Ketersediaan Lahan Pada Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga Dan Nanggung).

i

KETERSEDIAAN LAHAN PADA KAWASAN PERKEBUNAN
DI KABUPATEN BOGOR BAGIAN BARAT
(Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)

FATHYA VIRGINA SOEKATNO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Lahan pada

Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan
Jasinga dan Nanggung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Fathya Virgina Soekatno
NIM A14110068

ii

iii

ABSTRAK
FATHYA VIRGINA SOEKATNO. Ketersediaan Lahan pada Kawasan
Perkebunan di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga
Dan Nanggung). Dibimbing oleh ASDAR ISWATI dan HERMANU WIDJAJA.

Pemekaran Daerah Otonom Baru Kabupaten Bogor bagian Barat mengalami
dinamika. Penetapan kawasan perkebunan berbasis agribisnis telah dipersiapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan perkebunan, penggunaan
lahan dan keselarasannya, status lahan, lahan tersedia untuk perkebunan dan
kesesuaian lahannya untuk tanaman perkebunan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi identifikasi kawasan perkebunan, pemetaan penggunaan
lahan, identifikasi lahan tersedia untuk kawasan perkebunan, dan evaluasi
kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan unggulan. Kawasan perkebunan di
Kecamatan Jasinga 2295.78 Ha dan di Kecamatan Nanggung 1095.82 Ha.
Penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga adalah galian C,
hutan, jalan, kebun campuran, fasilitas umum, lahan terbuka, pemukiman,
perkebunan, rumput, sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air. Penggunaan
lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung adalah galian C, hutan,
jalan, kebun campuran, fasilitas umum, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan,
sawah, semak belukar, tegalan, dan tubuh air. Penggunaan lahan yang selaras di
Kecamatan Jasinga 23.24% dan di Kecamatan Nanggung 65.28%. Status lahan
kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga terdiri 0.10 % tanah negara dikuasai,
43% hak guna usaha, 8.67% hak milik, dan 47.33% hak adat. Status lahan di
Kecamatan Nanggung terdiri 25.90 % tanah negara dikuasai, 74.03% hak guna
usaha, 0.02% hak milik, dan 0.05% hak adat. Luas lahan yang tersedia untuk

kawasan perkebunan 2194.4 Ha (95.6%) di Kecamatan Jasinga dan 1031.6 Ha
(94.1%) di Kecamatan Nanggung. Kelas kesesuaian lahan tersedia di Kecamatan
Jasinga untuk kelapa sawit 1404.10 Ha S2 dan 790.29 Ha S3; tanaman karet 2194.4
Ha S3. Di Kecamatan Nanggung kelas kesesuaian lahan tersedia untuk teh dan
cengkeh 1024.59 Ha S3 dan 7.00 Ha N.
Kata kunci: penggunaan lahan, keselarasan, ketersediaan lahan, status lahan,
kesesuaian lahan

iv

ABSTRACT
FATHYA VIRGINA SOEKATNO. The Land Availability in the Plantation Zone
in the Western part of Bogor Regency (Subdistricts Case studies Jasinga and
Nanggung). Supervised by ASDAR ISWATI and HERMANU WIDJAJA.
Development of New Autonomous Western part of Bogor Regency has
continued to show dynamics in the availability of land for plantation in the
agricultural zone. Plantation zone based on agribusiness have been established from
providing the means of production, cultivation, postharvest, management,
marketing, and supporting activities in a intergrated and sustainable. This research
aims to identify the plantation zone, it’s land use and alignment, the land status, the

availability of land for plantations zone, and it’s suitability for competitive
plantation crop. The method used in this research is to identify of plantation zone,
land use mapping, identification of available land for plantation, and evaluation of
land suitability for competitive plantation crop. Plantation zone in research area was
2295.78 ha in Jasinga and 1095.82 ha in Nanggung. Land use in the plantation zone
of Jasinga is mining of C category, forests, roads, mixed gardens, and public
facilities, open land, settlements, plantations, grassland, rice fields, shrubs, fields,
and water bodies. Land use in the plantation area in Nanggung is mining of C
category, forests, roads, mixed gardens, public facilities, open land, settlements,
plantations, rice fields, bushes, fields, and water bodies. Land use of plantation zone
which aligned in the district Jasinga and Nanggung was respectively 23.24% and
65.28%. Land status of the plantation zone in Jasinga consist of 0.10% Statecontrolled land, 43% the right to cultivate, 8.67% property right, and 47.33%
customary right. Land status of plantation zone in Nanggung comprised 25.90%
State-controlled land, 74.03% the right to cultivate, 0.02% property right, and
0.05% customary right. Available land for plantation in Jasinga was 2194.4 ha
(95.6%) and Nanggung 1031.6 ha (94.1%). Land suitability classes of available
land for competitive plantation crop in Jasinga 1404.10 Ha S2 and 790.29 Ha S3
for palm oil, and 2194.4 Ha S3 for rubber. Available land in Nanggung had
suitability classes for tea and clove is 1024.59 Ha S3 and 7.00 Ha N.


Keywords: land use, alignment, availability of land, land status, and land suitability

v

KETERSEDIAAN LAHAN PADA KAWASAN PERKEBUNAN
DI KABUPATEN BOGOR BAGIAN BARAT
(Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
NUNUNG 2016
NURHAYATI


vi

viii

ix

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan
judul “Ketersediaan Lahan pada Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor bagian
Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga dan Nanggung)”. Penelitian dilaksanakan
dari bulan Maret sampai Agustus 2015.
Terima kasih penulis mengucapkan kepada Dr Ir Asdar iswati, MS dan Ir.
Hermanu Widjaja MSc. selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta
bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga untuk kedua
orang tua tercinta Ayahanda Sukatno dan Ibunda Sri Astuti serta kakak adik saya
atas doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Penghargaan juga diberikan kepada
teman satu bimbingan, sahabat, dan semua pihak yang telah mendukung dan
memberikan dorongan baik moral maupun materil sampai terselesaikannya karya

ilmiah ini.
Penulis sadar dengan sepenuh hati adanya keterbatasan dan kemampuan
tenaga, dan pengetahuan penulis, yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
terwujudnya penelitian yang lebih baik di kemudian hari. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Maret 2016
Fathya Virgina Soekatno

x

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


TINJAUAN PUSTAKA

2

Kawasan Perkebunan

2

Jenis Tanaman Pekebunan

3

Kesesuaian Lahan

3

Status Kepemilikan

5


METODE PENELITIAN

5

Tempat dan Waktu Penelitian

5

Bahan dan Alat

6

Pelaksanaan Penelitian

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

13


Kawasan Perkebunan

13

Penggunaan Lahan dan Keselarasannya pada Kawasan Perkebunan

15

Status Kepemilikan Lahan

18

Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan

21

Kesesuaian Lahan pada Lahan Tersedia di Kawasan Perkebunan

23

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

xii

DAFTAR TABEL
1
2
3

Bahan dan sumber data
Teknik analisis data dan keluaran
Kriteria lahan tersedia pada kawasan perkebunan berdasarkan atribut
peta status lahan dan peta penggunaan lahan
Luas kawasan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat
Luas penggunaan lahan dan keselarasannya di kawasan perkebunan
kecamatan Jasinga dan Nanggung
Luas status kepemilikan lahan pada kawasan perkebunan di
Kecamatan Jasinga dan Nanggung
Luas ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga
dan Nanggung.
Nilai LQ komoditas unggulan tanaman perkebunan di Kecamatan
Jasinga dan Nanggung
Luas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pada lahan tersedia
untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung

4
5
6
7
8
9

6
8
10
13
15
18
21
23
24

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13

Lokasi penelitian
Bagan alir penelitian
Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga
Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Nanggung
Sebaran kawasan perkebunan di lokasi penelitian
Grafik luas kawasan perkebunan setiap desa di (a) Kecamatan
Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung
Sebaran jenis penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan
Jasinga
Sebaran penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan
Nanggung
Grafik hubungan antara status lahan dengan penggunaan lahan
pada kawasan perkebunan di (a) Kecamatan Jasinga dan (b)
Kecamatan Nanggung
Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan
Jasinga
Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan
Nanggung
Sebaran ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan di
Kecamatan Jasinga
Sebaran ketersediaan lahan pada kawasan perkebunan di
Kecamatan Nanggung

6
7
11
12
14
14
17
17
19

20
20
21
22

xiii

14 Grafik hubungan antara penggunaan lahan pada lahan tersedia
dengan status lahan di (a) Kecamatan Jasinga dan (b) Kecamatan
Nanggung
15 Kesesuaian lahan komoditas unggulan tanaman perkebunan
(a) kelapa sawit dan (b) karet di Kecamatan Jasinga
16 Kesesuaian lahan komoditas unggulan tanaman perkebunan teh dan
cengkeh di Kecamatan Nanggung

22

25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16
17
18
19

Data suhu rata-rata (oC)
Data curah hujan tahunan Kecamatan Jasinga
Data curah hujan tahunan Kecamatan Nanggung
Form pengumpulan data lapang
Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengumpulan data
responden di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga
Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengumpulan data
responden di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung
Kriteria kesesuaian lahan
Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di
kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga
Luas penggunaan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan di
kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung
Nilai LQ perkebunan negara Kabupaten Bogor 2013
Nilai LQ luas perkebunan swasta Kabupaten Bogor 2013
Nilai LQ produksi perkebunan swasta Kabupaten Bogor 2013
Nilai LQ luas perkebunan rakyat Kabupaten Bogor 2013
Nilai LQ produksi perkebunan rakyat Kabupaten Bogor 2013
Evaluasi tanaman unggulan perkebunan rakyat berdasarkan LQ
luas, produksi dan pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga dan
Nanggung
Sebaran satuan lahan pada lahan tersedia untuk kawasan perkebunan
di Kecamatan Jasinga dan Nanggung
Karakteristik lahan setiap satuan lahan di kawasan perkebunan
Kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan pada lahan tersedia
untuk kelapa sawit dan karet Kecamatan Jasinga
Kelas kesesuaian lahan setiap satuan lahan pada lahan tersedia untuk
teh dan cengkeh Kecamatan Nanggung

29
29
29
30
31
32
34
36
36
36
37
38
39
41
43

44
45
46
46

xiv

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemekaran Kabupaten Bogor bagian Barat memang mengalami dinamika
pasang surut. Tarik menarik kepentingan tidak dapat dipungkiri turut mewarnai
rencana pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB). Berdasarkan hasil kajian
pemerintah Kabupaten Bogor pada tahun 2007, luas wilayah Kabupaten Bogor
bagian Barat 112 406 Ha, terdiri 14 kecamatan, jumlah penduduk 1 227 420 jiwa.
Data hasil kajian tersebut berdasarkan UU 32 tahun 2004 Kabupaten Bogor bagian
Barat memenuhi syarat untuk dimekarkan.
Rencananya DOB Kabupaten Bogor bagian Barat meliputi 14 kecamatan,
yakni Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Jasinga, Sukajaya, Pamijahan,
Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Tenjo, Rumpin, Parungpanjang, Cigudeg, dan
Dramaga. Secara umum Kabupaten Bogor bagian Barat memiliki topografi berbukit
hingga bergunung. Penggunaan lahannya dibagi dalam zonasi untuk pertanian yang
meliputi kawasan hutan produksi terbatas dan tetap, kawasan perkebunan, kawasan
pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan peternakan dan
kawasan perikanan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) diamanahkan tentang
penyusunan Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian yang meliputi kawasan
perkebunan. Penetapan kawasan perkebunan diperlukan untuk memudahkan
pengembangan perkebunan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana
produksi, budidaya, pengelolaan pasca panen dan pemasaran, serta kegiatan
pendukungnya secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan.
Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Bogor (2013) luas kawasan
perkebunan di Kabupaten Bogor relatif terbatas yaitu sekitar 22.629,40 Ha sehingga
bentuk usaha skala besar tidak dianjurkan. Oleh karena itu diarahkan ke usaha
perkebunan skala kecil dan bekerjasama dengan usaha perkebunan besar yang
sudah ada.
Tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor diusahakan pada lahan dengan
kendala utama kemiringan lereng, sehingga degradasi lahan melalui proses erosi
dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama (Pemerintah Kabupaten Bogor,
2013). Permasalahan yang dihadapi sekarang ialah kebutuhan lahan yang semakin
meningkat, adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non
pertanian dan langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial. Maka perlu
adanya identifikasi lahan tersedia pada kawasan perkebunan untuk
mengembangkan komoditas perkebunan yang menjadi unggulan secara optimal.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.) Mengidentifikasi kawasan perkebunan di Kabupaten Bogor bagian Barat
2.) Mengidentifikasi jenis penggunaan lahan dan keselarasannya terhadap
kawasan perkebunan di wilayah Kecamatan Jasinga dan Nanggung

2

3.) Mengidentifikasi status kepemilikan lahan kawasan perkebunan di wilayah
Kecamatan Jasinga dan Nanggung
4.) Menganalisis ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan
Jasinga dan Nanggung
5.) Mengevaluasi kesesuaian lahan yang tersedia pada kawasan perkebunan
untuk tanaman perkebunan yang menjadi unggulan di Kecamatan Jasinga
dan Nanggung.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan merupakan kawasan budidaya. Kawasan budidaya ialah
Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 41 Tahun 2009 kawasan budidaya
perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan
dikembangkan baik pada lahan basah dan kering untuk komoditas perkebunan. Ciriciri untuk kawasan perkebunan yaitu: (1) lokasi mengacu pada RTRW provinsi dan
kabupaten/kota, dan mengacu pada kesesuaian lahan, (2) pengembangan
perkebunan pada lahan gambut mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, (3) dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
swasta, dan masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi lingkungan, (4)
berbasis komoditas perkebunan nasional dan daerah yang mengacu pada kesesuaian
lahan, (5) pengembangan kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi, atau
petani perorangan, dan (6) dapat diinterpratasikan dengan komoditas budidaya
lainnya.
Pengembangan kawasan perkebunan harus dapat mendukung upaya untuk
mengurangi kesenjangan struktural, spasial, antar golongan atau generasi,
peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hal ini dapat
terjadi apabila pengembangan diarahkan pada peningkatan penghasilan devisa
negara dan pendapatan petani, pengembangkan wilayah marginal, dan terpencil,
menjaga keseimbangan ekosistem dan tata air, serta pengembangan usaha agribisnis
(Permentan No. 41 Th. 2009).
Pengelolaan kawasan perkebunan di Kabupaten Bogor dibagi menjadi dua
yaitu Perkebunan Besar dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan Besar dikelola oleh
perusahaan swasta dan perusahaan negara, sedangkan perkebunan rakyat dikelola
oleh masyarakat tani. Kawasan Perkebunan di Kabupaten Bogor terdiri dari
Perkebunan Besar Swasta seluas 3.623,40 Ha, Perkebunan Besar Negara seluas
4.755,42 Ha dan Perkebunan Rakyat seluas 14.250,58 Ha (Dinas Pertanian dan
Kehutanan, 2013).

3

Jenis Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan
yang karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman
perkebunan. Dengan demikian tanaman perkebunan bisa dikelompokkan menjadi
dua, yaitu tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim adalah jenis
tanaman yang hanya dipanen satu kali dengan siklus hidup satu tahun sekali,
contohnya tanaman tebu, kapas dan tembakau. Sementara tanaman tahunan
membutuhkan waktu yang panjang untuk berproduksi dan bisa menghasilkan
sampai puluhan tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya tanaman
kelapa sawit, karet, kakao, cengkeh, kopi dan lada (Dirjenbun, 2011).
Jenis tanaman perkebunan memiliki sebutan lain yaitu tanaman perdagangan
dan tanaman industri. Sebutan ini menunjukkan legitimasi bahwa ada peluang
bisnis dari pengusahaan tanaman perkebunan. Selain itu tanaman sub sektor
perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama
dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa
negara dan penyedia lapangan kerja (Dirjenbun,2011).
Tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor relatif terbatas, pada perkebunan
Negara terdapat tiga kebun dengan komoditas teh, kelapa sawit, dan kina.
Perkebunan tersebut dikelola oleh satu perusahaan BUMN yaitu PTPN VIII.
Jumlah perkebunan swasta sebanyak 17 perusahaan. Jenis komoditas yang ditanam
adalah karet, pala, teh, cengkeh dan kopi. Lokasinya tersebar dikecamatan Jasinga,
Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Rancabungur, Ciawi, Rumpin, Leuwisadeng, dan
Tamansari. Jumlah perkebunan rakyat tersebar di 40 kecamatan, komoditas yang
ditanam adalah vanilli, karet, kopi, pala, cengkeh, kelapa, aren, dan tanaman obat
(Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2013).

Kesesuaian Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka,2007). Lahan dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang tersusun atas komponen struktural yaitu karakteristik
lahan dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan
ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan
tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan
kecocokan antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria
kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman atau
penggunaan lahan yang dievaluasi. Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang
dapat diukur atau diestimasi seperti curah hujan, tekstur tanah, ketersediaan air,
drainase, KTK, KB, dan pH. Kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih
kompleks atau sifat-sifat pengenal, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan
terhadap erosi dan bahaya banjir (Ritung et al. 2011).
Kesesuaian lahan menurut FAO (1976) terdiri dari kesesuaian lahan kualitatif
dan kesesuaian lahan kuantitatif. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian

4

lahan yang hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan tanpa memperhitungkan
secara tepat produksi, masukkan dan keuntungan yang dapat diperoleh. Kesesuaian
lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang tidak hanya didasarkan pada kondisi
fisik lahan, akan tetapi juga telah mempertimbangkan aspek ekonomi. Masingmasing kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai secara aktual maupun potensial atau
sering disebut juga dengan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial.
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh penilaian
kondisi lahan tanpa perbaikan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah
kesesuaian lahan yang telah diberikan masukan perbaikan, seperti pemupukan,
pengairan atau terasering, tergantung jenis faktor penghambatnya (Ritung, 2011).
Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Framework of
Land Evaluation (FAO,1976) terdiri dari 4 kategori yaitu ordo, kelas, subkelas dan
unit. Kategori order menunjukan apakah suatu lahan sesuai (S) atau tidak sesuai (N)
untuk penggunaan tertentu. Kategori klas di dalam order S adalah S1 (sangat sesuai),
S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal); di dalam order N adalah N1 (tidak sesuai
saat ini), N2 (tidak sesuai untuk selamanya). Ciri-ciri kelas dalam ordo di jabarkan
sebagai berikut :
1. Kelas S1 (sangat sesuai) yaitu lahan tidak mempunyai pembatas yang berat
untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang
tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas serta
tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.
2. Kelas S2 (cukup sesuai) yaitu lahan yang mempunyai pembatas-pembatas
agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi
produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukkan yang
diperlukan.
3. Kelas S3 (sesuai marjinal) yaitu lahan yang mempunyai pembatas-pembatas
yang berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi
produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang lebih
banyak dari kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas tersebut memerlukan
modal tinggi sehingga perlu adanya bantuan pemerintah atau swasta.
4. Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini) yaitu lahan yang mempunyai pembatas
yang lebih berat untuk suatu penggunaan secara lestasri, tetapi masih mungkin
diatasi.
5. Kelas N2 (tidak sesuai permanen) yaitu lahan yang mempunyai pembatas
yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu
penggunaan yang lestari.
Sub kelas kesesuaian lahan menggambarkan jenis faktor pembatas. Sub kelas
ditunjukkan oleh huruf jenis pembatas yang ditempatkan sesudah simbol S2, S3,
atau N sedangkan S1 tidak mempunyai sub kelas karena tidak mempunyai faktor
pembatas. Beberapa jenis pembatas yang menentukan sub kelas kesesuaian lahan,
yaitu : iklim (c), topografi (t), kebasahan (w), faktor fisik tanah (s), faktor kesuburan
tanah (f), salinitas dan alkalinitas (n). Sedangkan unit adalah keadaan tingkatan
dalam subkelas kesesuaian lahan (FAO,1976).

5

Status Kepemilikan Lahan
Hukum status kepemilikan tanah di Indonesia dalam Undang-undang (UU)
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA). Dalam
hal kepemilikan tanah konsepsi hukum tanah nasional menyatakan tanah diseluruh
Indonesia adalah milik bangsa Indonesia. Perseorangan baik sendiri maupun
bersama-sama dapat mempunyai hak milik atas tanah. Negara dapat memberikan
tanah pada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan
dan keperluannya. Sebagaimana disebutkan pada pasal 16 UUPA, hak-hak atas
tanah diantaranya hak milik (HM), hak guna usaha (HGU), hak pakai (HP), hak
sewa (HS), hak membuka tanah (HMT), dan hak memungut hasil hutan (HMHH).
HM merupakan hak terkuat atas kepemilikkan suatu tanah dan melekat pada
seseorang Warga Negara Indonesia (WNI) serta tidak memiliki jatuh tempo. Selain
itu status kepemilikan lahan lebih lanjut digolongkan dalam tanah negara (dikuasai
Negara secara langsung), HGU, Hak Penguasaan Hutan (HPH), tanah ulayat, dan
tanah masyarakat yang diterlantarkan.
Pola kepemilikkan lahan di Indonesia menurut FAO (2002) ialah sistem
tenurial atas tanah dan sumberdaya alam dapat digolongkan kedalam empat
kategori, yaitu kepemilikan privat (individu), kepemilikan komunal (masyarakat),
open acess, dan kepemilikan negara. Pergeseran pemilikan lahan sering terjadi
karena adanya jual beli dibawah tangan atau atas hukum setempat tanpa didaftarkan
kembali sebagaimana diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
antara lain Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 1998 dan Keputusan Menteri Agraria/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional No 14 Tahun 1997 tentang Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Kabupaten Bogor bagian Barat. Kecamatan yang
dijadikan fokus penelitian ditentukan dua tahap. Tahap pertama dipilih kecamatan
yang mempunyai tanaman perkebunan yang luas. Tahap kedua kecamatan yang
terpilih pada tahap pertama dipilih lagi berdasarkan luas kawasan perkebunan.
Kecamatan yang dijadikan fokus penelitian adalah kecamatan yang luas kawasan
perkebunannya urutan 1 dan 2. Analisis data dilakukan di Studio Divisi
Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama
enam bulan mulai pada bulan Maret – Agustus 2015. Lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.

6

Gambar 1 Lokasi penelitian

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah citra Aster, peta RTRW
Kabupaten Bogor, peta administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat, peta jalan dan
sungai Kabupaten Bogor, peta status lahan, peta satuan lahan, data monografi, data
curah hujan, suhu dan kelembaban kecamatan penelitian. Secara rinci bahan dan
sumber data penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Bahan dan sumber data
No
Bahan
Citra
Aster
Kabupaten
Bogor bagian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Barat Tahun 2014
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor Tahun 2009-2025
skala 1:100.000
Peta Administrasi Kecamatan dan
Desa Kabupaten Bogor bagian Barat
Tahun 2014 skala 1:100.000
Peta jalan dan sungai Kab. Bogor
Tahun 2012 skala 1:100.000
Peta status lahan Kecamatan Penelitian
Tahun 2010 skala 1:25.000
Peta satuan lahan Kab. Bogor bagian
Barat Tahun 2014 skala 1: 50.000
Data monografi luas dan produksi
perkebunan Kab. Bogor Tahun 2013
Data curah hujan dan Iklim Kecamatan
Penelitian Tahun 2009-2014

Sumber data
Jaxsa
Badan Perencanaan Pengembangan Daerah
(BAPEDDA) Kabupaten Bogor
Badan Perencanaan Pengembangan Daerah
(BAPEDDA) Kabupaten Bogor
Badan Perencanaan Pengembangan Daerah
(BAPEDDA) Kabupaten Bogor
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Bogor
Tim Peneliti IPB
Departemen Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor
Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG)

7

Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat komputer dan printer, alat tulis
serta perangkat lunak berupa ArcGIS 9.3, Google Earth, dan Microsoft Office.
Sedangkan untuk pengamatan lapang menggunakan peralatan Global Positioning
System (GPS), kompas geologi, dan kamera.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian merupakan penelitian metode deskriptif dengan bagan alir
penelitian pada Gambar 2. Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi lima tahapan,
yaitu (1) tahap persiapan (2) pemetaan penggunaan lahan dan identifikasi
keselarasannya dengan Kawasan Perkebunan (3) identifikasi ketersediaan lahan di
kawasan perkebunan, (4) pengecekan lapang dan (5) evaluasi kesesuaian lahan
yang tersedia di Kawasan Perkebunan untuk komoditas unggulan tanaman
perkebunan. Jenis data dan teknik analisis yang dilakukan untuk mencapai setiap
tujuan penelitian disajikan pada Tabel 2.

Gambar 2 Bagan alir penelitian

8

Tabel 2 Teknik analisis data dan keluaran
No
1

Tujuan Penelitian
Mengidetifikasi
kawasan perkebunan
di Kabupaten Bogor
bagian Barat

Jenis Data
- Peta RTRW Kab.
Bogor tahun 20092025
- Peta administrasi
Kab. Bogor bagian
Barat

Teknik Analisis
Overlay peta RTRW
dengan peta
Administrasi

Keluaran
-Peta dan luas kawasan
perkebunan di
Kecamatan Leuwiliang,
Leuwisadeng,
Nangggung, Sukajaya
dan Jasinga
-Teridentifikasi luas
Kawasan perkebunan
Kec. Jasinga dan
Nanggung urutan 1 & 2

2.

Mengidentifikasi jenis
penggunaan lahan dan
keselarasannya
terhadap kawasan
perkebunan di
wilayah Kecamatan
Jasinga dan
Nanggung

- Citra aster
Kabupaten Bogor
2014yang terkoreksi
geometrinya
- Peta jalan dan
sungai
- Peta kawasan
perkebunan di Kec.
Jasinga dan
Nanggung

-Interpretasi citra
pada skala 1:5.000
-Overlay peta
penggunaan lahan
dan peta kawasan
perkebunan di Kec.
Jasinga dan
Nangung

-Peta tutupan lahan skala
1:5.000 Kec. Jasinga
dan Nanggung
-Teridentifikasi jenis
penggunaan lahan dan
keselarasannya terhadap
kawasan perkebunan

3.

Mengidentifikasi
status kepemilikan
lahan di kawasan
perkebunan di
wilayah Kecamatan
Jasinga dan
Nanggung

- Peta tutupan lahan
kawasan
perkebunan di Kec.
Jasinga dan
Nanggung
- Peta status lahan
tahun 2010

Overlay peta tutupan
lahan dengan peta
status lahan tahun
2010

-Teridentifikasinya status
lahan setiap penggunaan
lahan pada kawasan
perkebunan

4.

Menganalisis
ketersediaan lahan di
kawasan perkebunan
Kecamatan Jasinga
dan Nanggung

- Peta keluaran tujuan
3
- Form pengamatan
lapang

-Analisis ketersediaan
lahan untuk
perkebunan di
kawasan perkebunan
berdasarkan status
lahan dan pengunaan
lahan
-Penentuan titik
pengecekan lapang
-Pengecekan lapang

-Teridentifikasinya
luas lahan yang
tersedia dan tidak
tersedia di kawasan
perkebunan
- Peta ketersediaan Lahan
di kawasan perkebunan
-Peta status lahan di
kawasan perkebunan
-Peta penggunaan lahan
di kawasan perkebunan

5.

Mengevaluasi
kesesuaian lahan
tersedia pada kawasan
perkebunan untuk
tanaman perkebunan
di Kecamatan Jasinga
dan Nanggung

- Data produksi dan
luas perkebunan
Kab. Bogor 2013
- Peta ketersediaan
lahan kawasan
perkebunan
(keluaran tujuan 4)
- Peta Satuan lahan
tahun 2014 skala
1:50.000 (Tim
Peneliti IPB 2014)

-Analisis LQ
-Overlay peta lahan
tersedia di kawasan
perkebunan dengan
peta satuan lahan

-Nilai LQ produksi dan
luas tanaman
perkebunan Kec.Jasinga
dan Nanggung
-Kesesuian lahan untuk
komoditas unggulan
tanaman perkebunan
pada lahan tersedia di
kawasan perkebunan
Kecamatan Jasinga dan
Nanggung.

9

Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi studi literatur, pengumpulan data sekunder,
identifikasi luas kawasan perkebunan pada kecamatan di Kabupaten Bogor bagian
Barat yang urutannya 1-4. Selanjutnya menentukan wilayah yang menjadi fokus
penelitian yang digunakan sebgai wilayah studi kasus. Fokus wilayah penelitian ini
ditentukan berdasarkan luas urutan 1 dan 2 dari 4 kecamatan yang telah ditentukan.
Data yang dikumpulkan, berupa data spasial, data statistik, dan informasi dari
instansi dan masyarakat. Data spasial yang dikumpulkan meliputi data sekunder
berupa citra Aster Kab. Bogor bagian Barat tahun 2014 dari Jaxsa, peta
Administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat, Peta RTRW Kab. Bogor tahun 20092025 dari Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPEDDA), peta status
lahan 2010 diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), peta satuan lahan dari
Tim Peneliti IPB 2014. Jenis data statistik yang dikumpulkan adalah data iklim
terdiri data temperatur dan curah hujan diperoleh BMKG (Lampiran 1-3), data
monografi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor 2013, serta data
produksi dan luas status kepemilikkan terkait perkebunan Negara dan swasta
dikawasan perkebunan yaitu PTPN VIII Cikasungka dan PT. Nirmala Agung.
Kawasan perkebunan pada kecamatan Kabupaten Bogor bagian Barat yang
luasnya urutan 1-4 ditentukan dengan cara menumpang tindihkan peta RTRW
dengan peta Administrasi Kabupaten Bogor bagian Barat. Fokus wilayah penelitian
ditentukan berdasarkan luas urutan 1 dan 2 dari 4 kecamatan yang telah ditentukan
tersebut. Fokus wilayah penelitian tersebut selanjutnya dijadikan wilayah studi
kasus penelitian.
Identifikasi Jenis Penggunaan Lahan dan Identifikasi Keselarasannya dengan
Kawasan Perkebunan
Identifikasi jenis penggunaan lahan dan keselarasannya terhadap kawasan
perkebunan dilakukan pada fokus wilayah penelitian. Identifikasi jenis penggunaan
lahan dengan cara pengklasifikasian penggunaan lahan dari citra Aster Kabupaten
Bogor 2014 yang telah terkoreksi geometrinya. Pengklasifikasian penggunaan
lahan kecamatan wilayah penelitian dilakukan secara visual pada layar monitor
meggunakan software ArcGIS 9.3 dengan pendekatan unsur-unsur interpretasi
warna, rona, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi yang tampak
pada citra (Lillesland dan Kieffer, 1990). Digitasi pada skala 1:5.000 agar mudah
dalam interpretasi dan pixel dari citra tidak pecah. Untuk memudahkan pengamatan
visual dalam menginterpretasi penggunaan lahan, digunakan kombinasi band IMdekat, IM sedang, dan biru (band 432). Kekontrasan yang tinggi dari ketiga band
tersebut memudahkan untuk membedakan penutupan/ penggunaan lahan. Dalam
proses pengklasifikasikan penggunaan lahan dari citra Aster menggunakan
referensi/acuan peta citra ikonos 2012 dan citra dari Google Earth untuk
meminimalisir kesalahan dalam menginterpretasi. Hasil interpretasi penggunaan
lahan tersebut adalah peta penggunaan lahan eksisting tahun 2014.
Identifikasi keselarasan penggunaan lahan terhadap kawasan perkebunan
dilakukan dengan cara mencocokkan jenis penggunaan lahan dengan peta kawasan
perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung. Jenis penggunaan lahan yang
selaras dengan kawasan perkebunan adalah perkebunan.

10

Analisis Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan
Analisis ketersediaan lahan bertujuan untuk mengetahui lahan yang tersedia
di kawasan perkebunan untuk pengembangan komoditas perkebunan unggulan.
Analisis ketersediaan lahan dilakukan dengan cara menumpang tindihkan peta
penggunaan lahan di kawasan perkebunan dengan peta status lahan, sehingga
menghasilkan peta status lahan setiap penggunaan lahan di kawasan perkebunan.
Selanjutnya luas lahan yang tersedia di identifikasi berdasarkan hubungan luas
penggunaan lahan dengan status lahan. Adapun kriteria lahan tersedia disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria lahan tersedia pada kawasan perkebunan berdasarkan atribut peta
status lahan dan peta penggunaan lahan
Jenis Peta
Atribut
Ketersediaan
Status Lahan
Hak Adat (HA)
Tersedia
Hak Guna Usaha (HGU)
Tersedia
Hak Milik (HM)
Tersedia
Tanah Negara Dikuasai (TNK) Tersedia
Penggunaan Lahan
Fasilitas Umum (FU)
Tidak tersedia
Galian C/Tambang (GC)
Tidak tersedia
Hutan (HT)
Tersedia
Jalan (JL)
Tidak tersedia
Kebun campuran (KC)
Tersedia
Lahan terbuka (LB)
Tersedia
Pemukiman (PM)
Tidak tersedia
Perkebunan (PB)
Tersedia
Rumput (RM)
Tersedia
Sawah (SW)
Tidak tersedia
Semak belukar (SB)
Tersedia
Tegalan (TG)
Tersedia
Tubuh air (TA)
Tidak tersedia

Penggunaan lahan tersedia dengan status lahan HM, HA, HGU, dan TNK
adalah hutan, kebun campuran, lahan terbuka, rumput, semak belukar, dan tegalan.
Lahan tersedia untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah lahan yang secara
legalitas sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman perkebunan dengan jenis
penggunaan lahan yang belum produktif. Pengunaan lahan sawah tidak tersedia
untuk perkebunan dikarenakan sawah merupakan sumber pangan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di lokasi penelitian.
Pengecekan Lapang
Pengecekkan lapang dilakukan untuk mengevaluasi dan memperkuat
kebenaran hasil interpretasi penggunaan lahan dan identifikasi status lahan.
Pengecekkan lapang dilakukan pada lahan tersedia di kawasan perkebunan wilayah
Kecamatan Jasinga dan Nanggung. Penggunaan lahan aktual dan status
kepemilikan lahan di cek dengan cara mengamati dan wawancara kepada pejabat
atau penggurus perusahaan dan pemilik lahan atau masyarakat sekitar lahan. Daftar
wawancara disajikan pada Lampiran 4.

11

Sebelum pengecekkan lapang ditentukan titik lokasi pangamatan lapang.
Lokasi pengamatan lapang ditentukan berdasarkan luasan poligon status lahan pada
setiap penggunaan pada lahan tersedia di kawasan perkebunan dan aksesibilitasnya.
Penentuan jumlah titik lokasi pengecekan lapang di setiap poligon penggunaan
lahan yang sama 1 titik untuk luasan yang sempit, sedangkan luasan yang besar
dengan penggunaan lahan dan status yang sama 2-3 titik. Jumlah titik pengamatan
di Kecamatan Jasinga 52 titik dan Nanggung 35 titik. Total titik sampel dalam
penelitian ini sebanyak 87 titik. Koordinat titik pengamatan ditentukan dengan
Global Positioning System (GPS) sebelum pengamatan ke lapang. Koordinat GPS
lokasi pengamatan pada Lampiran 5 untuk Kecamatan Jasinga dan Lampiran 6
Kecamatan Nanggung. Untuk mengamati kemiringan lereng dengan kompas
geologi dan untuk dokumentasi dengan kamera. Sebaran titik pengamatan pada
Gambar 3 dan 4 untuk Kecamatan Jasinga dan Nanggung.

Gambar 2 Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Jasinga

12

Gambar 3 Sebaran titik lokasi pengamatan lapang di Kecamatan Nanggung
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tersedia pada Kawasan Perkebunan untuk
Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan
Untuk mengetahui komoditas unggulan tanaman perkebunan di wilayah
penelitian dilakukan analisis Location Quotient (LQ). Selain itu, juga berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara di lapang. Analisis LQ digunakan untuk
mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai luas dan produksi tanaman perkebunan di Kabupaten
Bogor. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis
relatif seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktivitas
menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut:
LQij

Xij /Xi.
X. j/X. .

Dimana :
LQij = nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i
Xij
= nilai produksi/luas (ton.Rp / ha) untuk komoditas ke-j di
kecamatan ke-i
Xi.
= nilai produksi/luas total (ton.Rp / ha) pada kecamatan ke-i
X.j
= nilai produksi/luas total (ton.Rp / ha) komoditas ke-j pada
total wilayah
X.. = nilai produksi/luas seluruh komoditas di Kabupaten Bogor
i
= kecamatan yang diteliti
j
= komoditas

13

Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut (1) jika nilai LQij> 1,
komoditas ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk dikembanglan disuatu
wilayah (kecamatan), dan (2) jika nilai LQij < 1, komoditas ke-i tidak memiliki
keunggulan komparatif untuk dikembangkan disuatu wilayah (kecamatan).
Berdasarkan hasil analisis LQ dan pengamatan lapang, diketahui komoditas
unggulan tanaman perkebunan. Selanjutnya dicari persyaratan penggunaan lahan
untuk komoditas unggulan hasil analisis. Satuan lahan pada lahan tersedia
ditentukan dengan cara menumpangtindihkan peta ketersediaan lahan pada
kawasan perkebunan dengan peta satuan lahan skala 1:50.000 (Tim Peneliti IPB).
Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan dilakukan pada lahan tersedia
di kawasan perkebunan dengan cara membandingkan karakteristik lahan setiap
jenis satuan lahan pada lahan tersedia dengan persyaratan penggunaan lahan
komoditas unggulan. Kriteria yang digunakan Djaenudin et al,. 2003 (Lampiran 10).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan Perkebunan
Hasil identifikasi luas kawasan perkebunan di wilayah penelitian masingmasing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4 dan sebarannya pada Gambar 5.
Tabel 4 Luas kawasan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat
No
1
2
3
4

Kecamatan
Jasinga
Leuwisadeng
Nanggung
Sukajaya
TOTAL

Luas (Ha)
2 295.78
5.04
1 095.82
340.72
3 737.36

Tabel 4 menunjukkan bahwa luas kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga
urutan 1 dan Kecamatan Nanggung urutan 2. Oleh karena itu, penelitian difokuskan
pada Kecamatan Jasinga dan Nanggung. Luas kawasan perkebunan di Kecamatan
Jasinga lebih besar dari Kecamatan Nanggung. Hal ini dikarenakan desa-desa di
Kecamatan Jasinga memiliki topografi berombak sampai bergunung dengan
kemiringan lereng datar sampai agak curam (Gambar 6a). Sedangkan Kecamatan
Nanggung kawasan perkebunan hanya di dua desa (Gambar 6b). Kecamatan Jasinga
terletak pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dan Kecamatan
Nanggung 1880 meter di atas permukaan laut. Wilayah tersebut sebagian besar
memiliki kemiringan lereng 8-15%. Kondisi topografi dengan kemiringan lereng
tersebut sesuai digunakan untuk menanam tanaman perkebunan karena secara
ekonomi dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan
dengan demikian dapat memacu pembangunan ekonomi daerah.

14

Gambar 5 Sebaran kawasan perkebunan di lokasi penelitian
Grafik luasan kawasan perkebunan setiap desa di Kecamatan Jasinga dan
Nanggung disajikan pada Gambar 6.

(a)

(b)

Gambar 6 Grafik luas kawasan perkebunan setiap desa di (a) Kecamatan
Jasinga dan (b) Kecamatan Nanggung

15

Gambar 6a menunjukkan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga
tersebar di sembilan desa. Desa Curug memiliki kawasan perkebunan terluas. Hal
ini dikarenakan wilayah tersebut sebagian besar bertopografi berombak sampai
bergunung. Selain itu, wilayah tersebut sudah menjadi perkebunan kelapa sawit
milik PTPN VIII Cikasungka. Sedangkan kawasan perkebunan di Desa
Kalongsawah sempit karena berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor tahun 2009 –
2025 desa tersebut peruntukkannya sebagian besar sebagai kawasan tanaman
tahunan.
Gambar 6b menunjukan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan
Nanggung tersebar hanya di dua desa. Kawasan perkebunan terluas di Desa
Malasari yang sudah menjadi perkebunan teh milik PT. Nirmala Agung. Desa
Parakanmuncang kawasan perkebunan terlihat sempit dan merupakan bagian dari
perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cikasungka yang sebagian besar berada di
Kecamatan Cigudeg.

Penggunaan Lahan dan Keselarasannya pada Kawasan Perkebunan
Luas penggunaan lahan dan keselarasannya pada kawasan perkebunan di
Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 5. Sebaran penggunaan
lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga dan Nanggung pada Gambar
7 dan 8.
Tabel 5 Luas penggunaan lahan dan keselarasannya di kawasan perkebunan
Kecamatan Jasinga dan Nanggung
Penggunaan Lahan
Selaras
Perkebunan
Tidak Selaras
Galian C/Tambang (GC)
Kebun Campuran (KC)
Hutan (HT)
Jalan (JL)
Fasilitas Umum (FU)
Lahan Terbuka (LB)
Pemukiman (PM)
Rumput (RM)
Sawah (SW)
Semak Belukar (SB)
Tegalan (TG)
Tubuh Air (TA)
Total
Total Keseluruhan

Luas
Kecamatan Jasinga
Kecamatan Nanggung
(Ha)
(%)
(Ha)
(%)
533.4

23.2

2.1
11.5
1567.5
5.9
0.4
51.5
41.5
6.2
40.4
24.3
11.0
1762.4
2295.8

0.1
0.5
68.3
0.3
0.0
2.2
1.8
0.3
1.8
1.1
0.5
76.8
100.0

715.4

65.3

-

-

24.8
189.2

2.3
17.3

-

-

10.7
0.2
18.5

1.0
0.0
1.7

-

-

34.6
4.4
97.6
0.4

3.2
0.4
8.9
0.0

380.4
1095.8

34.7
100.0

16

Tabel 5 menunjukan bahwa penggunaan lahan di Kawasan Perkebunan
Kecamatan Jasinga ada 12 jenis dan di Kecamatan Nanggung 10 jenis. Penggunaan
lahan Kecamatan Jasinga di dominasi hutan, sedangkan Kecamatan Nanggung di
dominasi perkebunan. Penggunaan lahan hutan di Kecamatan Jasinga lebih besar
karena dikarenakan belum dimanfaatkan dan dikembangkan untuk perkebunan.
Sedangkan di Kecamatan Nanggung penggunaan lahan perkebunan lebih besar dari
hutan. Kondisi ini menunjukan bahwa lahan untuk perkebunan telah dimanfaatkan
dan dikelola secara maksimal.
Penggunaan lahan pemukiman dan sawah di Kecamatan Jasinga lebih besar
dari Kecamatan Nanggung. Hal ini terlihat dari sebaran lahan perkebunan yang
berada di kawasan perkebunan menyebar di sembilan desa, sedangkan Kecamatan
Nanggung yang hanya di dua desa. Keadaan tersebut berbanding lurus untuk
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan papan dan pangan. Selain itu pemukiman
di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga sudah lebih berkembang pesat dari
Kecamatan Nanggung. Jadi masyarakat Kecamatan Jasinga menggunakan lahan
miliknya untuk kegiatan yang bernilai ekonomis tinggi. Pemukiman yang hanya
sedikit di Kecamatan Nanggung merupakan bangunan semi permanen yang dibangun
dalam lahan perkebunan PT Nirmala Agung guna menunjang fasilitas para pekerja.
Jenis penggunaan lahan yang selaras dengan kawasan perkebunan baik
Kecamatan Jasinga dan Nanggung adalah perkebunan. Penggunaan lahan yang
selaras dengan kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga 23.24% dan Kecamatan
Nanggung 65.28%. Perbedaan tersebut dikarenakan Kecamatan Jasinga belum
memanfaatkan dan mengembangkan potensi hutan di kawasan perkebunan lebih
lanjut sebagai lahan perkebunan yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi
penduduk setempat. Hal ini menunjukan masih besarnya potensi lahan untuk
perkebunan di Kecamatan Jasinga.
Perkebunan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung
dikelola oleh pihak negara, swasta, dan rakyat. Pengelola perkebunan Negara
adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) Cikasungka.
Pengelola perkebunan swasta adalah PT. Nirmala Agung. Sedangkan perkebunan
rakyat adalah perkebunan milik rakyat setempat atau luar daerah yang dikelola oleh
rakyat setempat. Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII)
dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Persero
tersebut PTPN VIII Cikasungka dengan komoditas yang ditanam adalah tanaman
kelapa sawit dan karet. Selain penanaman komoditi pada areal inti, PTPN VIII juga
mengelola areal Plasma milik petani 8 479.28 Ha terdiri dari tanaman kelapa sawit
seluas 6 033.28 Ha dan tanaman karet seluas 2 446 Ha. Afdeling Cigelung yang
berlokasi di Kecamatan Jasinga seluas 712 Ha juga termasuk pada kawasan
perkebunan PTPN VIII Cikasungka.
Perkebunan swasta PT. Nirmala Agung terdapat dikawasan perkebunan,
dibeli dari PT.Ciangsana tahun 1992, terdapat di desa Malasari, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor. Luas lahan perkebunan 971.22 Ha, yang telah
digunakan untuk perkebunan seluas 630 Ha dan terdiri dari 4 afdeling.

17

Gambar 7 Sebaran penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga

Gambar 8 Sebaran penggunaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Nanggung

18

Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan dan luasannya di Kawasan Perkebunan Kecamatan
Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 6. Luas status kepemilikan lahan untuk
setiap penggunaan lahan secara rinci disajikan pada Lampiran 8 untuk Kecamatan
Jasinga dan Lampiran 9 untuk Kecamatan Nanggung.
Tabel 6 Luas status kepemilikan lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan
Jasinga dan Nanggung
Luas
No
Jenis Status
Jasinga
Nanggung
(Ha)
(%)
(Ha)
(%)
1 Tanah Negara Dikuasai (TNK)
2.2
0.1
283.8
25.9
2 Hak Guna Usaha (HGU)
1 007.5
43.9
811.3
74.0
3 Hak Milik (HM)
199.8
8.7
0.2
0.0
4 Hak Adat (HA)
1 086.2
47.3
0.5
0.1
Total
2 295.8
100.0
1 095.8
100.00
Tabel 6 menunjukkan jenis status kepemilikan lahan pada kawasan
perkebunan di dominasi HA dan HGU di Kecamatan Jasinga, HGU dan TNK di
Kecamatan Nanggung. Luas HA di Kecamatan Jasinga lebih besar dari HGU karena
pelimpahan kekuasaan atau adanya pemberian izin dari pemerintah kepada
masyarakat untuk mengelola lahan, sehingga status HGU menjadi HA. Lahan status
HGU dibagikan kepada masyarakat dengan dibebani biaya sertifikasi lahan menjadi
HM. Hak adat yang dikelola masyarakat untuk perkebunan rakyat, ditanami
komoditas jati (Tectona grandis), karet (Hevea braziliensis), sengon
(Paraserianthes falcataria) dan trembesi (Albizia saman Sin. Samanea saman).
Lahan berstatus HGU yang dikelola masyarakat ditanami durian (Durio zibethinus).
Status lahan di kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung didominasi
HGU dan TNK. Lahan yang berstatus HGU dikelola oleh PT. Nirmala Agung dan
PTPN VIII Cikasungka. Hak guna usaha yang dikelola PT. Nirmala Agung di Desa
Malasari telah diperpanjang dari masa sebelumnya hingga tahun 2022. Status lahan
TNK merupakan lahan-lahan milik Negara yang sebagian besar dimanfaatkan
sebagai tempat pelatihan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Status lahan HM
dan HA memiliki luas lahan kecil tidak mencapai 1 Ha yang dimiliki oleh
masyarakat sekitar.
Grafik hubungan penggunaan lahan dengan status lahan pada kawasan
pekebunan di Kecamatan Jasinga pada Gambar 9a dan di Kecamatan Nanggung
pada Gambar 9b. Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan
Jasinga dan Nanggung pada Gambar 10 dan 11.

19

(a)
(b)
Gambar 9 Grafik hubungan antara status lahan dengan penggunaan lahan
pada kawasan perkebunan di (a) Kecamatan Jasinga dan
(b) Kecamatan Nanggung
Gambar 9a menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada kawasan perkebunan
di Kecamatan Jasinga yang terluas adalah hutan. Adapun urutan status lahan
penggunaan lahan hutan dari terluas adalah HA > HGU > HM > TNK. Hal tersebut
karena lahan belum dimanfaatkan baik untuk perkebunan pemerintah, swasta,
maupun untuk usahatani secara individu. Hal ini mengindikasikan luasnya lahan
yang belum dimanfaatkan baik oleh masyarakat maupun pemerintah atau instansi
terkait.
Gambar 9b menunjukkan bahwa kawasan perkebunan di Kecamatan
Nanggung terluas pada penggunaan lahan perkebunan, dengan urutan status lahan
dari terluas adalah HGU > TNK > HA > HM. Lahan untuk perkebunan di kawasan
perkebunan sudah dimanfaatkan untuk perkebunan dengan baik. Namun lahan
dengan penggunaan lahan hutan dan tegalan yang berstatus HGU dan TNK masih
cukup luas, sehingga masih dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan.
Penggunaan lahan pemukiman berstatus HGU berada pada wilayah usaha PT.
Nirmala Agung dibangun untuk kelancaran dan kesejahteraan para pekerjanya.
Dalam areal pemukiman tersebut diperlengkapi dengan fasilitas umum yang berupa
sekolah SD Negeri Malasari 03, masjid dan posyandu. Fasilitas umum tersebut
dibagun oleh pemerintah dengan tujuan untuk menunjang pendidikan anak pekerja
dan masyarakat sekitar, tempat ibadah serta pelayanan kesehatan.

20

Gambar 10 Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Jasinga

Gambar 11 Sebaran status lahan pada kawasan perkebunan di Kecamatan Nanggung

21

Ketersediaan Lahan di Kawasan Perkebunan
Luas ketersediaan lahan untuk perluasan areal perkebunan di Kawasan
Perkebunan Kecamatan Jasinga dan Nanggung disajikan pada Tabel 7 dan
sebarannya pada Gambar 12 dan 13.
Tabel 7 Luas ketersediaan lahan di kawasan perkebunan Kecamatan Jasinga dan
Nanggung.
Luas
Kecamatan Jasinga
Kecamatan Nanggung
No
Ketersediaan
(Ha)
(%)
(Ha)
(%)
2
194.4
95.6
1
031.6
94.1
1
Tersedia
101.4
4.4
64.2
5.9
2
Tidak Tersedia
Total
2 295.8
100
1 095.8
100
Tabel 7 menunjukan bahwa persentase ketersediaan lahan pada kawasan
perkeb