Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kumbang Carabidae Dan Staphylinidae Pada Empat Tipe Habitat Montana Di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan.

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUMBANG CARABIDAE
DAN STAPHYLINIDAE PADA EMPAT TIPE HABITAT MONTANA DI
GUNUNG BAWAKARAENG, SULAWESI SELATAN

AGMAL QODRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman dan
Kelimpahan Kumbang Carabidae dan Staphylinidae pada Empat Tipe Habitat
Montana di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Agmal Qodri
NIM G352120031

RINGKASAN
AGMAL QODRI. Keanekaragaman dan Kelimpahan Kumbang Carabidae
dan Staphylinidae pada Empat Tipe Habitat Montana di Gunung Bawakaraeng,
Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan WORO
ANGGRAITONINGSIH NOERDJITO.
Carabidae dan Staphylinidae adalah dua famili kumbang permukaan tanah
yang umum ditemukan beragam dan melimpah di ekosistem hutan. Dua famili
kumbang tersebut memiliki peran penting di ekosistem hutan, khususnya sebagai
predator generalis. Montana merupakan tipe ekosistem hutan yang memiliki
endemisitas tinggi. Belum ada laporan penelitian mengenai keanekaragaman dan
kelimpahan Carabidae dan Staphylinidae di hutan Montana Gunung
Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, serta letak Gunung Bawakaraeng di kawasan
Wallacea menjadi alasan penting untuk melakukan penelitian ini. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan

Carabidae dan Staphylinidae beserta spesies kumbang asli pada empat tipe habitat
montana di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan.
Pengambilan sampel Carabidae dan Staphylinidae dilakukan sebanyak 1
kali pada bulan September sampai Oktober 2013 di 4 tipe habitat montana di
Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, yaitu lahan pertanian, hutan pinus, hutan
campuran (hutan Eucalyptus dan hutan alam), dan hutan alam (2165 m dpl).
Sampel Carabidae dan Staphylinidae dikoleksi dengan metode perangkap
sumuran (PSM). Lima belas PSM disusun secara sistematis pada lahan pertanian
dan secara acak pada tiga habitat lainnya dalam luasan petak 2400 m2 dengan
jarak 10-20 m antar PSM, dan dipasang selama 2 hari. Sebagian sampel Carabidae
dan Staphylinidae diidentifikasi hingga tingkat morfospesies, dan sebagian
lainnya diidentifikasi hingga tingkat genus atau spesies. Ordo Coleoptera ditandai
dengan adanya sayap depan keras (elitra). Subordo dibedakan atas Adephaga
(koksa belakang membagi ruas abdomen pertama) dan Polyphaga (koksa belakang
tidak membagi ruas abdomen pertama). Famili Carabidae memiliki karakter
berupa elitra menutup abdomen dan terdapat sutura notopleural. Famili
Staphylinidae dikarakterisasi dengan elitra tidak menutup abdomen dan tidak
memiliki sutura notopleural. Karakter subfamili untuk famili Carabidae yang
diamati meliputi panjang klipeus, letak mesepimera terhadap mesokoksa, dan
bentuk tungkai depan. Karakter subfamili untuk famili Staphylinidae yang diamati

meliputi letak pangkal antena (skapus), ada tidaknya oseli di posterior kepala,
ukuran mata, posisi kepala, dan terlihat atau tidaknya skutelum. Verifikasi
spesimen dilakukan oleh beberapa ahli Carabidae dan Staphylinidae. Faktor
lingkungan yang diamati adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara,
kelembaban tanah, dan pH tanah. Data Carabidae dan Staphylinidae adalah indeks
keanekaragaman dan korelasi antara spesies dengan habitat dan faktor lingkungan.
Penelitian ini berhasil mengoleksi kumbang Carabidae sebanyak 42 individu
yang terdiri dari 3 subfamili, 6 genus, dan 9 spesies. Subfamili Harpalinae
memiliki kekayaan spesies tertinggi yang terdiri dari 4 genus dan 7 spesies.
Aephnidius adelioides (Harpalinae) adalah spesies yang paling melimpah.
Terdapat 4 spesies asli dari Carabidae pada masing-masing tipe habitat montana,
yaitu A. adelioides di lahan pertanian, Hipparidium shinjii (Cicindelinae) di hutan

pinus, Trigonotomi (Lesticus sp.?) (Harpalinae) di hutan alam (1835 m dpl), dan
Platynini sp.1 (Harpalinae) di hutan alam (1835 dan 2165 m dpl). Staphylinidae
yang berhasil dikoleksi pada penelitian ini lebih melimpah dan beragam
dibandingkan Carabidae, yaitu sebanyak 260 individu yang terdiri dari 8
subfamili, 16 genus, dan 37 spesies. Subfamili Aleocharinae memiliki kekayaan
spesies tertinggi yang terdiri dari 7 genus dan 13 spesies. Hanya 2 tipe habitat
montana yang memiliki spesies asli Staphylinidae, yaitu Aleochara sp.

(Aleocharinae), Paederus sp.1 (Paederinae), dan Xantholinini sp. (Staphylininae)
di lahan pertanian dan Mycetoporini sp.2 (Tachyporinae) dan Paederus sp.2
(Staphylininae) di hutan alam (1835 dan 2165 m dpl).
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, terdapat beberapa karakter utama
di dalam masing-masing subfamili dari Carabidae dan Staphylinidae yang
ditemukan. Carabidae terdiri dari subfamili Cicindelinae, Harpalinae, dan
Scaritinae. Cicindelinae memiliki ukuran klipeus lebih lebar dari jarak antara
perlekatan dua pangkal antena dan mesepimera mencapai mesokoksa. Harpalinae
dicirikan dengan ukuran klipeus lebih sempit dari jarak antara perlekatan dua
pangkal antena dan mesepimera tidak bersinggungan dengan mesokoksa.
Scaritinae memiliki tungkai depan yang teradaptasi untuk menggali (fosorial) dan
mesepimera mencapai mesokoksa. Staphylinidae terdiri dari subfamili
Aleocharinae, Omaliinae, Osoriinae, Oxytelinae, Paederinae, Staphylininae,
Steninae, dan Tachyporinae. Pangkal antena Aleocharinae melekat di depan
kepala dekat anterior mata. Omaliinae memiliki dua oseli di posterior kepala.
Ruas terakhir maksilari palpi Osoriinae lebih sempit dibandingkan ruas lainnya
dan kepala berukuran besar hampir tidak menyempit ke posterior. Oxytelinae
memiliki perlekatan antena di bawah sebuah bagian bulat (lobiform) di sisi
anterior dekat mata dan prokoksa menonjol. Pangkal antena Paederinae melekat di
bawah sudut anterior yang menonjol di depan kepala. Staphylininae dicirikan

dengan dengan pangkal antena melekat pada tepi anterior kepala di sekitar
pangkal mandibula. Steninae memiliki mata besar dan menonjol. Kepala
Tachyporinae masuk ke dalam toraks.
Hasil Canonical Correspondence Analysis (CCA) menunjukkan bahwa A.
adelioides (Carabidae: Harpalinae), Aleochara sp. (Staphylinidae: Aleocharinae),
dan Xantholinini sp. (Staphylinidae: Staphylininae) yang mengelompok di lahan
pertanian menunjukkan korelasi positif terhadap suhu udara dan tanah, diduga
menjadi habitat yang sesuai bagi ketiga spesies tersebut. Hipparidium shinjii
(Carabidae: Cicindelinae) yang mengelompok di hutan pinus tidak menunjukkan
korelasi dengan semua faktor lingkungan. Serasah pinus dan tumbuhan paku
diduga menjadi habitat yang sesuai bagi H. shinjii dalam mencari makan dengan
cara kamuflase. Athetini sp.1 (Staphylinidae: Aleocharinae) dan Phloeonomus sp.
(Staphylinidae: Omaliinae) yang mengelompok di hutan alam (2165 m dpl)
menunjukkan korelasi positif terhadap kelembaban udara dan tanah. Kedua
spesies tersebut diduga berperan sebagai saproxylic yang didukung dengan nilai
kelembaban terendah berada di hutan alam (2165 m dpl).
Carabidae dan Staphylinidae ditemukan paling beragam di hutan alam (2165
m dpl). Kelimpahan Carabidae tertinggi berada di lahan pertanian, sementara
kelimpahan Staphylinidae tertinggi tetap berada di hutan alam (2165 m dpl).
Kata kunci: Carabidae, Staphylinidae, Gunung Bawakaraeng, montana, Sulawesi


SUMMARY
AGMAL QODRI. Diversity and Abundance of Carabid and Staphylinid
Beetles in Four Montane Habitat Types on Mt. Bawakaraeng, South Sulawesi.
Supervised by RIKA RAFFIUDIN and WORO ANGGRAITONINGSIH
NOERDJITO.
Carabidae and Staphylinide are the two soil beetle families which are
commonly found abundant and diverse in forest ecosystem. They have important
roles in forest ecosystems, especially as generalist predators. Montane is a type of
ecosystem forest that has high endemism. No studies were reported about
diversity and abundance of Carabidae and Staphylinidae in montane forest on Mt.
Bawakaraeng, South Sulawesi, as well as the geographical position of the
mountain in Wallacea be an important reason for doing this research. The aim of
this study was to analyze the diversity and abundance of Carabidae and
Staphylinidae with native species in four montane habitat types on Mt.
Bawakaraeng, South Sulawesi.
Sampling of Carabidae and Staphylinidae was conducted one time from
September until October 2013 in 4 montane habitat types on Mt. Bawakaraeng,
South Sulawesi, i.e. agricultural area (1465 m asl), pine forest (1545 m asl), mixed
forest (Eucalyptus forest and natural forest) (1835 m asl), and natural forest (2165

m asl). Carabidae and Staphylinidae were collected by pitfall trap method. Fifteen
pitfall traps were systematically set up in agricultural area and randomly in the
other three habitats in a plot area of 2400 m2 with a distance of 10-20 m between
pitfall traps, and kept for two days. A part of samples of Carabidae and
Staphylinidae were identified to morphospecies level, and the others were
identified to genus or species level. Order Coleoptera is characterized by elytra.
The suborder is distinguished by metacoxae divide the first abdominal sterna
(Adephaga) and metacoxae not divide the first abdominal sterna (Polyphaga).
Family Carabidae is characterized by elyta cover the abdomen and there are
notopleural sutures, whereas Family Staphylinidae is distinguished by elytra not
cover the abdomen and has no notopleural sutures. The observed characters of
subfamily for Carabidae are the length of clypeus, disposition of mesepimera to
mesocoxal cavities, and the form of front legs. The observed characters of
subfamily for Staphylinidae are the insertion of base of antenna, have or have no
ocelli on the posterior of head, eyes size, disposition of head, and scutellum
visible or not. Verification of specimens was performed by coleopterists of
Carabidae and Staphylinidae. Environmental variables were recorded including
temperature, soil temperature, humidity, soil moisture, and soil pH. The data of
Carabidae and Staphylinidae are the diversity index and correlation among species
with habitat and environmental variables.

This study successfully collected a total of 42 individuals of carabid beetles
belonging to 3 subfamilies, 6 genus, and 9 species. Subfamily Harpalinae has the
highest species richness, i.e. 4 genus and 7 species. Aephnidius adelioides
(Harpalinae) is the most abundant. There are 4 native species of Carabidae in each
montane habitat type, i.e. Aephnidius adelioides in agricultural area, Hipparidium
shinjii (Cicindelinae) in pine forest, Trigonotomi (Lesticus sp.?) (Harpalinae) in
natural forest (1835 m asl), and Platynini sp.1 (Harpalinae) in natural forests

(1835 and 2165 m asl). Collected Staphylinidae in this study is more abundant and
diverse than Carabidae, i.e. a total of 260 individuals belonging to 8 subfamilies,
16 genus, and 37 species. Subfamily Aleocharinae has the highest species
richness, i.e. 7 genus and 13 species. Only 2 montane habitat types have native
staphylinid species, i.e. Aleochara sp., Paederus sp.1, and Xantholinini sp. were
in agricultural area and Mycetoporini sp.2 and Paederus sp.2 were in natural
forests (1835 and 2165 m asl).
Based on the results of morphological observation, there are several main
characters in each subfamily of collected Carabidae and Staphylinidae. Carabidae
consists of subfamily Cicindelinae, Harpalinae, and Scaritinae. Cicindelinae has
clypeus extending laterally before bases of antennae and the mesepimera reaching
the mesocoxae. Harpalinae is characterized by clypeus not extending laterally

before bases of antennae and the mesepimera not reaching the mesocoxae.
Scaritinae has prolegs is adapted for digging (fossorial) and the mesepimera
reaching the mesocoxae. Staphylinidae consists of subfamily Aleocharinae,
Omaliinae, Osoriinae, Oxytelinae, Paederinae, Staphylininae, Steninae, and
Tachyporinae. The bases of antennae in Aleocharinae insert in front of the head
near anterior of the eyes. Omaliinae has two ocelli in the posterior of head. Last
segment of maxillary palpi in Osoriinae is narrower than other segments and has
large-sized head nearly not constrict posteriorly. Oxytelinae has bases of antennae
insert under the lobiform on anterior side near the eyes, and has prominent
procoxae. The bases of antennae in Paederinae insert under the prominent anterior
corner of the head. Staphylininae is characterized by the bases of antennae insert
to the anterior edge of the head around the base of mandible. Steninae has large
and prominent eyes. The head of Tachyporinae insert into the thorax.
The result of Canonical Correspondence Analysis indicated that Aephnidius
adelioides (Carabidae: Harpalinae), Aleochara sp. (Staphylinidae: Aleocharinae),
and Xantholinini sp. (Staphylinidae: Staphylininae) are clustered in agricultural
area show a positive correlation to temperature and soil temperature, expected to
be suitable open habitat for the three species. Hipparidium shinjii (Carabidae:
Cicindelinae) shows no correlation with all the environmental variables. The pine
litters and ferns are predicted to be a suitable habitat to H. shinjii for foraging by

camouflaging. Athetini sp.1 (Staphylinidae: Aleocharinae) and Phloeonomus sp.
(Staphylinidae: Omaliinae) are clustered in natural forest (2165 m asl) and show
positive correlation to humidity and soil moisture. Both species are suspected to
play a role as saproxylic which are supported by low humidity values in natural
forest (2165 m asl).
Carabidae and Staphylinidae are found the most diverse in natural forest
(2165 m asl). The highest abundance of Carabidae is in agricultural area, whereas
Staphylinidae is still in natural forest (2165 m asl).
Keywords: Carabidae, Staphylinidae, Mt. Bawakaraeng, montane, Sulawesi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUMBANG CARABIDAE
DAN STAPHYLINIDAE PADA EMPAT TIPE HABITAT MONTANA DI
GUNUNG BAWAKARAENG, SULAWESI SELATAN

AGMAL QODRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Tri Atmowidi, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah keanekaragaman,
dengan judul Keanekaragaman dan Kelimpahan Kumbang Carabidae dan
Staphylinidae pada Empat Tipe Habitat Montana di Gunung Bawakaraeng,
Sulawesi Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi dan Ibu
Prof Dr Woro Anggraitoningsih Noerdjito selaku pembimbing, Bapak Dr Tri
Atmowidi, MSi selaku penguji luar komisi ujian tesis, serta Bapak Dr Berry
Juliandi selaku perwakilan ketua program studi yang telah banyak memberikan
saran dan arahannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan Beasiswa
Unggulan (BU) dalam SK Nomor 71/DIKTI/Kep/2012, Pemerintah Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA)
Sulawesi Selatan yang telah memberikan izin penelitian, Kepala dan seluruh staff
Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI
Cibinong yang telah memberikan fasilitas laboratorium dan bantuannya, Temanteman Husni Mubarok, Ellena Yusti, dan Muhammad Rizaldi yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih untuk teman
seperjuangan Saudia Fitri Susanti, dan kawan-kawan lainnya yang selalu
memotivasi. Kepada ayah, ibu, adik-adik tercinta, serta seluruh keluarga, terima
kasih atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015
Agmal Qodri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Koleksi Spesimen
Pemilahan Spesimen
Identifikasi
Faktor Lingkungan
Prosedur Analisis Data

3
3
6
7
7
9
9

3 HASIL
Keanekaragaman dan Kelimpahan Carabidae
Keanekaragaman dan Kelimpahan Staphylinidae
Faktor Lingkungan pada Empat Tipe Montana
Korelasi antara spesies Carabidae terhadap Faktor Lingkungan
Korelasi antara spesies Staphylinidae terhadap Faktor Lingkungan
Deskripsi Morfologi Spesies Carabidae
Kunci Identifikasi untuk Subfamili dan Spesies dari Carabidae
Deskripsi Morfologi Spesies Staphylinidae
Kunci Identifikasi untuk Subfamili dan Spesies dari Staphylinidae

11
11
13
16
17
18
18
25
25
41

4 PEMBAHASAN
Perbedaan Spesies Carabidae pada Masing-masing Tipe Montana
Tipe Montana yang Memiliki Spesies Asli Staphylinidae
Perbandingan Keanekaragaman dan Kelimpahan antara Kumbang
Carabidae dan Staphylinidae

44
44
45

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

48
48
48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

52

RIWAYAT HIDUP

53

46

DAFTAR TABEL
1 Koordinat dan ketinggian empat tipe habitat montana di kawasan
Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
2 Keanekaragaman dan kelimpahan Carabidae dari tiga subfamili pada
empat tipe habitat montana di Gunung Bawakaraeng
3 Matriks kesamaan komunitas Carabidae pada habitat lahan pertanian
(LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan Eucalyptus dan hutan
alam (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan indeks Bray-Curtis
4 Keanekaragaman dan kelimpahan Staphylinidae dari delapan subfamili
pada empat tipe habitat montana di Gunung Bawakaraeng
5 Matriks kesamaan komunitas Staphylinidae pada habitat lahan
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan Eucalyptus
dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan indeks
Bray-Curtis
6 Matriks kesamaan komunitas Carabidae dan Staphylinidae pada habitat
lahan pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran (hutan
Eucalyptus dan hutan alam) (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan
indeks Bray-Curtis
7 Faktor lingkungan pada empat tipe habitat montana di Gunung
Bawakaraeng, Sulawesi Selatan

3
11
12
13

15

16
17

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian di kawasan Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
2 Habitat pengambilan sampel Carabidae dan Staphylinidae
3 Skema penyusunan perangkap sumuran pada empat tipe habitat
montana di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
4 Desain perangkap
5 Karakter kumbang
6 Skematis Carabidae
7 Skematis Staphylinidae
8 Dendogram kesamaan komunitas Carabidae pada habitat lahan
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan Eucalyptus
dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan matriks
Bray-Curtis menggunakan metode pair-group
9 Dendogram kesamaan komunitas Staphylinidae pada habitat lahan
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan Eucalyptus
dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan matriks
Bray-Curtis menggunakan metode pair-group
10 Dendogram kesamaan komunitas Carabidae dan Staphylinidae pada
habitat lahan pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran (hutan
Eucalyptus dan hutan alam) (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan
matriks Bray-Curtis menggunakan metode pair-group
11 Diagram Canonical Correspondence Analysis (CCA) menunjukkan
hubungan antara spesies Carabidae, tipe habitat montana, dan faktor
lingkungan

4
5
6
6
8
8
9

12

15

16
17

12 Diagram Canonical Correspondence Analysis (CCA) menunjukkan
hubungan antara spesies Staphylinidae, tipe habitat montana, dan faktor
lingkungan
13 Hipparidium shinjii (Cicindelinae)
14 Spesies Carabidae (Harpalinae)
15 Harpaloxenus sp. (Cicindelinae)
16 Trigonotomi (Lesticus sp.?) (Harpalinae)
17 Spesies Carabidae (Harpalinae: Platynini)
18 Clivina sp. (Scaritinae)
19 Tropimenelytron sp.1 (Aleocharinae)
20 Spesies Staphylinidae (Aleocharinae)
21 Spesies Staphylinidae (Aleocharinae: Homalotini)
22 Phloeonomus sp. (Omaliinae)
23 Eleusis sp. (Osoriinae)
24 Anotylus sp.1 (Oxytelinae)
25 Spesies Staphylinidae (Oxytelinae)
26 Medonina sp. (Paederinae)
27 Spesies Staphylinidae (Paederinae)
28 Philonthus sp.1 (Staphylininae)
29 Spesies Staphylinidae (Staphylininae)
30 Stenus sp. (Steninae)
31 Spesies Staphylinidae (Tachyporinae)

18
19
21
22
23
23
24
26
28
30
31
31
32
33
35
35
37
38
39
40

DAFTAR LAMPIRAN
1 Verifikator spesies Carabidae dan Staphylinidae pada empat tipe habitat
montana di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan

52

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sulawesi terletak dalam kelompok pulau biogeografi Wallacea yang
menyebabkan pulau tersebut memiliki tingkat endemisitas dan keanekaragaman
fauna yang tinggi (Myers 2000). Sejarah geologi Pulau Sulawesi hingga terbentuk
empat lengan berbeda (utara, selatan, timur, tenggara) diakibatkan proses tektonik
dari batas-batas lempeng aktif (Hamilton 1979). Gunung Bawakaraeng (2830 m
dpl) terletak di lengan selatan di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dan paling
terjangkau dari kota Makassar (90 km dari Makassar). Aktivitas vulkanik pada
zaman Pleistosen menyebabkan terbentuknya Gunung Bawakaraeng (Hasnawir
dan Kubota 2008).
Sulawesi memiliki beberapa tipe hutan, yaitu hutan dataran rendah (0-400 m
dpl), hutan perbukitan (400-850 m dpl), hutan dataran tinggi (850-1500 m dpl),
hutan montana (1500-2500 m dpl), dan hutan tropalpin (> 2500 m dpl) (Cannon et
al. 2007). Hutan montana sering dianggap sebagai daerah yang memiliki
keanekaragaman lebih rendah dibandingkan hutan dataran rendah. Akan tetapi,
hutan montana memiliki endemisitas yang tinggi (Anderson dan Ashe 2000).
Pada ekosistem hutan montana, kumbang (Coleoptera) permukaan tanah
termasuk salah satu artropoda yang mendominasi selain Araneae (laba-laba),
Acari (tungau), Collembola (ekor pegas), dan Diptera (Sabu et al. 2011).
Coleoptera memiliki karakteristik utama berupa sayap depan keras (elitra) yang
melindungi sayap belakang tipis (Triplehorn dan Johnson 2005).
Selain mendominasi, kumbang permukaan tanah memiliki peran penting
sebagai predator, dekomposer, dan fitofag (Nitzu et al. 2008). Carabidae
merupakan salah satu famili kumbang permukaan tanah yang sebagian besar
berperan sebagai predator (Nitzu et al. 2008), terutama predator generalis
(memakan berbagai mangsa Arthropoda, seperti Collembola, tungau tanah
(Oribatida), dan larva Diptera) (Ribera et al. 1999). Meskipun berperan sebagai
predator, beberapa Carabidae dapat juga berperan sebagai pemakan biji tumbuhan
(Honek et al. 2003). Carabidae dicirikan dengan elitra striat, memiliki sutura
notopleural, dan termasuk ke dalam Subordo Adephaga dengan karakter utama,
yaitu metakoksa membagi ruas abdomen pertama (Triplehorn dan Johnson 2005).
Kumbang permukaan tanah lain yang sebagian besar juga berperan sebagai
predator generalis adalah Staphylinidae (Pohl et al. 2008). Sama halnya seperti
Carabidae, selain berperan sebagai predator generalis, beberapa Staphylinidae
berperan sebagai pemakan polen (Steel 1970) dan saprofag (Hanski & Hammond
1986). Staphylinidae dicirikan dengan elitra sangat pendek (umumnya lebih dari
setengah abdomen tidak terlindungi elitra), tidak memiliki sutura notopleural, dan
termasuk ke dalam Subordo Polyphaga dengan karakter utama, yaitu metakoksa
tidak membagi ruas abdomen pertama (Triplehorn dan Johnson 2005).
Perbedaan ketinggian pada kawasan hutan montana dapat menyebabkan
keanekaragaman Carabidae yang berbeda (Maveety et al. 2011). Kekayaan
spesies Carabidae menurun dengan peningkatan ketinggian di kawasan hutan
montana tropis. Tiga genus dari 3 tribe terbesar dari subfamili Harpalinae
(Carabidae), yaitu Pelmatellus (Harpalini), Dyscolus (Platynini), dan Bembidion

2
(Bembidiini) umum terdapat di kawasan hutan montana tropis, pegunungan Andes,
Peru tenggara (Maveety et al. 2011).
Populasi Staphylinidae yang terdapat di kawasan hutan montana juga
menunjukkan pola keanekaragaman yang sama terhadap perbedaan ketinggian
(Hanski dan Hammond 1986), seperti yang ditunjukkan oleh Maveety et al.
(2011) pada spesies Carabidae. Anotylus sp. (Oxytelinae) dan Philonthus sp.
(Staphylininae) adalah Staphylinidae yang umum terdapat di kawasan hutan
montana di Gunung Mulu National Park, Malaysia (Hanski dan Hammond 1986).
Penelitian mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Carabidae dan
Staphylinidae di Gunung Bawakaraeng khususnya terkait dengan habitat montana
belum pernah dilaporkan. Selain itu, letak Gunung Bawakaraeng dalam kawasan
Wallacea menjadikan penelitian ini menarik dan perlu untuk dilakukan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis keanekaragaman dan
kelimpahan Carabidae dan Staphylinidae pada empat tipe habitat montana di
Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan dan (2) menganalisis spesies asli
Carabidae dan Staphylinidae pada empat tipe habitat montana di Gunung
Bawakaraeng, Sulawesi Selatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai keanekaragaman dan
kelimpahan Carabidae dan Staphylinidae pada empat tipe habitat montana di
Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, sehingga dapat diketahui gambaran
kondisi ekologi di masing-masing tipe habitat montana.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah empat tipe habitat montana yang terdiri
dari lahan pertanian (1465 m dpl), hutan pinus (1545 m dpl), hutan campuran
(hutan Eucalyptus dan hutan alam) (1835 m dpl), dan hutan alam (2165 m dpl);
serta spesies asli Carabidae dan Staphylinidae pada masing-masing tipe habitat
montana di Gunung Bawakaraeng.

3

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel Carabidae dan Staphylinidae dilakukan satu kali pada
musim kemarau dari bulan September hingga Oktober 2013 di empat tipe habitat
montana, Gunung Bawakaraeng, yaitu habitat I (lahan pertanian), habitat II (hutan
pinus), habitat III (hutan campuran: hutan Eucalyptus dan hutan alam), dan habitat
IV (hutan alam) (Gambar 1, Tabel 1).
Pemilahan spesimen dan identifikasi dilakukan pada bulan November 2013
hingga Juni 2014 di Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi (Puslit Biologi), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong.
Analisis data dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Biologi, FMIPA,
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Habitat I: Lahan Pertanian
Lahan pertanian terdiri dari: tanaman tomat (Solanaceae), labu
(Cucurbitaceae), bawang perai (Alliaceae), dan sawi (Brassicaceae). Tidak ada
tutupan kanopi pada habitat ini (Gambar 2).
Habitat II: Hutan Pinus
Didominasi oleh pohon pinus dan tumbuhan paku. Terdapat pula gulma
Ageratum sp. (Bandotan) (Gambar 2).
Habitat III: Hutan Campuran (Hutan Eucalyptus dan Hutan Alam)
Sebagian adalah hutan Eucalyptus, sebagian adalah hutan alam. Habitat
hutan alam didominasi oleh pohon cempaka hutan Magnolia vrieseana
(Magnoliaceae) dan pohon-pohon berbatang besar lainnya yang ditumbuhi lumut
dan tumbuhan epifit. Selain itu, pada habitat hutan alam banyak ditumbuhi semak
Leucosyke capitellata (Urticaceae) (Gambar 2).
Tabel 1 Koordinat dan ketinggian empat tipe habitat montana di kawasan
Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
Kode

Koordinat

I

05° 15’ 03.1” LS
119° 53’ 56.7” BT
05° 15’ 29.3” LS
119° 54’ 31.8” BT
05° 16’ 42.5” LS
119° 54’ 58.5” BT

II
III
IV

05° 17’ 11.4” LS
119° 55’ 47.6” BT

Tipe Habitat Montana
Lahan pertanian (LP)

Ketinggian
(m dpl)
1465

Hutan pinus (HP)

1545

Hutan campuran: hutan
Eucalyptus dan hutan alam
(HEHA)
Hutan alam (HA)

1835

Keterangan: m dpl (meter di atas permukaan laut),
ditemukan kotoran sapi.

2165

pada keempat tipe habitat montana

4
Habitat IV: Hutan Alam
Didominasi oleh pohon Melicope accedens (Rutaceae) dan pohon-pohon
berbatang besar lainnya yang ditumbuhi lumut dan tumbuhan epifit. Kanopi
pohon pada habitat ini paling padat dibandingkan habitat lainnya (Gambar 2).

Gambar 1

Lokasi penelitian di kawasan Gunung Bawakaraeng, Sulawesi
Selatan. (I) lahan pertanian (1465 m dpl), (II) hutan pinus (1545
m dpl), (III) hutan campuran: hutan Eucalyptus dan hutan alam
(1835 m dpl), (IV) hutan alam (2165 m dpl) (Sumber: Google
Maps).

5

Ia

Ib

IIa

IIb

IIIa

IIIb

IVa

IVb

Gambar 2 Habitat pengambilan sampel Carabidae dan Staphylinidae. (I) lahan
pertanian (a) labu, (b) bawang perai, sawi, dan tomat; (II) hutan
pinus (a) pemandangan umum, (b) tumbuhan paku; (III) hutan
campuran (a) hutan Eucalyptus, (b) hutan alam; dan (IV) hutan
alam (2165 m dpl) (a) pemandangan umum, (b) lantai hutan.

6
Koleksi Spesimen
Carabidae dan Staphylinidae dikoleksi menggunakan perangkap sumuran
(PSM) karena Carabidae dan Staphylinidae merupakan kumbang yang aktif
merayap di permukaan tanah. Sebanyak 15 PSM disusun secara sistematis pada
lahan pertanian dan disusun secara acak pada hutan pinus, hutan campuran, dan
hutan alam. Jarak antar PSM adalah 10-20 m dalam luasan petak 2400 m2 di
setiap habitat (Gambar 3). PSM dipasang selama dua hari. Perbedaan model
penyusunan PSM pada tiga habitat montana (hutan pinus, hutan campuran, dan
hutan alam) dengan lahan pertanian dikarenakan adanya hambatan, seperti letak
pohon yang tidak teratur dan kontur permukaan tanah yang miring.

10-20 m

A
Sungai
B

Sungai
I

Gambar 3

II

III

IV

Skema penyusunan perangkap sumuran pada empat tipe habitat
montana di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan. – – Pitfall
trap. (I) lahan pertanian, (II) hutan pinus, (III) hutan campuran: (A)
hutan Eucalyptus (B) hutan alam, dan (IV) hutan alam.
Atap
transparan
Kawat
penyangga
Permukaan
tanah
Gelas plastik
Alkohol 70%
a

b

Gambar 4 Desain perangkap. (a) perangkap sumuran (PSM), (b) konstruksi
skematis PSM.

7
Perangkap sumuran (PSM) menggunakan gelas plastik (tinggi 10 cm,
diameter alas bawah 5.7 cm, dan diameter alas atas 9.2 cm) yang diletakkan di
dalam tanah dengan bibir gelas rata terhadap permukaan tanah. Masing-masing
PSM diisi dengan alkohol 70% sampai setengah tinggi gelas yang berfungsi
sebagai agen pembunuh sekaligus pengawet spesimen. Atap transparan berukuran
20 x 20 cm, modifikasi Obrist dan Duelli (1996) digunakan sebagai pelindung
PSM dari hujan dan jatuhan serasah, serta kawat digunakan sebagai penyangga
atap. Jarak antara atap dengan permukaan tanah adalah 10 cm (Gambar 4).
Setelah dua hari, sampel Carabidae dan Staphylinidae serta larutan alkohol
70% di dalam perangkap sumuran (PSM) dipindahkan ke dalam plastik ½
kilogram yang telah diberi label (nomor PSM, tanggal pengambilan sampel,
kolektor, dan habitat). Sampel Carabidae dan Staphylinide diproses lebih lanjut di
Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI Cibinong.

Pemilahan Spesimen
Sampel Carabidae dan Staphylinidae dipindahkan ke dalam cawan petri, lalu
diamati di bawah mikroskop stereo untuk dipilah dari fauna lain. Sampel yang
berukuran kecil (< 1 cm) dimasukkan ke dalam tabung 1.5 ml berisi alkohol 70%,
sedangkan sampel yang berukuran besar (> 1 cm) dibungkus dalam kertas papilot.
Sampel Carabidae dan Staphylinidae di-pinning untuk memudahkan dalam
identifikasi.

Identifikasi
Spesimen Carabidae dan Staphylinidae diidentifikasi hingga tingkat subordo
dan famili menurut Triplehorn dan Johson (2005). Carabidae diidentifikasi hingga
tingkat genus menggunakan kunci identifikasi dari Andrewes (1929), Darlington
(1970), dan Ito (2009). Dua spesimen Carabidae diidentifikasi hingga tingkat
morfospesies menurut Fedorenko (2011) dan satu spesimen Carabidae
diidentifikasi menurut Sawada dan Wiesner (2000).
Staphylinidae diidentifikasi hingga tingkat genus menggunakan kunci
identifikasi dari Cameron (1930). Pada genus yang terdiri dari satu spesies, genus
dianggap spesies. Pada genus yang terdiri dari lebih dari satu spesies, identifikasi
dilakukan hingga tingkat morfospesies berdasarkan perbedaan morfologi eksternal.
Tiap individu yang sama secara morfologi dianggap spesies, sehingga masingmasing morfospesies dapat mewakili spesies.
Karakter yang diamati pada tingkat subordo adalah metakoksa membagi
atau tidak membagi ruas pertama abdomen (Gambar 5). Karakter yang diamati
pada tingkat famili, yaitu elitra menutup atau tidak menutup abdomen dan ada
tidaknya sutura notopleural (Gambar 6 dan 7).
Karakter tingkat subfamili yang diamati pada Carabidae adalah panjang
klipeus, letak mesepimera terhadap mesokoksa, dan bentuk tungkai depan
(Andrewes 1929). Karakter tingkat subfamili yang diamati pada Staphylinidae
adalah letak pangkal antena, ada tidaknya oseli di posterior kepala, ukuran mata,
posisi kepala, dan skutelum (Cameron 1930). Pada tingkat genus dan

8
morfospesies, karakter yang diamati meliputi: (a) panjang tubuh yang diukur dari
tepi anterior toraks hingga ujung abdomen; (b) bentuk tubuh, pronotum, dan
abdomen; (c) panjang dan lebar kepala, toraks, dan elitra; serta (d) pola warna
tubuh. Istilah morfologi yang digunakan merujuk Kamus Istilah Entomologi
(Sosromarsono et al. 2010).

s1

ks3

ks3

s1
tr3

s2

s2
a

b

Gambar 5 Karakter kumbang. (a) Subordo Adephaga, (b) Subordo Polyphaga.
(ks3) metakoksa, (s1-2) sklerit 1-2, (tr3) metatrokanter.

md
sg

mksp

kli

ant
sef

snpl

m
nt1

tor

epm2

sku
tb

ks2

el

fm

ab
ts

ks3

s1
s2
s3
s4
s5
s6

a

b

Gambar 6 Skematis Carabidae. (a) sisi dorsal, (b) sisi ventral. (ab) abdomen,
(ant) antena, (el) elitra, (epm2) mesepimera, (fm) femur, (kli)
klipeus, (ks2) mesokoksa, (ks3) metakoksa, (m) mata, (md)
mandibula, (mksp) maksilari palpi, (nt1) pronotum, (sef) sefal, (sg)
sutura gular, (sku) skutelum, (snpl) sutura notopleural, (tb) tibia,
(tor) toraks, (ts) tarsus, (s1-6) sklerit 1-6. Skala bar: 1 mm.

9
md

mksp

ant
sg
sef
nt1

tor

el
ks3

ab

s1
s2
s3
s4

s1
s2
s3
s4
s5

s5
s6

s6

a

b

Gambar 7 Skematis Staphylinidae. (a) sisi dorsal, (b) sisi ventral. Keterangan
merujuk pada Gambar 6. Skala bar: 1 mm.
Spesimen Carabidae dan Staphylinidae diverifikasi oleh ahli-ahli Coleoptera
(Lampiran 1) dengan cara mengirimkan foto spesimen melalui email. Semua
spesimen dideposit di Museum Zoologicum Bogoriense, LIPI Cibinong.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang diukur meliputi suhu udara, suhu tanah,
kelembaban udara, kelembaban tanah, dan pH tanah. Suhu udara dan kelembaban
udara diukur menggunakan termohigrometer digital. Suhu tanah diukur
menggunakan termometer tanah. Kelembaban udara dan pH tanah diukur
menggunakan soil tester Takemura. Kisaran kelembaban tanah pada soil tester
adalah 1% - 8% dan kisaran pH tanah adalah 3-8.

Prosedur Analisis Data
Data yang dianalisis meliputi: kekayaan spesies (S), indeks keanekaragaman
Shannon (H’), indeks Simpson / dominansi spesies (D), indeks kemerataan spesies
(E) (Magurran 1988), indeks kesamaan Bray-Curtis (Somerfield 2008), dan
hubungan antara spesies Carabidae dan Staphylinidae terhadap tipe habitat
montana dan faktor lingkungan (Hammer dan Harper 2006).
1. Indeks keanekaragaman Shannon (H’) dihitung untuk mengetahui
keanekaragaman Carabidae dan Staphylinidae dengan persamaan:

10

Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman Shannon
pi = proporsi individu yang ditemukan pada spesies ke-i
2. Indeks Simpson (D) dihitung untuk mengetahui dominansi Carabidae dan
Staphylinidae dengan persamaan:
Keterangan:
D = Indeks dominansi spesies
pi = proporsi individu pada spesies ke-i
3. Indeks kemerataan spesies (E) dihitung untuk mengetahui kemerataan
Carabidae dan Staphylinidae dengan persamaan:
Keterangan:
E = indeks kemerataan
H’ = indeks keanekaragaman Shannon
S = Kekayaan spesies
4. Indeks kesamaan Bray-Curtis (Somerfield 2008) dianalisis untuk mempelajari
kemiripan komunitas Carabidae dan Staphylinidae antar tipe habitat montana.
Analisis data untuk indeks kesamaan Bray-Curtis dibuat dalam bentuk matriks
dan dendogram menggunakan program Paleontological Statistics (PAST)
versi 1.93 (Hammer dan Harper 2006). Data yang digunakan adalah data
kelimpahan masing-masing spesies pada setiap tipe habitat montana, dan
dihitung dengan persamaan:

Keterangan:
yij = kelimpahan spesies ke-i pada sampel ke-j
yik = kelimpahan spesies ke-i pada sampel ke-k
5. Hubungan antara spesies Carabidae dan Staphylinidae, habitat montana, dan
faktor lingkungan dianalisis menggunakan Canonical Correspondence
Analysis (CCA) yang diterapkan dalam program Paleontological Statistics
(PAST) versi 1.93 (Hammer dan Harper 2006). Korelasi positif ditunjukkan
dengan arah vektor mendekati titik objek, sedangkan arah vektor yang
menjauhi titik objek mengindikasikan korelasi negatif (Quinn dan Keough
2002).

11

3 HASIL
Keanekaragaman dan Kelimpahan Carabidae
Dalam satu kali pengambilan sampel dengan metode perangkap sumuran,
pada empat tipe habitat montana diperoleh jumlah individu Carabidae lebih
sedikit dibandingkan Staphylinidae, yaitu 42 individu, yang terdiri dari 3
subfamili, 6 genus, dan 9 spesies (Tabel 2). Subfamili Harpalinae adalah kumbang
Carabidae yang paling banyak dikoleksi di kawasan Gunung Bawakaraeng, terdiri
dari 7 spesies, salah satunya Aephinidius adelioides (Gambar 14a). Subfamili
Cicindelinae dan Scaritinae masing-masing hanya dikoleksi 1 spesies, yaitu
berturut-turut Hipparidium shinjii (Gambar 13c) dan Clivina sp. (Gambar 18e)
(Tabel 2).
Keanekaragaman Carabidae tertinggi berada di hutan alam (2165 m dpl) (H’
= 1.098, E = 1) yang terdiri dari 3 spesies. Hutan pinus merupakan habitat dengan
keanekaragaman dan kemerataan paling rendah (H’ = 0, E = 0) karena hanya
ditemukan 1 individu Carabidae (Tabel 2).
Lahan pertanian merupakan habitat yang memiliki keanekaragaman lebih
rendah dari hutan alam (2165 m dpl), tetapi memiliki kelimpahan Carabidae
paling tinggi, sedangkan kelimpahan paling rendah terdapat di hutan pinus.
Kelimpahan tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah lahan pertanian (36
individu), hutan alam (2165 m dpl) (3 individu), hutan campuran (2 individu), dan
hutan pinus (1 individu) (Tabel 2).
Tabel 2 Keanekaragaman dan kelimpahan Carabidae dari tiga subfamili pada
empat tipe habitat montana di Gunung Bawakaraeng
Subfamili
Spesies
Cicindelinae
Hipparidium shinjii
Harpalinae
Aephnidius adelioides
Egadroma sp.
Harpaloxenus sp.
Pseudotrichotichnus sp.
Trigonotomi (Lesticus sp.?)
Platynini sp.1
Platynini sp.2
Scaritinae
Clivina sp.
N (∑ individu)
S (kekayaan spesies)
H’ (keanekaragaman)
E (kemerataan)
D (dominansi)

Singk.

Tipe habitat montana
LP
HP HEHA HA

Total

Hip

0

1

0

0

1

Aep
Ega
Har
Pse
Tri
Pla.1
Pla.2

30
1
3
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
1
1
0

0
0
0
1
0
1
1

30
1
3
1
1
2
1

2
36
4
0.619
0.446
0.705

0
1
1
0
0
1

0
2
2
0.693
1
0.5

0
3
3
1.098
1
0.33

2
42
9

Cli

Keterangan tipe habitat montana merujuk pada Tabel 1; Singk.: singkatan.

12
Setiap habitat memiliki spesies asli kumbang Carabidae. Aephnidius
adelioides (Harpalinae) (Gambar 14a) yang paling mendominasi di lahan
pertanian. Spesies Carabidae lainnya, yaitu Hipparidium shinjii (Cicindelinae)
(Gambar 13c), Trigonotomi (Lesticus sp.?) (Harpalinae) (Gambar 16a), dan
Platynini sp.1 (Harpalinae) (Gambar 17a) berturut-turut ditemukan di hutan pinus,
di hutan alam (1835 m dpl) di bawah kanopi hutan berbatasan dengan daerah
terbuka, dan di kedua hutan alam (1835 dan 2165 m dpl) (Tabel 2).
Indeks kesamaan Bray-Curtis menunjukkan kesamaan komunitas Carabidae
yang paling dekat adalah antara hutan campuran dan hutan alam (2165 m dpl)
(0.4) (Tabel 3). Dendogram indeks kesamaan Bray-Curtis menunjukkan bahwa
komunitas Carabidae di lahan pertanian dan hutan pinus mengelompok tersendiri
(Gambar 8).
Tabel 3 Matriks kesamaan komunitas Carabidae pada habitat lahan pertanian
(LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan Eucalyptus dan hutan
alam (HEHA), dan hutan alam (HA) berdasarkan indeks Bray-Curtis
Habitat
LP
HP
HEHA
HA

1.0

Matriks kesamaan komunitas
LP

HP

HEHA

0
0
0

0
0

0.4

HEHA

HA

HA

HP

LP

0.9
0.8
0.7

Similarity

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0

Gambar 8 Dendogram kesamaan komunitas Carabidae pada habitat
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran:
Eucalyptus dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam
berdasarkan matriks Bray-Curtis menggunakan metode
group

lahan
hutan
(HA)
pair-

13
Keanekaragaman dan Kelimpahan Staphylinidae
Dalam satu kali pengambilan sampel, sebanyak 260 individu dari 8
subfamili, 16 genus, dan 37 spesies dikoleksi pada empat tipe habitat montana,
dan 2 subfamili terbesar adalah Aleocharinae dan Staphylininae (Tabel 4).
Subfamili Aleocharinae terdiri dari 13 spesies dan Subfamili Staphylininae terdiri
dari 8 spesies. Sebagian besar dari spesies Aleocharinae dan Staphylininae
mendominasi 3 tipe habitat montana, yaitu (1) Aleochara sp. (Aleocharinae)
(Gambar 20b) dan Xantholinini sp. (Staphylininae) (Gambar 29g) mendominasi di
lahan pertanian, (2) Tropimenelytron sp.1 (Aleocharinae) (Gambar 19b) dan
Philonthus sp.3 (Staphylininae) (Gambar 29b) mendominasi di hutan pinus, dan
(3) Athetini sp.1 (Aleocharinae) (Gambar 20e) mendominasi di hutan alam (2165
m dpl). Spesies Staphylinidae lainnya, yaitu Paederus sp.1 (Paederinae) (Gambar
27b) ditemukan di lahan pertanian, serta Paederus sp.2 (Paederinae) (Gambar
27c) dan Mycetoporini sp.2 (Tachyporinae) (Gambar 31d) dikoleksi di kedua
hutan alam (1835 dan 2165 m dpl). Dominansi spesies tidak ditemukan di hutan
campuran (Tabel 4).
Keanekaragaman Staphylinidae meningkat dari lahan pertanian ke hutan
alam (2165 m dpl). Keanekaragaman tertinggi berada di hutan alam (2165 m dpl)
(H’ = 2.525, E = 0.842) yang terdiri dari 20 spesies. Lahan pertanian merupakan
habitat dengan keanekaragaman dan kemerataan paling rendah (H’ = 1.632, E =
0.68) (Tabel 4).
Kelimpahan Staphylinidae tertinggi berada di hutan alam (2165 m dpl),
sedangkan kelimpahan terendah berada di hutan campuran. Kelimpahan tertinggi
hingga terendah berturut-turut adalah hutan alam (2165 m dpl) (90 individu),
lahan pertanian (77 individu), hutan pinus (70 individu), dan hutan campuran (23
individu) (Tabel 4).
Tabel 4

Keanekaragaman dan kelimpahan Staphylinidae dari delapan
subfamili pada empat tipe habitat Montana di Gunung Bawakaraeng
Tipe habitat montana
Subfamili
Singk.
Total
Spesies
LP
HP
HEHA
HA
Aleocharinae
Aleochara sp.
Ale
17
0
0
0
17
Anomognathus sp.
Amo
0
1
0
0
1
Atheta sp.
Ata
0
0
2
0
2
Athetini sp.1
Ani.1
0
0
0
17
17
Athetini sp.2
Ani.2
5
5
1
1
12
Athetini sp.3
Ani.3
1
8
0
2
11
Athetini sp.4
Ani.4
0
3
0
0
3
Coenonica sp.
Coe
0
0
0
1
1
Drusilla sp.
Dru
0
0
0
3
3
Homalotini sp.
Hom
0
0
1
0
1
Neosilusa sp.
Neo
1
0
0
0
1
Tropimenelytron sp.1
Tro.1
0
24
2
11
37
Tropimenelytron sp.2
Tro.2
0
2
3
13
18
Omaliinae
Phloeonomus sp.
Phl
0
0
0
4
4

14
Lanjutan Tabel 4
Subfamili
Spesies
Osoriinae
Eleusis sp.
Oxytelinae
Anotylus sp.1
Anotylus sp.2
Anotylus sp.3
Anotylus sp.4
Anotylus sp.5
Anotylus sp.6
Paederinae
Astenus sp.
Paederus sp.1
Paederus sp.2
Medonina sp.
Staphylininae
Erichsonius sp.
Philonthus sp.1
Philonthus sp.2
Philonthus sp.3
Philonthus sp.4
Philonthus sp.5
Philonthus sp.6
Xantholinini sp.
Steninae
Stenus sp.
Tachyporinae
Mycetoporini sp.1
Mycetoporini sp.2
Sepedophilus sp.
N (∑ individu)
S (kekayaan spesies)
H’ (keanekaragaman)
E (kemerataan)
D (dominansi)

Singk.

Tipe habitat montana
LP
HP
HEHA
HA

Total

Ele

0

0

0

2

2

Aty.1
Aty.2
Aty.3
Aty.4
Aty.5
Aty.6

0
0
0
0
0
1

0
0
0
0
1
0

0
0
0
1
0
0

13
3
1
0
0
0

13
3
1
1
1
1

Ast
Pae.1
Pae.2
Med

0
2
0
1

0
0
0
0

2
0
4
1

0
0
6
0

2
2
10
2

Eri
Phi.1
Phi.2
Phi.3
Phi.4
Phi.5
Phi.6
Xan

0
8
4
0
0
0
0
36

0
0
0
16
7
0
3
0

1
0
0
1
1
0
0
0

0
0
0
2
1
1
1
0

1
8
4
19
9
1
4
36

Ste

0

0

0

2

2

0
0
1
77
11
1.632
0.68
0.286

0
0
0
70
10
1.863
0.809
0.202

0
3
0
23
13
2.426
0.945
0.1

1
5
0
90
20
2.525
0.842
0.106

1
8
1
260
37

Myc.1
Myc.2
Sep

Keterangan tipe habitat montana merujuk pada Tabel 1; Singk.: singkatan.

Sama halnya dengan Carabidae, indeks kesamaan Bray-Curtis menunjukkan
kesamaan komunitas Staphylinidae yang paling dekat adalah antara hutan
campuran dan hutan alam (2165 m dpl) (0.26549) (Tabel 5). Dendogram indeks
kesamaan Bray-Curtis menunjukkan lahan pertanian memiliki kesamaan
komunitas yang paling jauh dengan tipe habitat lainnya (Gambar 9).

15
Tabel 5

Habitat
LP
HP
HEHA
HA

Matriks kesamaan komunitas Staphylinidae pada habitat lahan
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan
Eucalyptus dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA)
berdasarkan indeks Bray-Curtis
Matriks kesamaan komunitas
LP

HP

HEHA

0.081633
0.04
0.023952

0.15054
0.25

0.26549

HP

HEHA

HA

HA

LP

0.96
0.84
0.72

Similarity

0.60
0.48

0.36
0.24
0.12
0.00

Gambar 9 Dendogram kesamaan komunitas Staphylinidae pada habitat lahan
pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran: hutan
Eucalyptus dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA)
berdasarkan matriks Bray-Curtis menggunakan metode pair-group
Data gabungan sampel Carabidae dan Staphylinidae yang dianalisis dalam
bentuk dendogram indeks kesamaan Bray-Curtis menunjukkan kesesuaian antara
kesamaan komunitas Carabidae dan Staphylinidae dengan kesamaan komunitas
Staphylinidae (Gambar 10). Indeks tersebut menunjukkan komunitas Carabidae
dan Staphylinidae pada hutan campuran paling dekat dengan komunitas Carabidae
dan Staphylinidae di hutan alam (2165 m dpl) (0.27119) (Tabel 6).

16
Tabel 6

Habitat
LP
HP
HEHA
HA

Matriks kesamaan komunitas Carabidae dan Staphylinidae pada
habitat lahan pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan campuran:
hutan Eucalyptus dan hutan alam (HEHA), dan hutan alam (HA)
berdasarkan indeks Bray-Curtis
Matriks kesamaan komunitas
LP

HP

HEHA

0.065217
0.028986
0.019417

0.14583
0.2439

0.27119

HP

HEHA

HA

HA

LP

0.96
0.84
0.72

Similarity

0.60
0.48
0.36
0.24
0.12
0.00

Gambar 10 Dendogram kesamaan komunitas Carabidae dan Staphylinidae
pada habitat lahan pertanian (LP), hutan pinus (HP), hutan
campuran: hutan Eucalyptus dan hutan alam (HEHA), dan hutan
alam (HA) berdasarkan matriks Bray-Curtis menggunakan
metode pair-group

Faktor Lingkungan pada Empat Tipe Montana
Data lingkungan di Gunung Bawakaraeng menunjukkan bahwa lahan
pertanian memiliki suhu udara (33.77 oC) dan suhu tanah (21.63 oC) tertinggi,
namun memiliki kelembaban udara (31.67%) dan kelembaban tanah (1.33%)
paling rendah dibandingkan habitat lainnya. Sebaliknya, hutan alam tercatat
memiliki suhu udara (22.77 oC) dan suhu tanah (18.23 oC) terendah, tetapi
memiliki kelembaban udara (66%) dan kelembaban tanah (7%) tertinggi (Tabel 7).

17
Tabel 7

Faktor lingkungan pada empat tipe habitat montana di Gunung
Bawakaraeng, Sulawesi Selatan

No

Variabel
o

1
2
3
4
5

Suhu udara ( C)
Kelembaban udara (%)
pH tanah
Kelembaban tanah (%)
Suhu tanah (oC)

Singk.
Tu
Tt
Ru
Rt
pHt

Tipe habitat montana
LP
33.77
31.67
6.83
1.33
21.63

HP
23.83
56.67
6.83
5.83
18.87

HEHA
24.13
55.16
6
5.75
19.13

HA
22.77
66
4
7
18.23

Keterangan tipe habitat montana merujuk pada Tabel 1; Singk.: singkatan.

Korelasi antara Spesies Carabidae terhadap Faktor Lingkungan
Spesies A. adelioides (Harpalinae) adalah Carabidae yang paling melimpah
di lahan pertanian. Spesies Carabidae yang dikoleksi hanya di hutan pinus adalah
Hipparidium shinjii (Cicindelinae). Berdasarkan Canonical Correspondence
Analysis (CCA), Aephnidius adelioides yang mengelompok bersama Egadroma
sp., Harpaloxenus sp. (Harpalinae), dan Clivina sp. (Scaritinae) di lahan pertanian
memiliki korelasi positif terhadap suhu udara dan tanah, sementara H. shinjii tidak
berkorelasi terhadap semua faktor lingkungan (Gambar 11).

Pse
Pla.2

II Hip

IV

Axis 2

3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0

Pla.1

Rhu Rht

Aep, Ega
Har, Cli

III
Tri
-1.6

I pHt
Tu Tt
-0.8 0.0
0.8

1.6

2.4

3.2

4.0

4.8

Axis 1

Gambar

11

Diagram Canonical Correspondence Analysis (CCA)
menunjukkan hubungan antara spesies Carabidae ( ), tipe
habitat montana ( ), dan faktor lingkungan (
). Nama
spesies merujuk pada Tabel 2. Faktor lingkungan merujuk
pada Tabel 7. Tipe habitat montana merujuk pada Tabel 1.

18
Korelasi antara Spesies Staphylinidae terhadap Faktor Lingkungan

Axis 2

Staphylinidae yang paling melimpah di lahan pertanian adalah Aleochara sp.
(Aleocharinae) dan Xantholinini sp. (Staphylininae). Analisis CCA menunjukkan
bahwa Aleochara sp. dan Xantholinini sp. yang mengelompok di lahan pertanian
bersama Paederus sp.1 (Paederinae) salah satunya memiliki korelasi positif
terhadap suhu udara dan tanah (Gambar 12).
Dua spesies Staphylinidae dari keseluruhan yang hanya ditemukan di hutan
alam (2165 m dpl) adalah Athetini sp.1 (Aleocharinae) dan Phloeonomus sp.
(Omaliinae). Kedua spesies tersebut mengelompok di hutan alam (2165 m dpl)
bersama Anotylus sp.1, Anotylus sp.2, dan Anotylus sp.3 (Oxytelinae) diantaranya,
dan memiliki korelasi positif terhadap kelembaban udara dan tanah (Gambar 12).

1.5
Pae.2
Myc.2
1.0
Tro.2 IV
0.5
III
Rhu
0.0
Rht
-0.5
Tro.1
-1.0 Phi.6 II Ani.3
Phi.4
-1.5
Phi.3
-2.0
Amo Ani.4
-2.5
Aty.5
-3.0
-0.9 -0.6 -0.3

Gambar

12

Ani.1, Coe, Dru, Phl
Aty.1, Aty.2, Aty.3
Ele, Ste, Phi.5, Myc.1
Med
Ani.2

Aty.6, Pae.1
Phi.1, Phi.2
Neo, Sep
Ale, Xan
I

Tu
Tt

pHt
Ata, Hom, Aty.4
Ast, Eri

0.0

0.3 0.6
Axis 1

0.9

1.2

1.5

1.8

Diagram Canonical Correspondence Analysis (CCA)
menunjukkan hubungan antara spesies Staphylinidae ( ), tipe
habitat montana ( ), dan faktor lingkungan (
). Nama
spesies merujuk pada Tabel 4. Faktor lingkungan pada Tabel
7. Tipe habitat montana merujuk pada Tabel 1.
Deskripsi Morfologi Spesies Carabidae

Kumbang Carabidae termasuk ke dalam Subordo Adephaga yang dicirikan
dengan metakoksa membagi ruas abdomen pertama sehingga sklerit yang terlihat
jelas adalah sklerit 2-5. Famili Carabidae memiliki karakteristik berupa elitra striat
(bergari