Strategi apa yang dapat dirumuskan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP?


(19)

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi konfigurasi rantai pasok daging ayam.

2. Menghitung nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasok daging ayam di PT BP.

3. Mengukur kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP. 4. Mengetahui perbaikan potensial pada kinerja rantai pasok.

5. Menyusun strategi peningkatan kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap banyak pihak sebagai berikut:

1. Manfaat bagi PT BP

Memberikan informasi kepada PT BP mengenai kinerja rantai pasok daging ayam pada PT BP meliputi nilai tambah, posisi kinerja rantai pasok, serta rumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok guna meningkatkan daya saing.

2. Manfaat bagi dunia pendidikan

Menambah dan memperluas wawasan bagi kalangan akademisi tentang rantai pasok daging ayam di suatu perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan yang dijadikan tempat penelitian adalah PT BP dengan produk andalan berupa sosis yang berbahan baku daging ayam.

2. Cakupan rantai pasok daging ayam yang dianalisis di PT BP dimulai dari pemasok bahan baku daging ayam hingga ke konsumen PT BP, yaitu retail.

3. Analisis proses bisnis agroindustri daging ayam meliputi: a. Analisis mekanisme rantai pasok daging ayam di PT BP.

b. Analisis nilai tambah komponen penyusun rantai pasok daging ayam pada pemasok dan PT BP (konsep nilai tambah Hayami).

c. Analisis faktor yang berpengaruh pada kinerja rantai pasok daging ayam (SCOR-AHP dan DEA).

d. Analisis faktor yang berpengaruh pada strategi peningkatan kinerja rantai pasok daging ayam (SWOT-AHP).


(20)

METODE

Kerangka Pemikiran

Meningkatnya produksi dan konsumsi daging ayam dari tahun ke tahun menyebabkan bermunculannya industri olahan daging ayam. Dengan banyaknya industri olahan daging ayam, maka timbul persaingan bisnis antar industri olahan daging ayam yang tinggi. Persaingan bisnis yang terjadi mengharuskan industri memiliki daya saing yang tinggi untuk tetap bertahan di pasar. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan daya saing suatu industri adalah manajemen rantai pasok. Dengan adanya manajemen rantai pasok yang terstruktur, perusahaan mampu memberikan kepuasan pada pelanggan dan menciptakan image kepercayaan terhadap pelanggan sehingga menimbulkan daya saing PT BP. Pada penelitian ini, dilakukan analisis kinerja manajemen rantai pasok daging ayam pada PT BP agar dapat mengoptimalkan kinerja rantai pasok pada PT BP dan meningkatkan daya saing PT BP.

Analisis kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap anggota rantai pasok yang turut andil dalam rantai pasok daging ayam di PT BP. Identifikasi yang dilakukan meliputi analisis nilai tambah pada pemain dalam rantai pasok daging ayam. Analisis nilai tambah perlu dilakukan karena pada rantai pasok terdapat rantai nilai pada setiap pemain.

Pengaplikasian manajemen rantai pasok pada PT BP masih tergolong baru dan belum optimal sehingga perlu dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok yang ada pada PT BP untuk mengetahui posisi kinerja rantai pasok yang ada. Pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP dilakukan dengan menggunakan metode SCOR-AHP (Supply Chain Operations Reference-Analytical Hierarchy Process) dan menghasilkan nilai kinerja rantai pasok daging ayam pada PT BP. Sebelum dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok, perlu disusun hierarki pengukuran kinerja rantai pasok berdasarkan metode AHP. Data yang dibutuhkan dalam pengukuran kinerja rantai pasok berupa data keadaan aktual dan data target perusahaan. Selanjutnya dilakukan benchmarking terhadap dua data tersebut menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis). Benchmarking kinerja rantai pasok akan menghasilkan matrik kinerja rantai pasok yang memiliki potensial tinggi untuk diperbaiki.

Selain itu, strategi manajemen rantai pasok di PT BP belum tepat sasaran sehingga perlu dilakukan perumusan kembali strategi peningkatan kinerja dengan metode analisis SWOT-AHP (Strengthness, Weakness, Opportunities,

Threatness-Analytical Hierarchy Process). Peningkatan kinerja ini diharapkan turut

meningkatkan daya saing PT BP di pasaran. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(21)

Meningkatnya tingkat produksi dan konsumsi daging ayam

Meningkatnya daya saing pasar produk olahan daging ayam Bermunculannya industri olahan

daging ayam

Mengoptimalkan manajemen rantai pasok daging ayam di PT BP

Identifikasi mekanisme rantai pasok daging ayam di PT BP

Identifikasi anggota rantai pasok Analisis nilai tambah

Pengukuran kinerja rantai pasok Benchmarking kinerja rantai pasok

Strategi manajemen rantai pasok yang belum tepat sasaran Kinerja rantai pasok yang belum

optimal

Perumusan strategi manajemen rantai pasok sesuai keadaan perusahaan

Arah perbaikan kinerja rantai pasok

Peningkatan kinerja rantai pasok

Meningkatnya daya saing PT BP

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Tata Laksana Penelitian

Prosedur penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahapan. Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi identifikasi rantai pasok, pengukuran kinerja rantai pasok, dan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP. Identifikasi rantai pasok dilakukan dengan analisis deskriptif berdasarkan metode pengembangan rantai pasok menurut APO (Asian Productivity Organization) dan analisis nilai tambah rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan pendekatan metode SCOR (Supply Chain Operation Refference) dalam menganalisis kinerja rantai pasok berdasarkan matriks kinerja yang dianalisis. Nilai kinerja rantai pasok didapatkan dari nilai aktual kinerja yang dikombinasikan dengan bobot matriks kinerja. Pembobotan pada setiap matriks kinerja dilakukan berdasarkan opini atau pendapat pakar. Penentuan matriks kinerja yang memiliki potensial perbaikan dilakukan dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis). Tahap perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok diperoleh melalui analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities Threats). Pemilihan alternatif strategi dilakukan berdasarkan kombinasi pendapat pakar dengan metode AHP. Untuk mempermudah proses pengukuran kinerja rantai pasok ke depannya, maka dirancanglah perangkat lunak (software) pendukung untuk perusahaan ini. Kerangka prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.


(22)

Mulai

Identifikasi rantai pasok

Analisis nilai tambah dengan metode Hayami Perumusan AHP pengukuran kinerja rantai pasok Pengukuran kinerja rantai pasok

dengan metode SCOR

Analisis efisiensi dengan metode DEA

Kinerja rantai pasok Nilai efisiensi

Perumusan strategi peningkatan kinerja dengan metode SWOT-AHP

Selesai

Perumusan implikasi manajerial Perancangan perangkat lunak pendukung

Gambar 2 Kerangka prosedur penelitian Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: 1. Studi pustaka. Dilakukan dengan membaca dokumen-dokumen pendukung, meliputi jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, artikel, maupun dokumen-dokumen pendukung lainnya. Tujuan dilakukannya studi pustaka ini adalah untuk mempelajari konsep manajemen rantai pasok, konsep pengukuran kinerja rantai pasok, hingga perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok.

2. Observasi lapang. Dilakukan dengan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan terkait rantai pasok daging ayam di PT BP, mulai dari pemasok hingga ke retail. Observasi lapang dilakukan agar peneliti lebih mengenal rantai pasok yang diteliti dengan cara terjun langsung ke lapangan.

3. Wawancara. Dilakukan terhadap orang-orang yang berkepentingan dalam rantai pasok yang diteliti, yaitu terhadap pihak pemasok, PT BP, dan retail. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi terkait matriks kinerja yang diukur.

4. Focus Group Discussion (FGD). Dilakukan terhadap orang-orang yang dinilai mampu dan berpengalaman terhadap kondisi rantai pasok dari suatu


(23)

industri pengolahan daging ayam. Pada FGD dilakukan pendalaman terhadap kondisi yang ada untuk memperoleh alternatif-alternatif strategi peningkatan kinerja rantai pasok.

5. Pendapat atau Opini pakar (Expert opinion). Dilakukan melalui pertimbangan para pakar terhadap matriks pada suatu level dalam struktur hierarki. Pembobotan matriks diperoleh berdasarkan kuesioner AHP yang disusun berdasarkan hasil analisis dari proses sebelumnya. Kriteria pakar yang turut berpartisipasi antara lain berpengalaman pada bidang rantai pasok pada suatu perusahaan, memiliki sifat profesional, dan memiliki integritas tinggi. Pakar-pakar yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini terdiri dari pakar praktisi dan pakar akademisi, di antaranya:

a. Ir. Eli Nurulaeli selaku Manajer PT BP.

b. Bapak Agus Sutandi, STP selaku Asisten Manajer PT BP.

c. Santi Adisti, SP selaku Kasie Industri Agro dan Hasil Hutan Disperindag Bogor.

d. Delima Sitorus, SE selaku Kasie Industri Agro dan Hasil Hutan Disperindag Bandung.

e. Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc Agr selaku Dosen Fakultas Peternakan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan pengumpulan data dan informasi terkait rantai pasok daging ayam di PT BP dilakukan di PT BP yang berlokasi di Kota Bandung, Jawa Barat. Kegiatan wawancara dilakukan di PT BP, PT CB, dan salah satu retail PT BP. Kegiatan diskusi dengan pakar dilakukan di Institut Pertanian Bogor dan Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Bogor dan Bandung. Pengolahan data berlangsung di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga bulan Juli tahun 2015.

Pengolahan Data Identifikasi Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP

Identifikasi rantai pasok dilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif terhadap kegiatan serta pemain yang ada pada rantai pasok daging ayam di PT BP. Identifikasi rantai pasok dilakukan melalui wawancara dengan pemain-pemain pada rantai pasok daging ayam di PT BP serta observasi langsung pada kegiatan-kegiatan terkait rantai pasok daging ayam di PT BP. Identifikasi rantai pasok ini dilakukan untuk mengenal konfigurasi rantai pasok daging ayam di PT BP. Identifikasi rantai pasok daging ayam di PT BP dilakukan dengan mengadaptasi metode pengembangan rantai pasok menurut APO (Asian Productivity

Organization) yang telah dimodifikasi oleh Van der Vorst (2006) pada Gambar 3.

Analisis Nilai Tambah

Rantai pasok yang ada pada suatu komoditas tidak luput dari rantai nilai yang terjadi pada setiap kegiatannya. Untuk mengetahui nilai tambah yang terjadi pada suatu komoditas, maka perlu dilakukan analisis nilai tambah. Pada penelitian ini dilakukan analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami berdasarkan Hayami et al. (1987). Pada metode tersebut, nilai tambah diukur dari selisih antara nilai komoditi yang mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan


(24)

yang terjadi selama proses berlangsung. Prosedur perhitungan dengan menggunakan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 1. Data-data yang digunakan dalam analisis ini diambil melalui observasi lapang, wawancara dengan pemilik atau manajer, dan dokumen perusahaan. Analisis nilai tambah dilakukan pada bagian pemasok dan bagian pengolahan, yaitu PT BP.

Gambar 3 Kerangka analisis rantai pasok (Vorst 2006)

Berdasarkan Emhar et al. (2014), penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan menjelaskan besarnya nilai tambah dan rasio keuntungan yang diterima pada pola rantai pasok dengan kriteria sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai tambah

a. Apabila nilai tambah lebih dari 0 artinya perlakuan mampu memberikan nilai tambah.

b. Apabila nilai tambah ≤ 0 maka perlakuan tersebut tidak mampu memberikan nilai tambah.

2. Berdasarkan rasio keuntungan

a. Apabila nilai rasio keuntungan (%) > 12.3% (suku bunga KUR mikro per tahun), artinya usaha tersebut menguntungkan.

b. Apabila nilai rasio keuntungan (%) = 12.3% (suku bunga KUR mikro per tahun), artinya usaha tersebut dalam kondisi BEP (Break Event Point) atau impas.

c. Apabila nilai rasio keuntungan (%) < 12.3% (suku bunga KUR mikro per tahun), artinya usaha tersebut tidak menguntungkan.

Tujuan

rantai Manajemen rantai Proses bisnis

Struktur jaringan

Peforma rantai

Sumber daya

Siapa saja anggota dan apa perannya?

Bagaimana konfigurasi peraturannya?

Manajemen struktur apa yang digunakan?

Bagaimana ikatan kontraktualnya?

Sumber daya apa saja yang

digunakan?

Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam SCM?

Bagaimana integrasi dari setiap proses?


(25)

Tabel 1 Perhitungan nilai tambah Metode Hayami

No. Variabel Nilai

Output, Input dan Harga.

1. Output (Kg) (1)

2. Bahan baku (Kg) (2)

3. Tenaga kerja langsung (HOK) (3)

4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2)

5. Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/Kg) (5) = (3)/(4)

6. Harga output (Rp/Kg) (6)

7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) (7)

Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/Kg) (8)

9. Harga input lain (Rp/Kg) (9)

10. Nilai output (Rp/Kg) (10) = (4) x (6)

11. a.Nilai tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) - (8)- (9) b.Rasio nilai tambah (11b) = (11a) / (10)

x100

12. a.Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7) b.Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a) / (11a)

x100

13. a.Keuntungan (Rp/Kg) (13a) =(11a) - (12a) b.Tingkat keuntungan (%) (13b) = (13a)/ (10) x

100 Balas jasa pemilik fakor produksi

14. Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) - (8)

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) =(12a) / (14) x100 b. Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) / (14) x100 c. Keuntungan perusahaan (%) (14c) = (13a)/ (14) x 100 Pembobotan matrik kinerja rantai pasok dan faktor pada analisis SWOT dengan Metode AHP

Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan suatu metode yang digunakan pada penelitian ini untuk mengambil keputusan dengan memahami kondisi suatu sistem. Metode AHP ini digunakan dalam metode SCOR dan SWOT. Menurut Palma-Mendoza et al. (2014), penggunaan metode AHP dilakukan untuk membedakan tingkat kepentingan antara beberapa proses rantai pasok dalam penggunaan analisis keputusan multi-kriteria sebagai pendukung keputusan pada proses seleksi. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu:

a. Penyusunan hierarki

Penyusunan hierarki dilakukan melalui identifikasi pengetahuan atau informasi yang sedang diamati. Selanjutnya, hierarki disusun berdasarkan permasalahan kompleks yang kemudian diuraikan menjadi beberapa level berdasarkan elemen pokoknya. Penyusunan hierarki pada penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur dan diskusi dengan pakar.


(26)

b. Penentuan prioritas

Penentuan prioritas dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar elemen dalam suatu tingkatan level pada hierarki. Penentuan prioritas dilakukan berdasarkan pendapat atau opini pakar dengan skala penilaian. Skala penilaian pada perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 2. Hubungan antar elemen tersebut menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hierarki terhadap setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. elemen pada tingkat tinggi berfungsi sebagai suatu kriteria yang disebut sifat (property). Perbandingan berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam setiap tingkat. Langkah terakhir yaitu memberi bobot setiap vektor dengan prioritas sifatnya.

Tabel 2 Skala penilaian pada perbandingan berpasangan

Nilai intensitas penting Definisi

1 Sama penting

3 Sedikit lebih penting

5 Sangat pentng

7 Jelas lebih penting

9 Mutlak lebih penting

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan

c. Konsistensi logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsistensi tinggi sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Nilai maksimal dari konsistensi rasio sebesar 0.1. Jika nilai konsistensi rasio lebih besar dari 0.1, maka perlu dilakukan perbaikan dalam penilaian.

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan Metode SCOR

Metode SCOR merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasok untuk mengevaluasi dan membandingkan aktivitas dan kinerja rantai pasok. Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), metode ini dilakukan dengan mengintegrasikan tiga unsur, yakni business process reengineering, benchmarking,

dan process measurement dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Business process reengineering berfungsi untuk menggambarkan proses

kompleks yang terjadi pada masa sekarang dan mendefinisikan proses yang diharapkan ke depannya atau target.

b. Benchmarking berfungsi untuk menentukan data pembanding sebagai acuan

peningkatan kinerja rantai pasok.

c. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan

memperbaiki proses-proses supply chain.

Dengan mengacu Palma-Mendoza (2014), untuk mengidentifikasi relevan proses dan atribut kinerja model SCOR dan matrik kinerja sebagai evaluasi, maka digunakan analisis AHP dalam pemilihan targetnya. Model SCOR dirumuskan dan


(27)

dibentuk ke dalam lima level hierarki keputusan AHP, yaitu tujuan, proses bisnis, parameter kinerja, atribut kinerja, dan matriks kinerja yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada metode SCOR, manajemen rantai pasok meliputi proses-proses bisnis yang saling terintegrasi mulai dari pemasok hingga konsumen akhir dengan aliran material, kerja, dan informasi. Proses bisnis tersebut terdiri dari 5 proses bisnis, yaitu perencanaan (plan), pengadaan (source), pembuatan (make), pengiriman (deliver), hingga pengembalian (return) dengan masing-masing fungsi sebagai berikut:

a. Proses bisnis perencanaan merupakan proses penyeimbangan permintaan dengan pasokan untuk menentukan best practice dalam pemenuhan sumber daya pada pengadaan, produksi, dan pengiriman. Proses perencanaan meliputi perencanaan bahan baku, perencanaan produksi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan kapasitas, dan penyelaras dengan rencana keuangan.

b. Proses bisnis pengadaan merupakan proses pengadaan barang maupun jasa dalam memenuhi permintaan. Proses ini meliputi penjadwalan pengiriman dari pemasok, penerimaan barang dari pemasok, pengecekan dan pembayaran terhadap barang, pemilihan pemasok, dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan erat dengan pengadaan kegiatan produksi pada suatu perusahaan.

c. Proses bisnis pengolahan merupakan proses penambahan nilai tambah pada suatu komoditas atau barang sehingga terjadi transformasi bahan baku menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan pengolahan atau produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan (make to stock), atas dasar pesanan (make to order), atau

engineer to order. Proses pengolahan meliputi penjadwalan produksi,

kegiatan produksi itu sendiri, penyimpanan produk jadi, pemeliharaan fasilitas produksi, dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan erat dengan kegiatan pengolahan pada suatu industri.

d. Proses bisnis pengiriman merupakan proses pemenuhan permintaan oleh pelanggan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan oleh industri. Pengiriman yang dilakukan oleh industri mencakup manajemen pemesanan, transportasi, hingga distribusi. Proses pengiriman meliputi penanganan pesanan dari pelanggan, pemilihan perusahaan jasa pengiriman, penanganan kegiatan penggudangan produk jadi, hingga pengiriman tagihan ke pelanggan.

e. Proses bisnis pengembalian merupakan proses pengembalian atau penerimaan produk yang kembali dari pelanggan dengan berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat meliputi identifikasi kondisi produk, otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan pengembalian ke industri.

Pengukuran kinerja rantai pasok dengan menggunakan metode SCOR dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap atribut-atribut kinerja pada manajemen rantai pasok, yaitu:

a. Reliabilitas merupakan atribut kinerja yang menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan atau ditargetkan. b. Responsivitas merupakan atribut kinerja yang menilai kecepatan rantai


(28)

c. Adaptibilitas merupakan atribut kinerja yang menilai kemampuan rantai pasok dalam merespon perubahan pasar untuk meningkatkan dan mempertahankan keuntungan yang ada.

d. Biaya merupakan atribut kinerja yang menghitung biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses rantai pasok.

Masing-masing atribut kinerja yang telah disebutkan memiliki satu atau lebih matrik kinerja. Matrik kinerja merupakan indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Banyaknya matrik kinerja disesuaikan dengan jenis dan banyaknya proses serta tingkatan proses rantai pasok yang diterapkan pada perusahaan (SCC 2012). Matrik kinerja dari masing-masing atribut kinerja disajikan pada Tabel 3.

Benchmarking dengan metode DEA

Nilai dari matrik-matrik kinerja selanjutnya dibandingkan (dilakukan

benchmarking). Benchmarking merupakan metode yang penting untuk perbaikan

berlanjut pada kinerja suatu organisasi, TQM (Total Quality Management) dan keuntungan kompetitif (Manning et al. 2008). Benchmarking dapat dilakukan dengan beragam metode, salah satunya adalah metode DEA (Zhu 2002). Metode DEA merupakan metode yang biasa digunakan untuk mengukur efisiensi suatu unit pengambilan keputusan dimana beberapa input dan beberapa output sulit dibandingkan (Al-Faraj 2006). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model DEA seperti pada Gambar 4.

Pengolahan data dengan metode DEA dilakukan dengan menggunakan

software frontier analyst. Matriks kinerja yang dijadikan input merupakan matriks

kinerja dari atribut kinerja reliabilitas, antara lain pesanan terkirim penuh, kinerja pengiriman, keakuratan dokumentasi, dan kondisi barang sempurna.Matriks kinerja yang dijadikan output merupakan matriks kinerja dari atribut kinerja responsivitas, adaptibilitas, dan biaya, yaitu waktu siklus pengadaan, waktu siklus pembuatan, waktu siklus pengiriman, fleksibilitas rantai pasok atas, penyesuaian rantai pasok atas, penyesuaian rantai pasok bawah, biaya bahan baku, biaya produksi, dan biaya pengiriman. Hasil dari pengolahan dengan metode ini adalah matriks kinerja yang potensial untuk diperbaiki.

Gambar 4 Model DEA 1. Waktu siklus pengadaan

2. Waktu siklus pembuatan 3. Waktu siklus pengiriman 4. Fleksibilitas rantai pasok

atas

5. Penyesuaian rantai pasok atas

6. Penyesuaian rantai pasok bawah

7. Biaya bahan baku 8. Biaya produksi 9. Biaya pengiriman

1. Pesanan terkirim penuh 2. Kinerja pengiriman 3. Keakuratan

dokumentasi 4. Kondisi barang

sempurna

Decision Making

Unit


(29)

Tabel 3 Matriks kinerja dari atribut kinerja

No Atribut kinerja Matriks kinerja Keterangan

1 Reliabilitas Pesanan terkirim penuh Persentase pesanan yang dapat dipenuhi dari seluruh pemesanan

Kinerja pengiriman Persentase ketepatan waktu dalam memenuhi perminta-an konsumen

Keakuratan dokumentasi Persentase keakuratan doku-mentasi pendukung dalam hal pemesanan

Kondisi barang sempurna Persentase pesanan yang terkirim sesuai dengan spesifikasi pelanggan

2 Responsivitas Waktu siklus pengadaan Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses pengadaan

Waktu siklus pembuatan Rata-rata waktu yang berkaitan dengan pengo-lahan bahan baku

Waktu siklus pengiriman Rata-rata waktu yang berkaitan dengan pengirim-an produk

3 Adaptibilitas Fleksibilitas rantai pasok atas

Jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai permintaan tak terencana sebesar 20% Penyesuaian rantai pasok

atas

Maksimum persentase pe-ningkatan kapasitas secara berkelanjutan

Penyesuaian rantai pasok bawah

Minimum persentase penu-runan kapasitas secara ber-kelanjutan

4 Biaya Bahan baku Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku Produksi Total biaya yang dikeluarkan

dalam aktivitas pembuatan produk

Pengiriman Total biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas pengiriman produk


(30)

Perumusan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok dengan Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strengthness-Weakness-Opportunities-Threats) dilakukan untuk mengidentifikasi lingkungan internal maupun eksternal perusahaan guna merumuskan faktor-faktor strategi. Identifikasi dengan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Strength (Kekuatan internal)

Kekuatan merupakan sumber daya, keterampilan, atau keunggulan lain perusahaan terhadap pesaing dan kebutuhan akan pasar.

b. Weakness (Kelemahan internal)

Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan perusahaan dalam sumber daya, keterampilan, atau kemampuan lain yang menghalangi kinerja efektif dari perusahaan tersebut.

c. Opportunities (Peluang lingkungan eksternal)

Peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan, baik dari segi segmen pasar, perubahan dalam keadaan bersaing, perubahan teknologi, hingga hubungan pembeli-pemasok.

d. Threats (Ancaman lingkungan eksternal)

Ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, yaitu berupa rintangan-rintangan bagi posisi sekarang atau yang diinginkan. Menurut Wibowo et al. (2012), analisis SWOT bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman bagi perusahaan untuk mencapai strategi yang efektif. Pada analisis SWOT, data yang didapatkan berupa data primer hasil wawancara dengan para pakar.

Analisis SWOT dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal pada perusahaan untuk menentukan posisi perusahaan. Evaluasi dilakukan berdasarkan penilaian terhadap faktor internal dan eksternal dengan mengkalikan bobot faktor dengan rating dari masing-masing keadaan faktor internal dan eksternal. Bobot faktor didapat dari hasil pembobotan dengan metode AHP. Posisi perusahaan akan menentukan strategi seperti apa yang harus diaplikasikan atau diterapkan pada perusahaan.

Tahapan selanjutnya yaitu mengembangkan alternatif strategi menggunakan matriks SWOT dengan melakukan pencocokkan antara kekuatan dan peluang (strategi SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan (strategi WO), serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan mengaplikasikan analisis SWOT pada metode AHP sehingga menghasilkan alternatif strategi yang potensial berdasarkan saran dari pakar.

Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis

Perancangan perangkat lunak pendukung analisis ini dibangun agar dapat memudahkan manajemen PT BP dalam mengambil keputusan dengan cepat dan tepat sasaran. Perancangan perangkat lunak ini dilakukan setelah semua informasi yang berkaitan dengan pengukuran dan strategi peningkatan kinerja rantai pasok di PT BP lengkap sehingga dapat diimplementasikan ke dalam sistem. Perangkat lunak yang dirancang ini mengintegrasikan pengguna, pendapat pakar, dan


(31)

formulasi matematika sehingga memudahkan pengguna untuk meninjau kondisi sistem dan melakukan pengambilan keputusan secara lebih cepat.

Konfigurasi sistem

Rancangan konfigurasi sistem mulai dari perangkat lunak antarmuka terdiri dari Sistem Manajemen Dialog, Subsistem Pengolahan Terpusat, Subsistem Manajemen Basis Data (SMBD), dan Subsistem Manajemen Basis Model (SMBM). Pada SMBD terdapat fasilitas data hasil penilaian pakar dan informasi yang diperoleh pada penelitian ini. Data-data pada SMBD sangat mempengaruhi hasil keputusan pada sistem penunjang keputusan ini. Pada SMBM tersedia fasilitas komputasi matematik pendukung pengukuran dan peningkatan kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP sehingga dapat menjadi penunjang keputusan pengguna. Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Sistem manajemen dialog

Sistem manajemen terpusat

Subsistem manajemen basis model -Model perhitungan nilai tambah

-Model perhitungan kinerja rantai pasok -Model penentuan perbaikan potensial -Model penentuan posisi perusahaan Subsistem manajemen basis data

-Data mekanisme rantai pasok daging ayam di PT BP -Data nilai tambah

-Data pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok -Data kinerja rantai pasok PT BP

-Data target kinerja rantai pasok PT BP -Data faktor intenal dan eksternal PT BP -Data bobot dan rating faktor internal dan eksternal -Data alternatif strategi peningkatan kinerja rantai pasok

Gambar 5 Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak pendukung analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Perusahaan

PT BP merupakan perusahaan pengolahan daging tertua di Bandung, Jawa Barat. Berawal dari perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pemotongan dan penjualan daging mentah di tahun 1918, PT BP kemudian berkembang menjadi perusahaan pengolahan daging. Namun, pada tahun 1942 PT BP mengalami masa vakum hingga tahun 1956 akibat berlangsungnya kependudukan Jepang di Indonesia. Pada tahun 1957, perusahaan-perusahaan milik Belanda mengalami kemunduran akibat adanya ketegangan politik antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda. Setahun kemudian, PT BP diambil alih oleh pemerintah


(32)

Indonesia di bawah pengawasan Pelaksana Pemerintah Daerah (PAPERDA) Jawa Barat atas dasar Undang-Undang No. 86 tahun 1958. Pada tahun 2005, PT BP dikelola oleh PT Tirta Ratna karena keadaan ekonomi PT BP yang semakin melemah. Hingga saat ini, PT BP masih dikelola berdasarkan pengawasan dari PT Tirta Ratna.

Dalam menjalankan perusahaannya, PT BP memiliki visi dan misi. Visi PT BP adalah menciptakan suatu usaha yang mandiri dengan memenuhi kebutuhan protein hewani di seluruh lapisan masyarakat Indonesia melalui produk olahan hasil ternak yang halal, aman, sehat, dan bergizi. Sedangkan misi perusahaan PT BP adalah menciptakan inovasi produk, mengembangkan serta memperbaiki kelemahan dari produk yang sudah ada, memperluas wilayah dan meningkatkan strategi dalam bidang pemasaran, serta meningkatkan kinerja dengan menyejahterakan karyawan.

Produk olahan yang dihasilkan oleh PT BP antara lain bakso, beef burger, daging asap, kekian, lidah matang, dan sosis. Spesifikasi produk-produk PT BP dapat dilihat pada Lampiran 3. Produk dengan bahan baku utama daging ayam adalah produk sosis. Berdasarkan varian rasanya, produk sosis terbagi menjadi dua, yaitu sosis ayam dan sosis sapi. Komposisi daging ayam pada kedua varian rasa sosis tersebut berbeda-beda. Pada sosis ayam, komposisi daging ayam lebih tinggi, sedangkan komposisi daging ayam pada sosis sapi lebih sedikit.

Konfigurasi Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP Struktur Jaringan Rantai Pasok daging Ayam di PT BP

Rantai pasok daging ayam di PT BP dimulai dari pemesanan daging ayam pada perusahaan pemotongan ayam, pengiriman daging ayam ke PT BP, penyimpanan daging ayam di PT BP, pengolahan daging ayam di PT BP, penyimpanan produk sosis di PT BP, hingga distribusi ke konsumen. Konsumen pada PT BP terdiri dari distributor atau retail. Kegiatan rantai pasok daging ayam di PT BP tidak luput dari dukungan atau keterlibatan para anggota rantai pasok. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), terdapat lima pemain utama yaitu pemasok, industri, distributor, retail, dan konsumen akhir. Pada mekanisme rantai pasok ini, PT BP memiliki dua peran, yakni sebagai industri sekaligus distributor. Struktur mekanisme rantai pasok daging ayam di PT BP dapat dilihat pada Gambar 6. Supplier daging ayam Supplier bumbu Supplier tapioka Supplier minyak nabati PT BP Distributor Retailer Retailer Retailer Retailer Supplier kemasan Retailer Retailer Konsumen


(33)

Berdasarkan gambar 6, dapat dilihat bahwa pola rantai pasok dimulai dari para supplier bahan baku yang memasok bahan baku ke PT BP. PT BP sendiri bertanggung jawab dalam mengolah bahan baku tersebut hingga menjadi produk jadi, yaitu produk sosis. Produk sosis yang dihasilkan oleh PT BP yaitu sosis ayam dan sosis sapi. Produk sosis kemudian dipasarkan ke retail-retail di daerah Bandung dan sekitarnya. Struktur rantai pasok daging ayam di PT BP dibedakan menjadi dua aliran berdasarkan lokasi retail, yaitu:

1. Struktur rantai pasokan 1

Supplier PT BP  Retail  Konsumen

Pada rantai ini, PT BP langsung mendistribusikan produk sosis ke retail-retail selaku pelanggan produk sosis dari PT BP. Retail-retail-retail ini meliputi supermarket-supermarket yang menjadi pelanggan tetap PT BP yang tersebar di daerah Bandung. Dari retail-retail ini lah, konsumen akhir mendapatkan produk sosis PT BP.

2. Struktur rantai pasokan 2

Supplier PT BP  Distributor  Retail  Konsumen

Pada rantai ini, PT BP mendistribusikan produk sosis ke retail-retail di luar daerah Bandung melalui pihak distributor. Penggunaan jasa pihak distributor ini dilakukan untuk mengirimkan produk sosis PT BP ke retail-retail di luar daerah Bandung, seperti daerah Subang, Cileunyi, Garut, dan daerah sekitar Bandung lainnya. Dengan adanya rantai ini diharapkan kebutuhan konsumen di luar daerah Bandung juga dapat menikmati produk sosis PT BP.

A. Anggota Rantai Pasok

Pada rantai pasok daging ayam di PT BP terdapat berbagai pihak yang turut andil dan terintegrasi satu sama lain demi mencapai kepuasan pelanggan. Pihak-pihak yang turut andil tersebut merupakan anggota dari rantai pasok di PT BP. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap anggota primer rantai pasok di PT BP, yaitu pihak-pihak yang terlibat secara langsung pada proses bisnis perusahaan. Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa anggota primer rantai pasok di PT BP terdiri dari penyedia bahan baku, bagian pengolahan, distributor, retail, dan konsumen.

1. Penyedia bahan baku

Bahan baku utama dari produk sosis PT BP adalah daging ayam. Secara umum, daging ayam yang digunakan oleh PT BP berasal dari para pemasok. Pemasok daging ayam di PT BP terdiri dari dua perusahaan pemotongan ayam, yaitu CB dan JG. Pemilihan kedua perusahaan tersebut sebagai pemasok didasari oleh jarak antara kedua perusahaan dengan PT BP yang tergolong dekat, biaya yang terjangkau, kualitas daging ayam yang dipasok baik, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan PT BP.

Konsep manajemen rantai pasok yang diterapkan oleh PT BP adalah single

supplier, yaitu dengan mengutamakan pasokan daging ayam dari perusahaan

pemotongan ayam CB. Namun, untuk menghindari risiko kekurangan pasok daging ayam dari perusahaan CB, maka PT BP juga melakukan hubungan kemitraan dengan perusahan pemotongan ayam JG sebagai pemasok tetap. Strategi yang dilakukan untuk menjaga hubungan kemitraan dengan masing-masing pemasok yaitu dengan melakukan pemesanan daging ayam secara berkala dengan


(34)

perusahaan CB dalam jumlah yang banyak, sedangkan pemesanan daging ayam secara berkala dengan perusahaan JG dalam jumlah yang lebih sedikit. Pemesanan daging ayam ke perusahaan CB dilakukan sebanyak rata-rata 3 kali seminggu, sedangkan untuk pemesanan daging ayam ke perusahaan JG dilakukan 1 kali seminggu. Pembayaran daging ayam yang dibeli oleh PT BP dilakukan seminggu setelah daging ayam diterima.

Daging ayam yang dipesan oleh PT BP berupa daging ayam segar dalam bentuk fillet. Fillet merupakan daging dalam bentuk irisan dan tanpa tulang. Kualitas daging ayam dari kedua pemasok ini memiliki keseragaman yang sebanding. Pemasok ayam dari kedua pemasok ini juga berasal dari daerah yang sama, yaitu daerah Ciamis. Sejauh ini, kualitas daging ayam yang diterima oleh PT BP jarang mengalami kerusakan, baik dalam penerimaannya maupun penyimpanannya. Bila terjadi kerusakan bahan baku pada saat penerimaan, maka PT BP akan melakukan complain dan pemasokakan mengganti daging ayam yang rusak tersebut dengan daging ayam yang baik.

2. Bagian pengolahan

PT BP merupakan industri olahan daging ayam yang mengolah bahan baku daging ayam menjadi produk sosis. Produk sosis yang diproduksi oleh PT BP terdiri dari sosis sapi dan sosis ayam. Produksi sosis dilakukan dengan sistem make to

stock. Kegiatan proses produksi sosis di PT BP meliputi penimbangan bahan baku

yang digunakan sesuai takaran formula, penggilingan daging dengan menggunakan mesin giling, pencampuran semua bahan baku dengan cara dilembutkan dan diaduk dengan menggunakan mesin mixer, pengisian daging ke dalam casing sosis dengan menggunakan mesin filler, pengikatan sosis secara manual dengan menggunakan tangan, pematangan sosis dengan cara direbus di bak perebusan, pendinginan pada ruang pendingin dengan suhu -5 – 0oC selama 24 jam, hingga proses pengemasan sosis ke dalam kemasan siap jual. Proses produksi diakhiri dengan menyimpan sosis dalam kemasan ke dalam lemari pendingin.

Selain bertanggung jawab atas pengolahan daging ayam menjadi sosis, PT BP juga bertanggung jawab dalam kegiatan distribusi produk sosis ke retail-retail atau distributor di bawah divisi logistik. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan mobil pribadi milik PT BP. Jadwal pengiriman produk sosis PT BP sudah diatur sedemikian rupa untuk menghindari kerugian, baik dalam materi atau tenaga.

3. Distributor

Distributor pada rantai pasok ini berperan dalam menyalurkan produk sosis PT BP ke retail-retail di luar daerah Bandung, seperti Subang, Cileunyi, Garut, dan daerah sekitar Bandung lainnya. Distributor yang dipercaya oleh PT BP adalah distributor milik Yogya, yaitu Yogya DC (Distribution Center). Hal ini dikarenakan pesanan dari luar daerah Bandung merupakan pesanan dari retail Yogya dan Griya. Pengiriman melalui distributor dikenakan biaya sebesar 10% dari harga produk sosis yang dikirim.

4. Retail

Retail merupakan konsumen atau pelanggan dari PT BP. Retail menghubungkan PT BP dengan konsumen akhir, dimana konsumen akhir membeli


(35)

produk sosis PT BP di retail. Retail-retail yang menjadi pelanggan tetap PT BP tersebar di daerah Bandung dan sekitarnya. Supermarket besar yang menjadi retail produk sosis PT BP antara lain Giant, Hero, Borma, Yogya, dan Griya. Pemesanan yang dilakukan oleh retail rata-rata dilakukan sebanyak sekali dalam seminggu. Jumlah produk sosis PT BP yang dipesan oleh retail tidak menentu, tergantung jumlah stok produk sosis yang ada di masing-masing retail. Keuntungan yang diperoleh pihak retail dari penjualan produk sosis PT BP berkisar 10-20%.

5. Konsumen

Konsumen merupakan anggota rantai pasok terakhir pada struktur rantai pasok daging ayam di PT BP. Konsumen membeli produk sosis PT BP melalui retail-retail yang tersebar di daerah Bandung dan sekitarnya. Pada konsumen akhir, produk sosis PT BP akan dihabiskan dengan cara dikonsumsi.

B. Entitas Rantai Pasok 1. Produk

Produk yang dihasilkan oleh PT BP sangatlah beragam, mulai dari sosis, lidah sapi matang, daging asap, hingga bakso. Namun, pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pada produk sosis PT BP yang menggunakan bahan baku utama berupa daging ayam. Sosis yang diproduksi oleh PT BP terbagi menjadi dua jenis, yaitu sosis sapi dan sosis ayam. Masing-masing jenis sosis tersebut dibedakan lagi menjadi dua kategori, yaitu sosis 1 dan sosis 2. Perbedaan nyata dari kedua sosis tersebut terletak pada kualitasnya. Sosis 1 memiliki kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih mahal pula dibandingkan sosis 2.

Produk sosis yang diproduksi PT BP haruslah sesuai dengan syarat mutu yang telah ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-3820-1995 mengenai standar mutu sosis daging. Standar mutu berdasarkan SNI 01-3820-1995 dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan standar mutu sosis daging pada SNI 01-3820-1995, PT BP membuat spesifikasi produk yang dijual berdasarkan varian rasa dan jenisnya. Spesifikasi produk sosis yang dijual PT BP dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam sehari, PT BP mampu memproduksi sosis hingga 2000 sosis. PT BP menjual sosis-sosisnya dalam kemasan HDPE sebagai kemasan primer. Masing-masing kemasan berisikan 6 sosis dengan berat total sekitar 230-260 gram per kemasannya. Pengemasan dilakukan secara vacuum dengan menggunakan vacuum sealer. Dengan kondisi vakum, risiko kerusakan produk dapat dikurangi. Penyimpanan sosis dilakukan pada freezer dengan suhu -18oC – (-10)oC. Hal ini dilakukan untuk mematikan aktivitas mikrooganisme yang dapat menyebabkan timbulnya bau tengik dan kebusukan pada sosis.

Sosis yang disimpan selanjutnya didistribusikan ke pihak retail atau distributor dengan menggunakan kemasan sekunder berupa kantung plastik belanja biasa. Hal ini dilakukan karena penjualan sosis dilakukan dalam jumlah satuan. Sosis yang telah tiba di retail tidak disimpan di gudang retail, melainkan langsung diletakkan pada rak penjualan untuk dijual. Rak penjualan harus memiliki suhu yang sesuai dengan saran penyimpanan untuk menjaga kualitas sosis.


(36)

Tabel 4 Standar mutu sosis daging berdasarkan SNI 01-3820-1995

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan: 1.1. Bau 1.2. Rasa 1.3. Warna 1.4. Tekstur Normal Normal Normal

2 Air % b/b Maks 67.7

3 Abu % b/b Maks 3.0

4 Protein % b/b Maks 13.0

5 Lemak % b/b Maks 25.0

6 Karbohidrat Maks 8

7 Bahan tambahan makanan: 7.1. Pewarna

7.2. Pengawet 8 Cemaran logam:

8.1. Timbal (Pb) 8.2. Tembaga (Cu) 8.3. Seng (Zn) 8.4. Timbal (Pb) 8.5. Raksa (Hg)

Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Maks 2.0 Maks 20.0 Maks 40.0 Maks 40.0 Maks 0.03

9 Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks 0.1

10 Cemaran mikroba

10.1. Angka lempeng total 10.2. Bakteri bentuk coli 10.3. Eschericia coli

10.4. Enterocicci

10.5. Clostridium perifringes

10.6. Salmonella

10.7. Staphilociccus aureus

Koloni/g APM/g APM/g Koloni/g - - Koloni/g

Maks 105 Maks 10

< 3 102 Negatif Negatif Maks 102 2. Pasar

Menurut NAMPA (2012), tren penjualan daging olahan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produk daging olahan yang mengalami peningkatan spesifik adalah sosis dan bakso. Melihat itu, produk sosis dan bakso memiliki potensial yang tinggi untuk dijual di pasaran. Sosis yang dijual PT BP memiliki potensi yang cukup besar melihat tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi daging ayam di Indonesia ini diiringi oleh peningkatan produksi daging ayam di Indonesia per tahunnya. Adanya pasokan daging ayam yang tinggi membuat PT BP tidak menyia-nyiakan sumber daya alam (SDA) yang ada tersebut dan mengolahnya menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, yaitu produk sosis.

Penambahan nilai tambah pada daging ayam menjadi sosis ini dilakukan melihat adanya trendi kalangan masyarakat yang menuntut produk cepat saji atau siap saji. Dengan adanya produk sosis PT BP, diharapkan pelanggan dapat mengonsumsi berbagai kandungan gizi pada daging ayam dalam waktu yang singkat, baik dalam pembuatannya mau pun konsumsinya. Selain itu, PT BP juga


(37)

memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan produksi sosis. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan produksi sosis di PT BP merupakan bahan-bahan dari SDA yang berkualitas. Hal ini dilakukan melihat tren makanan sehat yang beredar di masyarakat.

Jangkauan pasar PT BP hingga saat ini adalah retail yang tergolong supermarket besar di daerah Bandung dan sekitarnya, seperti Giant, Hero, Griya, Yogya, dan Yomart. Hingga saat ini jumlah retail yang bekerja sama dengan pihak PT BP mencapai 110 retail yang tersebar di daerah Bandung dan sekitarnya.

3. Persaingan dan Keunggulan Kompetitif

Bermunculannya kompetitor di pasar, baik industri lokal mau pun industri non-lokal dengan produk sosis menciptakan daya saing yang tinggi di pasar yang tengah ditargetkan PT BP. Harga jual sosis yang ditawarkan masing-masing industri beragam dan menyebabkan persaingan harga antar industri tersebut, tak terkecuali PT BP. Harga sosis yang ditawarkan PT BP masih tergolong mahal, yaitu Rp 23 000-Rp 26 000 per 250 gram untuk sosis 1 dan Rp 13 000-Rp 15 000 per 230 gram untuk sosis 2. Sedangkan harga sosis yang ditawarkan kompetitor berkisar Rp 11 000-Rp 25 000 dengan bobot yang sebanding produk sosis PT BP. Harga PT BP yang tergolong mahal disebabkan oleh konsistensi PT BP akan kualitas produk sosis yang dihasilkan dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas.

Meskipun PT BP termasuk industri yang berdiri sejak lama, namun nama PT BP masih kalah dibanding industri besar lainnya. Hal ini dikarenakan PT BP masih tergolong sebagai industri menengah dengan pemasaran yang masih terbatas, yaitu hanya daerah Bandung dan sekitarnya.

Proses Bisnis Rantai Pasok

Berdasarkan Chopra dan Meindl (2006), proses bisnis rantai pasok terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu tinjauan siklus (cycle view) dan tinjauan dorong/tarik (push/pull view). Tinjauan siklus adalah proses bisnis rantai pasok yang menunjukkan serangkaian siklus dimana setiap siklusnya terjadi pertemuan antar anggota rantai pasok, sedangkan tinjauan dorong/tarik terbagi menjadi dua, yaitu antisipasi pesanan kosumen pada proses dorong dan respon terhadap konsumen pada proses tarik.

A. Tinjauan siklus

Rantai pasok utama PT BP melibatkan tiga anggota primer, yaitu pemasok, industri pengolah, dan konsumen. Pemasok daging ayam pada PT BP merupakan perusahaan pemotongan ayam yang berperan memasok daging ayam ke PT BP. Perusahaan pemotongan ayam ini mendapatkan pasokan ayam yang berasal dari salah satu daerah peternak ayam di Jawa Barat, yaitu Ciamis. Pemasok kemudian mendistribusikan daging ayam sesuai pesanan ke PT BP selaku industri pengolah. Daging ayam dan bahan baku sosis lainnya diolah oleh PT BP hingga menghasilkan produk jadi berupa sosis. Sosis kemudian dikirim ke konsumen oleh PT BP berdasarkan PO (Purchase Order) yang dilakukan konsumen. Konsumen yang dimaksud adalah distributor atau retail. Siklus proses rantai pasok pada PT BP dapat dilihat pada Gambar 7.


(38)

Konsumen

PT BP

Pemasok

Siklus pemesanan konsumen

Siklus pengolahan

Siklus pengadaan

Gambar 7 Siklus proses rantai pasok PT BP

Siklus pemesanan konsumen dapat terjadi pada setiap waktu sepanjang tahun sesuai dengan Purchase Order yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, baik PT BP maupun konsumen. Pemenuhan pesanan konsumen dilakukan berdasarkan ketersediaan produk pesanan (sosis) di gudang penyimpanan. Sama seperti siklus pesanan konsumen, siklus pengolahan dapat dilakukan sepanjang tahun. Siklus pengolahan akan tetap dilakukan selama adanya pesanan dari pihak konsumen, fasilitas produksi yang mendukung, pasokan bahan baku yang cukup, serta adanya kapasitas penggudangan produk jadi (sosis). Siklus pengadaan oleh pemasok dilakukan berdasarkan kebutuhan pengolahan PT BP. Sama halnya seperti pemesanan yang dilakukan konsumen pada PT BP, PT BP juga melakukan pemesanan ke pemasok melalui sistem Purchase Order yang disetujui oleh kedua belah pihak, baik PT BP maupun pemasok. Pemesanan bahan baku ke pemasok oleh PT BP biasanya dilakukan jika stok atau inventori bahan baku pada gudang penyimpanan mulai menipis. Produksi sosis PT BP yang tergolong stabil mengakibatkan pemesanan yang dilakukan ke pemasok dapat diperkirakan dan dijadwalkan.

Tinjauan dorong/tarik

Menurut Abror (2011), proses dorong dilakukan sebagai antisipasi pesanan konsumen, sedangkan proses tarik terjadi karena adanya pesanan konsumen. Proses dorong/tarik yang terjadi pada rantai pasok PT BP dapat dilihat pada Gambar 8.

Kedatangan pesanan konsumen

Kedatangan pesanan konsumen

Siklus pesanan konsumen

Siklus pengolahan

Siklus pengadaan Proses dorong

Proses tarik

Proses dorong dan tarik


(39)

Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa proses dorong terjadi pada siklus pengolahan dan siklus pesanan konsumen, sedangkan proses tarik terjadi pada siklus pengadaan dan pengolahan. Pada siklus pengadaan terjadi proses tarik karena siklus ini dilakukan setelah ada pesanan berupa Purchase Order dari konsumen, yaitu PT BP, ke pemasok bahan baku. Pada siklus pengolahan terjadi proses dorong dan tarik. Proses tarik pada siklus pengolahan dilakukan berdasarkan Purchase Order dari konsumen, yaitu pihak retail maupun distributor, ke PT BP. Proses dorong pada siklus pengolahan dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya stok atau inventori dalam penggudangan produk jadi (sosis). Hal ini terjadi karena PT BP melakukan siklus pengolahan dengan model make to stock, yaitu membuat untuk memenuhi kuota produk jadi (sosis) dalam gudang yang ada. Siklus pesanan konsumen dilakukan berdasarkan proses dorong yang berarti retail atau distributor selaku konsumen memesan sosis ke PT BP untuk mengantisipasi adanya pesanan konsumen akhir produk. Hal ini terjadi karena penjualan pada retail sangat tergantung pada pembelian konsumen akhir yang tidak menentu, sehingga retail hanya melakukan pemesanan pada PT BP untuk memenuhi stok produk di tempatnya.

Sumber Daya Rantai Pasok A. Sumber daya fisik

Sumber daya fisik pada rantai pasok PT BP meliputi sumber daya alam yang tersedia, pabrik pengolahan, dan sarana transportasi. Sumber daya alam utama yang digunakan sebagai bahan baku adalah daging ayam segar berkualitas yang berasal dari peternakan di daerah Ciamis, Jawa Barat. Tersedianya sumber daya alam yang berkualitas dengan pabrik pengolahan menyebabkan cepatnya ketersediaan pasokan bahan baku yang dibutuhkan PT BP. Selain itu, sumber daya alam lain yang turut berkontribusi dalam pengolahan adalah air, dimana air yang dipasok merupakan air yang diproduksi sendiri oleh unit perusahaan lain dari PT BP.

Pabrik pengolahan sebagai salah satu sumber daya fisik rantai pasok PT BP menjadi kekuatan sekaligus kelemahan bagi PT BP sendiri. Lokasi pabrik pengolahan yang berada di Jalan Purnawarman Nomor 12-14, Bandung, merupakan lokasi yang sangat strategis karena berada di pusat Kota Bandung. Dalam hal ini, PT BP tidak kesulitan dalam mendistribusikan produknya ke retail-retail di Bandung karena letak pabrik pengolahan yang strategis tersebut. Namun, luas pabrik PT BP ini tergolong kecil untuk ukuran industri olahan daging ayam menengah. Luas bangunan pabrik PT BP hanya sebesar 240 m2. Dengan luas bangunan yang tergolong sempit itu, kapasitas gudang dan produksi sangatlah terbatas. Dengan adanya manajemen penggudangan dan produksi yang baik, PT BP tetap mampu memenuhi permintaan konsumen.

Sarana transportasi PT BP hanya berupa sebuah mobil milik PT BP. Pengiriman produk dilakukan mulai hari Senin sampai Sabtu dengan rute pengiriman harian yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kerugian akibat jarak dan lokasi pasar yang tersebar di daerah kota Bandung dan sekitarnya.


(40)

B. Sumber daya manusia

PT BP dipimpin oleh seorang direktur. Dalam pelaksanaannya, direktur dibantu oleh seorang manajer yang membawahi 4 kepala divisi yang bertanggung jawab atas divisinya masing-masing. Divisi tersebut antara lain divisi keuangan, produksi, niaga, dan toko. Struktur organisasi PT BP dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Struktur organisasi PT BP

Tenaga kerja yang ada di PT BP terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, mulai dari tingkat SMP hingga tingkat Perguruan Tinggi. Sifat ketenagakerjaan PT BP berupa karyawan tetap yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kantor, bagian pabrik, dan bagian penjualan. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT BP saat ini adalah sebanyak 16 orang. Waktu operasional kerja PT BP adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat mulai dari jam 07.00-14.00 WIB.

Gaji karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu gaji normatif dan gaji non normatif. Gaji normatif merupakan gaji yang tidak dipengaruhi oleh kehadiran, termasuk di dalamnya gaji pokok dan tunjangan. Tunjangan yang disediakan meliputi tunjangan hari raya, tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, dan tunjangan masa kerja. Gaji non normatif merupakan gaji yang dipengaruhi oleh kehadiran termasuk di dalamnya uang lembur, uang insentif, serta uang transportasi.

Manajemen Rantai Pasok

A. Kesepakatan kontraktual

Banyaknya pihak yang terlibat dalam pengelolaan rantai pasok di PT BP mengakibatkan perlu adanya suatu kesepakatan bersama dalam bentuk kontrak kerja sama antar pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Kesepakatan kontraktual terjadi antara PT BP dengan para anggota rantai pasok, baik dengan pemasok, retail, maupun distributor. Kesepakatan kontraktual yang terjadi antara PT BP dan pemasok dilakukan dengan menggunakan surat perjanjian kerja sama dimana pemasok bersedia memasok bahan baku sesuai dengan kebutuhan PT BP,


(41)

baik dalam segi kualitas maupun kuntatitas yang dibutuhkan PT BP. Kesepakatan kontraktual antara PT BP dengan retail maupun distributor dilakukan dengan menggunakan surat kontrak dimana PT BP menjual produk ke konsumen melalui retail dengan sistem konsinyasi.

B. Sistem transaksi

Sistem transaksi yang terjadi pada rantai pasok PT BP terbagi menjadi dua macam, yaitu transaksi dengan pemasok dan transaksi dengan pihak retail atau distributor. Sistem transaksi yang diterapkan PT BP dengan pemasok merupakan sistem pembayaran langsung, dimana PT BP melakukan pembayaran secara penuh terhadap bahan baku yang dipesan. Pembayaran yang dilakukan oleh PT BP dilakukan seminggu setelah bahan baku tiba. Sistem transaksi yang diterapkan PT BP dengan retail merupakan sistem penjualan konsinyasi dimana PT BP menitipkan produk sosis untuk dijual di retail-retail. PT BP memegang tanggung jawab penuh terhadap produk sosis yang dijual tersebut. Jumlah produk sosis yang dikirim ke retail sesuai dengan pesanan yang telah dilakukan pihak retail. Tenggat waktu pembayaran yang dilakukan oleh pihak retail ke PT BP berbeda-beda, tergantung kesepakatan yang telah dibuat, mulai dari 2 minggu hingga 4 minggu setelah produk sosis PT BP datang ke retail.

Analisis Nilai Tambah

Konsep nilai tambah merupakan suatu pengembangan nilai terhadap suatu komoditas akibat terjadinya penambahan input atau pengolahan lebih lanjut. Nilai tambah pada setiap anggota rantai pasok daging ayam di PT BP ini berbeda-beda, mulai dari tingkat perusahaan pemotongan hewan hingga ke retail. Perbedaan nilai tambah terjadi karena input dan perlakuan oleh setiap anggota rantai pasok berbeda-beda (Marimin dan Magfiroh 2010). Analisis nilai tambah dilakukan pada bagian pemasok dan bagian pengolahan, yaitu PT BP. Dengan adanya pengetahuan analisis nilai tambah, maka dapat diketahui keadilan keuntungan yang diterima pada setiap anggota rantai pasok sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Analisis Nilai Tambah pada Bagian Pemasok

Analisis nilai tambah pada bagian pemasok berkaitan dengan jumlah input ayam per bulan, jumlah output daging ayam per bulan, waktu operasional kerja, harga daging ayam yang dijual, dan upah rata-rata tenaga kerja. Perhitungan nilai tambah pada bagian pemasok selama rata-rata 6 bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada pemasok atau perusahaan pemotongan ayam, terjadi nilai tambah dimana ayam yang masih hidup diolah menjadi produk fillet daging ayam melalui proses pengolahan berupa pemotongan. Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah bagian pemasok bahan baku daging ayam, nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 6 684.62 dengan tingkat keuntungan 24.79% setiap bulannya. Menurut Emhar (2014), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan pemotongan ayam ini menguntungkan bagi perusahaan pemotongan ayam dan mampu memberikan nilai tambah pada rantai pasok.


(42)

Tabel 5 Perhitungan nilai tambah pada bagian pemasok

No. Variabel Nilai

Output, Input dan Harga.

1. Output/total produksi (kg/bulan) 21 000

2. Input bahan baku (kg/bulan) 28 600

3. Input tenaga kerja (hari/bulan) 30

4. Faktor Konversi 0.73

5. Koefisien tenaga kerja 0

6. Harga produk (Rp/kg) 35 000

7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/hari) 300 000 Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/kg) 19 000

9. Harga input lain (Rp/Kg) 14.69

10. Nilai output (Rp/kg) 25 699.3

11. a. Nilai tambah (Rp/Kg) 6 684.62

b. Rasio nilai tambah 26.01

12. a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 314.69 b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) 4.71

13. a. Keuntungan (Rp/kg) 6 369.93

b. Tingkat keuntungan (%) 24.79

Balas jasa pemilik fakor produksi

14. Marjin (Rp/kg) 6 699.3

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) 4.7

b. Sumbangan input lain (%) 0.22

c. Keuntungan perusahaan (%) 95.08

Analisis Nilai Tambah pada Bagian Pengolahan

Bagian pengolahan merupakan anggota rantai pasok yang bertanggung jawab dalam mengolah daging ayam dari pemasok menjadi produk yang diinginkan, yaitu sosis. Kegiatan pengolahan daging ayam di PT BP terdiri dari pencampuran bahan-bahan, pengemasan adonan sosis dalam casing, pemasakan sosis, pendinginan sosis, dan pengemasan sosis. Produk sosis pada PT BP terbagi menjadi 4 macam, yaitu sosis ayam 1, sosis ayam 2, sosis sapi 1, dan sosis sapi 2. Analisa nilai tambah pada bagian pengolahan berkaitan dengan jumlah input daging ayam per bulan, jumlah output produk sosis per bulan, waktu operasional kerja, harga produk sosis yang dijual, dan upah rata-rata tenaga kerja. Perhitungan nilai tambah keempat produk sosis pada bagian pengolahan selama rata-rata 6 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 4.

Nilai tambah yang dihasilkan dari keempat sosis tersebut berbeda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan komposisi bahan baku yang digunakan, serta perbedaan penambahan input pada pengolahannya. Rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan dari masing-masing sosis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.


(43)

Tabel 6 Nilai tambah pada produk sosis PT BP

Produk sosis Nilai tambah Tingkat keuntungan

Sosis ayam 1 51.3% 38.08%

Sosis ayam 2 65.81% 37.21%

Sosis sapi 1 64.77% 59.21%

Sosis sapi 2 68.49% 53%

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa produk sosis jenis 1 memiliki rasio nilai tambah yang lebih rendah dibandingkan produk sosis jenis 2. Hal ini terjadi karena faktor konversi yang berbeda, dimana faktor konversi produk sosis jenis 1 lebih rendah dibandingkan produk sosis jenis 2. Perbedaan komposisi bahan baku utama (daging ayam) juga mempengaruhi terjadinya perbedaan faktor konversi, dimana produk sosis jenis 1 memiliki komposisi daging ayam yang tinggi, sehingga penambahan input yang dilakukan untuk memberi nilai tambah pada daging ayam sedikit. Komposisi daging ayam pada sosis jenis 2 lebih rendah dibanding jenis 1, sehingga penambahan input lain dilakukan dengan jumlah yang besar. Umumnya, produk sosis sapi memiliki rasio nilai tambah yang tinggi dibandingkan produk sosis ayam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan daging ayam yang lebih sedikit pada produk sosis sapi dibandingkan produk sosis ayam untuk menghilangkan kesan ayam pada produk sosis sapi tersebut.

Tingkat keuntungan pada masing-masing produk sosis PT BP pun beragam. Hal ini terjadi karena perbedaan faktor konversi dan harga produk pada masing-masing produk sosis PT BP. Perbedaan tersebut akan menciptakan nilai output yang beragam sehingga mempengaruhi tingkat keuntungan.

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP

Pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP perlu dilakukan mengingat PT BP belum pernah melakukan pengukuran terhadap kinerja rantai pasoknya. Selain itu, PT BP sendiri baru saja menerapkan manajemen baru terkait rantai pasoknya. Pengukuran harus dilakukan secara tepat sesuai dengan karakteristik aktivitas yang ada pada rantai pasok tersebut serta didukung atas observasi lapangan. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan pengembangan metode SCOR (Supply Chain Operation Refferences) yang dikembangkan oleh SCC (Supply Chain Council) pada tahun 2012. Metode tersebut diawali dengan merancang matrik kinerja rantai pasok, menganalisis kinerja, menentukan target kinerja perusahaan, dan merancang strategi peningkatan kinerja.

Pembobotan Matrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP

Pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pengukuran kinerja rantai pasok terbagi menjadi 5 level, yaitu tujuan, proses bisnis, parameter kinerja, atribut kinerja, dan matriks kinerja. Struktur hierarki pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembobotan matrik dilakukan melalui sintesis opini para pakar dengan bantuan software Expert choice. Hasil sintesis pembobotan matrik pengukuran kinerja dapat dilihat pada Gambar 10.


(44)

Berdasarkan hasil pembobotan matrik kinerja yang didapat, diketahui bahwa proses bisnis pengolahan merupakan proses paling penting dibandingkan proses bisnis lainnya. Hal ini terjadi karena PT BP merupakan suatu perusahaan yang berperan untuk menambahkan nilai tambah pada suatu barang setengah jadi menjadi produk jadi, yaitu sosis, sehingga perlu diperhatikan cara pengolahannya. Selain itu, parameter kinerja yang bersifat paling penting di antara parameter kinerja lainnya adalah kualitas. Parameter kualitas menjadi hal yang sangat penting untuk ditingkatkan karena berkaitan dengan baik atau buruknya produk yang ditawarkan. Atribut kinerja yang menjadi perhatian utama adalah reliabilitas dimana atribut kinerja ini sangat menentukan hubungan kepercayaan antara PT BP dengan konsumen-konsumennya.

Hasil Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Daging Ayam di PT BP

Pengukuran kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP dilakukan dengan menganalisis data aktual pada setiap masing-masing matrik kinerja yang ada pada atribut kerja. Nilai aktual masing-masing matrik kinerja diwakilkan dalam persentase pencapaian target PT BP. Selanjutnya nilai persentase tersebut diintegrasikan dengan nilai pembobotan pada matrik pengukuran kinerja rantai pasok. Nilai kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP dapat dilihat pada Tabel 7, dengan rincian nilai masing-masing matrik kinerja pada atribut kinerja yang dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 7 Nilai kinerja rantai pasok daging ayam di PT BP

Atribut kinerja Nilai (%)

Reliabilitas 44.37

Responsivitas 20.10

Adaptibilitas 4.34

Biaya 10.36

Total 79.16

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai kinerja rantai pasok PT BP sebesar 79.16% dari 100%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok PT BP berada pada kriteria kurang (below average). Nilai tersebut mengacu pada Monczka et al. (2011) dengan klasifikasi nilai standar kinerja yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Klasifikasi nilai standar kinerja Nilai Kinerja (%) Kriteria

95-100 Sangat Baik (Excellent)

90-94 Baik (Above Average)

80-89 Sedang (Average)

70-79 Kurang (Below Average)

60-79 Sangat Kurang (Poor)


(45)

Matrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Daging Ayam

Perencanaan

0.180

Pengadaan

0.153

Pengembalian

0.040

Pengiriman

0.233

Pengolahan

0.394

Risiko

0.157

Kualitas

0.690

Nilai tambah

0.154

Reliabilitas

0.476

Biaya

0.251

Adaptibilitas

0.071

Responsivitas

0.201

Pesanan terkirim penuh 0.092 Kinerja pengiriman 0.030 Keakuratan dokumentasi 0.093 Kondisi barang sempurna 0.260 Waktu siklus pengadaan 0.075 Waktu siklus pembuatan 0.068 Waktu siklus pengiriman 0.059 Fleksibilitas rantai pasok atas 0.033 Penyesuaian rantai pasok bawah 0.016 Bahan Baku 0.128 Penyesuaian rantai pasok atas 0.022 Produksi 0.085 Pengiriman 0.038

Goal

Proses

bisnis

Parameter

kinerja

Atribut

kinerja

Metriks

kinerja


(1)

Lampiran 8 Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan prosedur instalasi paket perangkat lunak

Kebutuhan perangkat keras :

1. Satu set komputer atau laptop dengan prosesor minimal Pentium IV dan RAM minimal 256 MB.

2. Layar monitor minimal 1366 x 768 pixel. 3. DVD-ROM.

4. Ruang kosong pada harddisk minimal sebesar 100 MB. Kebutuhan perangkat lunak:

1. Sistem Operasi Windows. Linux atau Mac. 2. Java Runtime Environment (JRE) versi 8.

Prosedur instalasi Java Runtime Environment (JRE) versi 8 adalah: 1. Masukkan CD Rasokchickage 1.0 ke dalam DVD-ROM. 2. Buka folder Rasokchickage 1.0.

3. Jalankan program jre-8u45-windows-x64. 4. Pilih “install

5. Tunggu proses instalasi selesai. hingga muncul tampilan berikut:

Setelah proses instalasi selesai, tutup program, keluarkan CD dari DVD-ROM dan restart PC anda.

Petunjuk pengoperasian program Rasokchickage 1.0: 1. Masukkan CD Rasokchickage 1.0 ke dalam DVD-ROM. 2. Buka folder Rasokchickage 1.0.


(2)

3. Klik program Rasokchickage 1.0 untuk memulai proses instalasi program. 4. Mulai proses instalasi program dengan menekan tombol “Next”.

5. Install program dengan menekan tombol “install” dan tunggu proses penginstalan selesai

6.Setelah proses instalasi selesai, akhiri dengan menekan tombol “finish” dan anda dapat langsung menggunakan aplikasi Rasokchickage 1.0


(3)

7. Untuk mempermudah penggunaan Rasokchickage 1.0. anda dapat melihat demo aplikasi ini dalam bentuk video pada folder yang sama.

8. Selamat anda telah berhasil menginstalasi paket program Rasokchickage 1.0. Selamat menggunakan!


(4)

Lampiran 9 Tampilan aplikasi Rasokchikage

Subsistem informasi rantai pasok daging ayam di PT BP

Halaman pembuka informasi rantai pasok Halaman informasi sistem

Subsistem pembobotan matrik dan pengukuran kinerja rantai pasok Halaman pembuka pembobotan matrik Halaman pengukuran kinerja rantai

pasok


(5)

Subsistem perumusan dan pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok

Halaman analisis faktor perusahaan Halaman perumusan strategi


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1994 sebagai putri ketiga dari pasangan bapak Sunarto dan ibu Melynda Noor. Tahun 2011, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 78 Jakarta Barat. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN tertulis. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himalogin (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) dan pengurus BEM Fateta dalam biro Public Relation selama dua tahun berturut-turut (2012/2013 dan 2013/2014). Penulis juga aktif dalam seni teater pada UKM Gentra Kaheman (2012). Pada tahun 2012, penulis menjadi peserta putri terbaik Latte Seni Teater UKM Gentra Kaheman dan peserta putri terbaik Hagatri 2012. Pada bulan Juni-Agustus 2014, penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT Heinz ABC Jakarta dengan judul Mempelajari Sistem Manajemen Rantai Pasok di PT Heinz ABC Jakarta.