Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)

Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)

DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda
citrifolia) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Daniel Rolas Surung Nainggolan
NIM G84080012

ABSTRAK
DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN. Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia). Dibimbing oleh
MARIA BINTANG dan EMAN KUSTAMAN.
Penelitian terkait khasiat dari buah mengkudu telah banyak dilakukan dan
menunjukkan efektivitas buah mengkudu sebagai antioksidan. Namun inovasi dan
penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas dan
pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh proses nanokapsulasi ekstrak mengkudu dengan kitosan
sebagai agen penyalut terhadap aktivitas antioksidannya. Ekstrak mengkudu
dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut etanol dan air. Nanokapsul ekstrak
mengkudu dibuat dengan cara mengurai kitosan menjadi nanokitosan dengan
metode gelasi ionik. Nanokapsul yang dihasilkan mampu menyalut ekstrak
mengkudu, mempunyai fasa amorf, berukuran 32.37-9774.96 nm untuk
nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air, dan 85.14-281.91 nm untuk

nanokapsul dengan ekstrak pelarut etanol, dan memberikan efek pelepasan
berkala sehingga mampu memperpanjang daya tahan obat.
Kata kunci: Mengkudu, nanokapsul, antioksidan.
ABSTRACT
Research and innovation on mengkudu (Morinda citrifolia) extract is needed to
increase the efectivity of it’s function as antioxidant. Therefore, mengkudu extract
nanocapsule technology was researched for development of mengkudu as
antioxidant source. The purpose of this research was to analyzed the influence of
mengkudu extract nanocapsulation process to their antioxidant activity with
chitosan as the coating agent. Mengkudu extract nanocapsule was made by ionic
gelation method. Mengkudu extract nanocapsules were in amorphic phase and the
in the size range of 89.15-9774.96 nm for water extraction and 48.99-192.03 nm
for ethanol extraction. However, nanocapsulation gave a controlled release effect.
Keywords: Mengkudu, nanocapsule, antioxidant.

Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia)

DANIEL ROLAS SURUNG NAINGGOLAN


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

pイヲッGiセョャ@

Judu

⦅BイZ

⦅セ


Nama

NIM

セLIサ

Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak
(Morinda citrifolia)
Ro las Surung Nainggolan
、 オ@
QャR@

Disett;jui oleh

Pro f. Dr . ..:
Pe . .

---

Bintang, MS

_ .. g I

If. Eman K ustaman
Pembimbing II

.Sc

Tanggal Lulus:

I

8 FEB 2014

Judul Skripsi : Pengaruh Nanokapsulasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Mengkudu (Morinda citrifolia)
Nama
: Daniel Rolas Surung Nainggolan
NIM
: G84080012


Disetujui oleh

Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS
Pembimbing I

Ir. Eman Kustaman
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Made Artika M.App.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik hasil penelitian ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. drh. Maria Bintang,

MS selaku pembimbing utama serta Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing
kedua atas segala kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan bagi penulis selama menulis penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dari penulis sendiri, Bapak R.
Nainggolan dan Ibu S.H. Sitorus atas doa dan dukungannya kepada penulis.
Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada adik-adikku
Naomi, Tesalonika, Maria, dan Timotius atas segala kasih sayang, dukungan, dan
doa bagi penulis. Terimakasih penulis ucapkan kepada Elvita, Ihsan, dan Ira yang
telah bersama-sama membantu penulis secara langsung dalam penelitian ini.
Kepada para analis di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) antara lain ibu Nunuk, ibu
Salinah, kak Antonio dan mas Endi. Terimakasih pada Meilida, Idho, serta kepada
teman-teman sesama mahasiswa Biokimia 45 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat digunakan untuk
perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Penulis mengharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, November 2013
Daniel Rolas Surung Nainggolan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE
Bahan


2

Alat

2

Metode Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

4

Pembahasan

7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

25


DAFTAR TABEL
1 Nilai IC50 ekstrak mengkudu dan nanokapsul ekstrak mengkudu
2 Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik kitosan dan nanokapsul
ekstrak mengkudu

7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Hasil analisis FTIR mengkudu, nanokapsul, dan kitosan
2 Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air
3 Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol

5
6
6

DAFTAR LAMPIRAN
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol mengkudu
Hasil analisis PSA nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol
Hasil Analisis PSA nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air

13
14
17
20

PENDAHULUAN
Mengkudu mudah tumbuh pada berbagai lahan dan iklim dengan
penyebaran dari dataran rendah hingga 1.500 m di atas permukaan laut.
Mengkudu bahkan mampu tumbuh di kondisi tanah yang ekstrim seperti pada
celah lava yang mengeras (Nelson 2006) sehingga budidaya mengkudu tergolong
lebih mudah. Banyak penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa buah mengkudu
dapat mengobati beberapa penyakit degeneratif seperti diabetes, kanker dan
tumor. Selain penyakit degeneratif tersebut mengkudu juga dapat mengobati
tekanan darah tinggi, radang ginjal, radang empedu, disentri, liver, cacingan,
artritis, dan sakit perut (Wang and Su 2001). Mengkudu juga mempunyai khasiat
sebagai antioksidan yang baik. Dalam penelitian Opiniwati, 2006 mengkudu
mampu mengurangi bilangan asam, peroksida, dan TBA dalam minyak goreng
bekas pakai. Mengkudu bahkan diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang
lebih baik dari vitamin E (Rohman et al 2006), namun pemanfaatan mengkudu
sebagai antioksidan memang masih jarang, hal tersebut lebih dikarenakan bau
mengkudu yang tidak enak, dan teknik pemanfaatannya yang masih konvensional
seperti jus, sari buah, atau dalam bentuk kapsul. Mengkudu biasanya
dimanfaatkan dengan meminum jus buah mengkudu yang sudah matang, namun
akibat baunya yang menyengat khasiat mengkudu jarang dimanfaatkan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pemanfaatan
mengkudu secara efisien namun dengan tetap menjaga khasiat alami dari buah
mengkudu tersebut.
Teknologi nanokapsulasi dipilih sebagai inovasi dalam pemanfaatan
mengkudu dalam penelitian ini. Tujuan utama proses nanokapulasi dalam sistem
pengantar obat adalah untuk mengatur ukuran partikel, sifat-sifat permukaan, dan
pelepasan zat aktif pada tempat yang spesifik di dalam tubuh sebagi sasaran
pengobatan (Rachmania 2011). Saat ini, teknologi ini sedang banyak digunakan
dan diteliti dalam pengembangan obat dan suplemen. Sehingga teknologi
nanokapsulasi dipilih dalam pemanfaatan ekstrak mengkudu sebagai antioksidan.
Nanokapsul adalah partikel berukuran nanometer yang tersusun atas dinding tipis
dari polimer yang menyelimuti material inti berbentuk cairan atau padatan dengan
diameter mulai dari 10 sampai 1000 nm. Dalam sistem pengantaran obat,
nanokapsul berperan sebagai pembawa (carrier) dengan cara melarutkan,
menjebak, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya. Barubaru ini, nanopartikel yang berasal dari bahan polimer digunakan sebagai sistem
pengantaran obat yang potensial karena kemampuan penyebarannya di dalam
organ tubuh selama waktu tertentu, dan kemampuannya untuk mengantarkan
protein atau peptida (Mohanraj dan Chen 2006).
Kitosan dipilih sebagai coating agent untuk diuji potensinya sebagai inovasi
dalam pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan. Pemilihan kitosan yang
merupakan hasil pengolahan kitin yang biasa diperoleh dari limbah udang sebagai
coating agent karena sifatnya yang biodegradable, dan mempunyai efek
antibakteri (Jazuli 2011) sehingga mampu menambah daya simpan sediaan
nanokapsul. Kitosan sendiri sudah mulai banyak digunakan sebagai pengawet
dalam bahan makanan seperti tahu (Hardjito 2006) dan bahan pengkelat logam
berat (Suptijah 2006) penggunaan kitosan juga ditujukan untuk mengurangi

2
limbah kulit udang dan kepiting yang merupakan bahan dasar dari pembuatan
kitosan.
Proses nanokapsulasi ekstrak mengkudu dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kemampuan ekstrak berikatan dengan kitosan, dan proses pengadukan.
Oleh sebab itu dilakukan karakterisasi untuk menganalisis hasil dari proses
nanokapsulasi yang meliputi analisis ukuran partikel dengan Particle Size
Analyzer (PSA), analisis derajat kristalinitas dengan X-Ray Difractometry (XRD),
dan analisis gugus fungsi dengan Fourier Transform Infra Red Spectrometer
(FTIR), kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan
akan dianalisis perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu sebelum dan
sesudah melalui proses nanokapsulasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa
pengaruh nanokapsulasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu.
Hipotesis dari penelitian ini adalah melalui proses nanokapsulasi dapat dihasilkan
nanokapsul ekstrak mengkudu yang mampu memberikan efek pelepasan berkala
(control release) meningkatkan daya tahan aktivitas antioksidan mengkudu dan
menjadi inovasi baru dalam pemanfaatan mengkudu sebagai antioksidan.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah wadah untuk maserasi, timbangan, kertas
saring, corong, gelas piala 500 mL, pipet mikro, pipet volumetrik, tip pipet,
Particle Size Analyzer, X-Ray Difractometer, Fourier Transform Infra Red
Spectroscopy , ELISA reader, labu Erlenmeyer, labu takar, dan Spray dryer
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain buah mengkudu
kering yang diperoleh dari kebun Pusat Studi Biofarmaka-Cikabayan,
Tripolifosfat (TPP), etanol 95%, aquades, kitosan, tween 80, reagen DPPH.

Metode Penelitian
Ekstraksi Buah Mengkudu
Ekstraksi dilakukan dengan cara menghaluskan simplisia buah mengkudu
dengan blender, kemudian direndam dengan dua macam pelarut dengan
perbandingan simplisia dan pelarut 1:10. Pelarut yang digunakan adalah air, dan
etanol 95%.. Masing-masing direndam dengan pelarut selama enam jam sambil
diaduk kemudian didiamkan selama 24 jam. setelah direndam selama 24 jam,
maserat dipisahkan dengan cara disaring dengan kain kasa. Proses dilakukan
sebanyak dua kali, maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan
rotary evaporator (BPOM 2004).
Pembuatan Nanokapsul
Pembuatan gel kitosan dilakukan dengan melarutkan kitosan sebanyak 1.5
gram dalam 50 mL asam asetat 1%. Campuran dihomogenkan dengan magnetic
stirrer kecepatan 1500 rpm. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml
selama 1 jam. Pembentukan nanopartikel dilakukan melalui tahap emulsifikasi

3
dengan penambahan 50 mikroliter tween 0.1%, dengan sprayer sambil diaduk
terus-menerus selama 30 menit untuk memperkecil ukuran, selanjutnya stabilisasi
dengan 100 mL larutan tripoliposfat 0.1 % sambil terus diaduk. Penambahan
tripoliposfat dilakukan setetes demi setetes dan diaduk selama 30 menit dimulai
ketika seluruh tripoliposfat telah habis. Tambahkan ekstrak mengkudu sebanyak
1.5 gram dan diaduk selama 10-15 menit sampai homogen sehingga dihasilkan
larutan nanokapsul mengkudu. Pengeringan dilakukan dengan cara spray drying,
diperoleh kitosan nanopartikel dan siap untuk tahap karakterisasi (BPPT 2010).
Analisis Particle Size Analyzer (PSA)
Larutan nanokapsul mengkudu yang belum dikeringkan dengan spray dryer
sebanyak 2-3 tetes dianalisis menggunakan instrumen PSA (Particle size
Analyzer) untuk mengetahui distribusi ukuran partikel. Sampel yang masih berupa
larutan diteteskan perlahan dengan menggunakan pipet tetes. Indikator pada PSA
akan menunjukkan warna hijau jika sampel yang diteteskan sudah cukup. Setelah
indikator berwarna hijau akan muncul peak pada layar. Hal tersebut menunjukkan
bahwa PSA sudah mulai menganalisis sampel. Setelah sampel selesai dianalisis
maka hasil akan keluar dan tersimpan dalam folder. Analisis dilakukan pada suhu
25oC, dengan pelarut air, indeks bias sebesar 1.36, derajat viskositas sebesar 1.074
cP. Hasil analisis yang diperoleh berupa grafik distribusi ukuran partikel dari
sampel (Kim et al. 2006).
Analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)
Sebanyak 2 mg sampel nanokapsul dicampur dengan 100 mg KBr untuk
dibuat pellet dengan pencetak vakum. Pellet yang terbentuk dikenai sinar infra
merah pada panjang gelombang 4000 – 400 cm-1. Latar belakang penyerapan
dihilangkan dengan cara pellet KBr dijadikan satu pada setiap pengukuran
(Kencana 2009).
Analisis difraksi sinar-X (XRD)
Sebanyak 200 mg sampel dicetak langsung pada aluminium berukuran 2 x
2.5 cm dengan menggunakan perekat. Derajat kristalinitas ditentukan dari hasil
pembacaan dengan sumber sinar dari tembaga pada panjang gelombang 1.5406 A.
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan literatur (Kencana 2009).
Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH
Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 5 mL etanol absolut (200 ppm).
Larutan dibuat dalam dua golongan, tanpa dan dengan DPPH. Larutan
ditambahkan DPPH kemudian diinkubasi selama 30 menit di ruangan gelap.
Selanjutnya aktifitas antioksidan dibaca dengan instrumen microplate reader
dengan panjang gelombang 517 nm. Setiap sampel diukur aktifitas antioksidannya
sebanyak tiga kali ulangan (Udenigwe et al 2009). Nilai IC50 (Inhibition
Concentration 50) dihitung berdasarkan perhitungan selisih absorbans dari
kelompok yang ditambahkan DPPH dan yang tidak ditambahkan DPPH,
kemudian ditentukan nilai % Radical Scavenging. Nilai IC50 dihitung dari
persamaan linier grafik hubungan nilai absorban dan % Radical Scavenging.
Rumus Menentukan % Radical Scavenging:
% Radical scavenging = (1- ((As-Asb)/(Ac-Acb))) x 100

4
Keterangan:
AC = Absorbansi blanko ditambahkan DPPH
As = Absorbansi sampel ditambahkan DPPH
Asb = Absorbansi sampel tanpa DPPH
Acb = Absorbansi blanko tanpa DPPH

HASIL
Ekstraksi Mengkudu
Ekstraksi menggunakan dua jenis pelarut, yaitu air dan etanol 95%. Bobot
simplisia mengkudu yang digunakan untuk masing-masing pelarut sebesar 350
gram. Ekstraksi dengan pelarut air menghasilkan ekstrak sebanyak 77.6 gram
dengan rendemen sebesar 22.16%. Esktraksi dengan pelarut etanol 95%
dihasilkan ekstrak sebanyak 65.3 gram dengan rendemen sebesar 18.65%.

Distribusi Ukuran Partikel Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Analisis untuk mengetahui distribusi ukuran partikel nanokapsul ekstrak
mengkudu menggunakan instrumen Particle Size Analyzer (PSA). Analisis
menggunakan PSA dipilih karena mampu mendeteksi distribusi ukuran partikel
dalam bentuk emulsi dan larutan, dan dalam analisisnya partikel terdispersi ke
dalam media dan mencegah terjadinya penggumpalan dan agregarsi partikel
(Helmiyati 2009). Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya
menggunakan metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan
dengan metode kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan
analisa gambar. Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan
submicron yang biasanya memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi. Hal ini
dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media sehingga partikel tidak saling
beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukuran partikel yang terukur
adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran dalam bentuk
distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah menggambarkan
keseluruhan kondisi sampel (Kim et al 2006).
Hasil analisis menunjukkan bahwa nanokapsul ekstrak dengan pelarut air
mempunyai ukuran terbesar 9774.96 nm dan ukuran terkecil 89.15 nm, dengan
rata-rata distribusi partikel sebesar 192.03 nm. Sedangkan dengan pelarut etanol
diperoleh partikel dengan ukuran terbesar sebesar 338.93 nm dan partikel terkecil
memiliki ukuran 48.99 nm dengan rata-rata distribusi partikel sebesar 152.89 nm.

Gugus Fungsi Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Untuk mengetahui keberadaan ekstrak mengkudu dalam penyalut kitosan
digunakan analisis dengan instrument Fourier Transform Infra Red Spectrometer
(FTIR). Analisis didasarkan pada penyerapan sinar merah oleh molekul penyusun
dalam suatu senyawa. Gugus fungsi suatu senyawa akan menyerap frekuensi sinar
merah yang sama dengan vibrasi gugus tersebut, sehingga frekuensi sinar yang

5
diserap dapat menentukan jenis gugus fungsi dan senyawa yang terdapat dalam
sampel. Hasil analisis yang dihasilkan berupa grafik dan nilai panjang gelombang
yang terdeteksi. Sampel kitosan, nanokapsul ekstrak mengkudu air, dan
nanokapsul ekstrak mengkudu etanol dianalisis dan dibandingkan hasil data FTIR
masing-masing sampel.
Grafik berwarna merah menunjukkan hasil analisis ekstrak mengkudu,
grafik berwarna hijau menunjukkan hasil analisis nanokapsul ekstrak mengkudu
dengan pelarut air, grafik berwarna biru menunjukkan hasil analisis nanokapsul
ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol, dan grafik berwarna hitam menunjukkan
hasil analisis kitosan.

Gambar 4. Hasil analisis FTIR kitosan

Gambar 4. Hasil analisis FTIR nanokapsul ekstrak air

Gambar 5. Hasil analisis FTIR nanokapsul ekstrak air

Gambar 1. Hasil analisis dengan FTIR ekstrak mengkudu, nanokapsul, dan
kitosan

6
Derajat Kristalinitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Penentuan derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu diperlukan
untuk mengetahui fasa materi dari sampel. Fasa materi ada dua jenis, yaitu fasa
kristal dan amorf. Nilai derajat kristalinitas diperoleh melalui analisis dengan X
Ray Difractometer (XRD). Hasil analisis berupa grafik dengan puncak (peak)
kecil dan nilai derajat kristalinitas sampel. Fasa sampel akan ditentukan melalui
derajat difraksi dan derajat kristalinitas. Hasil pengujian menunjukkan derajat
kristalinitas nanokapsul ekstrak etanol dan air masing-masing sebesar 35.22% dan
34.83%.

Gambar 2. Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut air

Gambar 3. Derajat kristalinitas nanokapsul ekstrak mengkudu pelarut etanol
Uji Aktivitas Antioksidan Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk menguji efektivitas proses
nanokapsulasi terhadap aktivitas antioksidan yang terdapat pada mengkudu. Uji
aktivitas antioksidan dilakukan dengan microplate dan dibaca dengan mikroplate
reader pada panjang gelombang 517 nm.

7
Tabel 1. Nilai IC50 Ekstrak mengkudu dan Nanokapsul ekstrak mengkudu
Nilai IC50
(Inhibition
Ekstrak
Concentration Etanol
50) dan
waktu
inkubasi
Nilai IC50
154.0446
(ppm)
30 menit

Ekstrak Air

Jenis Sampel
Nanokapsul Nanokapsul
Ekstrak
Ekstrak Air
Etanol

Asam
Askorbat
(Kontrol
Positif)

340.8684

48705.13

13322.59

6.8495

Nilai IC50
(ppm)
60 menit

-

-

6192.021

9136.522

-

Nilai IC50
(ppm)
90 menit

-

-

449.8407

1244.319

-

PEMBAHASAN
Ekstraksi Mengkudu
Ekstraksi adalah suatu proses transfer solut dari satu fase ke fase yang baru.
Berdasarkan cara ekstraksi, proses ekstraksi dibagi menjadi empat jenis
diantaranya maserasi, perkolasi, refluks, dan sokhlet. Metode maserasi dipilih
karena metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya efektif, praktis,
aman, dan ekonomis. Selain itu, metode maserasi juga dapat memperkecil
kerusakan sampel dan zat aktif, karena metode ini tidak menggunakan panas
sebagai katalisator dan tidak terjadi penguapan pada saat ekstraksi berlangsung
(Hwang et al 2000). Pemilihan pelarut didasari oleh pemanfaatan mengkudu yang
umum digunakan. Pelarut air dipilih berdasarkan cara pemanfaatan mengkudu
yang dilakukan secara tradisional, yaitu dengan cara dibuat jus atau dikeringkan
lalu direbus dengan air. Sedangkan pemilihan pelarut etanol didasari oleh cara
ekstraksi mengkudu yang dianjurkan BPOM. Etanol merupakan pelarut yang
umum digunakan dalam ramuan jamu dan obat fitofarmaka karena dinilai lebih
aman, tidak beracun dan mampu menarik senyawa bioaktif dengan lebih murni
(Darusman et al 2001). Berdasarkan persentase rendemen, ekstraksi dengan
pelarut air lebih besar. Pelarut air mampu menarik senyawa aktif mengkudu lebih
banyak dari pelarut etanol. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh banyaknya
senyawa aktif pada mengkudu yang bersifat polar dan lebih mudah terlarut di
dalam air, sehingga presentase rendemen ekstrak dengan pelarut air lebih besar
dibandingkan ekstraksi dengan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh berbentuk
padat karena telah dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak yang diperoleh
selanjutnya akan disalut dengan kitosan dan dibuat menjadi nonkapsul untuk
selanjutnya dilakukan analisis karakterisasi dan pengujian aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH.

8
Distribusi Ukuran Partikel Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Hasil analisis PSA menunjukkan ukuran partikel dan distribusi ukuran
antara nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol dan air. Ukuran dan
jarak distribusi ukuran partikel nanokapsul yang diekstrak dengan pelarut etanol
lebih kecil daripada nanokapsul yang diekstrak dengan pelarut air. Hal tersebut
bisa disebabkan karena senyawa yang diekstrak dengan pelarut etanol berikatan
lebih baik dengan kitosan sebagai coating agent dibandingkan senyawa yang di
ekstrak menggunakan pelarut air. Besarnya jarak atau range distribusi ukuran
suatu partikel dapat dilihat dari nilai PdI (Polydispersity Index).
Berdasarkan nilai PdI, distribusi ukuran partikel dapat dibedakan menjadi
monodisperse dan polydisperse. Monodisperse menunjukkan bahwa jarak
distribusi ukuran partikel yang terdapat dalam suatu sampel lebih sempit dan
sebaran ukuran lebih merata. Sedangkan polydisperse menunjukkan bahwa jarak
distribusi ukuran partikel suatu sampel tergolong lebar dan ukuran partikel lebih
beragam. Jarak distribusi ukuran partikel dalam suatu sampel dapat dikatakan
monodisperse jika nilai PdI kurang dari 0.1 (Ahmed et al 2003). Nilai PdI yang
didapat melalui analisis dengan instrument PSA adalah sebesar 0.032 untuk
nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol dan 1.717 untuk nanokapsul
ekstrak mengkudu dengan pelarut air. Nilai PdI di bawah 0.1 menunjukkan
besarnya distribusi ukuran pada nanokapsul ekstrak dengan pelarut etanol lebih
sempit dan tergolong monodisperse, sedangkan nanokapsul ekstrak dengan
pelarut air mempunyai nilai PdI di atas 0.1 tergolong polydisperse. Lebarnya jarak
distribusi ukuran partikel pada nanokapsul ekstrak dengan pelarut air dapat terjadi
akibat senyawa aktif dalam ekstrak mengkudu dengan pelarut air tidak mampu
berinteraksi dengan baik terhadap kitosan sebagai coating agent dan menimbulkan
efek aglomerasi lebih besar dibandingkan ekstrak dengan pelarut etanol.
Gugus Fungsi Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Analisis gugus fungsi dilakukan dengan FTIR, spectrum inframerah terletak
pada daerah dengan panjang gelombang 12.800 sampai 10 -7. Aplikasi
spektroskopi inframerah sagat luas, baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Kegunaan yang paling penting adalah untuk identifikasi senyawa
organik, karena spektrumnya sangat kompleks dan mempunyai cirri yang khas,
artinya kecil kemungkinan dua senyawa mempunyai spectrum yang sama
(Bintang 2010). Hasil analisis gugus fungsi dengan Fourier Transform Infra-Red
Spectroscopy (FTIR) berupa pola spectrum yang khas untuk kemudian di analisis
untuk mengetahui gugus fungsi apa yang terkandung dalam sampel yang
dianalisis. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan data FTIR dari masingmasing sampel. Komponen senyawa dari ekstrak mengkudu dan kitosan akan
dibandingkan dengan komponen senyawa yang terdapat pada nanokapsul ekstrak
mengkudu. Ekstrak mengkudu mempunyai senyawa khas xeronine dengan gugus
fungsi yang khas yaitu gugus C-H, N-H, C-O dan –OH, yang terdeteksi pada
nanokapsul ekstrak mengkudu. Analisis dengan FTIR juga menunjukkan gugus
O-H dan N-H yang merupakan gugus fungsi khas kitosan. Pada nanokapsul
ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol maupun air, spektrum khas yang
dihasilkan hampir sama. Masing-masing terdeteksi gugus C-H, N-H, C-O, dan

9
gugus O-H. Namun pada nanokapsul ekstrak etanol terdeteksi gugus C=C yang
merupakan struktur khas cincin pada senyawa aromatik. Senyawa aromatik yang
terdapat pada mengkudu adalah antrakuinon dan skolopetin yang merupakan zat
antibakteri pada mengkudu (Sarida 2010). Senyawa tersebut terlarut dalam etanol
dan tidak larut dalam pelarut air sehingga tidak terdeteksi pada ekstrak kasar
mengkudu dan nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut air.
Tabel 2. Bilangan gelombang gugus fungsi spesifik kitosan dan nanokapsul
ekstrak mengkudu.
Gugus Fungsi
Khas

Ekstrak
Mengkudu

Regang –OH
3402.56
Regang N-H
1627.70
Regang C=C (
aromatik)
Lentur C-H
1417.09
Lentur C-O
1242.36

3363.54
1573.46
-

Bilangan gelombang (cm-1)
Nanokapsul Nanokapsul
ekstrak air
ekstrak
etanol
3397.31
3412.21
1632.37
1637.94
1560.24

Acuan
(Creswel et
al 2011)
3750-3000
1660-1500
1600-1500

1410-1317
1258-1073

1410.34
1252-1074

1475-1300
1300-1000

Kitosan

1411.60
1249 – 1074

Pola spektrum nanokapsul ekstrak mengkudu menunjukkan gugus fungsi
khas yang juga terdapat pada pada kitosan dan ekstrak mengkudu. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nanokapsul ekstrak mengkudu terdiri dari kitosan dan
senyawa aktif ekstrak mengkudu yang berinteraksi dan tergabung menjadi suatu
nanokapsul.

Derajat Kristalinitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Analisis derajat kristalinitas pada nanokapsul ekstrak mengkudu dilakukan
untuk mengetahui fasa struktur fisik dari nanokapsul ekstrak mengkudu yang
dihasilkan. Fasa struktur suatu partikel terdiri atas fasa kristalin dan fasa amorf.
Fasa kristalin terjadi pada padatan dengan partikel penyusun yang teratur,
sedangkan fasa amorf terjadi pada padatan dengan partikel penyusunnya tidak
memiliki keteraturan sempurna. Padatan dengan fasa kristalin mempunyai sifat
fisik lebih keras, dan kaku dibandingkan padatan amorf, sehingga partikel obat
dengan fasa kristalin akan lebih sulit larut dan dicerna (Raini 2010). Hasil analisis
dengan XRD berupa puncak atau peak dan nilai derajat kristalinitas. Jika peak
yang dihasilkan semakin besar dan derajat kristalinitas melebihi 50%, maka fasa
suatu padatan akan semakin mendekati fasa kristalin, sedangkan peak berukuran
kecil dan nilai derajat kristalinitas dibawah 50% mengindikasikan fasa padatan
bersifat amorf. Dari hasil analisis derajat kristalinitas dengan XRD didapat hasil
bahwa baik nanokapsul ekstrak air dan etanol bersifat amorf. Nilai derajat
kristalinitas nanokapsul berada dibawah 50%. dengan derajat kristalinitas masingmasing sebesar 34.83% untuk ekstrak dengan pelarut dan 35.22% untuk pelarut.
Derajat kristalinitas pada fasa amorf memungkinkan nanokapsul tetap memberi
efek pelepasan berkala namun masih mampu dicerna oleh enzim pencernaan
(Citrawani 2012).

10
Uji Aktivitas Antioksidan Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH. Reaksi penangkapan senyawa radikal dari DPPH oleh sampel akan
ditandai dengan reduksi warna ungu dari DPPH menjadi kuning yang merupakan
warna dari senyawa DPPH-H. Pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan
metode DPPH, prinsip dari metode DPPH adalah penangkapan atom hidrogen
(reduksi DPPH) dari sampel yang berperan sebagai antioksidan oleh DPPH.
Reagen DPPH berperan sebagai radikal bebas yang dicampur dengan sampel yang
mengandung senyawa antioksidan. Reaksi yang terjadi adalah reduksi reagen
DPPH yang berwarna ungu menjadi DPPH-H yang berwarna kuning DPPH
digunakan karena stabil pada suhu ruang. Ketika bereaksi dengan senyawa
antioksidan, DPPH akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi
antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen
akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH (Bintang 2010). Penurunan
intensitas warna ungu dari senyawa DPPH disebabkan oleh reaksi antara DPPH
dengan senyawa bioaktif pada ekstrak yang berperan sebagai antioksidan yang
menyebabkan terbentuknya warna kuning dari senyawa DPPH-H (Molyneux
2003). Alasan lain pemilihan metode DPPH dalam penentuan aktivitas
antioksidan didasarkan pada keunggulannya yang mudah, cepat, sederhana, baik
untuk sampel dengan polaritas tertentu, dan hanya membutuhkan sedikit sampel
(Koleva et al. 2002). Besaran aktivitas antioksidan akan ditentukan melalui nilai
IC50 (Inhibition Concentration 50). Nilai IC50 adalah besaran konsentrasi yang
diperlukan suatu senyawa antioksidan untuk menangkal 50% dari konsentrasi
radikal bebas yang diujikan. Pada penelitian ini, nilai IC 50 ditentukan melalui
perhitungan nilai antara konsentrasi senyawa antioksidan dengan nilai % radical
scavenge atau persentasi penangkapan senyawa radikal oleh senyawa antioksidan
melalui perhitungan regresi linier. Contoh perhitungan IC50 dapat dilihat pada
lampiran 2.
Ekstrak etanol, ekstrak air, nanokapsul ekstrak etanol, dan nanokapsul
ekstrak air dari mengkudu diuji aktivitas antioksidannya dan dibandingkan
sedangkan asam askorbat digunakan sebagai kontrol positif. Dari keempat sampel
tersebut, esktrak etanol mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi dengan
nilai IC50 sebesar 154.0446 ppm. Hasil tersebut menandakan bahwa aktivitas
antioksidan yang terdapat dalam mengkudu tergolong antioksidan kuat, karena
nilai IC50 masih berada di bawah 200 ppm (Hanani et al 2005). Sementara nilai
IC50 Nanokapsul mengkudu baik yang di ekstrak dengan etanol maupun air berada
di atas 200 ppm. Meskipun nilai IC50 nanokapsul masih berada diatas 200 ppm,
namun proses nanokapsulasi mampu meningkatkan daya tahan aktivitas
antioksidan yang terdapat pada mengkudu. Proses nanokapsulasi dengan kitosan
sebagai coating agent memberi efek control release terhadap ekstrak mengkudu
dan senyawa aktif didalamnya, ekstrak membutuhkan waktu lebih untuk bereaksi
dengan DPPH karena tersalut didalam kitosan dan memperpanjang daya aktif
antioksidan yang terdapat dalam ekstrak mengkudu. Penurunan nilai IC50 yang
drastis pada ekstrak etanol memperlihatkan bahwa ukuran partikel yang lebih
kecil memberikan luas permukaan yang lebih besar dan ikatan dengan ekstrak
yang lebih lemah sehingga membuat pelepasan ekstrak menjadi lebih mudah
(Mohanraj dan Chen 2006).

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai rendemen yang diperoleh dari masing-masing jenis pelarut adalah
sebesar 22.16% untuk ekstrak dengan pelarut air dan 18.65% untuk ekstrak
dengan pelarut etanol. Hasil analisis dengan PSA menunjukkan ukuran
nanokapsul dan jarak distribusi ukuran ekstrak mengkudu dengan pelarut air lebih
besar daripada ukuran nanokapsul ekstrak mengkudu dengan pelarut etanol.
Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bahwa ekstrak telah tersalut dengan
kitosan membentuk nanokapsul. Analisis dengan XRD menunjukkan fasa
nanokapsul ekstrak mengkudu bersifat amorf. Hasil yang diperoleh pada
penelitian ini sesuai dengan hipotesis karena nanokapsulasi menyebabkan ekstrak
mengkudu membutuhkan waktu lebih lama untuk lepas dari nanokapsul dan
bereaksi dengan DPPH, sehingga membuat aktivitas antioksidan bertahan lebih
lama.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi konsetrasi
surfaktan dan Tripoliposfat (TPP). Selain itu, perlu diadakan penelitian tentang
pengaruh variasi waktu inkubasi, konsentrasi DPPH, dan penelitian terkait
hubungan waktu yang diperlukan nanokapsul untuk melepas ekstrak mengkudu
yang terdapat didalamnya (time release) secara in vivo dan penggunaan bahan lain
sebagai coating agent nanokapsul ekstrak mengkudu.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed et al. 2003. Polydispersity control in ring opening metathesis
polymerization of amphiphilic norbornene diblock copolymers. ElsevierPolymer 44: 4943-4948.
Bintang M. 2010. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta: Erlangga.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan (ID). 2004. Monografi Ekstrak
Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1. Jakarta: Badan POM RI.
[BPPT] Balai Pengkaji dan Penerapan Teknologi (ID). 2010. Pembuatan Partikel
Nano Kitosan dengan Metode Gelasi Ionik Menggunakan Magnetic
Stirrer. Tanggerang: Balai Pengkaji dan Penerapan Teknologi.
Citrawani E. 2012. Antiproliferasi sel kanker dan karakterisasi nanokapsul ekstrak
mengkudu (Morinda citrifolia) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Dartiawati. 2011. Perilaku disolusi nanokapsul ketoprofen tersalut gel kitosanalginat secara in vitro [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Darusman LK, Rohaeti E, Sulistyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid
asal tanaman bangle sebagai senyawa peluruh lemak melalui aktivasi

12
lipase [Laporan penelitian]. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka, Institut
Pertanian Bogor.
Falah S, Sulistyani, Andrianto D. 2011. Pengembangan nanopartikel ekstrak kulit
kayu mahoni sebagai suplemen antioksidan dalam upaya pemanfaatan
limbah industri pengolahan kayu rakyat [Laporan Akhir Penelitian
Unggulan Fakultas]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hardjito L. 2006. Aplikasi kitosan sebagai bahan tambahan makanan dan
pengawet. Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan: 1-13.
Helmiyati, Budiyanto E, Arinda N. 2009. Polimerisasi emulsi etil akrilat:
Pengaruh konsentrasi surfaktan, inisiator dan teknik polimerisasi
terhadap distribusi ukuran partikel. Makara Sains 13(1): 59-64.
Hermanus ND. 2012. Sintesis dan karakterisasi nanopartikel ekstrak kulit kayu
mahoni (swietenia macrophylla King) sebagai bahan suplemen
antihiperkolesterolemia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hwang JK, Shim JS, Pyun YR. 2000. Antibacterial activity of Xanthorryzol from
Curcuma xanthorriza against oral pathogens. Fitotherapia. 71: 321-323.
Jazuli A. 2011. Stabilitas nanopartikel ketoprofen tersalut gel kitosan alginat
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Kencana AL. 2009. Perlakuan sonikasi terhadap viskositas dan bobot molekul
kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Kim et al. 2006. Retinol-encapsulated low molecular water soluble chitosan
nanoparticles.International Journal of Pharmaceutics 319: 130-138.
Koleva I, van Beek T, Linnssen JPH, de Groot A, Evstarieva LN. 2002. Screening
of plant extracts for antioxidant activity: A comparative study on three
testing methods: Phytochem Anal 13: 494-500.
Mohanraj VJ, Chen Y. 2006. Nanoparticles – a review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. 5(1): 561-573.
Molyneux P. 2003. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanarin J.Sci. Technol
26: 211-219.
Nelson SC. 2006. Morinda citrifolia (Noni). Species Profiles for Pacific Island
Agroforestry 4: 1-19.
Opiniwati Y. 2011. Efek penambahan sari buah mengkudu (Morinda Citrifolia Linn)
terhadap bilangan asam, peroksida dan TBA (Thio Barbituric Acid) minyak
goreng bekas pakai [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Indonesia.
Rachmania D. 2011. Karakterisasi nanokitosan cangkang udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) dengan metode gelasi ionik [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Raini M, Mutiatikum D, Lastari P. 2010. Uji disolusi dan penetapan kadar tablet
loratadin innovator dan generik bermerek. Media Litbang Kesehatan
20(2): 59-64.
Rohman A, Riyanto S, Utari D. 2006. Aktivitas antioksidan, kandungan fenolik
total dan kandungan flavonoid total ekstrak etil asetat buah mengkudu
serta fraksi-fraksinya. Majalah Farmasi Indonesia 17(3): 136– 142.

13
Sarida M, Tarsim, Faizal I. 2010. Pengaruh ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri vibrio harveyi secara
in vitro. Jurnal Penelitian Sains 13(3): 59-63.
Suptijah P. 2006. Deskripsi karakteristik fungsional dan aplikasi kitin kitosan.
Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan: 14-24.
Udenigwe et al 2009. Flaxseed protein-derived peptide fractions: Antioxidant
properties and inhibition of lipopolysaccharide-induced nitric oxide
production in murine macrophages. Food Chemistry 116(1): 277–284.
Wang MY, Su C. 2001. Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (Noni).
Annals New York Academy of Sciences. 161-168.

14

Lampiran
Lampiran 1. Diagram alir penelitian
Simplisia buah mengkudu

Ekstraksi dengan Etanol 95 %

Nanokapsulasi

Spray Drying

Karakterisasi

FTIR

X-Ray
Difractometry
(XRD)

Uji aktivitas
antioksidan DPPH

PSA

15
Lampiran 2. Contoh perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak mengkudu.
Nilai absorbansi uji aktivitas antioksidan DPPH ekstrak etanol mengkudu.
As Ekstrak EtOH
2

1
200
100
50
25
12.5
Ac

3

0.195
0.328
0.39

0.212
0.384
0.437

0.217
0.35
0.441

0.45
0.487
0.498

0.451
0.463
0.486

0.453
0.464
0.48

Selisih nilai absorbansi sampel dengan dan tanpa DPPH
EtOH
Ac-Acb
As-Asb (200ppm)
As-Asb (100ppm)
As-Asb (50ppm)
As-Asb (25ppm)
As-Asb (12.5ppm)

Keterangan:

0.456
0.107
0.278
0.343
0.406
0.444

0.447
0.146
0.325
0.39
0.407
0.42

0.438
0.158
0.3
0.392
0.408
0.42

AC = Absorbansi blanko ditambahkan DPPH
As = Absorbansi sampel ditambahkan DPPH
Asb = Absorbansi sampel tanpa DPPH
Acb = Absorbansi blanko tanpa DPPH

Persentase nilai Radical Scavenging (RS)
Konsentrasi larutan sampel
200
100
50
25
12.5

Keterangan:

1
76.53509
39.03509
24.7807
10.96491
2.631579

%RS EtOH
2
67.33781
27.29306
12.75168
8.948546
6.040268

% Radical scavenging = (1- ((As-Asb)/(Ac-Acb))) x 100

3
63.92694
31.50685
10.50228
6.849315
4.109589

16
Nilai IC50 berdasarkan perhitungan regresi linear
Y
1
2
3

A
50
50
50

B
25.37
20.33
20.81

ln X
X = IC50
-68.47
4.669688609
106.6645
-55.07
5.168224299
175.6027
-58.05
5.192215281
179.8666
154.0446

70
60
y = 20.81ln(x) - 58.05
R² = 0.826

50
40
30
20
10
0
0

50

100

150

200

250

-10

Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan I
90
80
y = 25.37ln(x) - 68.47
R² = 0.914

70
60
50
40
30
20
10
0

-10

0

50

100

150

200

250

Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan II

17
80
70

y = 20.33ln(x) - 55.07
R² = 0.774

60
50
40
30
20
10
0
-10

0

50

100

150

200

250

Grafik hubungan konsentrasi sampel dan persentase radical scavenging ulangan
III

25

RIWAYAT HIDUP
Daniel Rolas Surung Nainggolan adalah mahasiswa departemen Biokimia
IPB angkatan 2008. Penulis lahir di Aekkanopan, Sumatera Utara pada tanggal 3
Juli 1990, penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara dari bapak R.
Nainggolan dan ibu S.H. Sitorus. Penulis menempuh pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kualuh Hulu sejak tahun 2006 dan
menjadi mahasiswa IPB pada tahun 2008 dengan program studi S1 Biokimia.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah aktif sebagai anggota dari Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum For Scientific Studies (FORCES IPB) dan
sebagai wakil koordinator bidang pembinaan Komisi Pembinaan Pemuridan
(KPP) dalam UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB), prestasi
yang pernah diraih penulis selama menjalani studi di IPB adalah lolos seleksi
proposal dan didanai dalam Program Kretivitas Mahasiswa bidang Penelitian
(PKM-P) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Adapaun judul penelitian yang telah
lolos uji proposal dan didanai oleh DIKTI antara lain, Pemanfaatan Ampas
Spirulina sp. Sebagai Bahan Dasar Bioplastik Berbasis Polylactid Acid yang
dibuat pada tahun 2009, dan Uji Aktivitas Nanokapsul Ekstrak Mengkudu
(Morinda citrifolia) Terhadap Proliferasi Sel Kanker yang dibuat pada tahun 2012.

Dokumen yang terkait

Sifat Antirayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

5 71 66

Efek Penyembuhan Luka bakar dari Ekstrak Buah Mengkudu (morinda citrifolia l.) Dalam Sediaan Gel pada Kelinci

12 88 89

Pengaruh Ekstrak Buah Morinda Citrifolia Linn Terhadap Kualitas, Kuantitas Sperma Dan Kadar Malondialdehyde Testis Tikus Wistar Diabetes Mellitus

4 79 95

Pengaruh Penambahan Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Terhadap Bilangan Peroksida, Bilanagan Iodin Dan Bilangan Asam Dari Minyak Goreng Bekas

7 102 50

Studi Penambatan Molekul Senyawa – Senyawa Flavonoid Dari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Pada Peroxisome Proliferator-Activated Receptor - Gamma (PPARγ)

11 62 79

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (morinda citrifolia, linnaeus) terhadap bakteri pembusuk daging segar

0 6 38

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) DAN SIPROFLOKSASIN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Siprofloksasin Terhadap Bakteri Escherichia

0 1 13

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) PADA KOMBUCHA COFFEE TERHADAP Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Pada Kombucha Coffee Terhadap Kadar Vitamin C (Asam askorbat).

0 4 13

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) PADA KOMBUCHA COFFEE TERHADAP Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Pada Kombucha Coffee Terhadap Kadar Vitamin C (Asam askorbat).

0 7 15

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Bakteri Penyebab Akne secara In Vitro.

0 0 16