analisis pola kemitraan Pertanian antara petani Megamendung dengan Pt Sayuran Siap Saji

ANALISIS POLA KEMITRAAN PERTANIAN ANTARA PETANI
MEGAMENDUNG DENGAN
PT SAYURAN SIAP SAJI

SARAH ISAURA VIANDINI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pola Kemitraan
Pertanian antara Petani Megamendung dengan PT Sayuran Siap Saji adalah benar karya
saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Sarah Isaura Viandini
NIM. I34100154

ABSTRAK
SARAH ISAURA VIANDINI. Analisis Pola Kemitraan Pertanian antara Petani
Megamendung dengan PT Sayuran Siap Saji. Dibawah bimbingan MURDIANTO.
Luasnya lahan pertanian di pedesaan Indonesia menjadi alasan utama
berkembangnya industri dalam konteks pertanian. Umumnya perusahaan menjalin
kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain untuk mempermudah proses
produksi, terutama sebagai pemasok bahan baku. Kemitraan dalam kegiatan industri
memiliki berbagai pola. Kemitraan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mitra tani
(contract farming) antara perusahaan pengelola sayur mayur (PT Sayuran Siap Saji)
dengan petani caisin. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui
pola kemitraan mitra tani dan menganalisis hubungan antara mitra tani dengan penilaian
kinerja serta kondisi sosial dan ekonomi (sosek) petani. Tujuan khusus penelitian ini
adalah mengetahui proses pelaksanaan pola kemitraan petani caisin dengan PT

Sayuran Siap Saji, mengidentifikasi hubungan pelaksanaan kemitraan dengan penilaian
kinerja, dan menganalisis hubungan penilaian kinerja dengan kondisi sosek petani.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung metode kualitatif
untuk memperkaya proses analisis serta menggunakan pendekatan sensus dalam
pengambilan responden. Hasil penelitian menunjukkan kemitraan mitra tani
berhubungan dengan efektivitas dan potensi pengembangan dalam penilaian kinerja.
Efektivitas, profesionalitas, dan potensi pengembangan juga memiliki hubungan dengan
kondisi sosial petani.
Kata Kunci: Mitra Tani, Kinerja, Sosek

ABSTRACT
SARAH ISAURA VIANDINI. Analysis of Agricultural Partnership between
Megamendung’s Farmers with PT Sayuran Siap Saji. Supervised by MURDIANTO.
The extent of agricultural land in rural Indonesia is the main reason for the
development of industry in the context of agriculture. In general, the company
formed a partnership or partnerships with farmers in the production process, primarily as
a supplier of raw materials. Partnership in industry has many patterns. Partnership
which in this study is among the company's managing partner farm vegetables (PT
Sayuran Siap Saji) with caisin farmers. The general purpose of this study was to
determine the pattern of farm partner partnership and to analyze the relationship

between farm partners with performance assessment and farmers’s social and
economic (socec) conditions. The specific purpose of this study was to determine the
process of the caisin farmers partnership’s implementation with PT Sayuran Siap Saji,
identify the relationship between partnership implementation and performance
assessment, and analyze the relationship between performance assessment and
farmers’s socec conditions. This study is using quantitative method which is
supported by qualitative method to enrich the analysis process and using census
approachment to take the respondent. The results of researh shows farm partner’s
partnership related to the effectiveness and potential development in performance
assessment. Effectiveness, professionalism, and potential development also has a
relationship with farmers’s social conditions.
Keywords: Farm Partners, Performance, Socec

ANALISIS POLA KEMITRAAN PERTANIAN ANTARA PETANI
MEGAMENDUNG DENGAN
PT SAYURAN SIAP SAJI

SARAH ISAURA VIANDINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi
: Analisis Pola Kemitraan
Megamendung dengan PT Sayuran Siap Saji
Nama
: Sarah Isaura Viandini
NIM
: I34100154

Disetujui oleh


Ir Murdianto, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Pertanian

antara

Petani

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

skripsi berjudul “Analisis Pola Kemitraan Pertanian antara Petani Megamendung
dengan PT Sayuran Siap Saji”. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui proses pelaksanaan pola kemitraan petani caisin dengan PT Sayuran
Siap Saji,
mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan kemitraan dengan
penilaian kinerja petani mitra, dan menganalisis hubungan antara penilaian kinerja
dengan kondisi sosial dan ekonomi petani mitra.
Penulis
mengucapkan terima kasih
kepada Ir Murdianto selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Endang Trisana dan RR Triliana Dewi selaku kedua orang tua yang
selalu memberikan doa serta bimbingan kepada penulis serta Adam Prianugraha selaku
adik yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dwi Rahayu dan Putri Rodiah selaku teman satu bimbingan dan
teman seperjuangan selama di lokasi penelitian, Pia Adelia, Ratu Anna, Rima Febrina,
Umi Athiah, Nurul Fitriyanti, serta Shita Renita selaku sahabat yang selalu ada dan
setia memberikan dukungan serta masukan kepada penulis selama empat tahun masa
perkuliahan. Terima kasih juga kepada Ardi, Fadhli, Rizky, Bhisma, Adino, Jerry, Utami,

Cheby, Nurul, Dewi, dan Dini selaku sahabat yang selalu bersedia menerima keluh kesah
penulis dan memberikan masukan yang positif. Tidak lupa penulis juga ucapkan
terima kasih yang mendalam kepada petani caisin di Kecamatan Megamendung yang
menjadi responden dan PT Sayuran Siap Saji khususnya divisi kemitraan yang
telah membantu penulis dalam pengerjaan penelitian ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2014

Sarah Isaura Viandini

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
5 Tinjauan Pustaka
Konsep Kemitraan
Karakteristik Kemitraan
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemitraan
Kendala-Kendala Kemitraan
Bentuk-Bentuk Kemitraan
Mitra Tani
Tanaman Caisin
Konsep Penilaian Kinerja
Sosial dan Ekonomi Petani
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Uji Validitas Instrumen
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Megamendung
Kondisi Geografi
Kondisi Ekonomi
Kondisi Demografi
PT Sayuran Siap Saji
Sejarah Perusahaan
Profil Perusahaan
Visi dan Misi
Struktur Organisasi
Sistem Kemitraan
Mitra Tani
Proses Produksi Fresh Cuts
Kualitas Produk
Shelf Life
Ikhtisar


x
xi
xi
1
1
3
5
5
7
7
7
7
8
8
7
10
11
12
13
14

15
16
16
19
19
19
20
20
21
21
23
23
23
23
24
26
26
27
29
29
30
30
33
33
34
35

MITRA TANI, PENILAIAN KINERJA, DAN KONDISI SOSIAL
EKONOMI PETANI
Mitra Tani
Penilaian Kinerja
Kondisi Sosial Ekonomi
Ikhtisar
HUBUNGAN KEMITRAAN MITRA TANI DENGAN PENILAIAN
KINERJA
Hubungan Kemitraan Mitra Tani dengan Efektivitas
Hubungan Mitra Tani dengan Profesionalitas
Hubungan Kemitraan Mitra Tani dengan Potensi Pengembangan
HUBUNGAN PENILAIAN KINERJA DENGAN KONDISI SOSIAL
EKONOMI
Hubungan Penilaian Kinerja dengan Kondisi Sosial
Hubungan Efektivitas dengan Kondisi Sosial
Hubungan Profesionalitas dengan Kondisi Sosial
Hubungan Potensi Pengembangan dengan Kondisi Sosial
Hubungan Penilaian Kinerja dengan Kondisi Sosial
Hubungan Efektivitas dengan Kondisi Ekonomi
Hubungan Profesionalitas dengan Kondisi Ekonomi
Hubungan Potensi Pengembangan dengan Kondisi Ekonomi
Ikhtisar
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

37
37
37
38
40
41
41
42
44
47
47
47
48
50
51
51
53
54
56
57
57
57
59
61
69

2

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Tabel 12

Tabel 13

Tabel 14

Tabel 15

Jadwal penelitian “Analisis Pola Kemitraan Pertanian antara
Petani Megamendung dengan PT Sayuran Siap Saji” tahun 2014
Daftar potensi penunjang ekonomi masyarakat pada bidang
industri
Jumlah penduduk Kecamatan Megamendung berdasarkan jenis
kelamin
Klasifikasi penduduk Kecamatan Megamendung berdasarkan
agama
Klasifikasi penduduk Kecamatan Megamendung berdasarkan
mata pencaharian
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung tiap indikator dan variabel beserta kategorinya
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan kemitraan mitra tani dan efektivitas
dalam penilaian kinerja tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan kemitraan mitra tani dan potensi
pengembangan dalam penilaian kinerja tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan efektivitas dalam penilaian kinerja
dan kondisi sosial tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan profesionalitas dalam penilaian
kinerja dan kondisi sosial tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan potensi pengembangan dalam
penilaian kinerja dan kondisi sosial tahun 2014
Jumlah
dan
presentase
responden
petani
caisin
Kecamatan Megamendung berdasarkan kemitraan mitra tani
dan profesionalitas dalam penilaian kinerja tahun 2014
Jumlah
dan
presentase
responden
petani
caisin
Kecamatan Megamendung berdasarkan efektivitas dalam
penilaian kinerja dan kondisi ekonomi tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan profesionalitas dalam penilaian
kinerja dan kondisi ekonomi tahun 2014
Jumlah dan presentase responden petani caisin Kecamatan
Megamendung berdasarkan potensi pengembangan dalam
penilaian kinerja dan kondisi ekonomi tahun 2014

20
24
25
25
26
39
41

43

44

47

49

50

52

53

55

3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Kerangka Pemikiran Analisis Pola Kemitraan Pertanian antara 14
Petani Megamendung dengan PT Sayuran Siap Saji 2014

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

Peta Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor 2014
Hasil olah data SPSS Rank Spearman
Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji Tahun 2014
Dokumentasi lapang

61
62
65
66

4

PENDAHULUAN

Industrialisasi merupakan salah satu bentuk perkembangan dari sektor
ekonomi dan teknologi. Industrialisasi tidak hanya terjadi di kota-kota besar,
tetapi juga di pedesaan. Kegiatan industri membutuhkan kerjasama antar
kelompok industri yang biasa disebut sebagai hubungan kemitraan. Terdapat
banyak sekali bentuk/pola kemitraan yang biasa dilakukan. Bentuk kemitraan
dalam sistem pertanian disebut juga contract farming dimana kemitraan yang
terjalin pada penelitian ini adalah mitra tani.
Latar Belakang
Negara berkembang seperti Indonesia merupakan negara yang masih dapat
dikatakan tertinggal terutama dalam bidang perekonomian dan juga teknologi.
Namun seiring berkembangnya zaman, Indonesia mulai bergerak menuju ke arah
perubahan ekonomi dan teknologi yang lebih baik. Ekonomi dan teknologi
kemudian bersinergi menjadi suatu sektor yang dapat diandalkan bagi
kesejahteraan rakyat, yaitu industri. Industri adalah suatu unit atau kesatuan
produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan untuk
mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang.
Banyaknya industri yang muncul menimbulkan fenomena industrialisasi di
Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Industri kini menjadi salah satu sektor yang
menjadi andalan perekonomian karena juga banyak membuka lapangan pekerjaan
baru. Industri yang terdapat di Indonesia muncul dari berbagai macam skala,
mulai dari Industri Kecil, Industri Menengah atau Sedang, dan juga Industri
Besar.
Terkonsentrasinya kesempatan ekonomi dan terakumulasinya modal
dalam sekelompok anggota masyarakat disebabkan oleh tiga faktor utama.
Pertama, lemahnya perundang-undangan tentang tatalaksana usaha nasional.
Tidak terintegrasinya pendekatan undang-undang yanng umumnya disiapkan
secara sektoral telah mennimbulkan berbagai celah yang dapat diterobos badi
penguasaan sumber dan pangsa pasar oleh setiap pelaku usaha ekonomi maju.
Kedua, adanya desakan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar
sejalan dengan perubahan global yang mulia berpengaruh besar terhadap
kesejahteraan masyarakat serta untuk memantapkan posisi ekonomi nasional
dalam pergaulan ekonomi dunia, memaksa masyarakat menerima “keadaan
sementara” tersebut. Ketiga, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pada
umumnya yang menyebabkan kurangnya enterpreneur yang mampu melihat jauh
ke depan dan sanggup meraih peluang usaha yang ada.
Pendekatan pembangunan pada periode lalu dilakukan secara sektoral
yang tidak jarang menimbulkan problem baru berupa adanya tumpang tindih
kebijakan antar sektor. Pendekatan ini diterapkan guna mengembangkan
perekonomian rakyat. Tumpang tindih birokrasi dengan mudah dapat dihindari
jika terlebih dahulu telah dikaji secara rinci masalah yang sedang dihadapi oleh
masyarakat, dibandingkan dengan proyeksi pengembangan masyarakat tersebut
dan masalahnya untuk beberapa tahun mendatang.dengan pola di atas,

2

pembangunan ekonomi rakyat tidak perlu seluruhnya bergantung pada mekanisme
pasar. Mekanisme pasar hanya merupakan salah satu media untuk mengukur dan
mendorong persaingan antar usaha untuk menyiapkan efisiensi. Membangun
ekonomi rajyat perlu dilakukan secara terencana. Untuk itu pelaku ekonomi rakyat
perlu secara bertahap dan sistematis diatasi. Hal itu hanya memungkinkan apabila
ekonomi rakyat ini dapat dilihat dan digabungkan ke dalam suatu sistem agar
setiap pelaku yang ada di dalam sistem tersebut dapat saling mendukung dan
mendorong (cross fertilizations) agar tercipta efisiensi pemakai sumber (scope
economies) yang lebih luas dan skala ekonomi yang lebih tinggi. Penggabungan
kegiatan ekonomi rakyat ke dalam suatu sistem baru dapat berhasil apabila
komponen yang digabungkan tersebut merupakan komponen sejenis atau saling
melengkapi. Pada dasarnya kegiatan ekonomi rakyat bergerak dalam tiga sektor,
berupa sektor produksi, sektor distribusi, dan konsumsi komoditi harian
masyarakat maupun sektor pengolahan dana masyarakat.
Koperasi dapat berperan sebagai unit usaha strategis yang menyatukan
kegiatan anggota dan masyarakat sekelilingnya untuk menciptakan kekuatan
tersebut, unit usaha strategis ini berperan untuk membangun organisasi
masyarakat yang lebih luas sebagai perpanjangan tangannya agar menjadi mapan.
Asosiasi usaha sejenis yang menghindari persaingan antara anggota dan
menyatukan kekuatan untuk menghadapi tekanan pasar (global) adalah salah satu
bentuk penerapan teori koperasi. Salah satu upaya pembangunan ekonomi rakyat
yang dapat diajukan adalah dengan membangun kemitraan (strategic alliances)
antara pelaku ekonomi dengan pelaku ekonomi rakyat. Pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan makro dan pelaksana GBHN dan Undang-Undang Dasar
1945 dengan Badan Usaha Milik Negara sebagai perpanjangan tangannya,
mempunyai peran strategis dalam mengembangkan ekonomi rakyat ini. Adanya
organisasi yang menjaring kegiatan usaha gerakan koperasi dalam satu kesatuan
sistem akan memudahkan gerakan koperasi berhubungan dengan sistem pasar
bebas. Untuk memungkinkan itu, gerakan koperasi Pemerintah Daerah dan
BUMN secara bersama-sama perlu mendorong penciptaan kawasan pertanian
yang menangani komoditi spesifik daerah secara besar-besaran dengan penerapan
teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Mayoritas unit usaha yang berada di Indonesia berasal dari usaha mikro.
Selanjutnya, berturut-turut dengan ketimpangan yang sangat jauh adalah usaha
kecil, menengah, dan besar. Berbagai unit usaha ini tentunya mempunyai tujuan
dan target masing-masing yang akan dicapai. Ketercapaian tujuan dan target dari
masing-masing perusahaan atau unit usaha tersebut dapat diwujudkan dengan
adanya jalinan kemitraan. Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1997 terutama dalam Pasal satu menyatakan bahwa: “Kemitraan adalah
kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan
usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau
usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan”. Oleh sebab itu untuk mempercepat
terwujudnya kemitraan keluarlah peraturan tersebut di atas yang mengatur
mengenai tata cara penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangannya.
Luasnya lahan pertanian di Indonesia menjadi alasan utama
berkembangnya industri dalam konteks pertanian. Umumnya perusahaan menjalin
kerjasama atau kemitraan dengan para petani dalam berbagai proses produksi,

3

terutama sebagai pemasok bahan baku. Kemitraan dalam pertanian (contract
farming) memiliki berbagai variasi, dimana dalam penelitian ini kemitraan yang
terjalin adalah mitra tani. Mitra tani merupakan salah satu bentuk kemitraan yang
dijalankan berdasarkan prinsip keuntungan bersama/”Win-win solution” dengan
melakukan penyuluhan atau pembimbingan selama proses produksi kepada petani
serta pemberian modal usahatani dari perusahaan kepada petani mitra. Mitra tani
yang ada dalam penelitian ini merupakan kemitraan antara perusahaan pengelola
sayur mayur (PT Sayuran Siap Saji) dengan petani sayur khususnya adalah petani
caisin. Caisin hanya merupakan salah satu dari bayak komoditi sayuran yang ada.
Lokasi lahan petani caisin yang berada di kecamatan yang sama dengan lokasi
perusahaan memungkinkan untuk diteliti lebih lanjut. Selain itu, kemitraan
perusahaan dengan para petani caisin juga sudah berlangsung cukup lama dan
dapat dikatakan berhasil. Kemitraan perusahaan dengan petani mitra sudah
menjadi suatu kebutuhan dan hubungan saling ketergantungan. Petani mitra
sebagai pemasok bahan baku utama sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena
hasil produk pertanian dari petani tersebut akan diditribusikan kepada konsumen
yang juga menentukan reputasi dan eksistensi dari keberadaan perusahaan. Tanpa
adanya mitra tani, perusahaan mengalami kesulitan untuk memperoleh perusahaan
yang diminta oleh konsumen. Perusahaan harus mencari pasokan bahan baku ke
pihak mitra beli yang memiliki harga jual lebih tinggi jika petani mitra tidak dapat
menyediakan permintaan sayuran.
Arus kemitraan sayuran caisin oleh petani dengan perusahaan terbilang
lebih cepat dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, dalam sehari caisin dapat
dipanen sebanyak tiga sampai lima kali dari petani yang berbeda-beda. Caisin
dipanen setiap hari dengan total 1000-1500 kg/hari atau sekitar 6000-7000
kg/minggu. Caisin merupakan salah satu jenis sayuran yang menjadi komoditi
andalan karena caisin termasuk mudah dalam perawatan selama proses
pembibitan sampai proses pengambilan hasil panen. Selain itu caisin juga
membutuhkan waktu yang cenderung cepat dan memilikii resiko kegagalan kecil
sehingga petani lebih tertarik untuk menanam caisin pada lahan sawah mereka.
Caisin atau caisim atau sawi (Brassica sinensis L.) merupakan sayuran daun yang
tumbuh di daerah panas maupun sejuk. Tanaman caisin atau sawi terdiri dari dua
jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau. Tanaman ini bisa tumbuh baik pada
ketinggian nol hingga 1200 meter di atas permukaan laut. Hasil terbaik untuk
budidaya caisin adalah di dataran tinggi. Megamendung merupakan daerah yang
bersuhu sejuk dan berada pada ketinggian yang tepat untuk menanam caisin
dengan hasil baik. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis lebih dalam
mengenai kemitraan antara petani caisin dengan PT Sayuran Siap Saji.

Masalah Penelitian
Kemitraan merupakan bentuk jalinan kerjasama antara dua pihak atau
lebih yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan bersama dan memberikan
kemudahan dalam menjalankan usaha. Kemitraan juga merupakan kerja sama
usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

4

menguntungkan. Kemitraan memiliki berbagai macam pola seperti pola waralaba,
pola inti plasma, pola subkontrak, pola keagenan, mitra dagang, mitra beli, dan
mitra tani. Khusus dalam bidang pertanian, sistem kemitraan yang biasa dilakukan
adalah mitra tani dan juga mitra beli. Sistem kemitraan pada penelitian ini adalah
kemitraan mitra tani antara petani sayuran khususnya petani caisin dengan
perusahaan berbasis agroindustri yaitu PT Sayuran Siap Saji, Bogor. Dari
beberapa komoditi, dipilih salah satu komoditi yang dianggap dapat mewakili
komoditi lainnya, yaitu caisin. Sistem mitra tani yang dilaksanakan oleh setiap
perusahaan tidak selalu sama, oleh karena itu menarik untuk diteliti lebih lanjut
bagaimana proses pelaksanaan pola kemitraan petani caisin dengan PT
Sayuran Siap Saji.
Pelaksanaan kemitraan pada perusahaan akan berpengaruh kepada
kelancaran sistem pengadaan, sistem penjualan, sistem pengolahan, maupun
sistem pemasaran. Kemitraan secara umum memberikan dampak positif kepada
pihak yang bermitra. Perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat merupakan
keputusan bersama tetapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.Petani
caisin yang menjadi mitra perusahaan memiliki kewajiban terntentu yang harus
dilaksanakan sesuai perjanjian dengan perusahaan. Dalam melaksanakan sistem
kemitraan mitra tani, dapat dilakukan suatu penilaian dalam kinerjanya. Penilaian
yang akan dibahas lebih mendalam pada penelitian ini mencakup nilai dalam
tingkat efektivitas, profesionalitas, dan potensi pengembangan. Efektivitas dinilai
dari bagaimana keefetivitasan kebijakan yang dibuat terhadap pelaksanaan
kemitraan, adanya konsultasi teknis dan non-teknis, adanya peran dan tanggung
jawab yang jelas antara pemberi modal yaitu perusahaan PT Sayuran Siap Saji
dan penerima modal yaitu petani caisin, serta adanya kesepakatan yang jelas dan
dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang menjalin kemitraan. Profesionalitas
diukur dari ada atau tidaknya hubungan yang profesionalitas antara perusahaan
dengan petani caisin serta apakah petani caisin dapat melakukan
tanggungjawabnya dengan baik sebagai petani mitra. Profesionalitas juga
ditunjukkan dengan sikap petani caisin yang mampu untuk tetap melaksanakan
kewajibannya meskipun menemui hambatan dalam proses produksi caisin.
Kemudian potensi pengembangan diukur dari komunikasi pengembangan
informasi bisnis yang dilakukan dari hal yang disebutkan tersebut dan potensi
berkembangnya jaringan usaha yang dimiliki. Oleh karena itu dapat diteliti lebih
lanjut mengenai bagaimana hubungan antara pelaksanaan kemitraan mitra
tani dengan penilaian kinerja petani mitra.
Penilaian kinerja dalam sistem kemitraan yang dilaksanakan oleh
perusahaan dengan petani caisin dapat menunjukkan indikasi adanya keberhasilan
dalam pelaksanaan kemitraan tersebut. Petani tidak dapat bekerja sendiri dalam
menjalankan perannya sebagai mitra tani, melainkan dalam satu tim yang mereka
bentuk sendiri dimana setiap individu dalam tim kerja tersebut akan membantu
petani mitra untuk menyelesaikan target hasil panen sesuai dengan perjanjian atau
kesepakatan yang telah dibuat dengan perusahaan. Pelaksanaan kemitraan ini akan
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi petani.
Kondisi tersebut meliputi kondisi sosial maupun kondisi ekonomi. Kondisi sosial
petani dapat dilihat dari bagaimana hubungan petani dengan petani lannya dalam
satu tim, hubungan kekohesivitasan atau kesolidan tim, mampu bekerja sama
dalam satu tim, serta hubungan petani satu dengan petani lainnya yang memiliki

5

usaha komoditas sejenis. Kemudian kondisi ekonomi dapat ditunjukkan oleh
adanya peningkatan omzet, keuntungan, serta penjualan hasil produksi yang
dirasakan petani. Oleh karena itu dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut
bagaimana hubungan antara penilaian kinerja dengan kondisi sosial dan
ekonomi petani mitra.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola kemitraan yang
terjadi antara petani caisin dengan PT Sayuran Siap Saji yang mencakup
hubungan antara mitra tani, penilaian kinerja, serta kondisi sosial dan ekonomi
petani di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kemudian,
tujuan khususnya ialah menjawab pertanyaan permasalahan, yakni:
1.
Mengetahui proses pelaksanaan pola kemitraan petani caisin dengan PT
Sayuran Siap Saji.
2.
Mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan kemitraan mitra tani dengan
penilaian kinerja petani mitra.
3.
Menganalisis hubungan antara penilaian kinerja dengan kondisi sosial dan
ekonomi petani mitra.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
penelitian mengenai pola kemitraan pertanian, penilaian kinerja, dan kondisi
sosial dan ekonomi yang ditimbulkan. Selain itu, penelitian ini dapat
menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai
pola kemitraan pertanian, penilaian kinerja, dan kondisi sosial dan ekonomi
yang ditimbulkan.
2.
Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan
dalam menganalisis pola kemitraan pertanian, penilaian kinerja, dan kondisi
sosial dan ekonomi yang ditimbulkan untuk membuat kebijakan terkait
kemitraan perindustrian.
3.
Bagi masyarakat khususnya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan mengenai pola kemitraan pertanian, penilaian
kinerja, dan kondisi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan
oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan prinsip saling
menguntungkan. Secara harfiah kemitraan diartikan sebagai suatu strategi bisnis
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan (Hafsah 2000). Pengertian kemitraan menurut Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka 8 “Kemitraan adalah
kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha
Besar disertai pembinaan dan Pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat,
dan saling menguntungkan”. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1997 tentang kemitraan, Pasal 1 angka 1 “Kemitraan adalah kerja sama usaha
antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan”.
Pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dapat dianggap sebagai
usaha yang paling menguntungkan (maximum social benefit), terutama ditinjau
dari pencapaian tujuan nasional jangka panjang. Oleh karena itu, di dalam
mengembangkan usaha industri bantuan dalam bentuk kemitraan usaha yang
diberikan oleh berbagai pihak, pemerintah maupun swasta sangatlah diperlukan
tidak hanya terbatas pada modal usaha tetapi penyuluhan maupun bimbingan dan
pengamanan pasar produknya. Prinsip dasar kemitraan adalah sukarela dan saling
memerlukan, kemitraan pada dasarnya harus terjadi secara alami dan tidak dapat
dianjurkan melalui moral situation atau dipaksakan oleh pihak eksternal.
Kemitraan dengan latar belakang moral situation hanya akan melahirkan
kemitraan seremonial yang tujuan dan targetnya hanya indah didengar. Setiap
individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pola kemitran,
tergantung disajikan dari berbagai sumber.

Karakteristik Kemitraan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah (1)
meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan
perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan
pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan
(6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Di samping itu, kemitraan harus
mengandung konsekuensi peningkatan nilai lebih pada semua elemen mulai dari
hasil, distribusi, dan pemasaran. Dengan kata lain, kemitraan seharusnya

8

mengandung makna kerjasama sinergi yang menghasilkan nilai tambah (Hafsah
2000).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemitraan
Unsur-unsur penting yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan kemitraan
sebagai faktor yang perlu diperhatikan untuk terlaksananya suatu kerjasama antar
badan usaha yang sehat dan bermanfaat adalah sebagai berikut:
1. Bargaining power suatu badan usaha, yang tercerminkan oleh kemampuan
internal badan usaha dan kekuatan yang berasal dari luar kemampuan
imternal tampak pada kemampuan badan usaha di bidang manajemen,
permodalan, aksesibilitas terhadap pasar dan penguasaan teknologi usah
atersebut. Sementara kekuatan yang diperoleh dari luar dapat berupa
kebijakan pemerintah yang bberkaitan dengan bidang usaha tertentu yang
menguntungkan posisi suatu badan usaha
2. Keutuhan/kepentingan masing-masing pihak yang bekerjasama sehingga
kerjasama berjalan secara efektif.

Kendala-Kendala Kemitraan
Pelaskanaan kemitraan seringkali menghadapi berbagai kendala. Menurut
Badan Agribisnis Departemen Pertanian 1995, hal-hal yang menjadi kendala
tercapainya kemitraan antara lain:
1. Adanya struktur pasar monopolistik, khususnya pada kerjasama agribisnis
yang mengharuskan petani untuk menjual seluruh hasil produksinya kepada
perusahaan mitra usahanya sehingga memberi peluang bagi perusahaan untuk
menekan harga produk tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan membentuk
organisasi petani dalam wadah koperasi.
2. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki petani sebagai pelaku usaha dalam
berbagai hal, seperti tingkat pendidikan yang rendah, kemampuan manajerial,
akses terhadap modal dan informasi yang rendah.

Bentuk-bentuk Kemitraan
Eko Nurmianto et. Al (2004) menyebutkan bahwa bentuk-bentuk
kemitraan adalah subkontrak, bapak angkat, vendor, waralaba, dan modal ventura.
Secara umum, bentuk realisasi kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan usaha
diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang
dimitrakan adalah sebagai berikut:
(1) Pola Inti Plasma.
Usaha Besar dan Usaha Menengah bertindak sebagai inti membina dan
mengembangkan Usaha Kecil sebagai plasma. Dalam program inti plasma ini
diperlukan keseriusan dan kesiapan, baik pada pihak usaha kecil selaku pihak
plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun
pada pihak usaha besar atau usaha menengah yang mempunyai tanggungjawab

9

sosial untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk
jangka panjang.
(2) Pola Subkontrak.
Pola subkontraktor adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan
antara usaha besar dengan usaha kecil atau menengah, dimana usaha besar sebagai
perusahaan induk (parent firma) meminta kepada usaha kecil atau menengah
selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan dengan
tanggung penuh pada perusahaan induk. Subkontrak juga merupakan praktek
bisnis dimana pihak yang menawarkan sub kontrak (kontraktor, perusahaan besar,
sebagai “bapak”) membutuhkan unit usaha, perusahaan lain (perusahaan sejenis
berukuran lebih kecil; perusahaan menengah-kecil) sebagai sub kontraktor untuk
mengerjakan secara utuh atau komponen (bagian-bagian dari suatu produk)
dengan prinsip jual-beli. Sistem tersebut tidak semata-mata hanya membeli
produk komponen/produk jadi, tetapi berdasarkan perjanjian kontrak (lebih
banyak bersifat tertulis) antara dua pihak dengan ketentuan spesifikasi produk
(desain, jumlah, mutu, harga, waktu dan lokasi penyerahan) yang telah disepakati
lebih dahulu.
(3) Pola Dagang Umum.
Pola Dagang Umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah
atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil
memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar
mitranya.
(4) Pola Keagenan.
Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, dimana pihak prinsipal
memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak
sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang
bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
(5) Pola Waralaba.
Pola Waralaba adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi
waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran
distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan
bimbingan manajemen.
Selain bentuk atau pola kemitraan di atas, terdapat pola kemitraan lain
yang dilaksanakan oleh beberapa perusahaan dan usaha yag lebih kecil sebagai
mitranya. Pola kemitraan tersebut adalah mitra tani serta mitra beli. Mitra tani
cenderung mirip dengan pola inti plasma. Usaha Besar dan Usaha Menengah
bertindak sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil sebagai
plasma. Diperlukan keseriusan dan kesiapan dalam program inti plasma ini, baik
pada pihak usaha kecil selaku pihak plasma yang mendapat bantuan dalam upaya
mengembangkan usahanya, maupun pada pihak usaha besar atau usaha menengah
yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk membina dan mengembangkan
usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang. Begitu juga yang terjadi
dengan mitra tani yang terjadi antara perusahaan dengan mitra tani nya.
Diperlukan keseriusan dan kesiapan baik pada petani maupun pada perusahaan
dalam kegiatan pengembangan usaha tani yang dilaksanakan. Pembinaan oleh
perusahaan juga dilakukan kepada petani selaku petani mitra.

10

Mitra Tani
Mitra tani merupakan salah satu bentuk kemitraan pertanian (contract
farming) yang dilakukan dengan melakukan kerjasama pemasokan bahan baku
disertai pemberian bibit sebagai awal modal penanaman. Bibit yang diberikan
akan dikembalikan pada setiap masa panennya. Selama proses penanaman bibit
sampai proses produksi, petani didampingi oleh penyuluh pertanian yang dapat
memberikan penyuluhan atau solusi mengenai permasalahan yang dihadapi oleh
petani terkait proses penanaman maupun pemanenan.
Puspitasari (2009) dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa kerjasama
yang terjalin antara PT. Pagilarang dengan petani kakao anggota Kelompok Tani
Ngupadikoyo lebih menekankan pada kerjasama penjualan hasil dan bimbingan
teknis, serta tidak dikuatkan dengan bentuk perjanjian karena petani kakao belum
memenuhi kuantitas yang diharapkan oleh perusahaan. Meskipun kerjasama tidak
diikat dalam suatu kontrak, petani kakao tetap menjalankan kerjasama kemitraan
dengan PT. Pagilarang. Perusahaan memberikan pelayanan kepada petani mitra
berupa bimbingan teknis, pembayaran secara tunai melalui kelompok tani,
pemberian bantuan pupuk organik, dan kemudahan penjualan karena petani cukup
menjual melalui kelompok tani selanjutnya pihak perusahaan yang akan
mengambil langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat bagi perusahaan adalah
mendapatkan pasokan biji kakao berfermentasi, menghemat biaya produksi, dan
bertambahnya mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Manfaat bagi petani
kakao mitra adalah mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga, bimbingan teknis
dan bantuan operasional. Berdasarkan hasil perhitungan secara regresi berganda
menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan
produktivitas kakao petani mitra. Hasil analisis usahatani membuktikan bahwa
adanya kemitraan antara PT Pagilarang dengan petani Kelompok Tani
Ngupadikoyo dapat meningkatkan penerimaan petani mitra, dimana penerimaan
petani mitra lebih besar apabila dibandingkan dengan penerimaan petani non
mitra.
Program PUAP yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian sejak dari
tahun 2008, pelaksanaannya melalui pendekatan dan strategi sebagai berikut :
Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada petani untuk membiayai usaha
ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam bentuk RUA (Rencana Usaha
Anggota), RUK (Rencana Usaha Kelompok) dan RUB (Rencana Usaha Bersama)
dalam menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan; Petani penerima manfaat
program PUAP tersebut harus mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada
Gapoktan sehingga dapat digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidahkaidah usaha simpan-pinjam; Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan
melalui pola simpan–pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota
gapoktan diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan
Mikro-Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan
(Linkages) dari perbankan/lembaga keuangan (Departemen Pertanian 2004).

11

Tanaman Caisin
Caisin atau caisim atau sawi (Brassica sinensis L.) merupakan sayuran
daun yang tumbuh di daerah panas maupun sejuk. Tanaman caisin terdiri dari dua
jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau. Tanaman ini bisa tumbuh baik pada
ketinggian 0 hingga 1200 meter dpl. Hasil terbaik untuk budidaya caisin adalah di
dataran tinggi. Namun kebanyakan petani melakukan budidaya caisin pada
ketinggian 100-500 meter dpl. Sayuran ini kaya akan kandungan pro vitamin A
dan asam askorbat (vitamin C). Sayuran daun ini seringkali digunakan sebagai
campuran pada berbagai jenis masakan ataupun jajanan seperti untuk campuran
mie bakso, nasi goreng atau capcay. Beberapa studi menyebutkan caisin
bermanfaat untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk.
Penyembuh penyakit kepala, membersihkan darah, memperbaiki fungsi ginjal,
serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Tidak seperti sayuran daun
lain, budidaya caisim relatif tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun dengan syarat drainase kebun tertata dengan baik dan area
tanaman tidak tergenang air.
Caisin termasuk sayuran daun yang digemari terutama bila ditanam di
dataran rendah. Hama yang sering menyerang adalah sejenis kutu dan walang
sangit yang bisanya menyebabkan daun caisin bolong-bolong. Selain kedua hama
tersebut, beberapa hama dan penyakit lain diantaranya ulat dan cacing bulu,
bercak daun, busuk basah, penyakit embun tepung, penyakit rebah semai, busuk
daun, busuk akar, dan virus mosaik. Beberapa penanganan pengendalian yang
bisa dilakukan apabila sudah mencapai batas ambang ekonomisnya yakni dengan
membuat larutan nabati yang terbuat dari kipait dan gadung yang dicampur
dengan sabun colek ataupun putih telur sebagai perekatnya. Larutan nabati ini
diencerkan dan disemprotkan pada tanaman secukupnya. Biasanya larutan ini
hanya bersifat mengusisr sementara saja. Penganan lainnya yakni dengan
melakukan penyiraman teratur supaya telur kutu ataupun walang sangit yang
menempel bisa terhanyutkan oleh air. Pengendalian hama dan penyakit yang
paling penting adalah menjaga supaya tanaman sehat dan tidak kekurangan
makanan. Karena jika badan tanaman tersebut sehat maka hama atau penyakitpun
tidak akan bisa menginvasi ataupun menginfeksi.
Membuat budidaya tanaman sehat tersebut adalah dengan menyediakan
banyak bahan organik di dalam tanah. Selain memberikan asupan unsur yang
beragam, bahan organik juga menyediakan makanan bagi para musuh alami
hama-hama yang menyerang tanaman. Budidaya caisin bisa dipanen setelah 20
hari bibit dipindahkan dari tempat penyemaian atau 40 hari dari awal. Caisin
dapat dihasilkan sebanyak 20 ton/hektar. Caisin dipanen dengan cara dicabut
kemudian cuci dan bersihkan bagian akarnya dari tanah atau lumpur. Setelah
dipanen, biasanya caisin disortasi dengan cara mencabuti bagian daun yang rusak.
Kemudian caisin diikat bagian akarnya, dan digabungkan dengan yang lain lalu
diikat dengan tali bambu.

12

Konsep Penilaian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan. Penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang
sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu
kelompok. Penilaian keberhasilan kinerja suatu lembaga dapat mengacu pada
pencapaian sasaran dan tujuan. Menurut hasil penelitian pada Jurnal Perumusan
Strategi Kemitraan Menggunakan Metode AHP dan SWOT (Studi Kasus pada
Kemitraan PT. INKA dengan Industri Kecil Menengah di Wilayah Karesidenan
Madiun) oleh Nurmianto dan Nasution (2004), penilaian kinerja dari suatu model
atau pola kemitraan terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan yaitu
efektivitas, profesionalitas, pola pembinaan, pola pengawasan, modal yang
disalurkan, potensi pengembangan, dan prosedur birokarsi yang ada.
Efektivitas dinilai dari bagaimana keefektivitasan kebijakan yang dibuat
terhadap pelaksanaan kemitraan, adanya konsultasi teknis dan non-teknis, adanya
peran dan tanggung jawab yang jelas antara pemberi dana dan penerima dana.
Profesionalitas dapat diukur dengan meninjau ada atau tidaknya hubungan yang
profesionalitas serta apakah pihak yang berkaitan hanya melaksanakan program
saja ataukah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan kemitraan. Pola pembinaan
diukur dari pelaksanaannya, hanya sekedar melaksanakan himbauan pemerintah
saja atau ada laporan secara berkala yang jelas terhadap pelaksanaan pembinaan.
Pola pengawasan dilihat dari kuat atau lemahnya pengawasan yang dilakukan.
Modal yang disalurkan terkait dengan kredit dan pola pengembangan bisnis.
Potensi pengembangan diukur dari komunikasi pengembangan informasi bisnis
yang dilakukan. Sedangkan prosedur birokrasi dilihat dari panjangnya rantai
birokrasi dan hubungan yang sinergis terkait dengan pencairan dana.
Menurut Handoko (2000), penilaian kinerja dapat digunakan untuk
perbaikan kinerja, umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan,
manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka
untuk meningkatkan prestasi; Penyesuaian-penyesuaian gaji, evaluasi kinerja
membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah,
pemberian bonus dan bentuk gaji lainnya; keputusan-keputusan penempatan,
promosi dan mutasi biasanya didasarkan atas kinerja masa lalu. Promosi sering
merupakan bentuk penghargaan terhadap kinerja masa lalu; Perencanaan
kebutuhan latihan dan pengembangan, kinerja yang jelek mungkin menunjukkan
perlunya latihan. Demikian juga sebaliknya, kinerja yang baik mungkin
mencerminkan potensi yang harus dikembangkan; Perencanaan dan
pengembangan karier, umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan
karir, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti; Penyimpanganpenyimpangan proses staffing, kinerja yang baik atau buruk adalah mencerminkan
kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia; Melihat
ketidakakuratan informasional, kinerja yang buruk mungkin menunjukkan
kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sumber daya
manusia atau komponen-komponen lain, seperti sistem informasi manajemen.
Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan
keputusan-keputusan personalia yang tidak tepat; Mendeteksi kesalahankesalahan desain pekerjaan, kinerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda
kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa

13

kesalahan-kesalahan tersebut; Menjamin kesempatan yang adil, penilaian kinerja
yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil
tanpa deskriminasi; dan melihat tantangan-tantangan eksternal, terkadang prestasi
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti
keluarga, kesehatan dan masalah-masalah pribadi lainnya. Berdasarkan penilaian
kinerja, departemen personalia memungkinkan untuk menawarkan bantuan.
Penilaian kinerja menurut Menpan (2013), soft competencies yang harus
diukur adalah sikap yang siap melayani, disiplin, komitmen, integritas, kerjasama,
dan kepemimpinan. Hal tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan sebagai
bentuk sikap dan perilaku kerja agar tercapainya kesusksesan dalam bekerja.
Kemudian berikutnya adalah hard competencies yang merupakan kepandaian dan
keahlian atau keterampilan agar mampu bekerja. Hard competencies mencakup
technical skills yang berarti profesional dalam bidang teknis serta managerial
skills berupa profesional dalam perencanaan, implementasi, monitoring, serta
evaluasi. Outcome dan output menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
penilaian kinerja ini. Output merupakan target individual yang harus dicapai
dalam melaksanakan tugas. Outcome merupakan hasil atau akibat yang dicapai
atau diraih setelah output diperoleh.
Penelitian menggunakan tiga indikator dalam penilaian kinerja, yaitu
berupa efektivitas, profesionalitas, serta potensi pengembangan. Efektivitas
kebijakan yang dibuat terhadap pelaksanaan kemitraan dapat berpengaruh pada
keberlanjutan sistem kemitraan dan juga berdampak pada kondisi ekonomi dan
sosial petani. Selain itu, adanya konsultasi baik secara teknis maupun non teknis
serta peran dan dan tanggungjawab yang jelas dan nyata antara petani dan
perusahaan menjadi penilaian tersendiri terhadap penilaian kinerja pada kemitraan
ini. Profesionalitas dapat ditinjau dari adanya hubungan yang profesional antara
petani dengan perusahaan, adanya pelaksanaan tanggungjawab dan pemberian hak
petani selaku pihak yang dijadikan mitra, serta pelaksanaan hak dan kewajiban
perusahaan selaku industri atau perusahaan yang membuka peluang pihak lain
untuk bermitra. Kemudian pada aspek potensi pengembangan, dapat ditinjau
apakah petani dapat mengembangkan jaringan usahanya ke arah yang positif atau
mungkin sebaliknya. Potensi ini dapat berkembang baik pada segi ekonomi
maupun sosial.

Sosial dan Ekonomi Petani
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam
organisasi. Menurut Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang
dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber
daya. Setiap kemitraan yang dijalankan oleh dua pihak atau lebih memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapai oleh masing-masing pihak yang terlibat.
Kemitraan yang dijalankan juga memiliki dampak tertentu kepada pihak
yang menjalin kemitraan. Dampak kemitraan dapat dirasakan pada kondisi sosial
dan ekonomi baik dari pihak perusahaan maupun pihak petani mitra. Kajian

14

mengenai sosial ekonomi masyarakat dilakukan untuk mengetahui dampak
kemitraan terhadap sosial ekonomi masyarakat dan harapan masyarakat terhadap
kemitraan. Dampak sosial ekonomi kemitraan tersebut bisa berupa dampak positif
maupun dampak negatif pada hubungan kemitraan yang telah berlangsung
(Ardiansyah 2010).
Dampak kemitraan terhadap kondisi sosial dapat dilihat dari adanya
hubungan kekerabatan antara pihak mitra satu dengan yang lainnya, adanya
perluasan jaringan kerjasama dengan industtri sejenis lainnya, adanya hubungan
kekohesivitasan baik antar mitra, antar perusahaan, ataupun antara perusahaan
dengan mitra. Dampak kemitraan terhadap kondisi ekonomi dapat dilihat dari
adanya peningkatan penjualan, keuntuingan, maupun omzet perusahaan. Dampak
kemitraan pada kondisi ekonomi juga dapat dilihat dari kelancaran proses
produksi, distribusi, penjualan, maupun pemasaran yang dilakukan oleh pihak
perusahaan.

Kerangka Pemikiran
Industrialisasi tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga di
pedesaan. Kegiatan industri memerlukan kerjasama antar kelompok industri yang
biasa disebut sebagai hubungan kemitraan. Bentuk kemitraan dalam sistem
pertanian disebut juga contract farming dimana kemitraan yang terjalin pada
penelitian ini adalah mitra tani. Kemitraan tersebut akan berhubungan dengan
penilaian kinerja. Penilaian kinerja kemitraan dapat dilihat dari Efektivitas
hubungan kemitraan, Profesionalitas, dan Potensi Pengembangan.
Efektivitas hubungan kemitraan dapat diketahui dari ketepatan penentuan
kuota produk yang dipesan, komunikasi dan informasi mengenai produksi dan
pemasaran, dan pengawasan penggunaan modal, dan lain-lain. Profesionalitas
merupakan keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana
dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah
dipahami dan diikuti. Potensi pengembangan juga merupakan bagian dari
penilaian kinerja yang diperoleh dari sistem kemitraan ini. Penilaian kinerja dari
pelaksanaan kemitraan berhubungan dengan kondisi sosial dan ekonomi petani
mitra. Oleh karena itu, kerangka pemikiran yang diusulkan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:

15

Pola Kemitraan
Mitra Tani

Penilaian Kinerja
 Efektivitas
 Profesionalitas
 Potensi Pengembangan

Kondisi Sosial Ekonomi Petani
 Sosial
 Ekonomi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: berhubungan

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu hipotesis pengarah dan
hipotesis uji. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis pengarah
yang diperoleh ialah:
1. Mitra tani yang dilaksanakan berhubungan dengan penilaian kinerja
kemitraan.
2. Penilaian kinerja pada kemitraan berhubungan dengan kondisi sosial dan
ekonomi petani mitra.
Dari hipotesis pengarah di atas lalu diperoleh hipotesis uji sebagai berikut: